Cerita Dewasa Pendekar Seribu Diri

======Baca juga
PENDEKAR SERIBU DIRI
Cuaca panas, angin bertiup menyejukan raga................ Gunung Gede, bagaikan seorang gadis yang diselimuti mantel tipis berwarna hijau ke abu abuan, seolah sedang tidur nyenyak.
Semilir angin sepoi-sepoi berhembus mengibarkan rambut seorang pemuda yang berdiri diatas puncak Gunung Gede, pemuda itu berwajah tampan, bermata bening ke merah merahan sungguh sebuah mata yang tak lazim bagi seorang manusia karena mata seorang manusia biasa tak ada yang berwarna merah, pemuda itu beraliskan sayap elang, berhidung kan paruh gagak di pertegas dengan rahang yang kokoh, bertubuh kekar berotot pemuda itu baru berusia 14 tahun. Baju pemuda itu berwarna coklat namun penuh tambalan layaknya seorang pengemis di padukan dengan celananya yang aneh yakni yang sebelah kanan panjang semata kaki dan yang Kiri sebatas lutut
" oh.. Tuhan cobaan apalagi yang kau berikan kepadaku?" terdengar gumaman dari bibirnya yang sedang tersenyum getir, sebenarnya siapakah pemuda itu? Dan mengapa ia bergumam
2
seperti itu? Nama pemuda itu adalah 'Aram' lengkapnya 'Aram widiawan' ia adalah seorang anak dari 'pendekar pedang pelintang jagat pembelah sagara' 'Ki Gunawan Widiawan' seorang pendekar sakti dari tanah jawa dwipa, dengan sebatang pedang ia mampu memporak porandakan perguruan pujangga nirwana sebuah perguruan sesat di lembah naraka yang dipimpin oleh seorang datuk sesat pada masa itu 'tangan neraka pembakar raga' 'deka sagara ' dan ibunya adalah 'si pengumpul ilmu tunggal jagat' 'Nyi widia seta' seorang pendekar wanita yang gemar mengumpulkan berbagai macam ilmu kepandaian baik itu ilmu Silat, ilmu sastra, ilmu perbintangan, ilmu barisan, ilmu racun maupun ilmu pengobatan. Kepandaiannya sangat tinggi lebih dari suaminya 'pendekar pedang pelintang jagat pembelah sagara' 'Ki Gunawan Widiawan' karena ia adalah murid tunggal dari 'Dewi Pemanah Asmara' Nyi Permata Dewi', datuk dari Golongan putih. "fyuhh......!!! ayah, ibu ananda bersumpah pasti akan membalas dendam, pasti ananda akan membunuh si Iblis langit selatan, tenangkan hati kalian mah, pah!" desisnya lirih setetes air mata jatuh ke pipinya "itu dia" tiba- tiba terdengar suara bentakan dari belakang si pemuda "hah...hah....hahh mau lari kemana lagi kau bocah kampret....! cepat serahkan peta itu!"
3
pemuda itu terkejut setengah mati melihat pengejarnya dapat menemukannya seketika ia langsung berbalik dilihatnya lima orang lelaki berbaju loreng dengan ikat pinggang dari kulit ular welang, lelaki pertama berwajah tirus mirip tikus julukannya adalah sitikus penakluk ular, yang ke dua berwajah bulat sama halnya dengan tubuhnya julukannya adalah si bulat pemakan ular, yang ke tiga berwajah segitiga julukannya adalah si kobra beracun, yang ke empat dan ke lima berwajah persis bak pinang di belah dua, orang persilatan menjuluKinya sepasang ular beracun, dalam rimba persilatan mereka dikenal dengan lima manusia ular pencabut nyawa. "hei bocah cepat serahkan peta itu sebelum kami lumatkan nyawamu" bentak sitikus penakluk ular dengan garang," merah wajah sibocah karena mereka tak memandang sebelah matapun kepadanya "hahaha......tidak mungKin tikus bau...!!! seorang lelaki sejati lebih baik berkalang tanah daripada menjadi seorang pengecut, huh lebih baik aku mampus daripada mengecewakan orang tuaku, kalian orang orang dewasa cuman beraninya sama anak kecil saja huh.... kalian itu cuman sampah sampah dunia persilatan cisss" merah padam wajah si tikus penakluk ular dan konco konconya dihina oleh seorang bocah yang masih kecil.
"sudahlah kang hajar saja bocah tak tau adat itu jangan banyak basa basi sebaiknya Kita bunuh saja lalu ambil petanya" ujar si kobra beracun.baru saja si kobra beracun selesai bicara tiba tiba
4
" Bagus bocah mampuslah" bentak si bulat pemakan ular yang tak sanggup menahan amarahnya! Wushhhhh............. dengan mengerahkan enam bagian tenaganya ia memukul si pemuda dengan jurus ular mematuk mangsa seKilas cahaya berwarna biru meluncur keluar dari balik ujung bajunya dan menyambar ke dada Aram. Cepat-cepat Aram memutar pergelangan tangannya menggunakan jurus sijago membalikan tangan untuk menangKis ancaman tersebut. "duk , . ." diiringi suara nyaring beradunya kedua tangan, Aram terpental sejauh dua tombak dan muntah darah, nyata sekali tenaga dalam Aram berbeda beberapa tingkat di bawah sibulat pemakan ular, Sementara sibulat tidaklah bergeming, mengetahui si pemuda kepandaiannya masih cetek ia tertawa terbahak-bahak, dia menghimpun kembali tenaganya, lalu menerjang kemuka sambil menggetarkan pergelangan tangannya, kali ini dia menotok bagian penting di lehernya. Aram benar benar terkejut cepat cepat ia mengelak kesamping dengan jurus monyet liar mencari buah, Tapi berhubung serangan yang digunakan oleh sibulat pemakan ular terlampau cepat, mesKi dapat terhindar dari totokan namun ia masih terkena sambaran telapak tangan sibulat pemakan ular yang beracun 'duuuukkkk!!'" akhrggg.... hoek.....hoek" Aram kembali terlempar dan muntah darah. Sungguh kasian si pemuda.. dengan menahan saKit di pundak dan nyeri di dada Aram kembali bangKit mesKi dengan sempoyongan,
5
"aku tidak boleh mati disini, aku harus membalaskan dendam ayah dan ibu, jika ku mati disini masih adakah rasa baktiku kepada mereka.. oh tuhan !" si bocah membatin dalam hatinya " haha... kuat juga kau bocah, ketahuilah racun ularku tidak ada penawarnya jadi bersiap siaplah untuk menghadap raja neraka hahaha....." kelima nya tertawa dengan terbahak bahak.... " kang, ayi ayo Kita bereskan bocah itu sbelum ada orang yang ikut campur urusan Kita untuk merebut peta itu" ujar si sepasang ular beracun pertama. " mari" sahut mereka serempak " aku akan adu jiwa dengan kalian...hhiiiiiiiaaaaaaaaaaatttttttt.............!!!" teriak Aram melengKing mengalun di lereng pegunungan Gede itu. Dengan mengerahkan tenaga sakti mata darah tingkat tiga, tingkat terakhir yang dikuasai Aram ia meloncat menerjang kelima musuhnya. (Ilmu tenaga mata darah terdiri dari sepuluh tingkatan, dimana apabila sudah mencapai tingkat pamungkas atau tingkat sepuluh mata pemilik ilmu tersebut mata yang berwarna hitam atau coklat tersebut akan berubah menjadi berwarna merah darah itu sebabnya mata si pemuda atau Aram berwarna merah mesKi belum sempurna) Kelima manusia ular itu tertegun mereka tak menyangka bocah itu akan senekat itu, serempak mereka menangKis serangan Aram dengan mengeluarkan jurus andalan masing masing mesKi dengan terburu buru...
6
'Duuuaaaarrrrrrrrr' "akkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhhhh" "ukkhhg" "hoek" suara ledakan bergema memekakan telinga debu debu berterbangan... pohon pohon tumbang terhempas angin aKibat ledakan tenaga sakti tersebut... lalu suara jeritan itu suara apakah? Apa yang terjadi? Beginilah ceritanya ketika jalur tenaga sakti yang di keluarkan oleh Aram yang berbenturan dengan kelima manusia ular, ternyata tenaga sakti yang dikeluarkan Aram sanagatlah luar biasa walaupun tenaga dalamnya masih cetek, tapi tenaga sakti tersebut sebagian mampu menerobos tenaga gabungan kelima manusia ular dan dukk tenaga tersebut melukai mereka, mereka sangat terkejut karena tak menyangka tenaga sakti tersebut mampu menerobos tenaga gabungan mereka hingga mereka berteriak kesaKitan "uukkkhhgg" sedangkan Aram tidaklah meraih keuntungan dari bentrokan tersebut ia terlempar seperti layang layang putus benang dan muntah darah lagi dan sialnya lagi ia kebetulan jatuh di mulut jurang. Aaaaaaaakkkhhhhh...!!!!! Suara jeritan menyayat hati mengalun santar yang lambat laun mulai menghilang Bagaimanakah nasib Aram widiawan sibocah yang malang? Peta apakah sebenarnya yang mereka perebutkan?
―Kang gimana ini?‖ucap si sepasang ular beracun ke dua. Sudahlah paling anak itu mati, petanya juga gak bakalan jatuh
7
keorang lain, ayo Kita pergi Kita sembuhkan dulu luka Kita,‖ kata si tikus penakluk ular ―Cih anak sialan‖gerutu si kobra beracun Lalu bagamana dengan Aram si bocah cilik itu? Bagaimanapun kata pepatah orang baik selalu dilindungi tuhan begitupun yang terjadi pada Aram si bocah cilik itu Mati hidup nya ada di tangan Tuhan dan sipengarang tentunya hehe Aram yang terjatuh dari atas puncak gunung itu merasakan tubuhnya bagaikan Kilat cepatnya meluncur turun ke bawah, semaKin lama dia semaKin terjatuh ke bawah terus.... terus.... Dikarenakan kecepatan meluncurnya amat pesat sekali ditambah tubuhnya yang keracunan hebat dan luka dalamnya yang parah saKing goncangnya dia jatuh tak sadarkan diri. Mendadak.... tubuhnya terikat sesuatu hingga membuat daya luncurnya menjadi sediKit berkurang MungKin karena daya luncur yang begitu keras dari badannya membuat ia kembali membal keatas kemudian jatuh kembali dan begitu terus berulang ulang mungKin karena kebetulan ataukah takdirnya untuk tetap hidup goncangan tersebut mengenai beberapa jalan darah penting di tubuhnya hingga membuat ia tersadar dari pingsannya
Suatu keinginan untuk hidup meliputi seluruh hatinya, dengan cepat dia menarik hawa murninya dari pusar disalurkan ke seluruh tubuhnya dengan paksakan diri dia berusaha untuk
8
melepaskan dari jeratan akar akar pohon besar yang melilit tubuhnya ―aku gak boleh mati‖ piKirnya mantap.setelah berusaha seKian lama sambil menahan saKit tubuhnya akhirnya ia bisa melepaskan diri dan meluncur turun. Byurrrr....... tubuhnya terhempas kedalam air. Sekalipun secara kebetulan tubuhnya tadi terbelit akar sehingga daya luncur badannya pun menjadi jauh berkurang ditambah pula permukaan tanah dimana dia melayang turun merupakan kubangan air tapi dikarenakan goncangan yang begitu besar dan perasaan tegang yang amat sangat menerjang piKirannya membuat dirinya begitu terjatuh kemudian jatuh tidak sadarkan diri Entah lewat beberapa saat kemudian dengan perlahan dia baru sadar kembali dari pingsannya, dia merasakan seluruh tulang-tulang, badannya amat saKit serasa sudah pada copot, sedangkan pundaknya yang terkena hajaran pukulan telapak tangan sibulat pemakan ular yang beracun tadi Kini sudah membengkak besar. Dengan sekuat tenaga dia paksakan diri meronta bangun, dari air menuju tempat kering akhirnya tak kuasa lagi tubuhnya sekali lagi rubuh ke atas tanah dengan amat kerasnya. Cuaca pada saat ini walaupun berangsur angsur menjadi terang kembali tetapi keadaan di dalam jurang tersebut amat gelap sekali sehingga sukar untuk melihat lima jarinya sendiri
9
Suasana yang amat sunyi dan menyeramkan meliputi sekeliling tempat itu, diam-diam Aram mengeluh sendiri, ―Ooh, Aram, Aram, tidak disangka hidupmu akan seperti ini, jikalau aku tau akan seperti ini jauh jauh hari aku akan berlatih silat pada ayah dan ibu., hik hik oh ibu oh ayah tragis sekali kehidupan keluarga Kita!?‖ sebenarnya apakah yang terjadi dalam keluarganya? Kita akan terangkan dilain bagian! Mohon pembaca yang budiman untuk bersabar. Aram menangis tersedu sedu bagaimanapun ia masih seorang anak kecil mesKi jalan hidupnya tidaklah seperti anak biasanya Lewat beberapa saat kemudian dia membakar sendiri hatinya, "Aku tidak boleh mati, aku harus menemukan tempat itu aku harus membalas dendam saKit hatiku dan kematian orang tuaku, bila aku mati bukankah semuanya akan hancur berantakan? Siapakah yang akan membalas saKit hati ini?Iblis langit selatan tunggulah pembalasanku....!‖ Pada saat hatinya merasa amat gelisah dilanda perasaan dendam itulah mendadak di dalam benaknya berkelebat suatu bayangan piKirnya, ―Menurut ibu jikalau seseorang memiliKi tenaga dalam dia bisa menggunakan tenaga dalam yang dimiliKinya untuk menyembuhkan penyaKitnya sendiri, kenapa aku tidak mau coba-coba?‖
DemiKianlah secara diam-diam dia segera bersemadi, dengan bersila ia letakan tangan Kiri di depan kedua kaki jarinya membentuk hurup v terbalik di tanah seolah menyedot hawa
10
bumi dan tangan kanan di letakan di depan matanya yang tertutup dengan jari yang sama seperti tangan Kiri seolah hendak menutuk matanya sendiri itulah semadi berlatih mempelajari tenaga sakti mata darah Aram mencoba untuk mengeluarkan tenaga dalamnya mengelilingi seluruh tubuh, untung saja hawa murninya belum buyar sehingga sesudah mengalami perjuangan yang keras dia berhasil juga menyalurkan hawa murninya keseluruh tubuh. Dengan meapal ilmu Tenaga sakti mata darah dia terus berlatih, dengan perlahan mengulurkan hawa murninya mengerlilingi ke seluruh tubuh. DemiKianlah sesudah ada tiga jam lamanya perasaan saKit yang menyerang seluruh tubuhnya sudah jauh berkurang, dengan cepat dia meloncat bangun dan memandang keadaan di sekelilingnya. Tampaklah di sekeliling tempat itu hanya ada tebing tinggi nyata sekali kalau ingin keluar dari sana ia harus memanjat tebing yang seolah mendaKi langit tersebut di sekelilingnya merupakan batu aneh yang tersebar tidak merata juga kubangan air tempat ia terjatuh tadi. Rasa lapar tiba tiba menyerag perutnya ―duh celaka kenapa disaat seperti ini perutku miskol gini sialan...‖ gerutunya
Akhirnya ia berkeliling di tempat itu tiba tiba ekor matanya melihat sebuah tumbuhan yang unik lalu didekatinya tumbuhan tersebut, tumbuhan itu berwarna merah darah daunnya bergerigi yang lebih aneh lagi daunnya itu cuman satu
11
―wah apa ini kok warnanya merah gini? Ikh daunnya juga satu?beracun gak ya? Umh harum juga, Ah peduli amat yang penting ada buat ganjal lapar hehe!‖ mulut bicara tanganpun bekerja di cabutnya tumbuhan itu ―akh ternyata ubi hehe hore‖ krauk ..... kraukk dimakannya ubi itu dengan rakusnya saKing laparnya ia tak peduli cara makannya sampai habis tanpa sisi, daun batang sampai tanahnya ia makan ―akh enak juga hehe‖ujarnya santai sambil cengar cengir namun tiba tiba ia rasakan perutnya bergolak hawa panas dari perutnya seakan memanggang tubuhnya ― akh kenapa ini? Panas panas.....!!!‖ ia berteriak teriak sambil berlari, peluh sebesar kacang kedelai membasahi jidat dan tubuhnya yang kecil bajunya yang sudah basah kuyup Kini bertambah basah jduk...! gusrak...gusrak bup ―akhh‖ keluhan kecil keluar dari mulutnya yang mungil. (sebenarnya yang dimakan Aram adalah salah satu ubi yang langka yang tumbuh seribu tahun sekali nama ubi itu adalah ubi darah api, ubi itu sangatlah beracun siapapun yang memakannya akan langsung mati dengan tubuh terkelupas hingga tinggal tulang belulang, namun dasar jodoh atau kah beruntung ia memakan batang daun dan ubinya secara bersamaan sehingga penawar dalaam batangnyapun ia makan, selain beracun ubi itu juga dapat meningkatkan tenaga dalam orang yang memakannya apabila ia seorang pesilat sebanyak 20 tahun latihan).
12
Rasa laparnya bukan saja berkurang rasa dahaga pun Kini menyerangnya antara sadar dan tidak sadar ia melihat buah berbentuk seperti kelapa yang menggeletak di tanah tanpa memiKirkan aKibatnya ia tusuk dengan telunjuknya hingga berlobang aneh sungguh aneh, kelapa biasa biasanya kulitnya sangat keras namun kelapa ini sangatlah lembek seperti dodol, dalam keadaan biasa mungKin Aram akan merasa aneh tapi dalam situasi seperti ini mana baisa dia memiKirkan demiKian tanpa piKir ia minum airnya ajaib rasa panas nya berangsur hilang Aram sangat girang dengan keadaannya itu ia tertawa terbahak bahak dasar anak aneh ―hahahahahaha.... akh dahaga ku hilang, pansnya juga hilang, apa buah itu beracun ya? Akh peduli amat yang penting aku masih hidup‖ gumamnya. ―hmmm ...kayanya daging kelapa ini enak juga ..aneh kok lembekya? Ujarnya aneh ah persetan grupz grupzz di makannya kelapa itu tanpa tedeng aling sampai habis...... ―brrrrr kok tubuhku jadi dingin yah? Celaka kelapa ini beracun....!!!! bruk pingsanlah Aram tak sadarkan diri.‘....................... (sebenarnya kelapa yang dimakan Aram adalah salah satu buah yang langka yang tumbuh seratus tahun sekali nama kelapa itu adalah kelapa uap salju, kelapa itu mengandung tenaga muzizat inti uap salju apabila ada orang yang memakannya apabila ia seorang pesilat tenaga dalmnya akan bertambah sebanyak 10 tahun latihan).
13
Sang mentari Kini telah pergi keperaduannya digantikan sang putri malam yang bersinar lembut menerangi jagat raya Di dalam jurang puncak gunung Gede terlihatlah seorang pemuda berusia 14 tahun tergolek pingsan. Ada yang aneh disana...... terlihatlah dari tubuh si bocah bersinar berwarna merah anehnya lagi tubuhnya tampak mengeluarkan kabut/asap dalam radius lima tombak dari sibocah tanah dan rumput rumput diselimuti salju namun begitu kau masuk kedalam lingkaran tersebut kau akan merasakan dirimu terbakar seperti kau dipanggang api. Seperminum teh telah berlalu tiba tiba tangan sibocah terlihat bergerak gerak disusul tubuh tubuh yang lainpun bergerak ―ukkhhhh‖ terdengar keluhan pendek dari mulutnya namun tiba tiba ia meloncat melambung tinggi seKitar tiga tombak gubrakkkk ia terjatuh ―wadau sialan pantatku saKit banget!! Ringisnya ―kenapa ini? Kenapa tubuhku terbakar?kok berasap? kok bersinar loh kok gak saKit?Loh kok......dan seribu pertanyaan yang ia ungkapkan pada dirinya sendiri, ia mencak mencak seperti orang gila.
setelah agak tenang ia lihat dirinya dalam bayangan air kemudin ia terlonggong longgong melihat tubuhnya yang bertambah tinggi dan besar ―hmm.. aneh kenapa tubuhku jadi besar gini? Akh tadi juga aku bisa loncat setinggi itu ? padahal biasanya aku hanya bisa loncat
14
setinggi satu tombak?‖ sudahlah maKin dipiKir maKin gak ngerti lagipula tubuhku maKin segar‖ ungkapnya masih terheran heran; sebenarnya setelah ia makan ubi darah api dan kelapa uap salju terjadi pertentangan dua tenaga yang bertentangan sehingga pingsanlah ia, Aram masih belum sadar bahwa dalam tubuhnya memiliKi tenaga latihan sebanyak 35 tahun latihan,30 dari buah mukjizat dan 5 tahun hasil latihannya sendiri. ―Sudah malam rupanya,bagaimana aku bisa keluar dari sini ya? Keluhnya . ―Ekh kok ada lubang kayaknya gua deh matanya yang jeli melihat sebuah lobang Yang cukup tersembunyi dan apabila tidak diperhatikan tidak akan terlihat karena tersamarkan rumput rumput yang tinggi. ―sebaiknya aku beristirahat disana saja‖ ujarnya dalam hati, Kemudian dengan berlenggak lenggok ia masuk kedalam gua. Setelah berbelok belok selama seperminum teh lamanya akhirnya dia sampai di ruangan yang cukup besar dengan aliran sungai membentang yang airnya mengalir dengan tenang. Bersamaan pula dia merasa terperanjat sekali, Kiranya di dalam aliran sungai tersebut terdapat serangkaian tulang-tulang ular raksasa sebesar mangkok yang berserakan didasar sungai. diam-diam piKirannya berputar;
―Huuu.... sangat hebat sekali ular ular ini jika masih hidup tentu tubuhnya sebesar gentong air.... tapi kenapa ia sudah binasa di
15
situ?" mendadak pandangannya terbentur dengan sesuatu yang amat mengejutkan hatinya tak tertahan lagi dia menjerit kaget. Terlihatlah dari sudut gua yang cukup luas itu memancarlah keluar sebuah sinar berKilauan yang amat terang sekali, bahkan terasa segulung demi segulung hawa dingin yang menusuk tulang dan rasa panas yang membakar silih bergantian. Di tengah gua itu terdapatlah tiagabuah benda yang memancarkan sinar kemerah merahan, kekuning kuningan dan keperakperakan yang meNyilaukan mata diatas tiga butir benda tersebut tergantunglah dua buah mutiara yang memancarkan sinar berkedip kedip setelah dipandangnya lebih teliti dia baru bisa melihat keadaan di dalam gua itu sejelas jelasnya. Bagaimanapun Aram widiawan masihlah seorang bocah Kini melihat tiga buah benda yang memancarkan sinar amat terang timbullah niatnya untuk mengambil dan memakannya lalu dihampirinya tiga buah benda tersebut sekedar untuk melihat lihat, namun tiba tiba ―jduk..... gusrakk....‖‖batu sialan tuanmu kau jegal dasar brengsek pada saat memaKi mak itu, "Sreet...." tiga buah benda tersebut menjadi asap dan terhisap masuk ke dalam tenggorokannya. Perasaan terkejutnya bukan kepalang cepat-cepat dia pentangkan mulutnya lebar-lebar berusaha untuk mengeluarkan kembali, siapa sangka keadaan sudah terlambat. Diam diam ia berkeringat dingin
―celaka empat belas kali ini aku benar benar akan mati‖ setelah menunggu seKitar satu kentungan namun tidak ada reaksi apapun hatinya bergirang, Diedarkanlah pandangan matanya
16
melihat kondisi dalam gua tersebut. Di dalam gua itu terdapatlah meja kursi dan barang-barang lain dari batu yang masih sempurna, dia atas sebuah pembaringan batu duduk bersila seorang kakek tua yang wajahnya sudah berkeriput dengan rambut keperakan, ia duduk bersila dengan tenangnya seolah tak menghiraukan keadaan di seKitarnya. Aram heran bagaimana didalam jurang yang dalam itu terdapat seorang kakek kakek. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya siapa kakek tersebut, daripada )pelan pelan ia mendekatiia kesepian disana (bilang aja takut pembaringan si kakek tua. ―kek, kek, kakek ini siapa?‖ hening tiada jawaban. Diulang ulangnya beberapa kali namun sikakek tetap diam, digoyangkanlah tubuh sikakek ‗kaku‘ perasaan gak enak mulai merayapi tubuhnya kemudian ia memeriksa pernapasan sikakek, Aram terkejut ‘hah . . . gak bernapas‘ ―hiy mayat‖ ujarnya pelan, bulu kuduknya merinding.... dengan mengerahkan segala keberaniannya ia memeriksa kembali mayat si kakek. Saat ia menengok kepangkuannya terlihatlah sebuah Daun lontar yang biasa digunakan untuk tulis menulis. Karena penasaran diambilnya daun lontar itu dan iapun mulai membacanya.
― Aku adalah Pandu Permana Orang rimba persilatan memberiku gelar Sirubah seribu Wajah pada masa ku, aku memiliKi serangkaian ilmu siasat, ilmu silat, ilmu meringankan tubuh dan ilmu menyamar yang tiada tandingannya di dunia. Namun
17
semaKin tinggi pohon angin akan bertiup semaKin kencang. Akhirnya golongan hitam dan golongan putih berusaha untuk membunuhku, karena beranggapan jikalau aku berbahaya bagi keselamatan rimba persilatan. Dalam keadaan kecewa aku lantas mengasingkan diri disini dan bersumpah tidak akan terjun kembali ke dalam Bulim. Sekalipun aku berhasil melatih ilmu ilmuku mencapai pada taraf yang paling tinggi tapi manusia tidak seperti malaikat yang tak akan mati, pada beberapa hari ini hatiku mendadak terasa amat kacau dan sadar saat ajalku sudah hampir tiba. Meninggal dunia bukanlah suatu peristiwa yang patut disayangkan, tapi tidak memperoleh seorang penerus ilmuku membuat hatiku merasa amat susah.... sedih apakah Tuhan tidak menghendaKi ilmu ilmuku muncul kembali di dalam dunia persilatan? Bilamana pada kemudian hari ada orang yang beruntung masuk ke dalam gua ini harap mau menguburkan tubuh tuaku ke dalam tanah disamping pembaringanku ini, atas jasa itu Kitab yang ada di atas meja boleh diterima sebagai balas jasa. ‖ tertanda. Sirubah seribu wajah Selesai membaca surat itu dalam hati Aram Widiawan segera merasa geli piKirnya, ―Untung saja kau kakek tua sudah bertemu dengan aku, jikalau berganti dengan orang lain sesudah mereka mengambil Kitabmu kemudian tidak mau perduli untuk menguburkan kerangkamu bukankah kau tidak bisa berbuat apa apa? Hahahaha ‖
BerpiKir sampai disitu segera dia angkat kepalanya memandang, terlihatlah disamping Kiri memang terdapat tanah
18
yang cukup gembur luas tempat tersebut tidak lebih cuma lima depa saja. Sambil celingukan mencari alat menggali ia berfikir ―hari sudah larut malam lebih baik aku tidur ajah akh, besok baru aku kuburkan‖ tanpa piKir lagi ia langsung mencari tempat yang kering dannyaman tak lama kemudian terdengarlah helaan nafas yang teratur. (dasar bocah). ~*******00********~ Semilir angin dingin membasahi kulit Ilalang menari terbuai sahdunya semilir angin Sang raja siang mengintip malu di ufuk timur Bumi masih menguap temaram Didalam goa di dasar jurang terlihat seorang pemuda sedang bersusah payah menggali tanah dengan sebilah pedang yang cukup panjang, pedang itu ia temukan di sebelah kanan pembaringan, dalam sarung pedang itu tertulis pedang ekor rubah. Seperanakan nasi kemudian terbentuklah sebuah lubang yang cukup dalam.
―akhirnya selesai juga‖ keluhnya, dengan hati hati ia mengangkat tubuh sikakek, sreet.....trak trak tiba tiba suatu benda jatuh dari saku si kakek, Aram widiawan yang membopong tubuh si kakek tak mempedulikan benda itu ia terus saja memasukan tubuh sikakek dan menguburnya., setelah semua beres ia menghampiri benda yang jatuh itu dan mengambilnya, ternyata itu adalah sebuah botol kecil, dengan langkah kecil ia menghampiri kembali pembaringan dimana tadi sikakek duduk bersemadi.
19
Terlihatlah disamping Kiri dari pembaringan batu itu terdapat sebuah meja batu yang di atasnya bertumpuk Kitab Kitab tebal. Selain berisikan Kitab siasat, sejarah, syair dan buku lainnnya masih ada pula Kitab Kitab ilmu silat dari setiap partai yang ada di dalam dunia persilatan bahkan beberapa Kitab terdiri dari bahasa asing. Dengan hati yang mantap dia membuka salah satu dari Kitab itu, dalam sampulnya Kitab itu bertuliskan Kitab silat rubah mencuri Kitab dalam hatinya Aram widiawan merasa geli dengan nama Kitab tersebut, ternyata kitab itu berisi jurus ilmu ilmu dari rimba persilatan tanah jawa terlihatlah dalam Kitab itu penuh bertuliskan jurus jurus mana yang paling lihay dan jurus apa untuk memecahkannya, jurus mana yang ada kelemahannya dan bagaimana cara menutupnya kembali semuanya tertuliskan dengan jelas sekali. Tak terasa lagi dengan perasaan amat kagum pujinya, ―Orang tua ini sungguh seorang aneh, cukup dalam hal ini saja sudah jarang ada orang yang menandingi dirinya.‖ Perlahan-lahan dia meletakkan kembali Kitab itu dan melihat Kitab Kitab yang lain, dibolak baliknya Kitab itu dan membaca nama nama sebagian Kitabnya Kitab tersebut adalah Kitab rubah bersiasat, Kitab silat rubah, Kitab langkah rubah Kitab selaksa rubah menjadi bayangan,Kitab rubah mengkamuflase diri dan sebagainya.
Tiba tiba ia terbelalak melihat sebuah Kitab ―Kitab sakti penguasa ilmu hitam‖ desisnya dengan setengah bergetar ia
20
membuka halaman pertama disana ada tulisan tangan yang tak asing bagi Aram widiawan ―Kitab ini aku temukan di gunung himalaya semasa aku muda dulu, dengan mempelajari Kitab ini aku bisa mempelajari berbgai ilmu hitam tanpa melakukan suatu ritual ataupun tumbal,Kitab ini menerangkan bagaimana cara mempelajari ilmu hitam dengan cara jalan lurus‖ Tertanda sirubah seribu wajah karena seluruh perhatiannya sudah tercurahkan pada ilmu ilmu rahasia yang aneh dan sakti yang termuat Kitab tersebut tak terasa lagi dia segera menggerak gerakan tangannya mulai belajar. Saat ini dalam tubuhnya mengalir tenaga dalam dari ubi darah api, kelapa uap salju dan tiga buah inti alam yaitu initi matahari, inti air dan inti petir membuat piKirannya semaKin tajam. DemiKianlah setiap hari Aram widiawan berlatih dengan amat gesitnya mempelajari seluruhan isi dari Kitab pusaka itu
Dalam rimba persilatan terdapat delapan datuk ilmu silat yang biasa dipanggil datuk delapan penjuru tiga orang dari golongan putih yaitu datuk dari barat kyai jalak atau pendekar burung jalak, datuk dari barat daya 'Dewi Pemanah Asmara' Nyi Permata Dewi,datuk dari barat laut nyai dewi renjani atau biasa dipanggil bidadari penakluk naga, dua orang dari golongan merdeka yaitu datuk dari timur Kiai asmaradanu atau sisinting dari timur dan datuk dari selatan sipemabuk dari selatan. dan tiga orang dari golongan hitam datuk dari utara Ki sapta si Iblis pembunuh raga, datuk dari tenggara Ki seta atau Iblis pemakan jantung dan datuk dari timur laut Ki Renjana Iblis Tengkorak Mas. Selain para datuk dari kaum kelana. juga terdapat jagoan dari
21
lima perguruan besar di tanah jawadwipa antara lain Nyi Sawitri dari perguruan teratai putih, Ki jalu dari perguruan rajawali emas, Ki ngarai dari perguruan bintang kemukus, Ki Aram dari perguruan pedang bumi dan Ki bedu dari perguruan golok harimau. Siang itu di sebuah kedai trdengar ramai beberapa orang sedang berbincang bincang di sudut ruangan terlihatlah dua orang yang sedang berbicara dengan serius dan sediKit keras "kang deno kabarnya Ki jalu ketua perguruan rajawali emas dan Ki ngarai ketua perguruan bintang kemukus telah tewas! Benar gak kang?" "Set............!!! ayi edo jangan terlalu keras, nanti kau bisa celaka" bisik lelaki yang di panggil kang deno. Namun beberapa tamu tak urung mendengar juga apa yang dikatakan oleh edo. Ributlah tamu tamu yang mendengar itu, beberapa argumen dan pendapat mereka keluarkan. Brrakkkkk..........!!! tiba tiba seorang lelaki kekar berwajah sangar penuh brewok dengan pedang di punggung menggebrak meja, kemudian mendekati kedua orang yang saling bisik bisik tadi "hey kaum keroco cepat katakan siapa yang berani membunuh Ki jalu ketua perguruan rajawali emas dan Ki ngarai ketua perguruan bintang kemukus? Jangan membual kau...!!! " bentaknya sangar.
"ampun ...! ampun...! tuan saya tid......tidak membual... saya tau kabar itu dari si pengabar langit, kabarnya mereka ditemukan
22
sudah tewas tanpa kepala dan ditempat mereka tewas terdapat panji kecil bergambar telapak tangan dengan disulam benang perak" "apa?" Lelaki itu terlonggong longgong "oh... kakang? Gerrrmmmm siapakah yang membunuhmu? Pasti akan kucari siapa pembunuh mu itu .... panji kecil ya hanya itu yang bisa dijadikan petunjuk." Ujarnya berapi api hawa membunuh tampak diwajahnya. Sebenarnya si lelaki kekar itu adalah adik seperguruan Ki jalu ketua perguruan rajawali emas, pendekar rajawali peKikan harimau dan siapakah sipengabar langit itu? Kita akan ceritakan dibagian lain cerita ini. Sementara pengunjung kedai bertambah gempar bahkan beberapa orang malah menghubungkannya dengan pembunuhan keluarga dari 'pendekar pedang pelintang jagat pembelah sagara' 'Ki Gunawan Widiawan dan istrinya 'si pengumpul ilmu tunggal jagat' 'Nyi widia seta'. Selang beberapa hari saja kematian para ketua perguruan terkenal kesegala penjuru, tak lupa panji kecil bergambar telapak tangan dengan disulam benang perak juga menjadi bahan pembicaraan para kaum persilatan dan menjadi momok yang paling ditakuti pada zaman ini ~*******00********~ Malam yang dingin dan gelap karena sang putri malam tidak muncul di peraduannya
"wuuusshhhhh..........." tiga sosok bayangan berwarna hitam melesat seperti bayangan hitam ke sebuah rumah yang cukup besar di daerah kotaraja padjampangan.
23
"ayah...! ayah ada apakah? Kenapa aku harus sembuNyi disini?seorang gadis cilik berusia Kira Kira tiga belas tahun bertanya terheran heran apalagi ia melihat ibunya menangis sedih dengan terisak isak "ketahuilah wahai anakku keluarga Kita sedang berada diujung tanduk, sudahlah anakku engkau belum saatnya untuk mengetahui,usiamu masih dini untuk mengetahuinya. Anakku Kita tidak punya banyak waktu ini ambilah, ingat jangan sampai engkau berikan kepada orang lain engkau boleh membukanya apabila engkau sedang dilanda kesedihan yang dalam, engkau paham anakku?" ayahnya menyerahkan sebuah bungkusan yang cukup besar kepada anaknya "ya ayah, ananda paham." "Masuklah lekas anakku ibumu mencintaimu" timpal ibunya dengan penuh kasih sayang seraya mencium keningnya. Kemudian kedua suami istri paruh baya itupun pergi keruang tengah dan mulai bercakap cakap " tak kusangka aku Ki nanjar si rasul cambuk bumi harus pasrah menunggu kematian, wahai istriku maafkanlah daku sehingga melibatkan engkau sungguh aku merasa malu" dengan getir Ki nanjar berusaha untuk tersenyum kepada istri tercintanya mesKi hanya sebentuk garis yang sediKit melengkung keatas.
"tidak apa apa kang mesKi aku tidak bisa ilmu silat, namun aku ingin selalu bersama denganmu, pahit manis Kita telan bersama-sama"
24
"hahahah.... bersiaplah menghadapi kematianmu nanjar.... aku datang untuk mencabut nyawamu" tiba tiba saja sebuah suara yang tajam menusuk memotong ucapan Nyi elas. Brakkkkkkk...... genting rumah Ki nanjar ambrol set.... tiba-tiba muncullah tiga sosok manusia berpakaian hitam dengan gambar telapak perak di dada mereka, wajah mereka tidaklah jelas karena mereka memakai topeng berwarna perak. "huh....tak semudah itu pengecut-pengecut bertopeng tunjukan wajahmu jika engkau memang seorang ksatria!!" damprat Ki nanjar yang merasa geram dengan kehadiran mereka, " nanjar sudah siapkah engkau menuju neraka?" sahut si lelaki bertopeng yang berada ditengah, adalah mungkin ialah pemimpin rombongannya "kalian jumawa sekali jahanam justru kalian lah yang akan menghadap raja neraka"balasnya sengit dengan nafsu membunuh menghiasi wajahnya "kalian berdua Kita lakukan sesuai rencana, dan kau nanjar kau hanya calon penghuni neraka jadi jangan banyak bacot tak berguna sreeng. hiaaaaaaaaaattttttt" pemimpin dari rombongan manusia bertopeng mencabut pedangnya dan meloncat dengan gaya burung pipit kembali ke sarang, mendapat serangan mendadak, Ki nanjar sebagai jago yang sudah malang melintang di dunia persilatan tak membuatnya gugup dengan cepat menyambar cambuk saktinya dengan merapal jurus sabetan halilintar
25
'wwuuuukkkkkkk' 'traannnnggggg' lelatu api bertebaran aKibat bentrokan dari cambuk dan pedang. Cepat cepat si lelaki bertopeng mundur dengan bersalto tigakali di udara diam diam lelaki bertopeng itu berpiKir dalam hatinya "ternyata cambuk si bangkotan tua terbuat dari besi lemas, aku harus berhati-hati apalagi tenaga dalamnya juga lumayan tinggi". Kinanjar yang mendapatkan angin segera mengalirkan tenaga dalamnya kedalam cambuk dan merapal jurus perisai naga petir menyambar jurus itu merupakan jurus pertahanan sekaligus menyerang yang hebat jika ada airpun jangan harap masuk kedalam lingkaran yang diciptakan Ki nanjar, suara cambuk yang mengaung juga memberikan efek bagi lawan karena mengandung daya magis. Lelaki bertopeng terkejut mendapat serangan yang luar biasa itu dengan cepat menangKis dengan jurus pedang Iblis telapak perak "trang.....duarrrrr......." jurus demi jurus telah mereka keluarkan tak terasa mereka sudah bertarung sebanyak seratus duapuluh lima jurus,peluh membasahi jidat Ki nanjar tiba tiba buukkkk ia terkejut ternyata ia dibokong oleh lelaki bertopeng yng lainnya karena gugup srraaaaaattttt bluk kepala Kinanjar jatuh kebumi disusul oleh tubuhnya.,
"kakaaaaannnggggggggg"jerit Nyi elas sret jraasssshh sebuah pedang telah menusuk punggungnya tembus kedada srattt tiba tiba lelaki bertopeng itu mencabut pedangnya sekaligus memenggal kepala istri Kinanjar sungguh sadis.. jerit kematian bergema dimalam yang sunyi, api berkobar membakar rumah Kinanjarrr.................................................
26
Keesokan paginya warga gempar, tak ada satupun keluarga dan bujang Ki nanjar yang selamat........... yang tertinggal Kini hanya puing puing rumah dan mayat yang terbakar....juga sehelai panji kecil bersulam telapak tangan berwarna perak ........ Kini dalam rimba persilatan telah muncul organisasi rahasia yang menjadi momok yang menakutkan bagi para pendekar., siapapun pendekar yang mendpatkan panji kecil bersulam telapak tangan berwarna perak setangguh apapun maka keesokan harinya ia akan menjadi mayat tanpa kepala. Orang menyebut panji itu PANJI TELAPAK PERAK PEMBURU NYAWA... Lalu bagaimana nasib si gadis cilik? Selamatkah ia? Detik terus mengalir menghanyutkan menit dan menggulirkan jam Hari berganti hari Purnama berganti Purnama Entah berapa purnama telah berlalu Menjadikan seorang anak saksi bisu Dua tahun telah berlalu Kini Aram widiawan sudah berusia enam belas tahun tubuhnya bertambah besar dan tinggi, karena ia tak pernah keluar dari goa dan hanya memakan buah buahan dan rumput-rumputan kulit tubuhnya menjadi putih dan halus mirip kulit seorang perempuan,dengan rambut sepundak riap riapan terbawab angin matanya Kini berwarna merah menunjukan tenaga sakti mata darahnya telah mencapai tinkat sepuluh.
27
Kitab Kitab yang berada didalam guapun telah dilalap dan dihapalkannya diluar kepala tinggal mematangkan dan pengalamannya saja. "duapuluh empat purnama telah lewat aku harus keluar dari sini." PiKirnya dalam hati. Kemudian ia mengambil pedangnya pedang yang ia temukan dulu sewaktu mengubur kakek tua penghuni gua sebelumnya, hanya pedang itu harta yang dimiliKinya bajunyapun Kini hanya mampu menutupi auratnya saja. Dengan secepat Kilat ia keluar dari gua menuju tempat dulu ia jatuh. . . cahaya matahari remang remang menyinari permukaan jurang "aih aku rindu keramaian" dilihatnya sebuah batu dibawah pohon teureup yang menjulang tinggi didasar jurang "lebih baik aku istirahat dulu disana" pikirnya sambil melangkah tak lama kemudian ia telah duduk di atas batu tersebut., plukk.... sebuah benda dan selembar Kulit hewan jatuh dari celananya yang sudah ancur. Aram widiawan terkejut karena selama ini ia melupakan keberadaan benda itu kemudian diambilnya, benda tersebut adalah sebuah botol kecil berisi pil yang dulu ia temukan dari saku si kakek sedangkan Kulit hewan itu adalah sebuah peta, ya peta yang dulu hampir merengut nyawanya. Sambil menatap peta tersebut piKirannya menerawang...... ~*******00********~
Desa Kijing Disebuah desa kecil yang subur itulah Ki Gunawan Widiawan
28
dan Nyi Widia Seta mengasingkan diri dengan seorang anak tunggalnya Aram widiawan menjelang senja Aram widiawan pulang dari mainnya ia tengah keheranan melihat ayah dan ibunya murung "pah mah, ananda pulang,... pah, mah kenapa kalian terlihat sedih seperti itu ? apakah karena ananda tidak mau belajar ilmu silat dan hanya mau mempelajari sastra dan tenaga sakti mata darah?" Aram widiawan bertanya dengan keheranan "duduklah anakku, betul apa yang kamu katakan anakku ayah dan ibumu sangat mengkhawatirkan dirimu yang tak bisa silat, kami takut engkau menderita" ujar ayahnya dengan memelas., Aram widiawan yang masih bocah berusia tigabelas tahun kebingungan bagaimanapun ia masih belum mengerti ucapan ayahnya karena faktor usianya yang masih kecil. " sudahlah kang biarkan saja ia membersihkan diri dulu supaya ia lebih segar'' ibunya menyela pembicaraan di senja hari itu. Malam harinya terlihatlah tiga orang manusia berbeda jenis dan usia sedang asik mengobrol mesKi wajah mereka terlihat muram "Anakku tahukah kamu mengapa kami memanggil mu?"tanya Ki Gunawan Widiawan memecahkan kesunyian diantara mereka. "tidak ayah" tahukah kau tentang si Iblis langit selatan?" "tidak ayah,apakah dia orang jahat ayah?"
29
"ya anaku dia adalah seorang Iblis maha keji, kekejiannya lebih dari tiga datuk golongan hitam""lalu apa hubungannya dengan Kita ayah?" "sangat erat anaku,bu ambilkan barang itu!" "baik kakang" sahut Nyi widia seta sambil melangkah kekamarnya diiringi tatapan bingung Aram widiawan, tak lama munculah ibunya dengan membawa sebuah Kitab tipis yang tampak kuno. "Aram anakku ini adalah peta tempat penyimpanan Kitab ilmu milik ibu, ayah nenek dan eyang gurumu. . . ambilah, dan hapalkan Kitab ini kelak akan berguna bila sudah kau hapal bakarlah. Jangan kau serahkan peta ini kepada siapapun ... ingat Aram ... apakah kau mengerti?" "ya ayah, tapi................." "tapi apa Aram anakku?"ananda belum mengerti mengapa ayah memberikannya pada ananda" "fyuuuuhhhhhh"Ki Gunawan Widiawan menghela nafas dalam dalam, Nyi widia seta tertunduk air matanya mengalir bak sungai ciawi. "Aram anaku ayah dan ibumu tidak bakalan lama lagi hidup di dunia fana ini. " Ki Gunawan Widiawan berhenti sejenak untuk melegakan dadanya yang sesak
30
" ayah ibumu terkena racun langit yang tidak ada penawarnya, ayah dan ibumu masih hidup berkat tenaga dalam kami yang cukup tinggi itupun hanya mampu bertahan paling delapan hari." Aram widiawan sangat terkejut mendengar perkataan ayahnya ia benar-benar sock mendengar berita itu, ia langsung menangis tersedu sedu. "anakku kau sayang kami?"Aram widiawan tertegun mendengar pertanyaan ayahnya yang tiba tiba dan tegas tidak seperti biasanya itu "an.....annanda sayang ayah juga ibu hik...hikkkk" jawabnya disela sela isak tangis. "jikalau kau sayang kami berhentilah menangis, dan sanggupkah kau melaksanakan keinginan kami?" Ki Gunawan Widiawan melanjutkan ucapannya tanpa menunggu jawaban anak semata wayangnya itu "kami minta kau malam ini menghapalkan dan memahami Kitab itu besok ayah akan mengujimu! pergilah kekamarmu dan hapalkan juga pahamilah!""ia ayah" sahutnya seraya bangKit dan pergi kekamarnya. Malam ini ia tak bisa tidur, perlahan lahan ia buka Kitab tipis itu Kitab itu hanya terdiri dari lima halaman, sampulnya tertulis Kitab penyat......lam hanya itu yang mampu ia baca karena sebagian Kitab itu sobek.
31
Halaman pertama tertulis " Satu adalah seribu Seribu Adalah satu" Halaman kedua tertulis "Semua berawal dari Satu maka kembalilah menjadi satu" Halaman ketiga tertulis "panas dan dingin akan menjadi mengerikan apabila telah menjadi satu" Halaman keempat tertulis "satu adalah sumber sumber adalah kekuatan" Halaman terakhir tertulis "kekuatan adalah kosong kosong adalah diam" Ia benar benar bingung mesKi ia mempelajari sastra tapi barukali ini dia melihat Kitab seaneh ini. Karena lelah akhirnya ia memutuskan untuk tidur. Malam semaKin larut.......... Membuai makhluk makhluk yang terlelap Diiringi nyaNyian malam...........................
Drap drap drap plok plok terdengar suatu derapan langkah kaki kuda mendekati desa dan terus melaju namun tiba tiba berhenti di depan gubuk Ki Gunawan Widiawan widiawan. Ki Gunawan Widiawan dan Nyi widia seta yang tengah bersemadi langsung membuka mata keringat dingin mulai mengucur, jika dihari biasa mungKin mereka tak akan segelisah ini tapi saat ini, ketika mereka tengah keracunan hebat tenaga dalam pun hanya mampu digunakan setengah bagian mereka benar benar
32
khawatir terutama mengingat nasib anak semata wayang mereka "Nyi lekaslah engkau sembunyikan anak Kita...! lekas lah !... " duarrrrrrrrrr...,brakkkk terdengar hancurnya pintu rumah Ki Gunawan Widiawan terkena sebuah pukulan tenaga dalam "set set tiga bayangan melesat kedalam rumah "hey siapa kalian datang datang menghancurkan pintu rumah orang?dan ada keperluan apa?"ki gunawan membentak, yang dibentak hanya tertawa dingin seraya menjawab "Ketahuilah aku Iblis langit selatan menginginkan nyawamu dan hendak meminta suatu barang hahaha.... cepat serahkan peta itu!" ternyata yang datang adalah lelaki setengah baya wajahnya sangar dihiasi kumis yang melintang rambutnya berwarna merah aKibat ilmu yang di pelajarinya tenaga sakti selasa racun langit, dialah si Iblis langit selatan dan dua bayangannya lagi ternyata adalah seorang pemuda berusia sekitar duapuluh lima tahunan memakai baju biru, seorangnya lagi adalah wanita berusia dua puluh tiga tahunan, mereka adalah murid si Iblis langit selatan "peta?peta apa? Jawab Ki Gunawan Widiawan berlagak pilon."gerrr disaat seperti ini kau masih berlagak bloon, sepertinya kau perlu diajar adat keparat..!"
serrrr tanpa peringatan apa apa Iblis langit selatan menyerang dengan merapal jurus pukulan racun selatan tingkat tiga, bau amis menyebar Kira Kira tiga tombak dari arena pertarungan. Ki
33
Gunawan Widiawan yang melihat si Iblis langit menyerangnya dengan tanpa peringatan membuatnya gusar cepat ia salurkan tenaga dalamnya keseluruh tubuh dan mencabut pedangnya dengan menyalurkan tenaga dalamnya kedalam pedang, kemudian merapal jurus menggulung ombak samudra dari rangkaian ilmu pedang pelintang jagat pembelah sagaranya. . set Iblis langit membatalkan serangannya karena ia harus menyelamatkan diri dari tebasan pedang yang menuju lehernya. .Iblis langit merasa kagum juga kepada lawannya dalam keadaan keracunan ia masih mampu bertarung hampir seimbang dengannya. Ratusan jurus telah mereka keluarkan, ruangan tamu Ki Gunawan Widiawan telah porak poranda terhempas angin aKibat pertarungan mereka tiba tiba hoek Ki Gunawan Widiawan muntah darah ternyata ia terlalu memforsir tenaganya ia lupa bahwa ia sedang keracunan hebat. "krek aaakkkkhhhh " Ki Gunawan Widiawan menjerit karena tiba tiba murid lelaki Iblis langit selatan menyergap dan mematahkan tulang kaki nya. "keparat kau, membokong orang dengan pengecut" teriak Ki Gunawan Widiawan , sipemuda berbaju biru tertawa dingin dan ''krek........ aaakkkhhhhrrgg''
"berani sekali lagi kau memaKiku ku patahkan seluruh tulangmu...........! dengan bengis ia tendang Ki Gunawan Widiawan sampai mencelat "bruk" tubuhnya menimpa meja
34
sampai hancur berkeping keping saKing kerasnya tertimpa tubuh Ki Gunawan Widiawan. Bukannya jerih Ki Gunawan Widiawan malah memaKi lebih pedas, wajahnya merah menatap Iblis langit selatan dengan kebencian yang memuncak "Iblis langit pengecut, beraninya cuman keroyokan dan membokong..... ayahnya pengecut tukang pemerkosa, penjilat , anaknya apalagi....." merah padam Iblis langit dikatain ayahnya seorang pengecut,tukang pemerkosa dan penjilat sret ia mencabut gada emasnya wukkkk dipukulkannya gada emasnya kearah kepala Ki Gunawan Widiawan , gada emas Iblis langit selatan tampaknya akan menghancurkan kepala Ki Gunawan Widiawan tinggal sejengkal lagi mengenai ubun ubun Ki Gunawan Widiawan tiba tiba trang..... sebuah pisau terbang menyambar gada emasnya. Iblis langit selatan terperanjat melihat sebuah pisau mampu menahan gada emasnya diam diam dia berfikir " hebat juga tenaga dalamnya tampaknya rencana malam ini akan banyak halangan" "kakaaaanggggg" suara merdu melengKing dikesunyian malam yang gelap ini, tanpa menghiraukan keadaan seKitarnya Nyi widia seta meloncat memeluk suaminya tiba tiba ia merasakan ada desiran halus dibelakangnya
35
"celaka senjata rahasia" Nyi widia seta menghindar tapi jrubb beberapa jarum menembus kulitnya yang mulus. Bruk Nyi widia seta terjerembab jatuh kemudian merangkak meendekati suaminya, sambil menangis Nyi widia seta berkata "kangmas mesKi Kita tak dilahirkan dalam waktu yang sama tak Kita sangka Kita akan mati didalam waktu yang sama" Ki Gunawan Widiawan tersenyum mendengar ucapan istri tercintanya itu. Ia tak berbicara hanya tatapan mata dan gerak tubuh menyatakan kebahagiaannya , nafas mereka semaKin lemah dan lemah putuslah nyawa mereka. "Geledah rumah ini cari peta itu juga anak mereka Kita harus membasmi sampai keakar akarnya jangan sampai Kita memelihara anak harimau" tegas ucapan Iblis langit selatan, bukan omong kosong jika ia dimalui oleh orang orang persilatan. Akhirnya mereka menggeledah rumah Ki Gunawan Widiawan tapi naas peta maupun anak Ki Gunawan Widiawan tak mereka temukan SaKing marahnya merekapun membakar rumah Ki Gunawan Widiawan . Fajar telah meNyingsing suara telapak kuda berlari semaKin jauh tak terdengar......... akhirnya para warga pun keluar dan berbondong bondong menuju rumah ki gunawan untuk melihat musibah yang menimpa keluarga Ki Gunawan Widiawan, sebenarnya para wargapun mengetahui musibah keluarga Ki gunawan widiawan itu terjadi semalam hanya saja mereka tahu jika ingin menolongpun hanya akan menjadi korban sia sia. Lalu bagaimana dengan Aram widiawan putra Ki Gunawan widiawan
36
Saat Ki Gunawan Widiawan menyuruh Nyi widia seta menyelamatkan anak semata wayangnya cepat cepat nyi widia seta masuk kekamar anaknya, diciumnya kening Aram dengan penuh kasih sayang, set tuk.... tiba tiba nyi widia seta menotok jalan darah tidurnya. Tanpa babibu lagi nyi widia seta memanggul anaknya kemudian berlari kebelakang rumahnya dengan mengerahkan ilmu peringankan tubuhnya sekejap saja ia telah berada di bukit belakang rumahnya. Diletakannya tubuh Aram widiawan di salah satu rumput yang agak tebal dibelainya rambut panjang anaknya itu ''nak, jadilah anak yang berguna, ibu menyayangimu" pluk airmata ibunya jatuh di pipi Aram. Tiba tiba pendengarannya yang tajam mendengar suara pertarungan didalam rumahnya cepat cepat ia berlari dengan mengerahkan ilmu peringan tubuhnya, sesampai disana betapa terperanjatnya ia melihat suaminya terancam bahaya disambarnya pisau dapur yang kebetulan menggantung di dinding sebelah kirinya, dengan mengerahkan tenaga dua belas bagian ia melemparkan pisau dapur yang diambilnya barusan dengan merapal jurus bidadari memberi berkah. Dan kelanjutannya seperti apa yang diketahui oleh pembaca.
Suara kokok ayam menjadi tanda pagi telah menjemput, dengan malu malu sang mentaripun terangi jagat raya semilir angin membelai lembut pepohonan dan rumput. dilereng bukit cikijing
37
tampak seorang anak usia tiga belas tahunan terbaring lemah, pelan pelan ia membuka matanya ia kebingungan karena saat ini ia berada dilereng bukit bukan berada dikamarnya. Dengan berlari lari kecil kecil ia pulang kerumahnya, sesampai si halaman rumahnya ia malah diam berdiri matanya terbelalak kaget mengetahui jikalau rumahnya tinggal puing puing. Tiba tiba pluk ada tangan yang memegang pundaknya "nak Aram sabar yah" dengan cepat cepat ia berbalik "paman Ardi...!!! apa yang terjadi? Dimana ayah dan ibuku?" "sabar anakku marilah engkau ikut kerumah paman, nanti paman akan menceritakan semuanya" akhirnya bayupun mengikuti Ki Ardi ke rumahnya sesampainya disana Aram serasa terbang arwahnya melihat ayah ibunya terbujur kaku bersimbah darah, gubrakkk saking tergoncang perasaannya Aram widiawan pun pingsan. Ki Ardi hanya bisa menghela napas berat melihat Aram pingsan, tak begitu berselang lama Ki Ardi beserta para warga pun segera menolong Aram dan membaringkannya di kamar. Dua kentongan telah berselang akhirnya Aram siuman
"mah....pahhh.... kenapa kenapa kalian meninggalkan ananda sendiri.... Hik..hikkk...! akhirnya ia berusaha bangun untuk melihat saat saat terakhir wajah orang tuanya. Setelah masuk keruang tengah ia pandangannya tampak olehnya, keadaan dalam rumah pamannya, warga warga sedang mempersiapkan
38
pemakaman orang tuanya, mayat orang tuanya sekarang terbaring dalam keadaan bersih meski ada setitik dua titik noda darah, tampaknya baru di bersihkan, bukan main sedih dan terharu hatinya. Aram jatuhkan diri di samping jenazah orang tuanya. otaknya berputar, memikirkan hidupnya yang seterusnya tanpa orang melindungi dirinya. Air matanya mengembang, sakit hatinya, tangannya dikepalkan. "Aku akan membalas dendam akan kematiannya kedua orang tuaku! Akan kucari tempat yang di katakan ayah, tunggulah pembalasanku" ia berjanji dalam hatinya , matanya beringas dan tangannya dikepal-kepalkan. Namun tiba tiba ia ingat akan nasehat ayahnya bahwa ia harus berlaku tenang jika menghadapi sesuatu urusan biar bagaimana besar pun, maka amarahnya menjadi reda. Sebagai gantinya, kembali ia menangis, menangis terisak isak. Lembayung menggurat langit matahari pun telah terlihat kelelahan, awan berbondong bondong berlarian seakan takut ketinggalan, capung capung berterbangan diatas kepala seorang anak kecil berbaju coklat, dengan wajah terlihat muram, tangan terkepal, didepan anak itu terlihatlah sebuah gundukan tanah merah "paman Ardi bilang pelakunya adalah Iblis langit selatan dan muridnya..........., bagaimana cara aku membalas sakit hati ini?"terdengar lirih gumaman dari bibir kecilnya.
39
Mendadak ia berteriak dengan lantang "Iblis langit tunggulah pembalasanku aku bersumpah akan membalas sakit hati ini, wahai tuhanku dengan disaksikan kuburan ayah ibuku, bumi tepatku berpijak dan langit yang memayungiku aku akan menjadi orang yang akan membalas semua ketidak adilan dimuka bumi ini meski harus melalui jalan darah..." tiba tiba langit mendadak mendung terdengarlah petir menyalak tiga kali, bumi bergoncang, angin berhembus dengan dahsyatnya seakan menjadi tanda bahwa sumpahnya telah didengar oleh yang maha kuasa jelegarrrrrrrrr..... jelegarrrrrrr......... jeleggarrrrrr..... wussstttttttttt ......... ditempat lain warga gempar melihat alam mengamuk dengan dahsyatnya pohon pohon tumbang bertebaran rumah rumah ambruk mereka yakin bahwa tuhan sedang marah karena mereka mungkin kurang besyukur........ sementara orang orang persilatan yakin bahwa itu tanda bakal ada kejadian mengerikan yang bakal melanda sementara orang orang kosen menyangka telah ada seseorang yang menguasai ilmu yang dahsyat dan telah mencapai kesempurnaan. Datuk golongan putih merasa was was mending jika yang menguasai ilmu itu adalah orang yang baik maka keselamatanlah bagi golongan mereka, jika sebaliknya maka hancurlah masa depan mereka.
Lain halnya dengan datuk golongan hitam mereka cemas apabila orang kosen tersebut dari golongan putih mereka yakin
40
pasti kehancuran bagi mereka, jika sebaliknya mereka juga was was berarti ada yang menyaingi mereka itulah beberapa argumen orang orang persilatan, apa yang bakal terjadi hanya tuhan yang tahu. ~*******00********~ Aram widiawan pun masih ingat ketika ia terlunta lunta di kotaraja padjampangan mengarungi hidup ditengah kerasnya dunia persilatan. Pada hari itu matahari bersinar dengan teriknya, seorang pemuda berbaju coklat compang camping tengah meminta minta dengan menadahkan mangkuk dari batok (tempurung kelapa) di pekarangan sebuah rumah yang cukup bagus di tempat itu. Pemuda itu wajahnya penuh dengan debu tapi tetap saja tak bisa menutupi wajahnya yang tampan, matanya semu kemerah merahan, ya tak salah lagi ia adalah Aram widiawan, tujuh purnama ia berjalan mengembara mengikuti petunjuk peta dari ayah ibunya dan sudah dua hari ini ia tiba di kota raja.
"Tolooooooonnggggggg..........." tiba tiba terdengar suara anak perempuan meminta pertolongan membuyarkan lamunannya dengan sebat segera ia berlari kearah suara jeritan tadi dilihatnya seorang pemuda yang cukup tampan sedang membopong seorang gadis kecil menuju kearah rimba sebelah utara. Aram yang sekarang bukanlah Aram yang dulu yang lemah tak bisa melakukan apa-apa, sekarang ia sudah memiliki tenaga dalam yang lumayan karena sejak kejadian tragis itu ia ekstra berlatih dengan tekun. meski ia tak mengerti satupun
41
gerakan ilmu silat. Sekejap saja ia telah menyandak pemuda yang menculik gadis itu. "Berhenti...." Aram membentak dengan mengerahkan tenaga dalamnya, sipemudapun terkejut ia tak menyangka ada orang yang berani mengejarnya, tetapi ketika ia berpaling dan melihat bahwa yang mengejarnya hanya seorang bocah kecil ia menghembuskan nafas lega seraya membentak "hey bocah bau kencur mau apa kau mengganggu ku tak tahukah kau berhadapan dengan siapa? Dengarlah dengan telingamu yang congean itu ! Aku adalah SiKumbang pemetik bunga" Sikumbang pemetik bunga memperkenalkan dirinya dia berharap sibocah segera lari sipat kuping mendengar julukannya, tapi dia kecele bukannya takut Aram malah mengejek dirinya "mau kunyuk pemetik bunga atau babi pemetik bunga kek tuanmuda mu ini gak takut n gak peduli cepat serahkan gadis itu sebelum kukirim nyawamu ke akhirat" ejek Aram dengan lagak jumawa di buat buat. Sigadis dalam pondongan sikumbang pemetik bunga geli melihat gaya Aram, makin panaslah sikumbang pemetik bunga melihat lagak jumawa Aram apalagi dia mendengar sigadis dalam pondongannya tertawa, ia menyangka sigadis menertawakan dirinya. Cepat ia turunkan sigadis
42
"Bangsat, serahkan jiwamu !" tiba-tiba Si kumbang pemetik bunga loncat menyerang Aram. Karena Aram tak mengerti gerakan ilmu silat cepat ia loncat menghindar. Beberapa jurus telah berlangsung, tiba-tiba Sikumbang pemetik bunga gencarkan serangannya. Ia benar-benar penasaran kalau tak dapat merubuhkan lawan. Bahkan dalam suatu kesempatan, ia menyapu kaki si Aram dan rubuhlah pemuda itu terbanting ketanah. mangkuk yang berada ditangan kanannya terbentur pohon dan mencelat. Saat itu Si kumbang pemetik bunga terus mengangkat tangan hendak menyusuli menghantam kepala si Aram "mati kau" pikirnya dalam hati. Sigadis yang tadi berada di pondongan Si kumbang pemetik bunga menutup matanya tak tega melihat kematian bocah penolongnya. Crek.. tiba-tiba mangkuk yang mencelat itu mengenai jalan darah yang berada di siku lengan Si kumbang pemetik bunga. Seketika tinju Si kumbang pemetik bunga yang tengah mengacung diatas itu berhenti. Dan terjadilah suatu pemandangan yang lucu. Si kumbang pemetik bunga berdiri tegak seperti patung tangan kanannya diangkat keatas kepala seperti hendak menghantam. Tetapi sikumbang pemetik bunga tak dapat bergerak lagi Seperti sebuah patung. Aram meringis kesakitan. Pantatnya menghantam tanah yang cukup keras. Sejenak kemudian ia berbangkit dan menghampiri Si kumbang pemetik b unga Plakkk ia menampar wajah Si kumbang pemetik bunga
"Hm, rasakan ya engkau ini ! hahahaha ......" Cepat ia memandangnya :
43
"Lho, mengapa engkau diam saja? Ah ya rasanya kok wajahnya sedikit bengkak kekiri? Apa karena tamparanku tadiya?"plakkkk Aram kembali menampar wajah sebelahnya, "nah kalau begitu kan pas" ujarnya dalam hati, Bukan kepalang geram Si kumbang pemetik bunga. Wajahnya merah padam "Bedebah, jangan keliwat menghina Si kumbang pemetik bunga Kalau mau bunuh, bunuhlah aku !" "daripada aku membunuhmu lebih baik aku dandanin kamu aja yah, hahaha" Aram tertawa jenaka. Karena jalan darah lengannya tertutuk mangkuk, Si kumbang pemetik bunga tak dapat berkutik. Sekalipun karena jatuh, manguk itu mencelat dan secara tak sengaja kebetulan mengenai jalan darah Si kumbang pemetik bunga, namun Si kumbang pemetik bunga mengira kalau gerakan itu adalah murni dilakukan si bocah. Ia anggap bocah itu memang memiliki ilmu yang tinggi dengan mangkuk saja ia bisa mengalahkannya apalagi dengan senjata. Aram cepat ambil mangkuknya dan menghampiri si gadis "kau tidak apa-apa nona?" mulut bicara tangan bekerja Aram yang masih kekanakan tidak mengetahui batasan laki laki dan perempuan segera memegang pinggang sinona yang sedang duduk lalu membantunya berdiri. Tentu saja kelakuannya itu membuat sinona merah padam karena malu
"tidd...ak tidak apa apa....." "nona ayo kita dandanin Si kumbang pemetik bunga itu hehe"ajak Aram, tanpa menghiraukan sinona Aram segera dekatin Si kumbang pemetik bunga. Dasar jahil
44
segera saja ia mencukur klimis rambut Si kumbang pemetik bunga, memotong baju panjangnya sebelah, tak lupa juga celananya ia papas sebelah. Jadi pemirsa bisa bayangin seperti apa paras Si kumbang pemetik bunga. "hihihi kau memang hebat" puji sinona kepada si Aram sambil cekikikan karena geli. Betapa marahnya Si kumbang pemetik bunga parasnya yang cukup tampan dipermak sibocah ia berteriak teriak sambil memaki. "Hm, jangan gila-giiaan. Bunuh saja aku daripada engkau bikin malu begini bocah edan!" "Bikin malu ? Mengapa aku membikin malu kepadamu ?" Aram berlagak blo'on. "Jahanam, engkau menghancurkan wajahku yang tampan ini, menampar pipiku dan merebut mangsaku, mengapa masih berlagak pilon ?" damprat si Si kumbang pemetik bunga. "Heh, heh, heh,hihihi...." tiba-tiba si nona dan siAram tertawa sampai terpingkal pingkal,pada saat tertawa itulah sikumbang pemetik bunga melihat sebuah gambar gunung dan tulisan pet....di saku si bocah, Aram tak sadar karena kejadian itu lah suatu hari ia akan dikejar tokoh tokoh persilatan
"nona ayo kita pulang!" Aram mengajak sinona pergi, makin geram lah Si kumbang pemetik bunga, mungkin karena geram, marah, jengkel, dan putus asa bercampur adukdalam hati, Si
45
kumbang pemetik bunga akhirnya pingsan dalam posisi hendak memukul . . . Di pekarangan rumah dimana tadi Aram widiawan mengemis, tampaklah beberapa penjaga sedang menundukan muka, mereka tampaknya sedang dimarahi seorang lelaki paruh baya, lelaki paruh baya itu kira kira berusia 35 tahun wajahnya cukup tampan dengan kumis tipis menghiasi bibirnya, dipinggangnya melingkar sebuah cambuk yang terbuat dari baja ia adalah ki nanjar atau lebih dikenal Si rasul cambuk bumi, disampingnya ada perempuan paruh baya yag sedang menangis terisak isak dia adalah nyi elas istri ki nanjar "Kalian ini bagaimana sih? Percuma aku membayar kalian, menjaga anak kecil pun kalian tak sanggup! Cepat kalian cari anakku jika kalian tak menemukannya, gaji kalian aku potong setengah tahun" bentak lelaki paruh baya itu "baik tuan" "tunggu apalagi lekas enyah dari hadapanku" para penjagapun tak membuang waktu lagi segera mereka lari serabutan berpencaran. "kang nanjar, bagaimana ini?"istrinya bertanya dengan gelisah "jangan khawatir istriku aku yakin anak kita baik baik saja. Mendadak ia melihat tiga penjaga rumahnya tergopoh gopoh mendekati dirinya
46
"tuan ...tuann kami melihat tuan putri berada di dekat rimba sebelah utara, ia sedang di gendong oleh seorang anak jembel" lapor ki ujang salah satu penjaga rumah ki nanjar si rasul cambuk bumi. Secepat anak panah ki Nanjar melesat kearah rimba, benar saja terlihat anak gadisnya sedang di gendong oleh seorang anak jembel betapa geramnya hati ki nanjar, tiba tiba dilihatnya lagi anaknya turun dengan tertatih tatih dan berlari kearahnya dan langsung memeluk ki nanjar. Bret kinanjar menyambar golok dari tangan ki ari. "Anak kurang adat beraninya kau menculik anakku"kinanjar mengangkat goloknya hendak menyerang Aram si bocah jembel, tapi tidak jadi karena anaknya merengek rengek "Ayah jangan jangan... ia tidak bersalah" "tidak bersalah apanya? Ia berani menculikmu" "tidak ayah bukan dia, justru dia yang menolong melati, jika tidak ada mungkin.......mungkin...." "mungkin apa anakku?" "kesucian anak akan dinodai sikumbang pemetik bunga" melati kemudian menceritakan apa yang menimpanya sampai ia digendong oleh Aram, ternyata ia terpeleset sehingga kaki nya keseleo jadi terpaksa harus digendong "apa berani sekali sikumbang pemetik bunga mengganggu anakku, gerrr............ jadi anak jembel tadi yang menolongmu?"
47
"benar ayahanda" "kalau begitu aku harus berterimakasih padanya" Kinanjar berbalik menuju tadi dimana Aram berada namun ternyata ia melihat anak itu berlari terbirit birit "hei anak muda tunggu..................! kinanjar berteriak kemudian ikut berlari mengejar. Sebenarnya Aram berlari karena ketakutan ketika kinanjar mengacungkan golok kearahnya, ketika sudah jauh dari tempat tadi tiba tiba ia mendengar suara yang menyuruhnya berhenti ketika ia berpaling makin kencanglah ia berlari kenapa? karena ia melihat orang yang menyuruhnya berhenti itu mengacung acung golok kearahnya "celaka ia mengejar" batinnya menggerutu, sementara kinanjar juga kebingungan melihat pemuda yang disuruhnya berhenti makin berlari kencang ia tak sadar bahwa ia berlari dan berteriak teriak itu sambil mengacung acungkan golok yang ia pinjam dari ki ari
"kenapa ia malah lari? Munkin ia tidak butuh ucapan terimakasih, Baik kau tidak mau maka aku akan memaksanya", maka terjadilah kejar kejaran yang lucu. Setelah sekian lama berlari, napas Aram sudah ngosngosan apalagi tenaga dalamnya tidak lah begitu tinggi, akhirnya ki nanjar dapat menyandak Aram brett gusrakkk bruuukk,,,,,,,,, terjadilah sebuah peristiwa yang lucu dimana seorang lelaki paruh baya memeluk seorang bocah di kubangan lumpur pesawahan
48
"ampun pakk......ampun.... jangan bunuh saya, saya gak bersalah" Aram berteriak teriak sambil menutupi kepalanya dengan tangan. tubuhnya basah kuyup keringat dingin mengucur tiada hentinya, bagaimana tidak sebilah golok melintang dilehernya. "siapa yang mau membunuhmu nak?" ki nanjar bertanya keheranan padahal di sekelilingnya tidak ada orang selain mereka, kinanjar masih belum sadar juga golok yang ia pinjam dari ki ari melintang dileher Aram. "inniii pak, . . . . .gol..gollooookkk " kinanjar pun berpaling ia juga terkejut melihat golok yang ia bawa melintang di leher pemuda yang ia kejar. Kinanjar pun menyatakan bahwa ia tak sadar membawa golok karena ia panik "hahahahahahah.......pantas saja kau lari begitu terbirit birit nak, hahaha" "hahaha....."akhirnya keduanyapun tertawa terbahak bahak..............semenjak hari itu Aram tinggal di rumah kinanjar, disana ia belajar jurus jurus ilmu silat meski hanya dasarnya saja,malah ia hanya mempelaja ri dua jurus ilmu kepandaian yaitu sijago membalikan tangan dan monyet liar mencari buah. Setelah tiga Purnama Aram memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya tentu saja keputusannya itu membuat sedih keluarga ki nanjar terutama melati. "kang rama ..... apakah kau akan kembali kesini? (rama adalah panggilan melati kepada Aram, katanya susah manggilnya)
49
"tentu, aku janji secepatnya aku akan kesini lagi" Aram meyakinkan. Dengan diiringi air mata Aram berangkat melanjutkan perjalanan, melati terisak isak ia merasakan ada sesuatu yang hilang dari hidupnya, perasaan apakah itu?.. hanya dia yang tahu. Setiap Pesta pasti akan bubar itulah yang dikatakan pepatah,....... Itulah yang terjadi antara Aram dengan melati putri ki nanjar Sekeras apapun hati seseorang pasti memiliki hati nurani Meski Aram terlihat tegar hatinya pun merasakan sedih seperti melati, hanya karena dendamnya ia memutuskan tuk membusungkan dada, piihan seorang ksatria sejati. ~*******00********~ Langit tetap tak berubah masih berwarna biru Begitupun dengan matahari Berjalan terseok seok jatuh bangun meraih asa Setiap perjalanan pasti ada tepian Di depan sebuah kedai terlihatlah seorang pemuda berbaju coklat berwajah penuh debu ia memegangi perutnya yang lumayan berotot, sekali kali ia mengecap mulutnya sendiri melihat orang sedang menyantap makanan. Perutnya terus berbicara meminta jatah
50
"duh.. laparnya" terdengar gumaman seperti suara lebah dari bibirnya. Ia adalah Aram widiawan yang baru saja tiba didesa itu setelah dua purnama berjalan dari kotaraja padjampangan. Sungguh perjalanan yang melelahkan baju pemberian melati kini telah kumal, disana sini ada yang sobek, pembekalan pemberian ki nanjarpun telah habis. sedang asiknya memperhatikan orang yang makan Tiba-tiba pundaknya ada yang tepuk, Ketika ia menoleh, tampak seorang laki-laki berparas cakap menatap kepadanya. Di atas alis kanannya ada tanda codet menggaris sampai atas alis kiri seperti bekas barang tajam. Senyumannya yang menawan telah menarik sekali hatinya. Itulah orang yang belakangan ia kenal sebagai Si pengabar Langit, yang telah angkat ia dari gelandangan tak berguna menjadi seorang anak yang cerdas tangkas dalam dunia telik sandi, yang melindungi dan mencintainya sebagai kakak pengganti orang tuanya, ia beserta kawanan gelandangan lainnya memanggilnya kakang sobar. Masih berbayang saat itu, mula-mula ia ketika ia bertemu sipengabar langit. "ayi, apa kau mau makan ?" tanyanya sipengabar langit diwaktu itu. Aram menganggukan kepala.
"Mari ikut aku !" kata sipengabar langit berbareng tangannya Aram dipegang, diajak berlalu dari situ untuk kemudian mereka memasuki kedai didepannya. Aram menurut disuruh duduk diatas bangku yang dikitari meja makan. Setelah pesan makanan, sipengabar langit berkata lagi pada Aram,
51
"ayi namamu siapa? Darimana?" Aram menundukan kepala, mengawasi bajunya yang kumel dan robek disana sini ia tetap diam. "Ayah dan ibumu ada dimana ?" tanya sipengabar langit sekali lagi bertanya memancing si bocah bicara.. "Ayah dan ibu mati dibunuh orang," sahutnya kemudian tanpa menyebutkan namanya. Sementara itu, pelayan sudah siapkan hidangan di atas meja. Aram awasi makanan di depannya. Ia menelan ludah, mengilar dia rupanya. sipengabar langit memperhatikan si Aram Pakaiannya compang camping, hatinya merasa sangat kasihan. "Mari kita makan !" mengajak sipengabar langit seraya mulai bersantap. Aram tidak perlu diundang dua kali, sebab sudah dari kemarin ia gak makan, segera ia mulai cobai makanan yang barusan membuat ia menelan ludah saking kepingin cicipi. Ia makan banyak, malah dua kai ia minta tambah nasi. sipengabar langit ketawa menampak perbuatan Aram yang lucu,apalagi ia sudah melupakan sendoknya, dan langsung makan dengan tangan. "Eh, namamu siapa ?" tanya sipengabar langit mengingatkan sibocah pertanyaannya tadi yang tidak dijawab.
"Namaku Aram, Aram Widiawan" jawabnya, mulutnya penuh nasi. Geli hatinya sipengabar langit melihat Aram yang gembul makannya.
52
"Bagus," kata sipengabar langit. "Kau mau brgabung denganku ?" "gabung menjadi apa ?" Aram malah balik menanya. " pasukan Telik sandi." sahut sipengabar langit "telik sandi itu apa?"Aram nmenghentikan kegiatan makannya sebentar "organisasi mata mata," jawab sipengabar langit enteng. Aram mengawasi sebentar pada orang didepannya. "Mau, aku mau tapi, aku tidak paham dengan cara kerjanya!" katanya. "jangan khawatir aku dan teman teman barumu akan menajarimu. Demikian, sejak itu Aram Widiawan menjadi anggota telik sandi di kota ciburial., Melebihi dari dugaannya sendiri, sipengabar langit melihat kecerdikan dan ketajaman otaknya Aram begitu luar biasa. Tiap pelajaran memata matai keadaan dunia persilatan ia pahami dengan sekali mengajarkan, Paling banyak dua kali sudah cukup, ini juga kalausangat berbahaya. Pada suatu ketika ia sedang mematai seorang lelaki berkerudung hitam tiba tiba ia kehilangan orang yang diincarnya' iapun memutuskan untuk berhenti mematainya dan kembali ke jalanan.
53
Tiba tiba Jleg lima sosok tubuh menghadangnya, "Itu dia orang yang saya katakan" tiba tiba dari samping Aram melihat seorang pemuda berkerudung hitam yang ia intai tadi. "hahahahaaa............ kau tak akan menyangka bukan bocah? Kau telah kami jebak hahah"..."ternyata kau si kumbang pemetik bunga, bagaimana dengan rmbutmu?" ejek Aram enteng. merah padam wajah si kumbang pemetik bunga mengingat kejadian sebelas purnama lalu. "cepat serahkan peta itu bocah bau kencur" terdengar bentakan menggelegar dari salah satu penghadangnya...sungguh kejut alang kepalang Aram mendengar lima orang penghadangnya mengetahui ia membawa peta penyimpanan kitab pusaka keluarganya. Diam diam ia berfikir "jika aku melawan mereka jelas aku akan kalah, lebih baik aku ambil langkah seribu saja" wussssttt ia berlari kembali kerimba sebelah belakang, brettt terdengar sobekan kain .... ternyata celananya robek tersangkut akar... ia terus berlari dan berlari....hingg ia Sampai Di puncak Gede, dan tentu pembaca mengetahui kelanjutannya.
Serrr.......Semilir angin sepoi sepoi menerbangkan daun daunan yang berserakan di dasar jurang puncak gunung Gede, tepp.... salah satu daun daunan itu mendarat di pipi seorang pemuda tampan dengan rambut panjang riap riapan..bagi seseorang yang pernah berlatih ilmu silat tentunya naluri dan perasaannya akan lebih peka dengan keadaan disekitarnya, pemuda itu
54
tersentak kaget dari lamunannya, slep wusssttt...ia loncat keudara kemudian bersalto dua kali seraya berteriakk melepaskan kepenatan pikirannya "heaaaaaaaaaahhhhhhhhhh........ " cesss......ia mendarat di bumi dengan suara desisan nyaring, hawa panas melanda daerah disekitar dasar jurang tersebut menandakan tenaga dalamnnya telah mencapai kesempurnaan. Siapakah pemuda itu? Ya dialah jagoan kita Aram widiawan, gara gara memikirkan masa lalunya ia kehilangan waktunya selama 6 kentungan, "wah, hari sudah terang aku harus cepat cepat keluar dari jurang ini" pikirnya. Tetapi suatu persoalan yang amat menyulitkan hatinya memenuhi otaknya kembali, jurang itu dikitari oleh tebing tebing curam yang puncaknya menembus sampai diawan, dia harus melalui tempat mana untuk naik ke atas? matanya dengan tajam memperhatikan keadaan di sekeliling tempat Itu, akhirnya ditemui juga pada suatu tebing yang amat terjal terdapatlah sesuatu tonjolan tonjolan batu yang menghubungkan dasar jurang dengan puncak tebing jurang. Tonjolan itu ada kurang lebih dua kaki di atas permukaan tanah bilamana bukannya pandangan mata yang sangat tajam dan teliti tidak mungkin orang lain bisa menemukannya, segera pikirnya di dalam hati.
"batu batu itu lumayan tinggi juga, kuat gak ya menahan tubuhku?"
55
Sampai saat ini dia sama sekali tidak tahu ilmu silat yang berhasil dipelajari ini sudah mencapai seberapa tingginya, bahkan tidak mengetahui juga seberapa tinggi tenaga dalamnya ? Karena kepingin cepat-cepat meninggalkan jurang itu terpaksa dengan menempuh bahaya dia pergi mencoba, hawa murninya ditarik dari pusar kemudian disalurkan ke seluruh tubuh sesudah bersuit nyaring tubuhnya mendadak dengan amat cepatnya meloncat naik ke atas dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang bernama selaksa rubah menjadi bayangan, warisan sirubah seribu wajah. menurut perkiraannya, loncatannya kali ini akan mencapai setinggi tiga empat kaki lalu dengan cepat tubuhnya akan menempel pada tonjolan batu pertama, siapa tahu loncatannya kali ini bukan cuma mencapai tiga empat kaki saja, bahkan bagaikan anak panah yang terlepas tubuh Aram widiawan dengan cepatnya meluncur setinggi puluhan kaki , hal ini benar-benar berada diluar dugaannya semula di dalam keadaan yang terperanjat mendadak matanya tertumbuk pada tonjolan batu yang kesepuluh yang berada kurang lebih satu kaki jauhnya dari tempat dia berada.
Sepasang tangannya segera dipentangkan ke samping sedang kaki nya menjejak tengah udara, dengan hebatnya tubuhnya meluncur ke arah tonjolan tersebut.ternyata tonjolan kesepuluh yang ia pijak benar benar kuat setelah beberapa kali panjatan dan akhirnya Aram widiawan berhasil juga keluar dari dasar jurang itu.
56
Sesudah berdiam beberapa Purnama di dalam sebuah gua di dasar jurang yang gelap dan amat lembab dan kini muncul kembali di atas alam yang berhawa segar membuat kemurungan di dalam dadanya seketika itu juga tersapu bersih, mendadak dia angkat kepalanya bersuit panjang, suara suitan itu persis seperti pekikan naga yang baru saja keluar dari sarangnya. Saat ini tenaga dalam yang berhasil dimiliki dirinya sudah mencapai pada taraf kesempurnaan, suara suitan itu sudah tentu amat nyaring sekali sehingga menggetarkan seluruh permukaan bumi membuat binatang kecil pada melarikan diri serabutan saking kagetnya. Dengan merapal ilmu selaksa rubah menjadi bayangan ia melesat seperti anak panah yang dilepaskan busurnya menuruni gunung benar benar suatu pameran ilmu peringan tubuh yang dahsyat, tidak salah bila pada zaman si rubah seribu wajah menjadi ilmu peringan tubuh no satu ........ Aram terus saja berlari, setelah satu dua mil berlari sampailah ia di sebuah hutan pinus, akhirnya ia menurunkan kecepatan larinya, dan berjalan biasa dengan langkah lenggang-kangkung. jdukk.... gubrak tiba tiba Aram tersandung sesuatu "sialan,ekh kok rasanya bau busuk, bau apa ini?" ditatapnya "sesuatu" yang membuat ia tersandung tadi "akh, mayat" Aram berteriak kaget.
57
Mendadak terdengar seseorang berseru: "kang jaka rasanya kok seperti ada bau mayat?" "Kalau begitu pasti ada sesuatu yang tak beres, mari kita periksa tempat ini." Mendengar tanya jawab itu Aram jadi kaget, pikirnya: "Jika mereka sampai masuk kemari dan menemukan mayat ini, aku pasti akan dituduh sebagai pembunuhnya...." Dari kejauhan ia saksikan ada dua sosok bayangan manusia sedang bergerak mendekati dirinya. Walaupun masih jauh namun Aram dapat melihat dengan jelas, kedua orang itu adalah kakek berusia lima puluh tahunan yang berwajah bengis. Orang pertama bermata segitiga dengan wajah bulat, sedang orang kedua berwajah pucat pias bagai mayat yang sudah mati berapa hari, jenggot putih terurai dari janggutnya. Mereka berdua mengenakan baju terbuat dari kain belacu putih, sepatunya terbuat dari tali jerami. Kedua orang itu memang merupakan jagoan paling tangguh dari kalangan hitam, Rubah bermata tiga Ki Jaka lono serta jenggot mayat Ki romal, Dalam pada itu Aram yang tertegun tak ingin membuat urusan yang akan menyulitkan dirinya cepat ia salurkan tenaga dalamnya untuk bersiap sedia.
Tidak menunggu lawan mendekatinya, dengan jurus Rubah sakti cakar mangsa dia lepaskan sebuah dorongan ke depan. Waktu itu Jaka Lono sedang bercakap cakap dengan adiknya Ki Romal, merasakan datangnya serangan, ia segera menghardik: "kakang, hati-hati, ada yang membokong!" Sambil membentak dia lancarkan juga sebuah pukulan. Ki Romal kuatir adiknya
58
ketimba musibah, buru-buru dia lompat menghampiri sambil bersiap sedia. "Aduuuh...!" Dua kali jeritan ngeri bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu tubuh Ki Joko lono dan ki Romal sudah mencelat sejauh dua tombak dengan dada bolong., tubuh mereka terhajar telak pukulan Silat Rubah dengan tenaga sakti mata darah yang dikerahkan hingga mencapai sepuluh bagian. Mimpi pun Aram tidak menyangka kalau tenaga dalamnya begitu sempurnanya, ia terlonggong longgong, bagaimanapun ini pertama kalinya ia membunuh.
Sementara ia tertegun, dari kejauhan terdengar derap kaki kuda. Dalam posisi begini Aram tak bisa membuang waktu lagi, cepat-cepat dia membuka pakaian ki Jaka lono, memakainya dan memindahkan barang miliknya ia tak peduli meskipun pakain nya bolong dengan bercak bercak darah di bagian dada dan punggungnya daripada bugil hehehe karena tak ingin memperbanyak urusan cepat ia berlari mengerahkan ilmu peringan tubuhnya, lebih kurang satu kentongan kemudian ia sudah tiba di dekat air terjun.
"lebih baik aku membersihkan diri dulu dan mencuci pakaian ini, sudah dua tahun aku tidak mandi", (kebayang baunya hihi dengan perlahan Aram melepaskan pakain dan menyimpan buntalan pedangnya dibalik semak semak, dengan tubuh bugil Aram lari lari kecil menuju Air terjun, sekali jejak tubuhnya
59
melambung keatas dan bersalto lima enam kali diudara, itulah jurus Rubah Sakti bergulingan "byurrrrr.....dengan didahului kepala tubuh Aram mendarat di air ....... "Fuahhh....... hahaha segarnya....sebaiknya aku mencuci bajunya dulu biar nanti setelah aku mandi, bajunyapun kering hehe" Aram benar benar gembira menikmati mandinya, ia berenang renang sepuas hati diselingi dengan menyelam kedasar sungai ....... Kcipak kcipak.....tiba tiba terdengar suara ikan meloncat......mengiringi suara siulan merdu yang tak beraturan nadanya tampaklah seorang pemuda tampan berkulit seputih salju dengan rambut riap riapan tak terikat sedang asyik mandi sambil main main air....... tiba tiba pemuda itu menghentikan siulannya, ia memekik terkejut ―Akh ikan apa itu?‖ cepat cepat ia menyelam mengikuti ikan yang tadi ia lihat sepintas, ia terkejut melihat ikan itu berwarna hijau ke emasan. Tapi ternyata ikan itu telah hilang di balik batu hitam yang cukup besar. Disebabkan penasaran akhirnya ia mengangkat batu hitam itu, tapi naas ikan tersebut telah raib entah kemana. Tapi, ia tak sia sia melakukan itu, dilihatnya ada sebuah peti dengan lebar 5 cm dan panjang 10 cm, pikirnya
60
―peti apa ini? Sebaiknya aku lihat diatas saja‖ dengan gesit ia ambil peti itu kemudian ia kembali kepermukaan dan berenang ketepian, segera ia berpakaian setelah selesai ia segera membuat api ungun ―malam telah tiba, sebainya aku menginap saja disini ―ucapnya kepada diri sendiri, segera ia beranjak kebawah pohon pinus dan mengambil ranting tak lupa juga ikannya yang tadi ia tangkap setelah mencuci pakaian. Lalu membakarnya diatas api ungun yang ia buat. ―waw mantapppp..... sudah lama aku tidak makan ikan, oh aku lupa peti tadi isinya apa ya?‖segera saja ia mengambil peti tadi dan membukanya, ternyata isinya dua buah senjata yang unik dan dua utas tali berwarna biru, senjata yang pertama adalah sebilah keris berkeluk enam sepanjang 8 cm disarungnya ia membaca sebuah tulisan ―perasaan‖, yang kedua sebuah kujang kecil sepanjang 9 cm. Gagang dan sarungnyanya berukiran harimau. sama halnya dengan keris tadi disarungnya juga terdapat tulisan bedanya dalam kujang tersebut terdapat tulisan―Kekuatan Sejati‖.
―senjata yang bagus......punya siapa ya? karena tak ada penjelasan mengenai dua senjata ini lebih baik buatku saja dan aku akan memberi nama...hemmmmm...... kujang kecil keris keluk sembilan....akh kurang pas, hemm....kujang harimau keris mungil.....hihi norak...akh lebih baik aku ambil dari tulisan ini saja hehehe ... Kujang Kekuatan Sejati dan Keris Perasaan... kurasa
61
ini lebih baik meski terlalu muluk haha...emch tali ini tali apa sih?‖ Aram pun mengambil dua utas tali berwarna biru dari peti, namun tiba tiba ia terkejut, mengapa? Ternyata ketika ia mengangkat tali dari peti, tiba tiba petinya hancur menjadi abu. ―Ada apalagi ini? Kenapa petinya jadi abu? Akh peduli amat...lebih baik tali ini aku jadikan ikat rambut saja, lumayan daripada riap riapan kaya gini. ‖ Arampun menyisirkan rambutnya dengan menyisakan poni depannya dan sedikit rambut di samping telinganya, sementara rambut belakangnya ia kuncir seperti ekor kuda. ―huaaaahhhhhhh ngantuk tidur akhhh‖.... Langit telah menjadi gelap, sepertinya sang maharaja telah tidur dan menyelimuti tubuhnya............. Sang Putri malam pun malu malu untuk menamakan wujudnya bintang bintangpun tampaknya enggan tuk menampakan diri jeritan malam menjadikan malam ini begitu mengerikan mengntar lelap seorang pemuda yang tergeletak di bawah pohon pinus (aone) ~*******00********~
Disebuah desa yang cukup ramai terlihatlah seorang pemuda berbaju kain belacu dengan rambut di kuncir kuda dengan sebuah kain berwarna biru, diatas ikatannya menyembul sebuah gagang berukiran harimau dan ular membentuk hurup X,
62
ternyata ia menyimpan keris dan kujangnya di sanggulan dimana ia mengikat rambutnya. Ia berjalan sambil tengak kanan tengok kiri melihat deretan deretan rumah, kemudian ia mendekati seorang pak tua yang sedang asyik menghisap tembakau, ―Pak, maaf boleh saya bertanya kedainya dimana ya?‖ ujar pemuda itu yang ternyata adalah Aram Widiawan yang baru saja sampai di desa pagi tadi. Mata pak tua itu menyipit memperhatikan Aram yang ia pikir berdandan cukup aneh‖ Aden siapa? Apakah aden baru kali pertama datang ke desa ini? Jawabnya. ―Ia Pak, baru tadi pagi saya tiba didaerah ini, oh ya ini daerah apa pak?‖ Aram mencoba berbasa basi karena Pak tua itu belum juga menjawab pertanyaan yang ia ajukan tadi. ―ini desa bernama Padanghaur den,oh ia maaf den saya lupa, maklum sudah tua, kedainya berada kira kira seratus meter dimuka didekat pasar sana,‖ ‖terimakasih pak, kapan kapan saya akan kembali kesini lagi untuk sekedar bercakap cakap dengan bapak... saya pamit pak..mari‖ Aram melanjutkan perjalanannya dengan santai, karena di desa tersebut cukup ramai mana mungkin ia menggunakan ilmu peringan tubuh, bisa bisa ia dianggap hantu disiang bolong hehe
63
Kedai itu cukup besar dan terbilang ramai didatangi pengunjung. beberapa kelompok telah duduk tersebar di dalam kedai.. beberapa orang-orang yang terlihat kasar…tampaknya mereka a dalah orang-orang dari rimba hijau… Aram tidak mengindahkan keberadaan mereka. Ia menarik tempat duduk tanpa sandaran karena ia sudah lapar. Bisik-bisik terdengar dari orang-orang itu… Aram tahu mereka sedang membicarakan dirinya karena ia memiliki pendengaran tajam, tapi ia berlagak acuh saja pura pura tak mendengar, bagaimana mereka tidak membicarakannya ia memiliki wajah yang dapat menaklukan setiap gadis, bermata merah bagai darah, berkain belacu dengan bolong di dada dan punggung, rambut dikuncir seperti kuda diikat oleh seutas tali ber warna biru warna biru, ―Mau pesan apa den?‖ sapa pelayan kepada dirinya, ―ayam hutan rebus, sayur bayam, sebakul nasi dan teh hangat‖… tak lama kemudian pelayan datang membawa pesanan makanannya, Aram menyantap hidangan dengan gembira… hanya sesaat sajian itu telah ludes, tidak bersisa…
―Ceuceu, Apakah perguruan kita akan datang dan menyatakan diri takluk kepada panji telapak perak pada limm purnama depan.‖ Empat orang memasuki kedai. Semuanya ternyata gadis gadis jelita yang masih muda berusia antara sembilan belas sampai dua puluh tahunan, penampilan mereka memiliki ciri yang sama yaitu memakai baju berwarna hijau dengan ikat kepala berwarna sama dengan pakaiannya, mereka berasal dari
64
perguruan Teratai putih, satu dari Lima perguruan utama. Mereka mengambil tempat duduk tidak jauh dari pemuda berkain belacu itu. ―Sejak kematian ketua perguruan bintang kemukus dan rajawali emas, Lima perguruan tanah jawadwipa mengalami guncangan yang cukup hebat, apalagi jago jago dari kaum kelana juga banyak yang ditemukan tewas tebantai dengan seluruh keluarganya‖‖ Kata seorang di antara empat orang muda, yang tadi dipanggil ceuceu oleh seorang gadis yang memiliki lesung pipit dipipinya. ―Kekuatan Panji telapak perak melebihi kekuatan perguruan utama di tanah jawadwipa,apalagi menurut kabar terbaru banyak jago jago kosen yang telah lama mengasingkan diri turut bergabung dengan mereka ditambah dengan jago jago dari negri sebrang, sekalipun lima perguruan itu bersatu. Menurut penilaianku, tidak ada pilihan bagi lima perguruan untuk tidak menghadiri pertemuan itu, mengenai bergabung atau tidaknya tergantung situasi nanti, Demi mengulur kehancuran lima perguruan utama‖ Ia menambahkan penilaian dengan dua mata dipenuhi kekecewaan dan keputusasaan. Sekalipun, kata-kata itu diucapkan pelan dan dikedai itu sangat bising namun cukup terdengar jelas oleh Aram yang memiliki ilmu pendengaran yang awas apalagi dulunya ia menjadi anggota telik sandi di kotapraja padjampangan.
65
"hem...tampaknya selama aku berada didalam dasar jurang telah banyak perubahan di dalam rimba hijau.....tampaknya aku harus menemui..." belum selesai Aram membatin "suiitttt suuiiittttt suuuiiitttttt" terdengar suara suitan tiga kali mengejutkan seluruh penghuni kedai, tiba tiba terlihatlah pemilik kedai tergopoh gopoh memasuki ruang kedai dan berteriak "tuan tuan maafkan hamba, sudikah kiranya tuan tuan meninggalkan kedai ini!" "heh cecunguk...berani sekali kau menyuruh kami meninggalkan kedai ini, kami sepasang harimau rimba tak sudi kau perintah!"bentak seorang lelaki sangar dengan garang disudut selatan kedai.dengan ketakutan pemilik kedai itu menjawab "maafkan saya tuan.. tapi tapi....... " "ada kejadian apakah kisanak? Sehingga kisanak menyuruh kami meninggalkan kedai ini" sela sigadis berlesung pipit dari perguruan teratai putih,
"anu anu nisanak.... Ki Renjana datang berkunjung."mendengar itu pucatlah orang orang penghuni kedai, bahkan si Harimau rimba yang tadi bersikap garangpun kini pucat pasi mirip mayat, tak menunggu lama seluruh penghuni kedai membayar makanannya dan berbondong bondong lari serabutan, Mengapa demikian? Dalam rimba persilatan ada pameo yang mengatakan "lebih baik berada dekat singa daripada dekat Si Iblis Tengkorak Mas" atau "berurusan dengan Iblis Tengkorak Mas lebih
66
menakutkan daripada jatuh kejurang tanpa dasar" Dalam sekejap kedai pun sepi kecuali si pemuda berbaju kain belacu yang tak lain adalah Aram Widiawan dan dua orang pemuda dengan penampilan yang sama berbaju warna biru, berkuncir seperti rambutnya Aram dengan ikat kepala biru laut dan kuning bermata sipit, wajahnya tampan hidungnya mancung, menilik wajahnya sepertinya ia bukan penduduk pribumi. "Tuan... tolong tinggalkan tempat ini segera... Iblis Tengkorak Mas benar-benar tidak punya perasaan, saya takut tuan sekalian jadi sasaran mereka..." kata pemilik kedai itu memohon. "Jangan kawatir pak, kami kan tidak memiliki sengketa apa-apa dengan orang yang bapak tadi katakan " Kata salah seorang pemuda berpakaian biru bernada kalem. "Aduh, bagimana ya, sa-saya benar-benar takut tuan, kalau mereka melihat kedai belum kosong, saya juga yang kena hajar." Kata pemilik kedai itu menghibakan hati. "Jangan takut paman, kami bisa menjaga diri mengenai diri bapak saya nanti akan memberikan penjelasan dan akan melindungi paman" sahut seorang pemuda yang satunya lagi, memakai bahasa jawa dengan logat daerah asing. Aram yang mendengar kalimat dan logat aneh dari pemuda itu tersenyum kecil.
Sementara pemilik kedai sedikit tenang mendengar ucapan itu, dia percaya pada pemuda pemuda itu karena ia melihat pedang
67
di punggungnya meski masih mergukan kemampuan mereka. Tapi, kecemasannya tak kunjung sirna menyadari masih ada seorang tamu lagi yang belum beranjak. Si pemilik kedai berjalan ke arah Aram, diiringi tatapan aneh dari kedua pemuda tadi, "Tuan bagaimana denganmu? Apakah kau sanggup melawan mereka?" tanya pemilik kedai langsung saja, sebab dia mengira tentunya Aram adalah pendekar juga, sebab pemuda ini tidak tinggalkan kedai. Aram tidak menjawab ia malah tersenyum misterius, ia tidak keluar kedai dengan tiga alasan, pertama ia tidak tahu siapa Si Iblis Tengkorak Mas, kedua Ia masih lapar dan yang ketiga ia ingin mengenal orang orang persilatan. Pemilik kedai uring uringan melihat Aram malah tersenyum tanpa menjawab pertanyaannya. "Orang persilatan memang aneh-aneh...lebih suka bunuh membunuh daripada mencari selamat...." gerutunya sambil tinggalkan tempat. Aram tersenyum mendengar gerutuan pemilik kedai itu. Dengan santainya, Aram duduk bersandar tanpa perlihatkan perasaan tegang ia malah mengulum senyum yang membuat orang bertanya senyuman apakah itu. Brakkk........ salah satu meja mencelat terkena tendangan. Lalu munculah sesosok bayangan berwarna emas "Silahkan masuk tuan... silahkan..." kata si pemilik kedai dengan gemetar.
68
"Hm, minggir kau!" bentak orang yang baru saja datang. Tangannya menggeser pemilik kedai sampai ia mencelat menindih meja, brakkk hoek sipemilik kedai muntah darah." "Bagus! Kali ini tampaknya bakal ada pesta darah!!" katanya dengan wajah seram. Ternyata penampilan Si Iblis Tengkorak Mas membuat siapapun mengkirik, bagaimana tidak? Wajahnya kering kerontang tinggal tulang mirip tengkorak, rambutnya menjuntai sebahu berwarna putih, giginya bertaring, baju dalamnya berwarna hitam dengan jubah emas, dipunggungnya ia memanggul kepala tengkorak berwarna emas di kedua tangannya membelit rantai sebesar tangan bayi. Melihat itu Aram belum mau cari urusan, dia asik bersandar sambil menengak minumannya, sementara kedua Pemuda yang ada dipojok ruangan sudah gusar melihat pemilik kedai yang muntah darah dihajar orang didepan mata mereka. Pemuda yang memakai ikat kuning berdiri saking marahnya. "Kau manusia busuk ! menghajar orang seenak perutmu sendiri apa kau kau......!" pemuda ini tidak melanjutkan perkataannya sebab ditelan kemarahan yang tampaknya sudah sampai ke ubun ubun, suaranya keras mengelegar, jarinya menuding-nuding dengan pedang pada orang yang baru saja datang. Bukannya marah mendengar tantangan pemuda itu, Iblis Tengkorak Mas malah tertawa terbahak bahak
"bwahahahaha.......... eh bocah bau kencur lebih baik kau belajar berbicara lagi pada ibumu jhahahaha" Kata orang berikat kepala
69
biru sambil memainkan janggutnya. Pemuda baju biru berikat kuning itu marah sekali. Dengan sekali lompat, dia sudah berada di atas meja makan didepannya. "Baik, kalau begitu aku ingin tahu apa kau memiliki tulang baja daging besi, berani pentang bacot didepanku!" usai berkata begitu, sipemuda meloncat dan mengangkat kaki kiri melakukan suatu angkatan berputar, mengikuti perputaran kaki kanannya yang berputar terlebih dahulu kekanan menurut arah jarum jam . tangan kiri ditekuk rapat dan tangan lainnya mengibas "ciaaaattt.....Naga membalikan tubuh" teriaknya lantang. "toako hati hati ..... pemuda satunya lagi mengingatkan. sementara Iblis Tengkorak Mas melihat serangan mendadak sipemuda tertawa dingin,"baik kau akan mendapatkan yang kau inginkan" kaki kanannyanya berjinjit, tangan kiri yang terpampang menekuk didepan serta kepalan tangan kanannya terkepal di pinggang dengan mengalirkan lima bagian tenaga sakti tengkorak emasnya ia memapak serangan sipemuda keras lawan keras"menggerayangi malam dengan gerakan im-yang"desisnya lirih duk...blarrrr.....dua buah tenaga sakti beradu, meja dan kursi berterbangan terhempas angin .....pemilik kedai siang siang sudah ngacir ketakutan entah pergi kemana... sementara Aram terdorong dengan meja dan kursinya kedekat jendela, namun anehnya perabot makanan bekasnya makan tetap di tempatnya seolah tidak terjadi apa-apa.
70
Si pemuda terkejut melihat jurus dan tenaga dalam yang dimiliki Iblis Tengkorak Mas diam diam ia berpikir" hebat juga tenaga dalamnya nyatanya tanah jawadwipa berisi dengan jago jago tangguh". Jurus demi jurus telah mereka keluarkan menginjak jurus ke lima belas sipemuda meloncat mundur, ia heran jurus-jurusnya dapat di patahkan dengan mudah.,srettt Iblis Tengkorak Mas kembali menerjang dengan jurus tengkorak emas menggoyangkan tubuh, si pemuda sungguh tak menduga Iblis Tengkorak Mas melancarkan serangan ketika ia mundur, dengan gerakan lincah ia berkelit kebelakang, maksudnya untuk menghindari kepalan Iblis Tengkorak Mas yang beracun. Tapi jurus Tengkorak Mas menggoyangkan tubuh memang benar-benar hebat, saat sipemuda bergerak kebelakang Iblis Tengkorak Mas memiringkan tubuh dan melejitlah tendangan kaki kiri desssss, pundak sipemuda terserempet tendangan..Iblis Tengkorak Mas tidak berhenti sampai disitu ia susuli tendangannya dengan totokan yang mengarah jalan darah kematian di leher, wussshhhh "awas serangan"tiba tiba dari belakang Iblis Tengkorak Mas terdengar bentakan, Iblis Tengkorak Mas segera membatalkan serangannya dan menggunakan jurus burung pipit kembali kesarang ia bersalto kebelakang. "Bersyukurlah kau bisa lolos dari kematian bocah!" Iblis Tengkorak Mas dengan tertawa mengejek, wajahnya tetap teang seolah tidak terjadi apa-apa. "kau tak apa apa, sute? !" tanya pemuda satunya lagi,
71
" aku tak apa-apa toako,." Jawab sipemuda berikat kuning sambil meringis menahan luka dipundaknya "mari kita serang bersama-sama sute, Iblis ini benar benar hebat." Tak menunggu jawaban sutenya Pemuda yang dipanggil toako meloncat sambil mencabut pedangnya srett....tubuhnya meliuk deras menyerang Iblis Tengkorak Mas, orang yang diserang sunggingkan senyum remeh. Dengan gerakan sebat, dia tangkis pedang itu dengan jurus belitan benang Iblis menjerat sukma. Trang!.............. Dentangan pedang akibat benturan pedang dengan tangan Iblis Tengkorak Mas. Sipemuda dengan sebat menyabetkan pedangnya dengan jurus ayunan naga api melihat itu Iblis Tengkorak Mas merunduk sambil melancarkan serangan ia menekuk kaki kirinya kebawah dan membentuk posisi mengambang,kaki lainnya di dudukan sedemikian rendahnya dengan gerak tusukan pada jari jari tangan serta gerak menadah keatas pada tangan kiri disisi belakang dan memantapkan diri dengan geseran pada kaki kanan menyamping diikuti kaki lainnya sambil menggerakan telapak kanan untuk menampar.....
plakkkkk.....tangan sipemuda terpukul, pedangnya mencelat keatas bukkk dengan mudahnya telapak lainnya mendarat di dada sipemuda...melihat nyawa toakonya terancam bahaya sang sute meloncat dan bersalto diudara kemudian menendang pedang toakonya yang terpental. Wusssssssssshhhh mendengar suara desingan tajam mengarah Iblis Tengkorak Mas, mendengar suara desingan itu si Iblis Tengkorak Mas
72
segera bergulingan kesamping. Treepppp pedang yang tadi terpental menancap di lantai menyisakan gagang pedang berukiran naga. Brukkkkk..... pemuda berikat kuning terjatuh berdebuman dilantai. "suteeee" pemuda berikat biru mendekati sutenya dan memapahnya ternyata saat si sute loncat dan menendang pedang, bahunya mendadak terasa sakit, karena kaget ia kehilangan keseimbangan dan jatuh terlentang. Melihat itu Aram tak tega, segera ia putar otak... tiba tiba ia mendengar iringan langkah kaki yang cukup banyak. Mendengar itu Aram teringat dengan salah satu ilmu rubah bersiasat didasar jurang yang bernama "meminjam pisau menyembelih kuda" "akhhhhh........penjaga keamanan" desisnya pelan, meski pelan tapi Iblis Tengkorak Mas dan dua pemuda asing itu juga mendengar. "cisss....bisa urusan bertambah panjang bila aku kepergok pasukan keamanan bisa bisa rencanaku gagal" Iblis Tengkorak Mas membatin, sebenarnya rencana apakah yang sedang di jalankan si Iblis Tengkorak Mas?entahlah...... Hatinya berpikir begitu sementara mulutnya berkata
"hahahahaha......bocah bocah bau kencur, tiba tiba aku ingat suatu urusan, mengenai urusan kita aku sudahi sampai disini, kita lanjutkan kapan kapan hahaha"suaranya masih terdengar di
73
kedai sementara orangnya entah telah pergi kemana. Benar benar pameran tenaga dalam yang tinggi. "Kisanak sebaiknya kitapun pergi sebelum kita kepergok pasukan keamanan yang akan merepotkan kita" pemuda berikat biru mengajak pemuda yang asik bersandar di dekat jendela yang tak lain adalah Aram. "hahahahahaha........" Aram malah tertawa terpingkal pingkal mendengar ajakan si pemuda. Melihat itu sipemuda berikat biru mengerutkan keningnya. Jalanan desa padanghaur begitu ramai tampaklah tiga pemuda tampan berjalan berdampingan, sekali kali terdengarlah tawa mereka. ―kau memang cerdik kisanak sampai sampai Iblis Tengkorak Mas pun kena kau kibuli hahaa‖ ―hahaha....seandainya tidak ada iring-iringan pengantin itu, tampaknya aku juga bakal kesulitan mengibulinya‖ jawab Aram merendah ―haha..kisanak terlalu merendah, oh ya kita belum saling kenal, pepatah mengatakan tidak kenal maka tak sayang. nama saya Thian liong dan ini adik saya Thian Hong li‖ Thian Liong memperkenalkan diri.
―Aram, Aram Widiawan‖ Aram menjawab sambil tersenyum. Begitulah mereka bercakap cakap dengan riang, dari situlah Aram mengetahui kalau mereka adalah pendekar dari negri yang
74
bernama Tionggoan, mereka pergi ketanah jawadwipa karena mengejar penghianat dari perguruannya perguruan yang bernama THIAN LIONG PAY. ―oh ya, malam ini kau menginap dimana engkoh Ram?‖.....Thian Hong li memecahkan kesunyian. ―entahlah mungkin dihutan......haha, maklumlah orang kere, eh engkoh itu apa sih?!‖ Aram bertanya jenaka. Thian Hong li tersipu sipu wajahnya merah bibirnya cemberut, sementara Thian Liong tertawa.... melihat itu Aram benar benar bingung, ia coba perhatikan wajah Thian Hong li wajahnya putih bersih, hidungnya mancung, matanya sipit, bulu matanya lentik, alisnya hitam kecil, bibirnya kemerah-merahan, pipinya semu merah. Aram benar benar terpesona melihat wajah Thian Hong li, wajahnya lebih dekat ke wajah perempuan daripada ke lelakian. Diperhatikan seperti itu, Thian Hong li makin Salah tingkah. ―Thian Liong bolehkah aku belajar bahasa kalian?‖ Aram mencoba mengalihkan topik karena ia melihat wajah Thian Hong li semakin menggenaskan. ―tentu, jika kau ingin belajar. Kau menginap bersama kami saja mau? Thian Hong li menawarkan. ―Gratis?‖ ―gratis‖ thian Liong tertawa.
―kau sekamar saja denganku lagipula ruangannya juga cukup luas!‖Thian liong menambahkan
75
―ia deh, tadinya aku mau sekamar dengan Thian Hong li saja‖ Aram nyengir. Mendengar itu Thian Hong li makin merah saja, mirip kepiting direbus. Dengan berjalan kaki , ketiganya menuju ke sebuah bangunan cukup besar. Baru sampai di depan pintu gerbangnya, tampak dua orang yang berdandan seperti pelayan penginapan berdiri menyambut mereka. "Selamat sore Tuan bertiga, Tuan bagaimana jalan-jalannya?". Sapa salah satu pelayan kepada Thian Liong ‖sangat Baik paman, bahkan kami telah berkenalan dengan pemuda dari tanah jawadwipa ini!".Thian liong menunjuk Aram. Sipelayan tersenyum ―Mari Masuk tuan‖ sipelayan mempersilahkan. Setelah melalui ruangan depan, mereka sampai di sebuah teras terbuka. Si pelayan berjalan bersama mereka menuju kamar di sebelah utara. Kedua kamar itu saling berhubungan, jadi ada pintu yang menembus di dalamnya. Pelayan itu membukakan pintunya sambil berkata,
"Silakan masuk, kalau ada keperluan apa-apa, panggil saja. Semuanya akan kami persiapkan."Thian Liong tersenyum, ia memang bahasa jawanya lebih lancar daripada adiknya Thian Hong li."Tidak ada apa-apa lagi paman, terimakasih !" ucapnya lembut. Sambil berbicara, mereka melangkah masuk ke kamar. Dekorasi kamar itu indah sekali. Di sebelah timur terdapat
76
sebuah tempat tidur yang besar. Di tengah-tengah ruangan ada meja dan bangku yang alasnya terbuat dari bambu. Sedangkan kaki meja dan sandaran bangkunya terbuat dari kayu jati yang diukir dengan halus. Begitu merapatkan pintu kamar, Thian Liong segera Mengganti bajunya. Sedangkan Aram segera terbang ke ranjang, huppppzz bruk tak lama kemudian terdengar desahan nafas yang teratur.dasar kelor. Thian Hong li tersenyum melihat ulahnya segera ia masuk kedalam kamarnya sendiri. Tiga kentongan telah berlalu, Aram menggeliat bangun dilihatnya Thian Hong li dan Thian Liong sedang bercakap cakap, Keduanya duduk di sisi meja. Segera ia mencuci wajahnya di wajan yang tersedia di sisi ranjang lalu beranjak mendekati mereka ‖sudah bangun Ram? Bagaimana tidurnya?‖ Thian liong menyapa, ―lumayan nyenyak juga.....‖ujarnya sambil mengambil tempat duduk. Baru saja ia duduk, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, "Tuan, hidangan sudah datang!" Terdengar pula suara pelayan tadi. Aram berbinar matanya mendengar itu.
"Masuk!" sahut Thian liong. Tampak si pelayan rumah penginapan melangkah masuk bersama dua orang pelayan lainnya. Hidangan yang disuguhkan berupa masakan yang
77
mewah. Setelah sipelayan meninggalkan ruangan dan menutup pintu rapat rapat Thian Liong berkata: ―Silahkan dimakan Aram‖ tak menunggu perintah ke empat kalinya segera Aram menyantap makanannya, begitulah mereka bersantap sambil bercanda ria. Pada suatu kesempatan tangan Aram menyambar kepala Thian Hong li, Thian Hong li terkejut tapi terlambat bretttss tali pengikat rambutnya terjambret . . . rambutnyapun terurai. Ketika rambutnya terurai itulah kelihatanlah wajah aslinya. Aram ternganga terkesiap begitu melihat hasil ulahnya. Seorang Gadis cantik berambut hitam, terpampang didepan wajahnya. ―Kau...!‖ucap Aram dengan lidah seperti kelu." ―jadi selama ini kau menyamar jadi laki laki....‖Thian Hong li tersipu malu ketahuan belangnya. Aram geleng geleng kepalanya karena kaget. Thian Liong tertawa berkakakan............. Sejak hari itu Aram tinggal bersama Thian liong dan Thian Hong li, untuk mengisi waktunya mereka berlatih silat dan saling belajar mempelajari baca tulis Aram belajar kepada Thian Liong dan Thian Hong li, sedangkan Thian Liong dan Thian Hong li belajar Kepada Aram.
Langit menangis terisak.............. Air matanya jatuh perlahan basahi bumi................
78
Seakan turut berduka citanya atas kehancuran sebuah keluarga Si Rasul cambuk Bumi. Rintik hujan mengguyur puing puing rumah yang masih mengepul mengeluarkan asap..... "trakkkkk" sebuah bekas pintu terangkat....munculah sepasang mata jeli berkaca kaca entah karena hujan ataukah airmata, hanya dia yang tau..... "Ayah ....Ibu..... siapakah yang melakukan ini....." ucapnya terisak isak brukkk ia memukul pintu itu hingga mencelat munculah seraut wajah cantik seorang gadis cilik berbaju kain sutra berwarna kuning. kemudian ia berlari menubruk orang tuanya dan menangis terisak isak..... ternyata ia adalah melati seorang gadis cilik anak kinanjar dan nyi elas yang tersisa dari pembantain keluarganya. Tiba tiba ekor matanya yang jeli melihat sebuah panji kecil bergambar telapak perak.....srett karena guncangan hatinya yang terlalu berat ia pingsan. Serrrrrr.....wutt treppp.....sebelum ia mencapai tanah sesosok bayangan putih menyambar tubuhnya....... ~*******00********~ Disebuah gua di lembah dewa dewi tampaklah seorang gadis cilik terlentang dipembaringan batu. Srettt......tiba tiba mata jelinya terbuka...ia terlihat keheranan melihat dirinya berada ditempat yang ia tak kenal, ia menggeliat kemudian bangkit dari tidurnya.....
79
"kau sudah bangun nak....! sebuah suara merdu yang sedikit serak menyentak kesadarannya.....ia berpaling dan terkejut melihat seorang wanita tua berbaju kuning duduk bersila di belakangnya. Wanita itu kira kira berusia 90 tahun tapi wajahnya menyisakan garis kecantikan dimasa mudanya...di wajahnya terdapat beberapa garis ketuaan, hidungnya mancung di kedua telinganya menggantung anting anting berbentuk keris kecil, matanya terpancar aura yang menyejukan hati siapapun yang memandangnya. "siapa kau nek?" Gadis yang ternyata adalah melati bertanya dengan keheranan. "hahahaha.... nenek sudah lupa nama nenek, cah ayu. tapi orang orang menyebut nenek nyi sateja,". Tutur si nenek dengan lembut...(ya dia iyalah Nyi sateja atau julukannya Dewi Kelelawar lembah Dewa Dewi) "Huhuhu........ayah.... ibu melati menyesal tidak belajar silat sesuai apa yang ayahanda inginkan huu...huuu" melati tiba tiba menangis teringat nasib orang tua dan dirinya, ia menyesal kenapa waktu ia disuruh belajar silat oleh orangtuanya malah kabur untuk bermain main, ia memukuli kepalanya sendiri sambil menangis. Tentu saja ulahnya itu membuat Nyi Sateja terkejut......tapi berkat pengalamannya yang tinggi sinenek cepat menahan dirinya dan tersenyum....
"sudahlah nak... Jangan melihat masa lalu dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran (James Thurber) setiap
80
makhluk hidup suatu saat pasti akan menghadapnya, hanya kapan dan bagaimana ia mati menghadapnya apakah ia mati dalam keadaan syahid atau kafir. Rahasia kematian hanya tuhan yang tahu, kau dan aku akan pula suatu saat akan mengalami hal seperti itu, sadarilah nak Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah. Hidup adalah sebuah nyanyian, maka nyanyikanlah. Hidup adalah sebuah mimpi, maka sadarilah. Hidup adalah sebuah permainan, maka mainkanlah. Hidup adalah cinta, maka nikmatilah" (Bhagawan Sri Sthya Sai Baba). Melati benar benar tertegun mendengar wejangan Nyi Sateja... Baru kali pertama ini ia mendengar wejangan seperti ini. " Baik nek, meski melati tak sepenuhnya mengerti ucapan nenek tapi suatu saat melati yakin bisa mengerti" ujarnya jujur polos dan semangat. ....... Begitulah dibawah bimbingan sinenek melati mempelajari silat. Pada suatu hari melati diajak untuk pergi menemui seseorang, melati tak tahu jikalau di lembah itu masih ada penghuninya..... "kita sampai Melati" sinenek berkata. Belum melati menjawab tiba tiba terdengar suara laki laki yang sudah serak berkata "Kesalahan terbesar yang dibuat manusia dalam kehidupannya adalah terus-menerus merasa takut bahwa mereka akan melakukan kesalahan". (Elbert Hubbad)
Nyi Sateja tersenyum dan menjawab " Kebanggan kita yang terbesar bukan karena tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita jatuh" (Confusius)
81
Melati melongo mendengar tanya jawab itu, meski sudah lama bergaul dengan sinenek tapi tak disangkanya akan ada orang yang memiliki kesukaan yang sama. "Silahkan Masuk Teja, sudah lama engkau tak kemari, siapakah bocah ayu disampingmu itu Teja?" "hihihi.....pendengaran mu semakin tajam saja kakang....!" Nyi sateja tertawa sambil masuk menggandeng tangan Melati. "silahkan duduk" suara lembut seorang lelaki tua, ternyata lelaki itu berwajah lembut dengan garis garis ketuaan diwajhnya, rambutnya putih keperakan, usianya kira kira sudah mencapai seratus tahunan lebih, namun masih tampak kekar dengan tonjolan otot dimasa mudanya. Orang persilatan memanggilnya ki dewa pedang terbang "Kakang saya membawa anak ini, saya harap kakang ikut membimbingnya......" nyi teja langsung ke inti tanpa basi lagi. ki dewa pedang terbang memperhatikan melati dilihatnya susunan tulangnya baik untuk mempelajari imu silat... "Baik..aku terima permintaanmu nyai "terimakasi kakang....."Nyai Teja gembira mendengar ki dewa pedang terbang menerima permintaannya. "kau siap kami gembleng melati"
"Siap Nek...!"melati antusias.... "hahaha kau hanya siap di gembleng nenekmu saja yah,.....! ki
82
dewa pedang terbang bertanya jenaka. Melati tersipu "siap kek" ujarnya pelan. Purnama demi purnama telah berlalu terlihatlah seorang gadis berusia 15 tahun sedang menari diatas rumput setinggi lutut, sungguh luar biasa ilmu peringan tubuhnya, sekali kali tampaklah sinar perak berhamburan mengelilingi tubuhnya, kesiuran angin lembut berbaur bau harum menyejukan jiwa berhembus disekitarnya di sebelah utara tampaklah seorang kakek berbaju hitam bersila diatas pucuk ilalang, sementara disampingnya duduk seorang nenek berbaju kuning bersila sambil mengulum senyum lembut .... "Hiatttt..........Kelelawar sakti menembus kegelapan...." teriaknya melengking tinggi. Wusssshhh srettttttt sebuah pedang melesat secepat anak panah kemuka, "pedang terbang kelelawar mengincar sasaraaannnn......" gadis itu perdengarkan lengkingan tinggi, lalu ia bersilat dengan gerakan melompat terbang seperti kelelawar, dua tangannya memainkan gerakan yang berbeda, matanya tampak tertutup sebelah, Sebab mata kirinya memperhatikan suara yang didengarya dengan telinga layaknya kelelawar dan mata kanannya memperhatikan sasaran pedang. Memasuki jurus keempat puluh, sontak gerakan anak itu berubah hebat, gadis itu berteriak keras, tangannya menggenggam pedang dengan kedua tangan lalu berkeiebat melemparkan pedangnya kelangit. Sementara tubuhnya berputar seperti gasing
83
"hujan pedang dewi kelelawar........hiaaaattttt.... " Crep-crep-cep! Pedang itu menancap di tanah, dan gerakan gadis itu pun berhenti. Gadis itu mengatur nafasnya yang sedikit memburu, lalu ia bersila didepan kedua gurunya. Ki dewa pedang memejamkan matanya sambil tersenyum tipis ia berbahagia mendapatkan seorang penerus yang luar biasa. Dalam hatinya ia berkata. "Anak gadis ini bakatnya sangat luar biasaï¾… padahal jurus yang kuajarkan adalah gabungan dari jurus dewi kelelawar sakti dan jurus pedang terbang pemburu nyawa!" "Latihanmu sudah cukup melati! Tetapi masih jauh dari sempurna.. " si nenek berkata. "Memang benar nek, dari seminggu yang lalu ananda masih belum bisa menggunakan jurus terakhir.....selalu saja gagal mencapai sasaran" melati berkata dengan sedih. "dengarlah muridku Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan, saat mereka menyerah, (Thomas Alfa Edison) maka dari itu belajarlah menerima keadaan karena Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan" (Robert F. Kennedy) Ki Dewa pedang berkata dengan bijak. Melati tersenyum mendengar kata kata kakek nenek angkat sekaligus gurunyanya ini, setelah tinggal bersama mereka telah banyak kata kata bijak yang telah ia serap.
84
"Melati pelajarilah perlahan lahan kitab pemberian orangtuamu, bagaimanapun kitab yang kau bawa itu kesaktiannya tidak dibawah yang kami ajarkan" nyi sateja berkata. "baik nek, melati akan lakukan perintah nenek" "sudahlah ayo kita kembali kegua makan dulu....wussshhh tiga tiganya melesat bagai petir. Dua Purnama telah berlalu Aram tinggal bersama Thian Liong dan Thian Hong li, Pertemuan Orang perssilatan Jawa dwipa dengan perkumpulan panji telapak perak tinggal tiga Purnama lagi. Ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya, Di mulut sebuah jendela kamar, Aram terpekur. Dicobanya merenungi perjalanan hidupnya dari ketika ia terpaksa terlunta lunta sampai sekarang. Lama dia begitu. "Tuaknya, engkoh Aram...." Aram tersadar dari kecamuk pikirannya. Didapatinya Thian Hong li telah berdiri di depannya, membawa dua gelas bambu berisi Tuak. "Wah! Malam malam seperti ini, memang tepat kalau disuguhkan Tuak buat ngisi perut," seloroh Aram seraya menyambut gelas di tangan kanan Thian Hong li. "Terima kasih, ya." Gadis manis di depan pemuda itu tersipu-sipu sambil menengak tuak yang lain yang berada ditangan halusnya. Kulit wajahnya yang putih memperlihatkan semu merah, kala mata Aram berusaha menangkap mata sipitnya.
85
"Mmm, tuak ini betul-betul nikmat. Kau yang beli, Hong moay?" tanya Aram yang mulai bisa berbahasa tionghoa. Thian Hong li mengangguk malu, tanpa berani mengadu pandang dengan pemuda tampan yang duduk di jendela itu. Setelah bergaul dua Purnama ini hubunga mereka memang tambah akrab. "kau tambah cantik saja Hong Moay"! Aram Mulai merayu, Lagi-lagi Thian Hong li tersipu. Wajah ayu berhias rona merah itu membuat Aram gemas. Hati pemuda itu mau tak mau memuji keayuan gadis tionghoa ini yang begitu alami dadanya berdegub dengan kencang. Bulu matanya yang lentik, berkelopak lembut. Hidungnya tinggi menipis, dan bibirnya merah delima.... "kau semakin pintarr merayu, engkoh Aram." Thian Hong li tidak bisa menyembunyikan rasa senang di wajahnya. Itu bisa dilihat dari bias mata beningnya. Dia pun duduk di depan Aram malu-malu. Kepalanya tertunduk dalam memandang ke hamparan genting genting rumah, memang tempatnya menginap memang berada dilantai dua. Lama keduanya terdiam. "Hong Moay aku ada perkataan yang hendak disampaikan" Aram memecahkan keheningan. "Ada apakah engkoh Aram? katakanlah.............."dada Thian Hong li berdegub kencang, ia berpikir Aram akan menyatakan cintanya.
86
"Aku takut engkau marah dan sedih" Aram berkata dengan bertele tele, membuat Thian Hong li bertambah yakin akan dugaannya.......... "Ak...Aku Mencintaimu, Tapi,..." Aram berkata dengan perlahan dan menggantung. Ucapan ini memang ia tunggu tunggu, meski ada tapinya yang membuat ia deg degan. "Tapi apa Engkoh Aram?,..." Aram terdiam sesaat, kemudian ia memegang tangan Thian Hong li dan menatap wajahnya, "Besok aku harus melanjutkan perjalanan" ucapnya dengan perlahan. Ucapan itu ibarat guntur disiang bolong ditelinga Thian Hong li, tak sadar matanya berkaca kaca. Ia berkata seakan tak percaya apa yang didengarnya "Ap...apa?!" "Aku harus melaksanakan wasiat orang tuaku Hong moy" mulut bicara tanganpun ikut bekerja, dipeluknya tubuh ramping Thian Hong li....cup Aram mengecup pipi Thian Hong li, Thian Hong li diam saja, karena pada dasarnya iapun mencintai Aram, ia malah menutup matanya dan membuka bibirnya yang ranum seakan menantang. Mendapat angin Aram mendekatkan bibirnya
cupppp emmmzzz..... mereka berciuman seakan takan ada lagi hari esok, lidahpun seakan takut ketinggalan mereka bertempur, bergulat menuntaskan nafsu birahi, Tangan kanan Aram mulai berpindah kebawah meremas pinggul Thian Hong li. Emmcchh terdengar desahan halus, dari mulut Thian Hong li.. sementara tangan kirinya meremas bukit yang menantang didadanya,
87
(mungkin itulah yang orang katakan BIOLA = BIbir Olahraga tangan merajaleLA) tak lama kemudian Aram melepaskan baju luar Thian Hong li, dan menyingkapkan baju dalamnya, sehingga tersembulah dua buah gunung kembar putih mulus dengan puncak coklat kemerahan. Lalu ia mulai menciumi leher Thian Hong li terus turun kebawah sampailah dipuncak bukit yang tegak menantang, membuat Aram semakin bernafsu, diciumi, dan dijilatnya sekeliling lingkaran puncaknya, dengan sedikit gigitan kecil membuat Thian Hong li bernafsu, ia terus mendesah desah lembut memecahkan kesunyian, akhirnya ia melingkarkan tangannya dan memegang kepala Aram terus menekan kedadanya seakan menyuruh Aram untuk tidak menghentikan aksinya. Mereka terus bercumbu dengan nafsunya apalagi ditambah tuak yang menambah mereka semakin bernafsu. Entah berapa lama Aram menghentikan usahanya lalu membalikan tubuh Thian Hong li kemudian didudukan di pangkuannya, "Ada apa Kakanda, Kenapa berhenti?"Thian Hong li berkata dengan nafas sedikit memburu, sebab tangan Aram dengan nakalnya masih meremas remas lembut gunung kembarnya......"
"Aku sayang kamu Dinda Hong.....! dinda, karena keadaanlah aku pergi meninggalkanmu, aku yakin suatu saat kita akan bertemu lagi dan aku akan meminangmu, dengan jarak kita akan merindu, dengan jarak kita bisa menguji berapa besar cinta kita" Ucap Aram sambil melakukan aksinya. "shttt ia kanda, hhhh....berapa lamapun aku akan terus menunggumu...shhtt uukkhhh, meski lautan kerinduan tak bertepi meski gunung menjulang tinggi...shtt.. akh..akh....berapa jauh pun dirimu
88
berada dinda yakin hati kanda ....sshhttt akh...hati kanda ada untukku.... kanda, meski kanda mencari kekasih lainpun dinda rela asal...shhtt,...asal dihati engk...eh, kanda selalu ada nama Thian Hong li..emmmchh!" Thian Hong li menjawab disela sela nafas dan birahi yang melandanya. Betapa terharunya hati Aram mendengar ucapan itu. Dibalikannnya wajah Thian Hong li dan mencium bibirnya. lalu menghentikan semua aksinya "kanda mengapa engkau berhenti? Thian Hong li berbalik dengan mata sayu dan sedikit kecewa, karena tak mendapat puncak yang ia inginkan. Melihat wajah itu Aram benar benar tak tahan ingin melumatnya, tapi, ia menahan diri da tersenyum.. "Dinda....aku ingin memberikan sesuatu untukmu," aram mencabut keris bergagang ular, berkeluk sembilan di kepalanya, Thian Hong li terkejut melihat sebuah senjata aneh menurutnya, senjata itu adalah pedang kecil bergagang ular, ketika ia mencabut keris tersebut sinar kuning dan hawa dingin memancar. "Pedang apa ini engkoh? Mengapa pedangnya berkelok kelok seperti ini?" Thian Hong li bertanya dengan mimik keheranan
"haha...ini namanya keris Hong moay... Keris ini bernama Keris Perasaan, ini tanda cinta kita Hong moay, aku punya pasangannya berupa sebuah kujang, lihatlah di rambutku....."Aram menjawab sambil matanya melotot memperhatikan dua buah gunung menjulang didepannya,
89
rupanya Thian Hong li sengaja tidak membetulkan posisi baju dalamnya. Thian Hong li pun memperhatikan ternyata benarlah dirambut Aram terlihat sebuah gagang senjata berbentuk harimau, merasa dirinya diperhatikan seperti itu Thian Hong li merasa malu juga, tapi ia tetap bertahan....malah ia diluar tersenyum manis. Lalu tangannya bergerak mengambil pedang pendek yang berada didekatnya. Kemudian diarahkan ke arah kaitan baju dalamnya dan breetttt Baju dalamnya robek dan jatuh.... seingga tubuh bagian atasnya yang putih dan tanpa cacat terpampang dimata Aram. Melihat itu Jakun Aram semakin turun naik, ia melongo..... "Hong Moay ..Dinda hong... Indah nian tubuhmu....." ucapnya tanpa sadar. Thian Hong li tersenyum senang mendengar ucapan itu, wanita mana yang tidak bahagia jika bila kekasih memuji kecantikan atau keindahannya, begitupula dengan Thian Hong li. Demi cintanya Ia rela menyerahkan segala yang ia punya. "engkoh Aram, apakah engkau suka?" ucapnya malu malu. Tangannya bergerak melipat baju dalamnya sehingga menjadi selebar 4 cm. Sehingga jadilah seutas tali berwarna coklat muda. Karena memang baju dalamnya berwarna coklat muda.... perlu diketahui pada zaman itu pakaian dalam wanita hanya berbentuk kain yang di belitkan di dada, untuk yang bagian pentingnya pun hanya 2 kain yang dibelitkan. Satu kebawah dan satunya lagi dipinggang.
90
"engkoh Aram....kandaku dindamu ini tidak memiliki apapun yang bisa di berikan kepadamu, hanya kain jelek ini yang dinda punya" set..Thian Hong li memasangkan kain itu dikepala Aram sehingga menjadi sebuah ikat kepala" grepppss Aram memeluk Thian Hong li dengan terharu. Dicium bibirnya yang ranum, yang dibalas Thian Hong li dengan tak kalah mesra, Aram menghentikan ciuman di bibir Thian Hong li, berpindah dengan menciumi lehernya, lalu dadanya. Beberapa saat kemudian ketika Aram sibuk mengulum puncak gunung kiri Thian Hong li dan meremas remas dengan sekali kali memutar mutar gunung kanan Thian Hong li, Thian Hong li Menjerit mencapai puncaknya. "aaaaaakkkhhh...."dengan mata sayu Thian Hong li menatap Aram dan mencium bibirnya. Ia mendesis lirih ditelinga Aram, sebab tenaganya berkurang ia merasa seakan tubuhnya dicopoti tulang tulangnya ketika mencapai puncaknya tadi "Engkoh Aram apakah engkau sudah pamitan dengan Liongko?" "Belum.... sebab dari kemarin aku belum sempat berkata apa apa dengannya, kau tahukan kakakmu itu pulang kerjanya pagi terus, aku tak tega mengganggunya "Jawab Aram lembut. "Hong Moay sebaiknya engkau berpakaian lagi, nanti masuk angin"tambah Aram mesra."baiklah Sayang"Thian Hong li beranjak dari pangkuan Aram dan mengambil baju luar yang tadi di buka lalu memakainya. Lalu berjalan kepintu kamar sebelah,
"Hong moay engkau mau kemana?"
91
"aku mau ngambil baju dalam lagi, kan punyaku tadi, ada dikepalamu hihi...."Thian Hong li menjawab cekikikan. "Hong Moay sayang sebaiknya engkau tetap begitu saja, engkau tambah mempesona jika begitu? Aram meminta dengan senyuman nakal. "emmmhhh" terdengar gumaman dari bibir Thian Hong li, sepertinya ia sedang mempertimbangkan permintaan Aram.... "baiklah" akhirnya ia berkeputusan, lalu berjalan dan memeluk kekasih hatinya. Dengan sigap Aram membopong Thian Hong li kekamar sebelah, bau bunga semerbak tercium darri hidungnya, ditutupnya pintu rapat rapat lemudian dihampirinya pembaringan yang berkelambu putih bersih itu. Lalu aram membaringkan Thian Hong li sambil berpelukan, kontansaja mereka bergulingan saling tindih dengan posisi Aram dibawah dan Thian Hong li diatas, masih dalam pelukan Thian Hong li berkata "hihihi......emmh tak adil, bila hanya aku yang tadi buka baju, sekarang giliranmu engkoh Aram,!" cepat sekali Thian Hong li membuka baju Aram lalu menciumi dadanya yang bidang, karena gemas ia gigit kecil tonjolan kecil berwarna coklat didada aram, pangkal pahanya sengaja digoyang goyangkan diatas tombak pembabat rimba pemuda itu yang sejak tadi sudah on.
"akhhh...engkau nakal sayang.....kalau begini aku jadi ingin bermain main."aram berkata sambil menyusupkan kedua tangannya kedalam baju Thian Hong li mencari "sesuatu".
92
Mereka berbicara dengan bahasa yang campur aduk maklum selama dua Purnama ini mereka saling mempelajari bahasa daerah asing dan mengajarkan bahasa daerah asalnya masing masing, Dengan disaksikan sang putri malam terlihatlah dua insan manusia sedang bergumul meski cumas sebatas ATAS hingga larut malam sampai mata mereka terpejam dalam pelukan. Pagi datang menjelang. Matahari perlahan menanjak menuju puncak singgasananya. Sinarnya yang kemilau singgah pada genangan air hujan, lalu memantul lagi ke udara. Pagi ini Aram akan melanjutkan perjalanannya. ia pamit pada Thian liong dan Thian Hong li yang dengan berat hati melepas kepergian mereka. Terlebi-lebih, bagi Thian Hong li. Perkenalan dan pergaulan selama dua Purnama dengan pemuda tampan itu mengukir kesan teramat dalam hati Thian Hong li. Apalagi setelah kejadian semalam, keduanya menyataan cinta, masih terasa ciuman lembut dibibirnya juga cumbuan cumbuan lembut ditubuhnya. "Selamat jalan, engkoh Aram...," ucap Thian Hong li begitu berat, seperti tercekat di tenggorokan, matanya berkaca kaca hendak memuntahkan lahar dingin.
Thian liong dan Thian Hong li kini berdiri di depan pintu penginapan untuk melepas kepergian Aram. Aram menghentikan langkahnya seraya menoleh. Ucapan perlahan Thian Hong li sempat tertangkap telinganya. Dijawabnya kalimat perpisahan Thian Hong li dengan seulas senyum. Ia lantas naik
93
kuda pemberian Thian Liong tadi pagi dan melanjutkan perjalanan ke depan. Seorang Pemuda berpakaian warna hijau dengan rambut di kuncir kuda dengan sebuah kain berwarna biru, diatas ikatannya menyembul sebuah gagang berukiran harimau, ia memakai ikat berwarna coklat muda pemuda itu tak lain adalah Aram Widiawan. Ia berjalan dengan seorang pemuda cakap berusia duapuluh lima tahunan dengan codet melinttang dari alis kanan sampai alis kiri. ―benarkah kejadian itu kang sobar?‖ Aram tertuduk sedih........ ternyata pemuda yang disampingnya adalah Sipengabar Langit. Sehabis perpisahannya dengan Thian Hong li dan Thian Liong Aram menuju Desa jampangkulon menemui kabar langit, untuk mengetahui keadaan rimba hijau saat ini., tentu saja kedatangannya disana disambut gembira oleh kawan kawannya. Mereka kaget orang yang menghilang selama duatahun setengah lebih tiba tiba muncul dihadapan mereka. ―kau kemana saja kang Aram.....?‖ Ibal kawan sekamar Aram dulu bertanya dengan haru, ia berusia sepurnama dibawah Aram. Sipengabar langitpun mendukung pertanyaan itu. ―baiklah aku akan ceritakan...begini......‖ Aram pun menceritakan kejadian dimana ia dikejar kejar lima manusia ular sampai ia kembali kesana tentunya ada bagian bagian yang ia sembunyikan.
94
―lalu bagaimana, apakah ada yang selamat?‖ aram memecahkan keheningan. ―hhhffzz‖ sipengabar langit menghela nafas...lalu melanjutkan ‖mungkin ada, Anak mereka tak diketemukan mayatnya.....‖ ―melati..‖desis Aram... ia merenung mengingat pertemuan dengannya, ia ingat ketika ia bermain di taman dngannya. ―kang rama kalau nanti udah dewasa mau jadi apa‖ melati bertanya sambil memainkan rambutnya. ―aku mau menjadi seorang pendekar yang hebat.,‖ Aram menjawab dengan berapi api. Melati terbelalak ―ikh, kak rama mau jadi seorang pembunuh‖. Aram bengong akhirnya menjawab ―kok jadi pembunuh lati?‖ ―orang persilatan kerjanya main bunuh saja, apa kak rama gak tahu?‖ aram menundukan kepala, matanya berkaca-kaca. ―ikh, kak Rama mengapa engkau menangis?‖ dengan panik melati berusaha menyusut air mata Aram.,
―Dulu, dulu sekali akupun sama sepertimu Melati, Aku menganggap belajar silat hanya untuk membunuh. Tapi, sekarang aku menyesal aku tidak mempelajari ilmu silat., Orang tuaku terbunuh....Aku terlunta lunta....andai aku dulu menurut ayah ibuku aku tidak akan sekarang, dihina dan...dicaci...orang‖
95
dengan tersendat sendat aram berbicara....ia teringat ayah dan ibunya....dan nasibnya.. ―kau kenapa Aram?‖ sebuah suara lembut menyentak lamunannya..Aram gelagapan ―akh tidak..tidak apa apa kang sobar..., aku teringat masa lalu. Sipengabar langit tersenyum dua tahun lebih mereka berpisah kini ia tak bisa mengenali sosok pemuda disampingnya, waktu telah mengubah perangainya.... ia ingat kejadian tiga hari kebelakang.... ―hey...pengemis-pengemis busuk berikan uangmu!‖ bentak seorang lelaki berewokan memakai seragam kerajaan disebuah pasar. Orang orang tak ada yang berani melarang, mereka tahu mengganggunya berarti kehilangan nyawa. Didaerah itu tak seorangpun yang tak mengenalnya ia bernama Otoy. Seorang prajurit berpangkat Komandan. Apalagi ditambah dengan konco konconya yang merupakan jago kosen dari golongan hitam ―ampun tuan.....kalau kami memberikannya .. bagaimana kami makan...‖ seorang pengemis berusia setengah baya menolak... tubuhnya kering kerontang tinggal tulang....tanda ia telah kenyang penderitaan..
―pukulan setan raksasa beri dia pelajaran..!‖perintah Otoy pada orang yang disebelah kanannya. Orang itu adalah seorang lelaki tinggi besar dengan kepalan sebesar kepala bayi. Tanpa diperintah dua kali pukulan setan raksasa maju kedepan...plakkk.....tangannya melayang. Tak ampun lagi
96
pengemis berusia setengah baya terjerembab jatuh.. mulutnya memuntahkan darah sebab beberapa giginya copot,... set pukulan setan raksasa mengangkat kaki kanannya hendak menendang pengemis setengah baya itu, ―Jangan.....‖seorang anak berusia lima belas tahun memeluk tubuh pengemis setengah baya itu,..tapi, pukulan setan raksasa manapeduli ia terus saja meneruskan tendangannya. Tampaknya si pengemis setengah baya akan terhajar telak kena tendangan si pukulan setan raksasa, settt aaakkkkkkhhhhh .......... teriakan melengking terdengar, Orang orang menutup mata, mengingat nasib si pengemis setengah baya. Tapi ternyata suara teriakan itu bukan berasal dari sipengemis setengah baya, tapi dari si pukulan setan raksasa, orang orang pada heran bagaimana bisa demikian... Disamping sipengemis setengah baya berdiri seorang pemuda berpakaian warna coklat dengan rambut di kuncir kuda dengan sebuah kain berwarna biru, diatas ikatannya menyembul sebuah gagang berukiran harimau, ia memakai ikat berwarna coklat muda pemuda itu tak lain adalah Aram Widiawan. Ia tersenyum tenang. ―pemuda bau kencur siapa kau? Berani sekali kau mengganggu urusanku, tak sadarkah kau berhadapan dengan siapa?‖ teriak otoy dengan bengis. ―hahaha....sudahlah paman berewokan kau sudahi saja pertengkaran ini‖
97
―apa?? Sudahi jangan mimpi disiang bolong bocah...‖ ―ini pagi,paman berewok‖ ―berisik aku tahu, Pukulan setan raksasa, cakar iblis, taring kematian bereskan bocah bau kencur itu‖ ―baik‖ sahut mereka serempak ―Sudahlah paman mereka bukan tandinganku‖ Paras ketiga konco siKomandan berubah pias, lalu dari pias menjadi kemerahan, raut wajah mereka berubah bengis. ―Jumawa sekali kau bocah, orangtuamu saja belum tentu mampu membunuhku apalagi dirimu‖cakar setan mewakili kawan kawannya.
Ketiga konco siKomandan, terkejut, ngeri, gusar, takut bercampur aduk melihat paras sipemuda. Saat berbicara tadi wajahnya tetap tenang dihiasi senyuman. Tapi kini.... mereka benar benar tak mengerti. Bukan hanya mereka yang terkejut, orang orang yang menontonpun kini tak sanggup berbicara sepatah katapun. Sipengabar langit yang mengenal Aram juga tak habis mengerti, Wajah Aram kini tak ada lagi senyuman, wajahnya itu kini bak mayat begitu kaku tanpa perasaan, tapi anehnya wajah aram tidak pias malah kemerah merahan tubuhnya mengeluarkan asap tipis kemerah merahan.....matanya yang merah bersinar menyala nyala. Lamat lamat terasa hawa yang membuat pori pori merinding, sekalipun orang yang menonton orang awam,
98
tapi merekapun tahu apa yang terpancar dari tubuh pemuda itu, itulah hawa membunuh......hawa membunuh yang paling mengerikan didunia ini, hawa yang dapat membunuh orang yang dituju tanpa perlu bertarung. Sipengabar langit dan ketiga konco siKomandan yang merupakan orang orang yang kenyang asam garam kehidupan tahu, itulah ilmu AURA KEMATIAN, ilmu tingkat tinggi yang paling diidam idamkan orang persilatan. Sebuah ilmu yang merupakan sebuah legenda saja, ilmu itu dapat membunuh orang hanya dengan memandangnya saja. Membunuh orang dengan tujuh lubang keluar darah. ketiga konco siKomandan sungguh tak menyangka akan merasakan sendiri ilmu itu, elama ini mereka menganggap sebuah berita isapan jempol semata. Mereka heran darimana sipemuda dapat menguasai ilmu itu. ―Bruk...brukk...brukk..suara orang jatuh bersahut sahutan, wajah Aram kembali seperti semula, hawa membunuh perlahan lahan lenyap.....lenyap.....dan lenyap..... suasana pasar kini seperti kuburan, begitu sepi......burung burungpun seperti enggan untuk berkicau. Aram tersenyum melihat hasilnya senyumnya begitu lembut, bak sinar mentari di pagihari menyejukan siapapun yang melihatnya. Bunga bungapun seakan tersenyum mengiringi senyumannya , angin sepoi sepoi mengibarkan poninya....... membuat orang orang terlena seperti dibawa ke surga, perasaan mereka terbawa melayang kelangit ketujuh. Aram menundukan kepalanya, melihat tiga mayat dengan tujuh indranya mengeluarkan darah....melihat itu ia benar benar sedih . . . .
‘‘Hhhhhhhhh‖ ia menghela nafas berat suaranya bak guntur disiang bolong membawa kesedihan bagi siapapun yang
99
mendengarnya tak sadar orang orang yang berada dipasar mengucurkan air mata. Suara itu mengingatkan luka luka dihati kecil mereka. Wussss Aram melesat menyambar Sipengabar langit yang sedang dibawah pengaruh kesedihannya. Seperminum teh kemudian akhirnya orang orang yang berada dipasar tersadar.... terdengar bisik bisik mereka seperti suara tawon berpindah sarang.... entah darimana asalnya terdengar teriakan ―PENDEKAR SERIBU DIRI‖ begitulah teriakan itu berkumandang kemana mana. Gemparlah dunia Persilatan karena kedatangan Tokoh muda berjulukan ―Pendekar Seribu diri‖ ―hahaha....kenapa melamun kang sobar?..kini giliran kau yang melamun hahaha‖aram tertawa geli. ―Aku merasa takluk sekarang pada dirimu Aram, Otakmu benar benar Luar biasa. Mencari jago tangguh sangat mudah, orng jenius juga banyak. . . tapi,‖ ―Tapi apa Kang Sobar?‖ ―Orang Seperti dirimu didunia ini hanya dirimu seorang‖ ―Maksud Kang sobar?‖ ―Orang yang dikauniai Otak setajam Silet, Secerdik Kancil, Selicik Rubah, Selicin ular, setangguh Elang hanya dirimu.‖ ―Akh, Kang sobar ada ada saja...! padahal aku biasa saja....‖ Aram tersipu malu.
100
―hahaha....merendah boleh saja..tapi ada batasnya....kalau ada apa apa kau boleh minta kepada kakang, meski kakang harus mempertarukan nyawa kakang siap‖ ―akh, kakang jangan gitu dong aku malu...‖ ―hahaha..... Aram sebenarnya apakah kau sudah punya guru?‖ Sipengabar langit mengalihkan pembicaraan. ―sudah,,,,‖ ―siapa? Boleh kakang tahu‖ ―Rubah Seribu Muka bukankah saya juga sudah mengatakan kepada kakang!‖ ―haha...Maksud kakang orang yang masih hidup, yang membimbing kamu secara langsung?‖ ―tidak kakang...! Saya tidak punya‖ Sipengabar langit diam merenung sesaat, lalu menatap mata Aram yang berwarna Merah. ―Kau Mau mendengarkan Nasihatku Aram?‖ Wajah Aram serius melihat wajah Sipengabar langit serius. ―Tentu, kakang‖ Sipengabar langit tersenyum, itulah salah satu yang ia sukai dari pemuda ini, mampu menyesuaikan diri dalam keadaan apapun!
101
―Kakang harap kau mencari seorang guru, demi menuntun langkahmu selanjutnya engkau tak perlu mencari orang yang lebih tinggi dari dirimu..... karena Ilmu itu mutlak...semua bersumber dari Alam . . . .carilah seseorang dengan perangai yang cocok denganmu..., tak perlu dari golongan putih, aku yakin engkau sudah mampu membedakan mana hitam mana putih...,‖ Aram terharu mendengar nasihat Sipengabar langit ia memang menganggap Sipengabar langit sebagai kakak kandungnya sendiri. ―kakang..sobar . bagaimana kalau engkau yang menjadi guruku..‖Aram bertanya dengan khidmat dan serius ―hahahah....terimakasih atas penghargaanmu yang tinggi ini Aram, aku tak mau... kau sudah aku anggap Adik sendiri, . . jika memang engkau begitu menghargaiku kau anggaplah aku ini kakakmu‖ Aram berkaca kaca matanya,. . . .‖ba.....ik. baik kakang....bagaimana kalau kita angkat saudara saja?‖ ―begitupun lebih baik, ayo pulang...!kita rayakan bersama kawan kawan kita‖ Langit malam begitu gelap, bintang bintang bagaikan berlian berlian berserakan, mengelilingi sang putri malam membuatnya begitu anggun disinggasananya........dua sosok berbaju hitam diam di genting sebuah rumah yang paling besar di tempat itu.....
102
"Wah doyan juga nih Komandan...." sesosok bayangan disebelah kanan menggumam "hahaha....apa kita berindak sekarang aram," yang disebelah kiri bertanya. Ternyata mereka adalah Aram dan Sipengabar langit. "Tidak, biarkan ia bersenang senang dulu haha" Aram menjawab. Sebenarnya sedang apakah siKomandan..? terdengar suara lenguhan dan nafas memburu dari dalam ruangan....dari atas genting mereka melihat dua sosok berlainan jenis saling rengkuh, Saling tindih diatas tempat tidur dengan ditenrangi sebuah lampu kecil,suara dua buah benda berlainan yang beradu semakin santer....siKomandan kini semakin mempercepat irama pertempurannya. Sepertinya ia akan mencapai puncaknya. Tapi, keduanya tersentak kaget ketika dengan tiba tiba genting genting terbuka dan munculah dua sosok bayangan berbaju hitam..... perempuan yang berada di pelukan siKomandan segera melepaskan diri dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. ketika ia hendak menjerit benda bulat sebesar kelereng telah mengenai jalan darah tidurnya...tanpa mengeluarkan suara perempuan itu ambruk diatas ranjang. Melihat itu siKomandan ketakutan dengan gusr ia hendak berteriak...tapi, sebuah benda panjang tipis telah melintang dilehernya.. "selamat malam Komandan kurang asem...!"
103
"kau,....." dengan geram dan jeri siKomandan melihat seorang pemuda tampan yang beberapa hari telah membuatnya malu, "Mau apa kau kemari bocah?.. apa kau belum juga puas membuatku malu hah?" bentak siKomandan "Aku mau mengambil tabungan rakyat paman" Aram tersenyum "Tabungan rakyat? Kau pikir aku Bank keliling hah?" (emang dulu ada gak sih bank keliling, bodo ah) "loh bukannya beberapa tahun kebelakang ini kau mengambil uang dari rakyat...nah sekarang rakyat sekarang membutuhkannya, jadi aku mau ambil" "kau...kau...mau memerasku hah?" Aram tersenyum ia mengambil gulungan daun lontar di balik bajunya dan memperlihatkan sebuah gulungan daun lontar. Jadi engkau aku menyerahkan ini kepada adipati? "kau...kauuu...!dengan ketakutan gusar, marah, apalagi anak itu datang dikala ia hampir mencapai puncaknya. Komandan itu menudingkan jarinya. ''bagaimana kau mau terima dagang denganku?kau serahkan aku harta itu lalu aku menyerahkan ini, kalau kau tak mau aku mau pergi sekarang dan coba coba berdagang dengan adipati" Pucat pias wajah siKomandan "baiklah....baik....tunggu aku...aku akan memanggil Juang (Juru Uang) pribadiku....Pengawal...."
104
"Hamba,Komandan"menjawab si Prajurit dibalik pintu. "Panggil ki Bayu......." mendengar suara Komandannya yang sedikit bergetar sipengawal menaruh curiga....tapi, ia tak berani membangkang perintah atasannya. "Hamba sudah datang Komandan" "Masuklah" terdengar sahutan dari dalam. "Krieettttt.....Suara pintu dibuka dan munculah seraut wajah kakek, kakek itu berwajah persegi denan janggut putih menjuntai, tubuhnya buncit dibalut dengan baju sutra, ia terpengarah kaget melihat kondisi jungjunannya dalam keadaan bugil...di depannya terlihatlah dua sosok bayangan berbaju hitam, sebagai orang yang sudah makan asam garam kehidupan ia mengerti bahwa urusan ini bukanlah urusan yang sepele. "Ki bayu kemarilah......"dengan wajah muram Komandan itu memerintah. "ada apa sebenarnya komandan? Hamba sungguh tak mengerti" Komandan Otoy tidak menjawab ia malah bertanya kepada Aram "Berapa yang kau butuhkan Anak muda?" "sepuluh juta keping emas" Aram menjawab dengan santainya seolah jumlah sperti itu tidklah besar.
105
"ap...apa? apa kau tak salah?" bukan hanya si Komandan dan si Juang saja yang terbeliak kaget, sipengabar langit yang tadi diam saja disamping Aram juga tak kalah kagetnya mendengar permintaan Aram. Dengan cepat ia merubah paras wajahnya, tak lama kemudian wajahnya kembali tenang, ia paham bukan tanpa sebab pasti adik angkatnya berkata seperti itu. "hahaha.....tidak sama sekali tidaklah salah paman. Jangan kikir paman aku tahu itu tak seperempatnya hartamu yang kau timbun dibawah gudang beras." Dengan sebuah senyuman misterius dibibirnya aram melanjutkan. "aku tahu paman dan kakek berdua sedang berpikir darimana aku tahu itu. Ia kan?"meski halus ucapan Aram tapi setiap patah katanya bagaikan belati mustika yang menusuk nusuk hati mereka. Komandan Otoy dan Kibayu tergugu, wajahnya merah. dengan lesu Komandan Otoy berkata "Kau....baiklah, aku terima dagang darimu....silahkan tunggu disini kami akan menyiapkan uangnya.....bagaimana dengan gulungan daun lontarnya apakah kau berikan sekarang atau nanti setelah uangnya siap?". "hihi....Aku bukan orang bodoh paman, lagipula aku tidak butuh uang itu Paman, aku memeras paman demi kebaikan paman,hahaha....kalau aku mah sudah merasa cukup dengan lima buah peti perak dan tiga peti emas di ruangan bawah tanah di sumur sungai cikaso.....dan..meng"
"ap...apa...darimana kau tahu tempat it..itu...kau.."
106
"jangan dipotong dulu paman aku belum selesai bicara" Aram memotong ucapan Komandan otoy. "mengenai uang yang aku minta, aku harap paman menyiapkannya saja...besok para warga akan datang kerumah paman....aku sudah menyebar surat undangan atas namakan Paman. Jadi paman tak usah repot repot mengangkut keluar, dengan begitu nama buruk paman selama ini akan berubah hehe aku baik bukan.....dan mengenai surat ini akan kuserahkan kepada paman satu persatu, daun lontar ini berisi sepuluh lembar jadi aku akan memberikan kepada paman per satu juta keping emas. Mengenai barang yang ada di rumah penginapan "Rimba Hijau" aku sudah mengamankannya sudah ku pasangi barisan gaib CERMIN BAYANGAN SEMU dan beberapa pesawat rahasia...hahaha" Aram tertawa tergelak gelak suara yang membuat Ki Bayu dan Komandan Otoy semakin Geram wajah mereka merah padam menahan kemarahan. Sementara dipihak lain sipengabar langit semakin keheranan.... ia benar benar mengkirik melihat kemampuan adiknya... setelah pertarungan dengan ketiga konco Komandan itu Aram pingsan selama dua hari. Setelah kali pertama bangun yang dilakukannya adalah meminta tiga orang anak buah Sipengabar langit dengan kata lain sahabatnya sendiri.untuk Melakukan "sesuatu" yang Sipengabar langit sendiri tak tahu apakah itu.
"kau terlalu menghina bocah....."teriak kibayu sembari maju kedepan tapi kembali mudur sebab ditahan Komandan Otoy. "Dia bukan tandinganmu Ki, kau ingat pengawal pribadiku ki? Bocah itu bisa membunuhnya tanpa bertarung dengan mereka."Komandan Otoy berusaha menenangkan ki bayu.
107
Diam diam Aram berpikir "Jika tak kukasih pelajaran tampaknya mereka tak bakalan jerih...aku harus memperlihatkan sesuatu agar mereka tahu kelihaianku." Akhirnya ia berkata "hahah....Aku masih bermurah hati pada kalian berdua dengan tidak menambah uangnya setelah apa yang kalian rencanakan tadi., kau pikir aku tidak tahu, siasat yang kau gunakan haha...kalian terlalu merendahkan diriku....," "Apa maksudmu anak muda"Bentak ki Bayu disela kemarahannya. "hmzz....kau paman Komandan...kau hendak menjebaku bukan?. Tak perlu dijawab aku sudah tahu, aku memiliki 5 point untuk membongkar muslihat itu, point pertama, kau sengaja mengaku menyerah dan menanyakan aku agar aku memberikan daun lontarnya setelah semua hartanya kaU siapkan. Point kedua sengaja kau menanyakan aku untuk memberikan daun lontar itu sekarang atau nanti untuk menutupi akal bulusmu. Point ke ketiga kau menyuruh bendaharamu itu agar menyiapkan prajurit disekitar Rumahmu, kau pikir aku tak paham dengan gerakan jarimu dan beberapa katah kata dengan penekanan beberapa nada suaramu. Point ke empat kau akan mengerahkan prajuritmu, dan membunuh kami berdua, daun lontar ini dapat emas juga tak keluar hahaha" Pucat pias wajah Komandan Otoy dan Ki bayu..mereka benar benar ketemu batunya. "dan....dan yang kelima......"tak tahan lagi kibayu berkata.
108
"dan kelima kau mengakuinya sendiri haha......."tak tahan lagi Aram tertawa terbahak bahak..bahkan sipengabar langit juga tak tahan untuk ikut tertawa. "nah, kami permisi dulu sampai berjumpa esok" wussstttt dua sosok bayangan melesat menyusuri malam, meninggalkan dua insan manusia yang berdiri seperti patung.
Pagi yang cerah di bulan desember, sudah dua hari ini hujan tak turun seakan ikut berbahagia menyaksikan rakyat yang berbaris rapi disebuah halaman rumah yang paling besar ditempat itu, senyuman bahagia selalu tersungging dari bibir mereka, terlihatlah seorang lelaki paruh baya berbaju prajurit Berpangkat Komandan sedang membagikan sebuah bungkusan, senyuman getir selalu tampak dibibirnya, helaan nafas berat selalu terdengar ketika ia habis menyerahkan bungkusan bungkusan yang menumpuk rapi dibelakangnya...... ―nah sudah satu juta keping emas, . . . ― Seorang kakek kakek berbaju sutra kepada dua sosok manusia yang sedang ongkang ongkang kaki diatas pohon, ―ini..ambilah....‖ salah seorang melemparkan sebuah Daun Lontar. seperti melemparkan besi saja, Daun Lontar itu melesat bagai bayangan. ―creeepppp‖ akhirnya Daun Lontar itu menancap diatas meja, lalu kembali terkulai layaknya sebuah Daun Lontar. Ternyata mereka itu adalah Komandan Otoy dan yang meminta Daun Lontar itu adalah Kibayu, sementara dua sosok yang berada dipohon tak lain adalah si Pengabar langit dan Aram. Waktu terus berlalu meninggalkan masa, matahari terus merangkak untuk kembali keperaduannya, lembayung kuning memayungi sang Buana..... setelah senja akhirnya selesai juga
109
bagi bagi uang itu, ―Nah, benar bukan kataku paman? Warga warga sekarang memuji muji kebaikan paman?haha‖ Aram berkata sambil meloncat ketanah. Ki bayu dan Komandan otoy tidak menjawab mereka menatap Aram dengan penuh kebencian. Aram bukan orang bodoh ia mengerti keadaan itu, ia tertawa tergelak gelak ―hahaha.....paman Gulungan Daun Lontar dokumen rahasia Adipati yang kau pegang itu sudah aku salin dan perbanyak.....jadi jika paman melakukan suatu yang kurang berkenan dihati kami, atau menggangu rakyat. lagi dokument itu akan aku sebarkan, bukan hanya di desa ini tapi juga di desa desa lainnya, kau masih ingt bukan..perjanjian dengan Adipati TunggaJagat, sekecap saja kata itu bocor keluar... kepalamu dan keluargamu akan dihukum penggal semua,hahaha‖. Betapa terperanjatnya Komandan Otoy dan Kibayu.. akhirnya mereka menggelosoh ketanah. ―ternyat setan cilik itu sudah mempersiapkan segalanya....‖ Kibayu berkata Komandan Otoy yang dibalas dengan anggukan. ―ayo kita pergi Ayi aram‖Sipengabar langit mengajak ...Aram....Wusstttt mereka meloncati pagar yang tingginya mencapai tiga tombak lebih..... Dengan kejadian itu seorang Pendekar muda, yang berjuluk Pendekar Seribu diri semakin dieluk elukan oleh rakyat dan menjadi buah bibir kalangan persilatan dengan kecerdikannya., ~*******00********~ Dipagi yang cukup tak mendukung aktivitas ini, dua orang memacu kuda bagaikan dikejar setan. Ternyat mereka adalah seorang pemuda berusia tujuh belas tahunan berkuncir kuda yang tak lain adalah Aram Widiawan, seorangnya lagi seorang
110
pemuda berusia dua puluh lebih memakai baju biru langit dengan luka menggaris di alis kiri sampai alis kanan yang menjadi ciri dari sipengabar langit. Kira kira dua mil mereka melarikan kudanya sampailah mereka disebuah pasar yang cukup ramai, akhirnya salah seorang dari mereka turun dari kuda dan menuntunnya, kemudian melangkah menuju kesebuah penjaja kain. ―paman saya minta kain yang paling bagus selain sutra berwarna coklat......‖Ucap Aram kalem dengan senyuman khasnya. ―ada juga kain sari den, tapi harganya cukup tinggi, paman mendapatkannya juga dari pedagang tiantok. Kebetulan warnanya cuman ada yang coklat sama merah. Mau berap den?‖ sahut pedagang kain promosi, srett...Aram menyodorkan dua keping emas, kontan saja mata sipedagang kain terbelalak...... ―segini cukup paman?‖aram bertanya, ―cuk....cukup....malah lebih dari cukup den, masih banyak sisanya.!‖ ―kalau begitu tambah dengan kain hitam saja paman, omong omong tukang jahitnya dimana paman!‖mendengar itu pemilik kain matanya bertambah berbinar.....disini juga ada den, aden ingin model seperti apa........‖ Aram pun menjelaskan model apa yang ia inginkan. ―saya ingin membuat sepuluh pasang paman.‖ Tambahnya Lagi. Setelah menambatkan kudanya Sipengabar langit mendekati Aram dan berkata‖ Baju untuk apa ayi?‖ ―ada saja kakang, nanti juga kakang akan tahu hehe...‖ Aram berkat sok misterius ―kau memang suka membuat kakang jantungan.., seperti kejadian kebelakang kebelakang‖ ―akh kakang, ada ada saja, kang mau membantu ayi tidak?‖ ―kau ini seperti kepada orang lain saja, cepat apa yang harus
111
kakang bantu‖ ―hehe....aku minta kakang belanja mau kan?‖ ―hanya itu?‖ Sipengabar langit menegas. ―ia, kakang bawa alat tulis?‖ Tanpa menjawab Sipengabar Langit menyerahkan alat tulisnya. Aram terlihat mencurat coret sebuah Daun Lontar. ―ini kang‖ seraya menyerahkan Daun Lontarnya kepada sipengabar langit. sipengabar langit membaca tulisannya sambil mengerutkan kening, ia tak mengerti apa yang akan dilakukan adik angkatnya ini. ―Sepuluh pasang Sepatu sebatas lutut, Sarung tangan sebatas siku, yang terbuat dari kulit, Harimau, Kijang, Buaya, Ular, macan, Rubah, beruang, Serigala, domba, dan kerbau. Dan tali rotan sepanjang dua depa, sepuluh buah‖ Meski tak mengerti untuk apa, Akhirnya Sipengabar langit berangkat juga mengelilingi pasar untuk membeli seperangkat alat alat yang ia sendiri tak paham untuk apa. Tentu saja kedatangan mereka menghebohkan pasar yang sejak tadi pagi sepi, karena hujan.
Disebuah kedai yang paling besar di desa jampangkulon, teerlihatlah ada sekitar seratus orang dengan penampilan yang berbeda beda sedang mengadakan rapat, terdapat sepuluh golongan yang dapat dibedakan melalui ciri ciri mereka yaitu golongan pertama adalah golongan para petani, yang kedua golongan para peternak, yang ke tiga golongan para pengemis, yang keempat golongan para wanita cantik dengan pakaian yang seronok, yang kelima golongan para hartawan, yang keenam golongan para pelayan, yang ketujuh golongan para pedagang, yang ke delapan golongan para pencuri, yang
112
kesembilan golongan para nelayan, dan yang terakhir golongan para tukang kuli. "ditempat lain terdapat panggung yang cukup besar disana berdiri dua orang pemuda yang maasih belia, tak lain dan tak bukan mereka adalah sipengabar langit dan Pendekar seribu diri Aram widiawan, "ekhem....ekhem....."sipengabar langit berusaha menenangkan para anggota rapat yang sedang asik bercengkrama...... "saudara saudaraku sekalian, terimakasih atas kedatangan kalian ketempat ini, aku sipengabar langit merasa tersanjung" sipengabar langit memberi hormat kepada Anggota rapat. Tentu saja kelakuannya itu membuat para hadirin menjadi rikuh.... "ketua anda terlalu sungkan, bukankah anda ketua kami? Jadi untuk apa anda memberi hormat kepada kami, sesungguhnya adalah kami yang seharusnya berlaku demikian"sela salah satu orang gadis berbaju merah dengan belahan dadanya agak lebar, memperlihatkan dua buah bukit yang sekal yang sekali kali suka mengintip. Gadis itu berwajah mungil tapi cantik, matanya bundar indah berbinar-binar dengan bulu mata yang lentik, bibir yang mungil, hidung yang bangir, serta kulit yang kuning mulus. Dengan rambut panjang yang lurus lemas di-poni depan, gadis itu tak lain adalah Dewi mawar, yang dikenal dengan nama mawar saja. Ucapan itu dibenarkan oleh berbagai pihak yang membuat sipngabar langit tersenyum. "Baiklah saudaraku, jika memang itu kehendak kalian" "ketua, adakah sesuatu yang penting sampai ketua mengumpulkan kami semua seperti ini untuk yang kali pertamanya." Ucap salah satu dari golongan para hartawan. "benar, saudaraku.......kami mengumpulkan saudara sekalian
113
dikarenakan mengenai perkumpulan panji telapak perak dan pertemuan orang gagah dari berbagai penjuru di lembah kematian untuk menghadiri undangan perkumpulan panji telapak perak."sipengabar langit langsung ke inti. Gemparlah seluruh hadirin...suara bisik bisik terdengar bak tawon yang sedang pindah.diantara mereka siapakah yang tak mengenal panji telapak perak, sebuah organisasi yang paling menggemparkan dikalangan persilatan, bahkan diantara anggota perkumpulan mereka ada yng sudah menjadi korban. "harap tenang" Suara serak seorang kakek kakek dari golongan petani, kakek itu berwajah ramah, dihiasi jenggot dan kumis putih, suaranya bagaikan guntur begitu lantang sampai mampu mengalahkan suara bisik bisik dari para hadirin sikakek petani itu bernama ki guntur sesuai dengan suaranya. Kemudian ia menyambung "adakah ketua sudah mempunyai rencana?" Sipengabar langit tertawa kemudian mengangguk setelah diam sejenak ia berkata lagi. "saudaraku...sudah saatnya kita bersatu....sebelumnya benar kita memang merupakan organisasi bawah tanah. Tapi, selama ini organisasi kita tidak lah bekerja seperti halnya sebuah organisasi.......... selama ini kita bekerja tidak pernah secara struktural...kita bekerja demi kepentingan kita masing-masing...akibatnya banyak teman teman kita yang kehilangan nyawa secara sia sia" "lalu apa yang harus kita lakukan ketua?" pemuda tampan berbaju perlente bertanya. "Pertama, kita akan merehabilitasi organisasi ini..."sipengabar langit berkata. "maksud ketua?"pengemis muda dari golongan pengemis bertanya. "Hmmmm.......Kita harus memilh ketua baru, ketua yang sesuai dengan kondisi saat ini..." dengan semangat sipengabar langit
114
berkata. Diam diam Aram menghela nafas....sementara para hadirin dibuat gempar untuk yang kesekian kalinya........."ketua, apa maksudmu" "lalu siapakah yang akan menggantikan ketua". Suara protes terdengar dimana mana. "Diaaaaaaammmmm" karena kesal melihat situasi yang mendadak jadi riuh sipengabar langit membentak. "keputusanku sudah bulat, tak bisa diganggu gugat..... siapakah yang tidak setuju silahkan keluar" Hening didalam ruangan tersebut, mereka saling pandang.......tapi tak ada seorangpun yang keluar, melihat itu sipengabar langit akhirnya berkata "Dewi Mawar dari golongan wanita malam, Ki guntur dari golongan petani, tuan muda Rehan dari golongan hartawan, ki makmur dari golongan pedagang, nyai asri dari golongan Pelayan, Siwa dari golongan pengemis, samudra dari golongan tukang kuli. Brahma dari golongan peternak, Raja dari golongan nelayan dan tangan kilat ki kodir dari golongan pencuri harap maju kedepan" mereka bersepuluh adalah orang orang yang paling disegani dari kelompok kelompoknya. sipengabar langit mengerti untuk mengalahkan ular harus kepalanya. Maka ia memanggil kepala kepala dari tiap golongan. "menurut kalian siapakah yang paling tepat memegang predikat ketua???" sipengabar langit bertanya. Mereka bersepuluh merenung.....sekali kali mereka melihat Aram yang sedang diam mencorat coret Daun Lontar. Seperminum teh kemudian masih belum juga ada yang menjawab. Akhirnya sipengabar langit memutuskan untuk memberikan mereka waktu berembug. "kalian bersepuluh berembuglah aku beri waktu seperanakan nasi" "baik ketua jawab mereka serempak. Lalu mereka pergi kesudut selatan untuk berembug. "hhh..Kakang...mengapa engkau menyuruh mereka memilih
115
ketua selain engkau?....., jika begitu bagaimana ketua baru nanti mau menerima masukan dariku?" Aram mengeluh. "hahaha......terkadang ini perlu dilakukan Aram, Aku bukan orang yang haus kekuasaan....biarlah kedudukan ketua ini bergiliran dengan begitu takan ada kesirikan." Sipengabar langit berkata bijak.
Seperanakan nasi telah berlalu......para pemimpin golongan telah selesai berembug dan majulah ki guntur sebagai perwakilan mereka. "ketua kami telah selesai berembug dan kami memutuskan bila ketua Sipengabar langit tidak ingin menjabat lagi sebagai ketua maka kami mengangkat adiknya, Pendekar seribu diri Aram Widiawan" "hah.......Appp...Apa...Kalian Gila" Aram berkata gelagapan matanya yang merah melotot segede gundu. "Apakah kalian sudah mempertimbangkan baik baik?" Sipengabar langit yang sudah menyangka bahwa adiknyalah yang dapat menggantikan dirinya. "sudah ketua"! Jawab mereka serempak. "baik, dan kau Aram Apakah Siap?" Sipengabar langit berkata lagi. "tapi, Apakah semuanya setuju? Aku takut ada yang tidak merasa setuju dan merasa keberatan."Aram menjawab "kau sebagai ketua baru lah yang menanyakan kepada mereka...!" dengan tertawa Sipengabar langit menjawab. Ia benar benar mengagumi sosok adiknya yang memiliki perubahan yang begitu banyak... Dengan tegang Aram berdiri dan maju kedepan dengan serius ia tatap semua orang yang ada di depannya. Entah mengapa semua orang yang ada di tempat duduk di bawah panggung
116
merasa seakan tatapan anak muda itu menusuk nusuk hati kecil mereka,....semangat menggelora yang mereka tak mengerti darimana munculnya menyeruak dan bergolak ditubuh mereka. "Apakah diantara saudara sekalian ada yang merasa keberatan dengan diangkatnya diriku? Jika ada silahkan maju kedepan....." ia mendesis lirih tapi anehnya semua orang yang berada ditempat itu bisa mendengar desisan itu. Betapa terperanjatnya ki guNtur mendengar suara itu.....ia pernah mendengar dari gurunya bahwa ilmu suara guntur yang ia pelajari jika telah mencapai tingkat ke duabelas dapat mengeluarkan suara sejauh dua mil dan bisa dikendalikan sesuai kehendak hati meski hanya suara desisan.ia heran darimana ketua barunya bisa menguasai ilmu itu,. "Tidaaaakkkkkk......! kami semua mendukungmu ! teriakan mereka serempak. "apakah itu keluar dari hati nurani kalian?" "Benar....demi tuhan tang maha kuasa kami setuju menjadi ketua baru kami" "baiklah jika kalian setuju, tapi dengarlah aku memiliki syarat. Aku ingin perkumpulan ini memiliki prinsip Hitam bukan putih, berpikir secerdik rubah dan bertindak seperti ksatria dituntun hati nurani..., aku ingin kalian menjungjung kebebasan bertindak, tidak kaku dalam berpikir, tidak memihak kepada kesalahan, dan peraturan rimba persilatan yang selalu menganggap hitam adalah kejahatan dan putih kebaikan, tidak memeras yang lemah. kalian bebas bergaul dan bertindak sesuka kalian asal jangan membawa nama Perkumpulan Rahasia ini, Apakah kalian setuju....!." makin sukacitalah para hadirin, karena memang tidak sedikit diluar mereka selalu bergaul dengan dunia hitam. "Setuju,.....!"
117
Aram tersenyum misterius mendengar itu, lalu ia berkata memulai percakapan mengenai Organisasi yang akan dipinpinnya mulai saat ini. "Hadirin-hadirin sekalian, saudaraku yang paling aku indahkan, sudah lazim layaknya sebagai suatu organisasi memiliki sebuah nama, adakah hadirin sekalian ada yang mengjukan usul, sebuah nama yang bagus untuk perkumpulan kita?" Kemudian diantara hadirin ada yang mengacungkan tangan sebagai tanda ia ikut mengusulkan. Setelah dihitung ternyata ada tiga orang. "ada lagi?"Aram menegaskan para hadirin. Tapi ternyata hadirin tidak juga ada yang mengajukan usul. "baik, dari sebelah kiri. silahkan, mohon dijelaskan juga dengan alasannya." "maafkan saya lancang ketua, saya bernama Ujang saya mengajukan usul sebuah nama "Awan Putih Berarak". Alasannya sebagaimana yang ketua tadi uraikan....lambang awan berarak menjelaskan bahwa kita tidak memihak kepada siapapun. Lalu putih melambangkan bahwa kita bertindak pada kebenaran hati nurani yang bersih" "Bagus,bagus, selanjutnya........"Aram manggut manggut "maafkan saya lancang ketua, saya bernama Hadi saya mengajukan usul sebuah nama "Langit biru". Alasannya adalah kita sebagai anggota telik sandi mengetahui bahwa tak ada yang bisa dirahasiakan dari kita, sebagaimana langit memayungi bumi." "Itupun bagus"Aram memuji.lalu tambahnya "silahkan anda yang terakhir" "maafkan saya lancang ketua, saya bernama Jiran saya mengajukan usul sebuah nama "Bendera angin semilir".
118
Alasannya adalah kita terdiri dari berbagai golongan, kita juga bertindak seperti semilir angin yang menyejukan setiap orang " "semua pendapat kalian benar benar semuanya cocok, adakah diantara hadirin sekalian ada yang bersedia untuk bagaimana menentukan pilihan?"Aram memberikan kepada forum, supaya tidak ada lagi silang sengketa hanya gara gara sebuah nama organisasi. "Bagaimana jikalau ketua saja yang menentukan?" celetuk seorang dari golongan Nelayan. "hahaha..,.....Aku bukan orang yang egois, aku lebih suka memberikan keputusan kepada kalian agar kita memiliki rasa memiliki yang tinggi" Aram tertawa Ringan. Begitulah mereka terus saling berdiskusi mengenai nama organisasi. Tiba tiba.... Dari golongan Peternak berkata "Maafkan saya lancang ketua, saya berpendapat jika terus seperti ini,entah akan berlanjut sampai kapan sebaiknya kita gabungkan saja ketiga pendapat tersebut" "Jadi Apa kesimpulan mu kisanak?"Aram menukas. "BENDERA AWAN LANGIT" "haha...itu lebih baik, kau memang cerdik kisanak!"Aram memuji tentu saja membuat laki laki itu memerah, sekaligus bangga. "Bagaimana Sahabatku apakah kalian setuju?" Aram meminta kepastian. "Setuju............!!!"terdengar suara suara tertawa gembira dari para hadirin dengan antusias. Aram tersenyum, kepada Sipengabar langit dan kepada semua jajaran kawan kawannya. "baik, mengenai urusan Panji telapak perak kita urus belakangan, kita kokohkan dulu tiang organisasi kita..... Kalian yang tadi bersepuluh berembug memilih diriku
119
silahkan maju kedepan..! dengan berwibawa Aram memerintah. Meski tak mengerti mereka bersepuluh maju juga kedepan. Lalu Aram kembali memerintah "kalian bersepuluh saya mohon keluarkan sebuah benda yang paling engkau sukai....." dengan terheran heran mereka menurut juga. Dewi Mawar mengeluarkan sebuah saputangan, Ki guntur mengeluarkan sebuah pipa cangklong, tuan muda Rehan mengeluarkan kipas, ki makmur mengeluarkan Dompet, Nyai asri mengeluarkan gelas , Siwa mengeluarkan batok, samudra mengambil rancatannya. Brahma mengeluarkan tambang, Raja mengeluarkan kalung kerang dan Tangan kilat ki kodir mengeluarkan sebuah sarung tangan. "Tolong simpan di depan panggung ini........." kembali Aram memerintah. Para hadirin bertanya tanya dalam hati untuk apakah benda benda tersebut. "baik, ketua" Mereka bersepuluh menyimpan barang barangnya. Didepan panggung. "Kang sobar aku mohon letakan juga ikat pinggang milikmu....." "baik" Setelah menutup mata sebentar Aram berkata lagi " Eksan, Arti, jali,dace, dan ibrahim maju kedepan dan letakan ikat kepala milik kalian., dan untuk setiap golongan pilihlah salah satu yang paling kalian percaya dan maju kedepan sebutkan nama lalu letakan ikat pinggang kalian" Setelah berembug majulah sepuluh pemuda sebagai perwakilan dari golongan para hadirin. "eka purnama dari golongan hartawan..." "Rival dari golongan pedagang" "iqbal dari golongan Peternak" "kenanga dari golongan wanita malam" "Tanjung putri dari golongan pelayan"
120
"sagara dari golongan pengemis" "jagat balik dari golongan nelayan" "buana dewa dari golongan tukang kuli" "Dewa Ares dari golongan Pencuri" "Pratama dari golongan petani" Aram mencabut sebuah kujang kecil dari rambutnya, dengan khidmat ia meletakannya bersama benda benda yag lain. kemudian Kembali Aram memerintah " Ambil jarak lima tombak dari benda benda yang kalian simpan". Para hadirin melihat Aram tanpa Berkedip jelas mereka terkagum,terkejut dan bangga beraduk aduk. Aram menarik napas kemudian mengerahkan Tenaga sakti mata darah, matanya tiba tiba mencorong berwarna merah. terlihatlah benda benda yang terletak didepan panggung melayang layang, kabut merah mengepul membungkus..........seperminum teh kemudian Aram menghentikan kegiatannya Asap kemerahan perlahan mulai lenyap dan entah mengapa benda benda yang tadi berbeda warna kini semuanya berwarna merah.......merah darah dengan rajah Awan dan langit berwarna biru di tiap benda itu. Sungguh takjub tak terkira para hadirin melihat pameran ilmu kedigdayaan secara gratis......................
"KANG SOBAR dengan tanda kepercayaan Sabuk ini aku mengangkat engkau sebagai wakil ketua" "baik ketua, terimakasih atas kepercayaanmu" "KI GUNTUR dengan tanda kepercayaan pipa cangklong ini aku angkat engkau sebagai pendamping kanan.....tugasmu adalah meluruskan setiap tindakanku yang dianggap menyimpang dari kebiasaan organisasi,."
121
"REHAN dengan tanda kepercayaan kipas merah ini aku angkat engkau menjadi pendamping kiriku, tugasmu adalah memberikan saran dan menampung saran demi kemajuan Organisasi kita." "KI MAKMUR dengan tanda kepercayaan dompet ini aku mengangkatmu sebagai JUANG, Tugasmu mengelola uang baik pemasukan maupun pengeluaran. "BRAHMA, dengan tanda kepercayaan Tambang ini aku Mengangkatmu sebagai JULIS, Tugasmu mencatat semua kejadian dalam organisasi, baik anggota,dan sebagainya. "DEWI MAWAR, SIWA DAN NYAI ASRI dengan tanda kepercayaan Saputangan, batok dan gelas ini aku mengangkat kalian sebagai DUTA LANGIT, Tugas kalian adalah mengelola setiap informasi yang masuk dari komandan Bendera. "RAJA, KI KODIR DAN SAMUDRA dengan tanda kepercayaan Kalung kerang, Sarung tangan dan Rancatan ini aku mengangkat kalian sebagai DUTA BUMI, Tugas kalian adalah mengupayakan Keuangan Organisasi kita, "EKSAN, ARTI, JALI,DACE, DAN IBRAHIM dengan tanda kepercayaan ikat kepala ini aku mengangkat kalian sebagai KSATRIA SATWA. "dan kalian bersepuluh....Aku mengangkat kalian Sebagai KOMANDAN BENDERA, Tugasmu adalah memimpin Anggota anggota yang lain dari tiap golongan kalian. "Apakah kalian semua ada yang Keberatan., Silahkan ada yang mau bertanya? "Tidaaaakkkkk......." gemuruh tepuk tangan bergema dikedai itu.. mereka benar benar takluk dengan ketua baru mereka, baru kali ini mereka benar benar sedang berorganisasi.... "Demi keutuhan kelompok ini aku akan sedikit memberikan
122
kalian bekal, aku harap semua anggota membuat sebuah lingkaran" Aram berteriak. Tanpa diperintah duakali mereka berbaris dan membuat lingkaran tanpa kecuali...... "Silahkan kalian bersila dan saling berpegangan tangan, jika ada hawa mengalir jangan ditolak biarkan ia masuk kedalam tubuh kalian,"Aram berbicara dengan tegas. Dengan mengerahkan ilmu yang disebut memindahkan pikiran dan hawa Aram mengajarkan mereka ilmu yang ada di dalam rimba persilatan. Yaitu ilmu yang ada Dalam kitab Silat rubah mencuri Kitab. Dua kentungan telah berlalu Aram menghentikan pengerahan tenaga dalamnya. Dan menyuruh mereka bersemadi sebentar juga untuk melatih ilmu yang ia turunkan. Betapa bahagianya mereka mendapat perhatian yang lebih dari ketua mereka, perlu diketahui satu rangkaian ilmu silat dari satu perguruan utama pun bisa malang melintang, apalagi jika semuanya........... Menjelang senja setelah makan dan minum, para hadirin membubarkan diri dengan senyuman kebahagiaan dibibir mereka, kecuali jajaran yang tadi siang diangkat menjadi bagian pengurus. Mereka berdiskusi sampai menjelang fajar dengan segala rencana yang sudah dimatangkan. Keesokan harinya Aram memanggil KSATRIA SATWA dan mengajak diskusi selain mengenai urusan perkumpulan Panji Telapak perak. Ketika tiba di pintu kamar ketuanya Anggota Ksatria satwa melongo melihat penampilan ketuanya.. bagaimana tidak melongo, Aram memakai baju dalam hitam dengan jubah coklat ketat, jubahnya aneh karena jubah pribumi tanah jawadwipa tidak ada seperti itu, jubahnya panjang sampai mata kaki dengan belahan dibelakang sampai lutut dipenuhi dengan kantong baju, bagian depannya terbuka memperlihatkan
123
baju dalamnya yang berwarna hitam, diikat tali selebar tigajari sebanyak tiga tali di dada, satu tali dileher, dan satu tali di pinggang, sepatunya terbuat dari kulit Rubah sampai lutut diikat dengan tali dari rotan, kedua tangannya memakai sarung dari kulit Rubah seperti halnya dengan sepatunya, sampai sikut. "Selamat datang Kawanku, Silahkan masuk jangan berdiri saja di pintu." "t.terimakasih ketua" Dace menjawab. Setelah semuanya duduk Aram memulai diskusi. "siapkah kalian, aku beri tugas pertama?" "Tentu, ketua" mereka berlima menjawab serempak. "Dace, Ambilah bungkusan disudut itu" Aram menunjukan sebuah bungkusan cukup besar di sudut kamar. Dace seorang pemuda tampan dengan rambut sepundak lalu beranjak mengambil bungkusan disudut ruangan dan meletakannya di depan Aram....... "kalian ambilah pakaian ini masing masing satu buah... pergilah kebilik sana, dan ganti baju kalian..... Setelah semua kembali, keruangan dengan memakai pakaian yang sama, kelihatanlah bahwa mereka begitu seragam. Meski mereka sedikit kesulitan memakai baju yang begitu mentereng yang seumur hidup baru mereka lihat, tapi mereka tidak ada yang protes...... "Boleh kita lanjutkan?" Aram memulai percakapan. "siap ketua,...."dengan semangat mereka menjawab. "Dace, mulai saat ini engKau bernama Angkara, kau adalah ksatria Kijang....Pakailah, tugasmu adalah sebagai kepala dari ksatria satwa." Aram mengambil sebuah sepatu dan sarung tangan dengan model yang sama seperti ia pakai, bedanya yang kali ini ia serahkan terbuat dari kulit Kijang.
124
"Eksan, mulai saat ini engKau bernama Amuk Samudra, kau adalah ksatria Buaya....Pakailah, tugasmu adalah menguasai perairan di berbagai daerah, karena ku tahu kau dari kampung nelayan, awasilah para komandan bendera, kau paham?" Aram mengambil sebuah sepatu dan sarung tangan dengan model yang sama dengan yang tadi dan menyerahkannya. "Paham ketua, terimakasih atas kepercayaanmu,." "Ibrahim, mulai saat ini engKau bernama Murka semesta, kau adalah ksatria Ular....Pakailah, tugasmu adalah menyebarkan setiap berita yang perkumpulan rencanakan. Juga mempengaruhi setiap insan persilatan, satulagi kau harus berubah menjadi seekor ular yang licin, usahakan agar perkumpulan kita tak tersebar dirimba hijau....jika perlu kau harus berubah menjadi seekor ular naga demi perkumpulan kita, kau paham?" Aram mengambil sebuah sepatu dan sarung tangan dengan model yang sama dengan yang tadi dan menyerahkannya. "Paham ketua, terimakasih atas kepercayaanmu,." "Jali, mulai saat ini engKau bernama Huru Hara, kau adalah ksatria Serigala....Pakailah, tugasmu adalah membuat keonaran keonaran dalam dunia persilatan, terutama mengenai Panji telapak Perak, Aku memberi kebebasan kepadamu untuk bertindak. kau paham?" Aram mengambil sebuah sepatu dan sarung tangan dengan model yang sama dengan yang tadi dan menyerahkannya. "Paham ketua, terimakasih atas kepercayaanmu,." "Arti mulai saat ini engKau bernama kasturika berjuluk Dewi Damai Buana, kau adalah ksatria Domba .ini Pakailah, Tugasmu adalah menenangkan setiap orang dari golongan lemah, termasuk para rakyat, mengenai tindakan lainnya aku tidak akan
125
membatasi dirimu....satu lagi aku takan melarang engkau untuk memeras para hartawan atau pejabat yang memeras rakyat. Aku tahu kau takan menghilangkan kebiasaan mencurimu. kau paham?" Aram bicara dengan tersenyum seraya mengambil sebuah sepatu dan sarung tangan dengan model yang sama dengan yang tadi dan menyerahkannya. "Paham ketua, terimakasih atas kepercayaanmu,." "Dace, sebagai pimpinan aku akan memberimu wewenang untuk menambah seorang anggota baru, yang akan bertugas sebagai duta macan. Carilah orang diluar Anggota Telik sandi Bendera Langit Kita.engkau siap?" "Siap," Dace menjawab dengan mantap, memang diantara kawan kawannya ia memang terkenal berwibawa dan tegas mengambil keputusan. "Jali, Aku tahu tugasmu yang paling berat maka aku juga mengizinkan engkau untuk mencari sahabat baru yang akan bertugas sama denganmu yaitu duta Kerbau." "Terimakasih ketua,"jawab jali dengan terharu, ia memang dikawan kawannya paling terkenal paling binal, paling liar, dan si pembuat ulah. Dengan ditugasinya sebagai orang yang akan membuat onar ia benar benar merasa bahagia. "dan kau Eksan, aku tahu tugasmu mengawasi komandan bendera sangatlah sulit, kau juga aku berii wewenang untuk mencari sebuah teman, carilah seorang yang pas untukmu dan jadikanlah ia ksatria Beruang. . . dan kalian berdua yang tidak mendapat kebagian teman. Aku tahu, kalian sudah memiliki anggota sendiri dari luar anggota telik sandi. Jadi aku tidak terlalu risau." "Baik ketua....mereka bertiga menjawab. Arti dan Ibrahim benar benar kejut tak kepalang tak disangkanya ketua barunya
126
mengetahui secermat itu, maka bertambahlah rasa kagum mereka. "kalian tak perlu khawatir, aku Ksatria Rubah dan Kang sobar Ksatria harimau akan membantu kalian secara bergiliran."timpal Aram lagi. "Lima orang ksatria Satwa benar benar tak menyangka bahwa ketua mereka bakal turun sendiri. Dengan berkaca kaca terharu mereka memandangi ketua baru mereka. "kalian tak usah bersikap demikian, meski kita adalah Anggota dan ketua, tapi kita bersikap layaknya seorang sahabat saja. Aku risih diperlakukan secara terlalu banyak adat" dengan bersungut sungut Aram berbicara, gayanya yang lucu membuat kelima ksatria tertawa santai mengurai kekhusyukan. Begitulah mereka terus berdiskusi, lalu Aram menurunkan ilmu Rubah bersiasat, dan Selaksa Rubah menjadi bayangan kepada Ksatria Ksatria Satwa, beserta ilmu Halilintar perobek bumi sebagai olah kanuragannya.,,,,
Dina Jandela Tina jand←la urang silih gupayan lemu paneuteup deudeuh jeung geugeut neuteup eunteub tara nu nyora simp← henteu nyarita ngukir ciptaan tresna jeung asih marengan Lir nu keur ngimpi, lir nu keur ngimpi gambar lamunan naon geuning nu katepi. lir nu disirep, lir nu disirep geter katineung reureuh geuning, rep rerep. Tina jand←la urang silih kiceupan imut kareueut raga katresnaan padeukeut langit keur lenglang jauh tina kamelan
127
gurang jadikeun galeuh pasini lawungkeun. ("Internet") Terdengar lantunan sajak yang merdu dari sebuah bilik penginapan desa padanghaur..suaranya begitu syahdu menggelitik jiwa...ternyata orang yang bersajak adalah seorang jelita berwajahkan tionghoa yang tak lain adalah Thian Hong li.....ia sedang termangu mangu didekat jendela mengingat kejadian dua hari yang lalu, ia masih ingat ketika dirinya bercumbu dengan kekasihnya dijendela ini..... terdengar ia melantunkan sajak sunda lagi, yang ia pelajari dari Aram widiawan sipemuda yang telah berani merebut hati dan tubuhnya itu. Wengi ￉njing Tepang Deui Disimbutan ku halimun diaping ku indung peutinglalaunan ngalayangna sukma ninggalkeun jasmani emh, aduh, sukma ninggalkeun jasmani ngalayang ka awang-awang r←t nepangan ka nu tebih nepungan ka urang gunung malati di pinggir pasir kakara pisan ligar nakapendakna tacan lami katuruban dangdaunan kahempi ka nagara sari.
Kembang diburu dirungrum sawengi henteu kapanggih patapan henteu kalanglang raraosan mah sawarsih
128
emh, aduh, raraosan mah sawarsih hawar-hawar sora hayam ciri parantos janari nu nyumput t←h humarurung teungteuingeun milik diriharianeun teuing kadar misahkeun anu keur asih kembang nganggo dihalangan ditundung ku indung peuting. Gunung geus aya di pungkur indit hat← mah murilit duh, indit hat← mah murilit. Miang g← da sumor←ang Parangtritis kapiati aduh enung pileuleuyan wengi ←njing tepang deui, duh, aduh, wengi ←njing tepang deui. ("Internet")
Setelah puas bersajak Thian Hong li dengan berat hati meninggalkan jendela itu, dengan santai ia mengambil kain handuk di lomarinya, dan beranjak kekamar mandi.....disampirkannya handuk yang ia pegang dikaitan yang sudah disiapkan. Dengan perlahan ia membuka pakaiannya, tubuh yang langsing dan sekal apalagi kulitnya yang putih seperti susu menambah kecantikannya....dengan hati hati ia melepaskan pakaian dalamnya yang tersisa hingga ia polos tanpa selembar benangpun. Thian Hong li tersenyum lembut melihat Tonjolan didadanya, ya
129
ia melihat enam tanda kemerahan disana,.... benar benar aneh, mengapa ada tanda seperti itu disana..... ia beranjak kedepan cermin besar setinggi dua depa setengah, dengan bangga ia mematutkan diri disana dengan sekali membolak balikan badan indahnya. Tangan Thian Hong li diangkat setinggi dada dan memegang gunung kembarnya...dengan lembut ia meremas remas miliknya itu, Pikirannya melayang melamunkan kejadian sama ketika berada ditempat itu, bedanya waktu itu ada kekasihnya yang dengan nakalnya memanjakan dirinya. Nafas Thian Hong li makin memburu....ia ingat ketika ia sedang seperti itu, ia mendapatkan ide gila yang langsung ia utrakan..."Engkoh Aram,berikan aku tanda agar aku bisa mengingat belaianmu ini" dan ironisnya Aram mengabulkan bahkan bukan cuman satu, tapi langsung enam.....tiba tiba Thian Hong li melenguh mendapatkan puncaknya, bagaikan gunung meletus yang menyemburkan lava Thian Hong li menggelepar gelepar. "Akkkkkhhh....." Setelah puas melakukan aksinya Thian Hong li mengambil air lalu mandi, setelah selesai ia melap tubuhnya dan keluar mengganti baju., Ditengah kesunyian malam dibulan suro seorang gadis bernyanyi nyanyi kecil disebuah jalan yang sunyi, `Kumalayang dialam dunya langit numendung kalimpudan ku mega hideung angin ngahiliwir nyereset kana ati matak ngageuingkeun lelembutan diri ngan hiji gusti nuwidi numaha agung balebat fajar ti wetan nyingraykeun hideungna mega peuting batara alam nu endah mukakeun gapura sagara hirup
130
nubaris jadi lalakon hirup kumalayang dialam dunya Begitulah Ia bernyanyi sunda berulang ulang dan berhenti ketika ia mendengar erangan lirih.
Dengan mengendap hati hati dan menajamkan pendengarannya Thian Hong li perlahan mendekati arah suara rintihan, dengan menggunakan jurus yang bernama membedakan suara menentukan arah Thian Hong li tahu, suara itu berasal dari semak yang tak jauh dari dirinya. . . Dengan mengintip dibalik semak yang cukup lebat Tanpa sadar Thian Hong li terpekik....‖Hiyyy‖ dengan ngeri Thian Hong li Mundur selangkah....meski Thian Hong li seorang pendekar wanita, tak urung ia merasa ngeri..ternyata dihadapannya terbaring seorang kakek tua dengan tubuh bersimbah darah..tangan kirinya kutung sebatas siku, wajahnya penuh dengan darah dan debu, bajunya hancur tak karuan. sepertinya ia telah berjalan jauh.. ―Hahahaha,....tampaknya, dewata masih menginginkan dunia ini tidak hancur hahaha‖ kakek itu tertawa meski harus dibayar dengan mahal dengan nafasnya, dengan tersenggal senggal ia berkata yang lebih tepat adalah mengigau...‖neng geulis, kadieu, ntong sieun aki lain jelema garong‖ terkejut Thian Hong li mendengar itu., dengan hati iba dan menambah semangatnya Thian Hong li mendekati kakek tua itu ―Ki, Kunaon aki koh jadi kie?‖ dengan logat sunda yang kaku Thian Hong li mencoba berkomunikasi. ―sepertinya, engkau bukan orang sini anak muda?, dengarlah....aku memiliki permintaan, engkau mau meluluskan?‖ ―Baik kek, selama itu tak menentang jalan ksatria dan hati nurani‖ Thian Hong li menjawab. ―Angkat Aku menjadi gurumu‖ Thian Hong li bingung, ia harus menjawab apa, tapi
131
melihat kondisi sikakek Thian Hong li nekat tanpa menunggu lama ia bersujud dihadapan sikakek, ―Murid, Memberikan hormat kepada Suhu, ekh guru‖. ―Anak baik, dengarkanlah kata kata ini, pasang telingamu baik baik....ajian pertama bernama ajian bulan bentang ‖kuring sujud ditaneh hideng nyaksian bentang nu herang mencenges siga srangenge............‖ nu kadua elmu bedog sanca oray ―kolebat oray ngabentuk sinar, ngareol..............‖ begitulah Kakek itu menjelaskan dua buah ilmu sakti andalannya kepada Thian Hong li.... lalu menyuruh Thian Hong li mengulang dan mengulang. ―Muridku, Aku bernama Ki Cakravala berjuluk sikakek bulan bentang, seminggu yanglalu, aku menemukan tiga kitab pusaka yang menjelaskan tentang perjalanan sukma manusia,untuk mencapai jati niskala,...., benar kata pepatah manusianya tidak membuat masalah tapi ke‘punyaannya‘ membuat malapetaka., gara gara kitab itu, aku harus menderita seperti ini, muridku jika seseorang mengeroyokmu, setangguh apaun dirimu..maka kau akan mengalami kematian, dan itu terjadi padaku‖ dengan tersenggal sikakek bercerita, lalu ia memasukan tangannya kedalam pakaian dan menyerahkan buntalan kuning kepada Thian Hong li. ―muridku, inilah ketiga kitab itu...ambilah dan pelajarilah secara sembunyi sembunyi, jangan menceritakan kepada siapapun...bila ada yang menanyakan kau murid siapa, katakanlah murid si candramawa.‖ Pergilah dari sini cepat sebelum ada yang melihatmu. Mata Thian Hong li berkaca kaca, ―guru, mana murid berani meninggalkan suhu dalam keadaan seperti ini...!‖ Diluar dugaan Sikakek menjadi berang saat Thian Hong li
132
berkata seperti itu. ―Lekas enyah...jangan mengsiasiakan harapanku...jika kau masih belum enyah aku akan bunuh diri sekarang‖ Thian Hong li sama sekali tak sakit hati dibentak seperti itu, justru ia semakin menyayangi gurunya...dengan mengeraskan hati dan air mata bagaikan laut tumpah membasahi bajunya. Thian Hong li beranjak bangkit dan berkelebat menembus kegelapan. ―Kau, memang murid terbaikku ―desah ki cakravala. Dengan sisa sisa tenaganya Kicakravala mengambil seunbuah botol cairan, lalu diminumnya, setelah itu ki cakravala menutuk jalan darah kematiannya,,..... Dua kentungan kemudian berkelebat sepuluh orang bayangan didepan mayat ki cakravala yang sedang berubah perlahan lahan mnjadi cairan. ―Racun pelebur raga‖ desah salah satu bayangan itu. ―kau kenal dengan pemilik Racun itu adi daksina?‖ ujar yang lain. ―Raja racun penyebar maut...... hanya dia yang memiliki racun ini.‖ ―Berarti dia target kita, beritahu kelompok lain‖ yang tadi bicara memerintah. ―Baik Tuanku‖.... Wussshhhhhh sepuluh bayangan tadi berpencar meninggalkan seonggok cairan mayat ki cakravala. Dengan tersedu sedu menangis Thian Hong li berlari kembali kepenginapan,,.....sesampainya dikamarnya ia terkejut melihat kakaknya sedang menimbang nimbang keris miliknya. ―Kau darimana saja Hongmoay? Mengapa kau menangis?‖ Thian Liong memecahketerkejutan Thian Hong li. ―Tidak apa apa kok, Engkoh Liong‖ Thian Hong li berbohong lau
133
ia duduk disebelah kakaknya. ―engkau dapat darimana senjata aneh ini Hongmoay?‖ Thian Hong li mengalihkan topik. ―Engkoh Aram. Yang memberikannya padaku, itu bukan senjata aneh kak, namanya keris,‖ ―oh keris, dinegara kita tidak ada senjata unik seperti ini ya Hongmoay?‖ ―benar kak, keris itu bernama keris perasaan?‖ ―emmmcchhhh....perasaan‖ Lalu Thian liong menatap adiknya, seakan mengerti ―sesuatu‖. Thian Hong li salah tingkah... untuk menutupi salah tingkahnya itu hian Hong menceritakan kejadian tadi kepada thian liong. ―boleh aku lihat itu hong moay?‖ ―tentu‖setelah itu Thian Hong li menyerahkan Bungkusan yang ia bawa, Thian Liong membukanya. Ternyata isinya adalah daun lontar berisi aksara sunda kuno. Daun lontar itu dibentuk sedemikian rupa hingga membentuk kipas. Untuk yang pertama tertulis berbagai macam halhal spiritual dan moral yang akhirnya diberi nama Sewaka Darma, yang kedua berjudul Bujangga Manik, dan yang ketiga Sri Ajnyana. Jika itu diberikan bberapa bulan kebelakang mungkin mereka bakal sulit mengerti tulisan itu. Tapi berkat bimbingan Aram mereka akhirnya menguasai aksara sunda kuno, masih terngiang dikepala mereka ketika Aram berkata sejarah tentang Aksara sunda kuno. ―Di tanah Nusantara Ada yang dinamakan dengan Abjad proto-sinaiti :Abjad Fenisia, Abjad Aramea, Abjad Brahmi. Dari Aksara Brahmi dit urunkanlah Aksara Pallawa, Aksara Kawi Kuno, Aksara sunda kuna lalu menurunkan Aksara Sunda Baku. Yang memiliki kerabat antara lain Aksara Bali, Batak, Baybayin,Hanuno‘o,Jawa, Kaganga, (Rejang), Lontara (Bugis),
134
Rencong dan Tagbanwa. Aksara sunda diurutkan menjadi delapan belas, yang berbunyi kaganga cajanya tadana pabama yarala wasaha.‖ Setelah mereka membaca akhirnya mereka berkesimpulan bahwa isinya merupakan ilmu tingkat tinggi, ketiganya memiliki kesamaan yaitu menceritakan perjalanan sukma menuju kayangan demi mencapai tujuan akhir. Bujangga Manik berbentuk prosa puitis, sedangkan sedaka darma dan Sri Ajnyana merupakan teks puisi. Dengan kecerdasan mereka berdua akhirnya mereka berhasil menerjemahkan dengan konteks sebenarnya yaitu cara cara semadi menuju bumi kancana (Gedung kencana) langit tertinggi tempat sukma mencapai jati nirkala (Keabadian sejati). Dengan tak mengenal lelah keduanya menerjemahkan dan berlatih ilmu dari kitab daun lontar itu...................
―SAUDARA SAUDARAKU Para Pemimpin Perkumpulan Telik Sandi saya selaku Ketua baru mengucapkan terimakasih kepada kalian yangtelah begitu memberi kepercayaan kepada saya, Saya meminta petunjuk petunjuk dan sarannya dari para Kisanak dan Nisanak sekalian‖ Aram bangkit dan menjura. Tentu saja para bawahannya terkejut dan buru buru bangkit dan balas menjura. ―Ketua, mohon anda untuk tidak terlalu sungkan kepada kami.......‖Ki Guntur menegur. ―Terimakasih Kisanak...... Silahkan duduk, silahkan duduk!‖ setelah semuanya duduk Aram membuka percakapan ―dapatkah kita memulai acara ini?‖ para Petinggi Organisasi tidak menjawab mereka cuman mengangguk menunggu Aram melanjutkan ucapannya.
135
―baik, kalau semuanya sudah siap saya akan memuai pertemuan ini. Pertama saya akan membicarakan mengenai Komandan Bendera dan Anggotanya. Kedua saya mau membicarakan mengenai penambahan anggota. Dan yang terakhir saya mau membicarakan mengenai Wibawa para pengurus Organisasi‖. Para petinggi diam saja merenungkan Ucapan Aram yang untuk pertama kalinya mereka lakukan. Sebelum sebelumnya mereka tidak pernah mengalami hal hal yang rumit seperti ini. Bagi mereka cukup ada ketua beres. Aram memperhatikan wajah mereka, tentu saja ia paham kondisi mereka yang kali pertamanya. Lalu ia melanjutkan ―Baik kita bahas yang pertama, saya ingin organisasi ini dirahasiakan serapat rapatnya.‖ ―Maksud ketua? Bukankah dari dulu organisasi ini sudah merupakan organisasi Rahasia.....‖ Nyi Mawar menyela., mendesir Aram melihat Nyi Mawar membungkuk ketika ia berbicara, dadanya yang montok dan putih halus mengintip dibalik bajunya yang cukup seronok. Seketika ia tersadar Cepat ia kuasai hatinya....para Petinggi Organisasi tersenyum melihat ketua mereka yang wajahnya sebentar sebentar tersipu sipu, sebentar sebentar serius malah cenderung misterius, ..... tidak mengecewakan dijuluki pendekar seribu diri pikir mereka dalam hati.... ― maksud saya, saya ingin membuat organisasi ini menjadi Organisasi Rahasia dibalik Rahasia‖Aram menjawab misterius. ―saya benar benar tak mengerti‖dengan kebingungan Rehan nyeletuk. ―haha....Saya jabarkan secara sederhana, Mohon anda sekalian membuat organisasi didalam organisasi singkatnya Para
136
Komandan Bendera membuat sebuah organisasi baru rahasia,‖ Aram menerangkan. ―Maksud ketua, Para Komandan Bendera membuat sebuah orgnisasi rahasia namun bergerak dengan meninggalkan jejak, dan bertindak sembunyi sembunyi, lalu merekrut anggota baru mengatas namakan Organisasi yang dibentuk sesuai dengan Bendera masing masing‖ Samudra menebak. ―benar sekali, Samudra.......kau tahu mengapa kita bertindak demikian?‖ Aram menguji. ―Tidak, Ketua,‖ ―Bagaimana dengan Anda sekalian?‖ Semua menggeleng tak mengertii. ―Inilah Siasat Rubah Bentengi Lobang, ada yang paham dengan Siasat ini?‖ Aram bertanya,. Namun semuanya lagi lagi menggeleng. ―Saya takut, Pihak Perkumpulan Panji Telapak Perak memiliki Organisasi yang mengendalikannya.‖ Dengan mantap Aram nyeletuk. Mendesir darah para Petinggi Organisasi, mereka membayangkan jika Panji Telapak Perak juga menggegerkan Rimba hijau apalagi Organisasi yang mengendalikannya. ―Nah, tadi malam saya telah memikirkan nama sepuluh Organisasi Bendera, jika Anda sekalian setuju boleh dipakai tidak juga tidak mengapa.‖ Lalu Aram mendiktekan Hasil pemikirannya. ―Partai Naga Darah biru untuk golongan hartawan...‖ ―Partai Harimau Niaga untuk golongan pedagang‖ ―Partai Sumber Macan untuk golongan Peternak‖ ―Partai Kupu kupu malam untuk golongan wanita malam‖ ―Partai Belalang Sembah untuk golongan pelayan‖ ―Partai Pengemis Serigala Untuk golongan pengemis‖
137
―Partai Hiu lautan untuk golongan nelayan‖ ―Partai Kaitan Dewa Beruang untuk golongan tukang kuli‖ ―Partai Gagak Intan untuk golongan Pencuri‖ ―Partai Cangkul Arwah Kerbau untuk golongan petani‖ ―Ketua, Memang berotak Seekor Rubah‖ Puji Dewa Ares, ―Kami setuju.... ― Imbuhnya lagi. begitupun yang lain, mereka menerima nama nama yang diberikan ketua mereka. ―Bagus, kalau begitu,.....mengenai yang kedua, aku harap para Komandan Bendera mendiskusikan dengan Para anggotanya mengenai Pengurus pengurus didalamnya. Saya tidak akan ikut campur..., saya cuman berpesan agar para anggota utama tidak mengatakan akan keberadaan Organisasi Bendera Awan Langit., kepada anggota baru ‖. ―dan yang Terakhir, kemarin saya telah menulis beberapa kitab, yang saya sesuaikan dengan kesepuluh Partai, kitab kitab itu yakni kitab Naga biru, Kitab Harimau Membeli Jiwa, Kitab Macan Memerah Sukma, Kitab Kupu-kupu menghisap Raga. Kitab Belalang Menyembah mayat, Kitab Tongkat cakar serigala, Kitab Hiu menghisap samudra, Kitab Kaitan pencungkil jantung, kitab gagak mencuri Permata hidup dan Kitab Cangkul Arwah Kerbau..... Ini Ambilah‖. Aram menyerahkan buntalan yang ia simpan dibelakangnya,.... Para petinggi Organisasi tercengang sama sekali tak menyangka buntelan dengan kain butut dibelakang itu berisi kitab kitab sakti. ―Para Saudara Komandan Bendera boleh mengambil kitab yang sesuai dengan nama Partainya dan dipersilahkan untuk memulai pertemuan dengan anggotanya. ditempat yang kalian sepakati bersama...‖ dengan tertib Komandan Bendera mengambil Kitab masing masing dan keluar, ruangan. Kitab itu sungguh tebal
138
entah apakah isinya tanda tanya besar??? Para Duta dan Pendampingku sekalian, mohon untuk melingkar dan bersila seperti halnya kemari saat selesai Pertemuan Akbar‖ Aram memerintah.... ―Baik, Ketua.....‖ setelah semua selesai melingkar Aram menggunaan kembali ilmunya yang bernama memindahkan pikiran dan hawa dengan memindahkan pikiran tentang ilmu Tenaga Sakti mata darah, Halilintar Perobek bumi, dan Jurus Pukulan geledek yang merupakn ilmu gabungan dari ilmu sihir, kebatinan dan Olah kanuragan, jadi betapa dahsyatnya ilmu itu tidak terkira, selain pikiran Aram juga memindahkan Tenaga dalamnya kepada mereka, tiga jam kemudian setelah semua selesai Pingsan kecapaian. Bergegas para Duta memindahkannya keruangan tempat tidur ketua mereka, mata mereka berkaca kaca saking terharunya atas pengorbanan sang ketua. Setelah diurut urut dan disaluri tenaga dalam oleh Sipengabar langit, Dua kentungan kemudian Aram Siuman lalu bersemadi memulihkan kekuatan. Para Duta dan pendamping kini terpaksa harus menambah kekaguman mereka pada ketuanya begitu keluar asap kemerahan dari tubuh Aram, membuat sekeliling tempat itu panas luar biasa, tapi yang aneh adalah tempat itu seakan di guyur sajlju, terlihat dari beberapa tempat telah terbungkus es
Seorang pemuda tampan berwajah kuning pucat berpenampilan perlente, pemuda itu memakai baju dalam hitam dengan jubah coklat ketat, jubahnya aneh karena jubah pribumi tanah jawadwipa tidak ada seperti itu, jubahnya panjang sampai mata kaki dengan belahan dibelakang sampai lutut dipenuhi dengan
139
kantong baju, bagian depannya terbuka memperlihatkan baju dalamnya yang berwarna hitam, diikat tali selebar tigajari sebanyak tiga tali di dada, satu tali dileher, dan satu tali di pinggang, sepatunya terbuat dari kulit kijang sampai lutut diikat dengan tali dari rotan, kedua tangannya memakai sarung dari kulit Kijang seperti halnya dengan sepatunya, sampai sikut. Ia baru saja keluar dari sebuah kedai tuak dengan sebat ia naik kepunggung kuda serta menceplaknya lari menembus rimba. Tapi belum seberapa jauh, tiba-tiba seorang mengadang di tengah jalan. Di bawah cahaya matahari terlihat jelas pakaian orang ini sehitam malam, menutupi seluruh tubuhnya yang hanya menyisakan matanya bersinar, meski wajahnya tertutup, dengan pedang pendek di punggungnya. Segera Pemuda berjubah coklat dapat mengenalinya melalui sorot matanya, sepandai pandainya orang menutup wajahnya tapi bagi seorang ahli dapat mengenali setiap orang dari sorot matanya, penghadangnya yaitu si pemuda yang menguntitnya semenjak dari kedai. Dengan tertawa ia menyapa, "Eh, kiranya kau berada di sini. Apakah kau sedang berjemur di sini?" "Menunggu kau!" dengus orang itu. "Menunggu aku?" Pemuda berjubah coklat menegas dengan tertawa. "Tentu, kau pikir dengan menyamar seperti itu dapat mengelabui ku!" "Ah, kukira belum tentu, kalau kau tak menguntitku dari awal kuyakin kau tak bakalan mengenaliku juga....." ujar Pemuda berjubah coklat dengan tertawa. "kupikir kau bukan menungguku tapi kau menunggu aku menyerahkan uang yang kubawa.benar kan......." tambahnya, Berkilat sepasang mata orang yang memakai pakain hitam yang
140
membukus seluruh tubuhnya, di jepun mereka dipanggil ninja yaitu sekelompok organisasi pembunuh bayaran berdarah dingin. Melihat itu pemuda berjubah coklat tertawa terbahak bahak dan membentak ‖dengan apa kau berani mengambil uangku hah?‖ "Memangnya kau kira ilmu silatmu lebih tinggi daripadaku?" jawab ninja itu dengan sinis. Seketika air muka pemuda berjubah coklat berubah, rupanya ucapan Ninja itu dengan tepat mengenai lubuk hatinya. Tiba-tiba sorot matanya menjadi buas, bentaknya, "Kalau kau anggap ilmu silatmu cukup tinggi, boleh juga kau coba-coba dengan aku, yang kalah harus menuruti sipemenang bagaimana?." "Baik, aku terima tantanganmu," jengek si Ninja tak kalah sengit. "Ingat, kalah harus menuruti perkataan yang menang, kau sudah sanggup, tidak boleh mungkir janji ...." belum habis ucapan pemuda berjubah coklat, mendadak tubuhnya mengapung dari punggung kudanya, kedua kaki nya sekaligus menendang, yang diarah adalah kedua mata lawan. Sama sekali Ninja itu tidak menyangka gerak tubuh Pemuda itu bisa sedemikian gesit dan cepat, ia benar-benar terkejut. Tapi ilmu Ninjutsu Ninja ini memang juga tidak lemah, pengalaman tempurnya juga luas, dalam keadaan terkejut ia tidak menjadi gugup. Sebaliknya ia malah mendesak maju sambil mengegos ke samping, dengan demikian ia sempat memutar ke belakang Pemuda berjubah coklat dan tanpa menoleh lagi sebelah tangannya terus menabok wajah pemuda berjubah coklat. Serangan ini sangat cepat, gayanya juga indah, pemuda berjubah coklat terkejut serangan
141
dadakannya dapat dielakannya dengan mudah bahkan dapat membalas menyerang, cepat ia merunduk kedua tangannya memantek bumi kaki kanannya, ditendangkan kebelakang diikuti kaki kiri sambil jungkir belakang srettt tumit pemuda berjubah coklat menendang dagu si Ninja benar benar serangan balasan yang tak kalah hebat. Ninja itu terkejut dalam posisi demikian lawan masih memberikan serangan balasan. Cepat kedua kaki nya memancal, ia berjumpalitan di udara, lalu turun beberapa depa di sebelah sana. Katanya dengan tertawa, "Eh,tunggu, tunggu dulu!" "Tunggu apa?" terpaksa si pemuda berjubah coklat menghentikan serangannya. "sampai berapa jurus kita bertarung untuk menentukan kemenangan?" tanya Ninja itu. "duapuluh jurus cukup," jengek pemuda berjubah coklat. "cukup, malah cukup untuk membunuhmu hiaaaattttttt" tanpa memberi aba-aba Ninja itu menyerang pemuda berjubah coklat. Dengan menyatukan kedua telapak tangannya dan menggerakan beberapa kali diiringi mulutnya yang komat kamit Ninja itu berteriak jurus pertama ―Nara Ryuu :Rouha‖ (jurus ninja aliran Nara :ledakan serigala) tangan kirinya menghentak kedepan sinar putih bergulung gulung meluncur kemuka duaaaarrrrrrr‖ untung sebelumnya pemuda berjubah coklat melompat keudara, ketika ia menengok ia bergidik melihat tempatnya tadi ia berdiri berlubang sebesar kubangan kerbau. Belum sempat pemuda berjubah coklat mendarat tiba tiba Ninja itu berteriak Jurus kedua ―Nara Ryuu :Rouketsu‖( jurus ninja aliran Nara : serangan serigala) wussshhh sinar putih keabu-abuan meluncur, cepat pemuda berjubah coklat itu memapak dengan jurus Rubah keluar sarang duaaaarrrrrrrr dua buah tenaga sakti beradu diudara,.....binatang binatang berterbangan
142
mencari selamat, pohon pohon bertumbangan terhempas angin. Terlihatlah pemuda berjubah coklat terbang terbawa hempasan tenaga sakti, segera ia menggunakan ilmu pemberat yang bernama paku bumi, sementara ninja tadi terpental hingga dua tombak, tapi ia tidak gentar cepat ia kembali menyerang ‖Nara Ryuu: ninpo Raijuukou (jurus ninja aliran Nara :Raungan monster petir) breetttttt.......kilatan petir menyambar pemuda berjubah coklat, pemuda berjubah coklat gusar segera ia menyerang ―Rubah melumat mangsa‖teriaknya lantang duarrrrr kembali terdengar dentuman tenaga sakti yang beradu. Jurus demi jurus telah mereka keluarkan, memasuki jurus ke 18 pemuda berjubah coklat menyatukan kedua telapaknya didepan dada dengan kuda kuda kaki kanan didepan ditekuk di lutut dan bersanggah di kaki kiri. Mulutnya berkumat kamit merapal mantra ...‖Hiaaaaattt... Rubah menyembah mayat‖ .....teriaknya melengking seraya menyentakan tangannya kedepan selarik sinar biru keluar menyentak kemuka menerjang sesosok bayangan hitam yang sedang bersiap siap ―Jurus ke 19 Nara Ryuu: ninpo kamaitachi‖( jurus ninja aliran Nara: sabit musang angin). Blarrrr... kembali terdengar dentuman menggelegar. Tampaklah si Ninja yang ternyata Ninja Nara mencelat karena tenaga dalamnya kalah tinggi.
"Berhenti, jangan berkelahi lagi," kata pemuda berjubah coklat dengan tertawa. ―mengapa? Kau mengaku kalah?‖ Ninja Nara itu mendengus. "Sekali kau keluarkan tenaga lagi segera kau akan mati dengan tujuh lubang (hidung, mata, telinga, dan mulut = tujuh lubang) keluar darah. Nah, kuberitahukan dengan maksud baik, janganlah kau tidak percaya lagi." Saking gusarnya Ninja Nara berbalik tertawa, katanya, "Kau
143
setan cilik ini membual seperti setan, kau kira dapat menggertak diriku. Kita belum selesai masih ada satu jurus" "Menggertak kau? Tidak, sama sekali aku tidak main gertak, tapi bicara sungguh-sungguh. Apakah kau tahu di dunia persilatan ada semacam ilmu gaib yang disebut ' Rubah Menyembah Mayat beracun '. Artinya, barang siapa terkena pukulan ini, kecuali berdiri tak bergerak, bila bergerak, maka tidak lebih jauh bergerak orangnya pasti akan roboh dan tamat riwayatnya." "Omong kosong, di dunia ini mana ada ilmu pukulan begitu," jengek si Ninja Nara. Walaupun di mulut ia tidak percaya, tapi diam-diam ia pun merasa seram, kaki terasa lemas dan tidak berani bergerak lagi. Sambil menatap orang dengan tajam, Pemuda berjubah coklat itu berkata lirih, "Ilmu pukulanku ini sudah ratusan tahun kehilangan turunan, apalagi kau dari negri asing dengan sendirinya kau tidak tahu, dan tentu juga tidak percaya. Namun tanpa sengaja kudapatkan ajaran orang sakti dan berhasil meyakinkan ilmu pukulan ini, maka ...." "Kau telah berhasil memukul aku satu kali, begitu bukan?" Ninja Nara dengan mendengus. Walaupun ia sengaja berlagak tak mengacuhkan ucapan Pemuda berjubah coklat itu tadi, tapi dalam keadaan demikian, siapa pun pasti waswas dan tidak berani sembarangan bergerak. "Hah, sekali ini ucapanmu memang tepat," demikian Pemuda berjubah coklat itu menanggapi, "cuma aku hanya memukul satu kali, bahkan memukul dengan perlahan. Asalkan kau mau mengaku kalah padaku, maka dapatlah kutolongmu." "Jika kau kira dengan beberapa patah katamu ini dapat menggertak diriku, maka keliru besar dan salah alamat," jengek si Ninja Nara
144
"O, jadi kau tidak percaya?" Pemuda berjubah coklat itu menegas. "Baik, sekarang kau boleh meraba tulang igamu yang nomor tiga di sebelah kiri, coba apakah di situ terasa kemeng atau tidak? Itulah gejalanya kalau terkena pukulan berbisa 'Rubah Menyembah Mayat beracun' yang kukatakan tadi." "Hm ...." kembali Ninja nara mendengus, tanpa kuasa tangannya terus meraba tulang iga yang disebut Pemuda berjubah coklat, tanpa terasa sorot matanya lantas berubah juga. Pemuda berjubah coklat tampak menunduk memandang bayangan sendiri yang membayang di sebelah kaki , katanya, "Bagaimana, terasa sakit dan kemeng bukan?" Walaupun jarinya rada gemetar, tapi di mulut Ninja Nara itu tetap berteriak, "Sudah tentu sakit, setiap orang pasti mudah merasakan sakit di bagian ini." "Tapi itu bukan rasa sakit biasa melainkan rasa sakit khusus, rasanya seperti tertusuk jarum, bagai terbakar, sakit bercampur panas, betul tidak?" sembari bicara sorot mata Pemuda berjubah coklat beralih ke muka lawannya, lalu menyambung pula dengan perlahan, "Sekarang coba raba lagi ... bukan, bukan di situ. Ya, ke kiri sedikit, ya di situ ...." Begitulah tanpa terasa jari Ninja Nara bergerak mengikuti komando Pemuda berjubah coklat, mendadak Pemuda ituberseru, "Ya, betul di situ tempatnya, tekan jarimu sekuatnya!" Benar juga, tanpa terasa jari pemuda baju putih menekan bagian tubuh sendiri dengan kuat. Tapi segera tubuhnya terasa kaku kesemutan, "bluk", ia terguling dan tak dapat bergerak lagi. "Hahaha!" Pemuda berjubah coklat tertawa gembira, "betapa pun cerdikmu akhirnya kena kukerjai juga. Nah, apakah kau tahu cara bagaimana kau tertipu olehku?"
145
Walaupun tak dapat bergerak, tapi mata Pemuda berjubah coklat melotot dengan geregetan, matanya merah membara, tapi mulut sukar berucap. "Nah, dengarkan, di dunia ini pada hakikatnya tidak ada pukulan Rubah menyembah mayat beracun segala, apalagi menguasai ilmu demikian itu. Namun di dunia ini memang benar ada semacam ilmu gaib yang disebut 'Rubah menipu mangsa' dengan ilmu menutuk simpul darah memotong nadi Sebuah ilmu pertabiban sebagai medianya aku dapat mengalahkanmu jadi, selamat tinggal" dengan santainya Pemuda berjubah coklat itu duduk minum menonton Ninja nara yang tergeletak disampingnya, ―hahaha.......sekarang aku ingin melihat wajahmu, lagipula aku tahu wajahmu waktu kau mengintipku di pasar, hehehe..‖ ia tertawa sambil berjalan santai menuju Si Ninja Nara. Sorot mata si Ninja Nara benar benar ketakutan, jika ada lobang ingin sekali ia mengumpat disana. Srett.....Topengnya terbuka benarlah apa yang diduganya, ternyata wajah dibalik topeng itu seraut wajah tampan, matanya sipit, kulitnya putih bersih, rambutnya sepundak. Wajahnya pucat pias, ia benar benar ketakutan, ia tak takut mati. Tapi ia takut Pemuda berjubah coklat itu menyuruh dia untuk menentang hati nuraninya. Sett tuk..... ―Ninja Nara tak menduga Pemuda berjubah coklat itu malah membebaskannya dengan senyuman tulus. ―sekarang apa permintaan mu!, apapun yang kau minta aku akan lakukan‖ Ninja Nara Menunduk. ―Siapa Namamu?‖ Pemuda berjubah coklat malah bertanya. Ninja Nara Melengak tak mengira pertanyaan Pemuda berjubah coklat. Dengan gelagapan ia menjawab ―Ryu, Ryusuke‖ ―kau mau jadi sahabat setiaku, menyongsong masa depan yang gemilang dalam
146
kedamaian ‖Ninja Nara bertambah melongo lagi. lagi ia mendengar ucapan diplomatis dari Pemuda berjubah coklat. Ditatapnya wajah Pemuda berjubah coklat itu. Sorot mata yang hangat dan bersahabat cepat ia melengos, ia tak sanggup lagi menatap wajah itu. ―baik, tuan aku mau‖ akhirnya ia menjawab. Mendengar itu Pemuda berjubah coklat tersenyum, ....senyum yang tak dapat dipastikan benar benar misterius. ―Ryu kau dengar apa yang kuminta!‖ Ryusuke mengangguk.‖kau meminta aku tuk menjadi sahabatmu‖ Pemuda berjubah coklat tersenyum puas ‖kalau begitu rubahlah panggilanmu itu, aku tak suka. Namaku saat ini adalah Angkara. ‖ ―baiklah, Angkara tadi sebelum bertarung kita telah melakukan perjanjian. Aku tak suka mengingkari perkataanku. Ucapan lelaki sejati ibarat anak panah yang di lepaskan dari busurnya. Ucapan adalah motivasi terkuat dalam hidupku‖ Ryusuke berkata semangat. Angkara merenung beberapa saat. Angkara tau lelaki sejati semacam Ryusuke. Jika tidak diluluskan itu merupakan penghinaan bagi dirinya. ―baiklah, pertama aku ingin engkau berhenti berbuat mempertaruhkan nyawa hanya demi uang, kau tahu apa sebabnya?‖ ucap Angkara. Timpalnya lagi ―Mari kita tinggalkan tempat ini kita bercakap cakap sambil jalan saja‖ Angkara membangunkan ryusuke sambil menuntun kudanya. Merekapun berjalan bersama sama sambil bercakap-cakap. Ryusuke masih diam, wajahnya merah karena malu ―maafkan aku Angkara.... aku memang benar-benar membutuhkan uang itu,....‖ desis Ryusuke. ―Uang merupakan hamba yang sangat baik, tetapi tuan yang sangat buruk.‖(P.T. Barnum,) Angkara berujar. Ryusuke diam tak berkomentar. ―Aku tahu kau sedang ada masalah, katakanlah barangkali aku bisa
147
membantumu.‖Angkara berkata dengan spontan. Ryusuke mendelong bagaimana orang disampingnya bisa berkata demikian. Ia mempertimbangkan haruskah ia memberitahukan. Ditengah ia berpikir dirinya ditambah keheranan lagi, sebab Angkara berkata lagi ―Aku tahu kau sedang berpikir haruskah engkau memberitahukan ku atau tidak, perlu kau camkan baik baik, sahabat selalu ada disaat engkau membutuhkan, teman bisa saja silih berganti tapi sahabat tetap sejati.‖ ―Huffzz‖ Ryusuke menghela nafas percuma saja ia bertindak rahasia, orang yang ada disampingnya benar lain dari yang lain, tindakannya benar benar tak bisa diduga orang ―baiklah, percuma saja aku menyembunyikannya. Kau memang lain dari yang lain, sebaiknya aku ceritakan dari awal. Kau suka mendengarkan?‖ Angkara mengangguk
―Aku datang dari Desa Kouraningun negri matahari terbit (Jepang), Di Negri kami ada lima aliran Ninja terbesar yang paling disegani. yaitu Nara, emerarudo, Iga, Okazaki, dan Fuurai, Aku termasuk Aliran Ninja Nara, disana Aku memiliki seorang sahabat, namanya Kyoshiro, ia berencana meninggalkan kouraningun ia ingin melepas statusnya sebagai seorang Ninja, tidaklah mudah bagi seorang ninja untuk meninggalkan kelompoknya menurut peraturan kami, Ninja yang ingin melepas statusnya, akan dikejar sampai kemanapun hingga ia mati.. tapi,.... aku tidak rela kehilangan dia, karena Kyoshiro adalah sahabatku yang paling berharga.... diam diam aku membawa adikku serta untuk membantuku menyelamatkan Kyoshiro, beberapa purnama silam ada kabar bahwa ia pergi ketanah ini. Maka kamipun bergegas kemari. ― Ryusuke mengambil nafas sebentar lalu melanjutkan.
148
―tapi tanah ini sungguh luas, meskipun aku seorang mata mata yang cukup handal, tapi kemanakah aku harus mencari?. Maka dari itu aku memerlukan tenaga bantuan, tujuh hari yang lalu aku bertemu dengan seorang wanita, ia mengaku bahwa ia seorang pemimpin telik sandi., akupun meminta bantuan darinya tapi, ia mengajukan syarat dimuka......ia meminta uang seratus keping perak sebagai imbalan. Maka dari itu....... ‖ ―kau...mengumpulkan uang. sementara adikmu kau suruh untuk mengawasi pergerakan orang yang diberi tugas untuk membunuh temanmu itu...... ketika kau dipasar tadi, melihatku menghambur hamburkan uang kepada pedagang kau berniat merampoku.... kau lebih suka merampoku meski resikonya lebih tinggi daripada merampok pedagang karena kau tak ingin menyusahkan orang lemah....benar bukan? ― Angkara menebak lanjutan dari penuturan Ryusuke. Rysuke tersenyum kini ia telah terbiasa dengan watak orang yang berada disampingnya. ―hemmmzz.......kau memang lain dari yang lain, kau sudah mendapatkan gelar?....‖ Angkara menggeleng......‖belum‖ jawabnya. ―boleh aku memberikan gelar padamu?.... Pendekar Kijang berbaju coklat..... bagaimana menurutmu?‖ Ryusuke mengajukan usul..... Angkara merenung ia tersenyum dan menjawab ―Boleh, .. . . . Burung...elang...!‖ Angkara menatap langit... Koak.... Koaakkkk,,,.... benarlah apayang dikatannya.....terlihatlah seekor burung elang berputaran diudara dan menukik menuju ketempat mereka berjalan...Teppp Ia hinggap dipundak Ryusuke....burung elang itu lumayan besar, ada kain berwarna merah yang melingkar dilehernya membentuk segitiga. Dikakinya terlihatlah sebuah tabung bambu sebesar ibu jari. ―Gawat....Yoninshu sudah bergerak, kita harus
149
bergegas....‖teriak Ryusuke dengan tegang Angkara tetap tenang ia bertanya ‖Surat dari kawanmu?,‖ ―benar..........!, sebaiknya kita lari..‖ dengan mengerahkan Ilmu peringan tubuh Ryusuke melesat kemuka kemudian diikuti oleh Angkara. mereka melesat bagaikan sebuah bayangan..... sampai akhirnya mereka sampai diluar sebuah desa, dan berjalan seperti orang normal. ―Ryusuke sebaiknya pakaianmu kau ganti, dengan pakaian seperti itu kau terlalu mencolok.‖Angkara mengusulkan. Ryusuke sungguh mendongkol ia balas menjawab ―memangnya penampilanmu itu tak mencolok?.....‖ ―hahaha......tapi lebih baik darimu bukan, kau membawa pakaian orang normal.....‖Angkara tambah mengolok...‖gerr....emang kau pikir aku orang gila...., pakaian gantiku ku jual, kau punya lebih‖ Ryusuke uring uringan ―nih,,,,.... ― Didepan sebuah kedai yang cukup ramai terlihatlah dua pemuda sebaya dengan penampilan sama. Yang membedakan mereka cuman wajah dan matanya orang pertama berwajah tampan berkulit kuning matanya bersinar terang, dan yang kedua berwajah tampan berkulit putih matanya sipit, mereka adalah Angkara dan Ryusuke yang baru saja tiba disana. Dikedai itu tidaklah terjadi hal hal yang menarik, tetapi ketika mereka keluar dari kedai Angkara tiba tiba melesat kemuka, membuat Ryusuke keheranan...tapi, tak lama kemudian ia ikut melesat mengejar. Disebuah hutan yang lebat dan rimbun itu terjadilah suatu kejar kejaran. Kelihatan lah pemuda berjubah coklat ditengah yang tak lain adalah Angkara mengejar lima oran sosok hitam dimuka......., Tapi tiba tiba lima sosok berbaju hitam itu berhenti. Yang tentu saja membuat ia kaget. Cepat ia meloncat ke sebuah
150
dahan dipohon dan nangkring disana. Terdengar sebuah bentakan keras menggelegar ―Kau pikir bisa kabur dari kami Kyoshiro...matilah kau.‖ salah seorang yang memegang Kusarigama (Arit berantai) setelah memutar dua kali cepat ia membeset kebawah..... ―Tunggu........‖ Tiba tiba terdengar suara menggelegar dari belakang. Tahu tahu dibelakang lima sosok ninja tersebut muncul seorang pemuda berjubah coklat lainnya yang tak lain adalah Ryusuke. ―Heh, Apa kau juga mau ikut berkhiatan Ryusuke? Cepat minggir,...‖ bentak seorang ninja yang memegang Katana dengan kedua tangannya. ―sudahlah,, Ryusuke engkau pergilah...aku tahu niat baikmu itu, tapi ini tetap peraturan..... meski aku bukan seorang ninja lagi . aku percaya, sampai sekarangpun tanganmu tetap seakrab dulu, seperti bunga teratai dan bunga sawi‖ Kyoshiro tersenyum. Pedih hati hanji,... ― Duaaarrrrr......tiba tiba sebuah bom peledak meledak‖ debu mengepul....ternyata salah seorang dari Ninja yang berpakaian hitam melemparkan sebuah bom peledak. Itulah yang disebut dengan Kajutsu. (Tekhnik tentang bahan peledak dan senjata api) Setelah debu menghilang kelihatanlah hanya sebuah pedang katana tergeletak ditanah... ternyata Kyoshiro telah jatuh ke jurang... ―Kyoshirroooooooo............‖teriak Ryusuke menyayat... kalian Yoninshu jahanam hiaaattttt.....Ryusuke mencabut ktana di punggungnya dengan kedua tangannya, lalu bergerak menyabet bret trang Ninja Yoninshu menangkis,,.. dengan kalap kembali ia menyerang, hiaaaatttt trang trang..., ―Manusia tak tahu diri, hiaaattttt‖ Ninja yang lain menyerang, sebentar saja terjadi
151
pertarungan yang tidak seimbang, lima lawan satu. ―Jika dibiarkan saja, Ryusuke pasti mati., ...‖ hemmmm .. Angkara bergumam... ―huh...Keroyokan... Ryusuke serahkan dua orang pengecut yang memegang arit berantai, dan orang yang memakai pedang pandak disebelahnya‖ Angkara melengking dan menerjang..... Ryusuke tak menjawab, ia terus mencecar ninja yang menyerangnya. ―Huh...dasar pengetahuan dangkal.... jaga katana ini‖teriak ninja yang memegang katana yang dianggap pedang pandak oleh Angkara. Ia anggap remeh Angkara. Karena bagainapun Angkara masih belia. ―Aku terima berikut rentenya, srett tep... sungguh luar biasa katana yang sedang disabetkan bisa ditangkap oleh jari, dengan menjepit katana dengan telunjuk dadan ibu jarinya, angkara mengerahkan Aji halilintar Perobek baja, srrttttt.....bagai terkena setrum saja, Ninja itu gemetar ia kaget benar pedang yang ia pegang bagai listrik ribuan volt yang menyerang dirinya. Sebagai ninja yang sudah berpengalaman dalam membunuh, apalagi kelompok yoninshu merupakan murid murid utama dari aliran Nara desa Kouraningun. Mendapat serangan seperti itu tidak membuatnya gelagapan cepat ia lepaskan katananya dan bersalto belakang duakali. Melihat kejadian itu, Ninja yang memegang kusarigama menganggap hanya sebuah kebetulan saja,... dengan sebat ia memutar kusarigamanya sebanayk empat putaran dan menyabetkan kemuka kearah leher. ―Putus lehermu, Putus nyawamu‖teriak Ninja itu. ―Leher kawanmu, putus nyawanya‖ balas Angkara sambil merunduk dan mengait rantai kusarigama itu, Crassss
152
brett.....Glutuk...Sebuah kepala jatuh menggelinding, darah mengguyur bumi, Tanpa jeritan tanpa keluhan, benar benar sadis...... Ninja yang memegang Kusarigama terkejut melihat kawannya terpenggal kepalanya. Ia tak menyangka kawannya akan ikut kearena pertarungan. Rupanya Ninja yang memegang katana masih penasaran ia dapat dipecundangi dengan mudah... dengan sebat ia menyerang Angkara., ia juga tahu temannya menyerang Angkara, tapi tak pernah terlintas dari bayangannya bahwa Angkara akan menggunakan Senjata temannya untuk membunuh dirinya. Ketika ia sadar, ia sudah terlambat kepalanya sudah lepas dari lehernya.... ―haha....sekarag giliranmu,‖ Angkara tertawa dan mendesak lawannya. Sementara Ryusuke..terus terdesak... melihat Angkara dapat membunuh salah satu lawannya semangatnya terbakar...segera ia melipatkan serangannya
―PENGECUT PENGECUT tukang keroyokan.. Kak, serahkan dua Orang kepada kami...‖tiba tiba terdengar teriakan melengking halus dan merdu, munculah dua sosok bayangan perempuan cantik, dan langsung terjun kearena. ―Yumi, Hai...Ambilah, Peminpinnya aku yang pegang.‖ Teriak Ryusuke dengan girang. Sosok gadis yang langsing dibalut dengan kain hitam tanpa tutup kepala langsung menyerang seorang yang memegang kendo. Di jepun Seorang sinobi atau ninja perempuan biasa dipanggil dengan kunoichi. Bret.....sebuah senjata rahasia berbentuk bintang dilemparkan Yumi., atau lebih dikenal dengan shuriken Trang trang.... orang yang memegang kendo menangkis, kemudian mereka terlibat
153
pertempuran. Sementara itu...perempuan yang datang bersama yumi langsung melemparkan pedangnya seraya berteriak ―Pedang pemburu nyawa‖ melihat serangan Ninja yang diserang cepat membalas dengan sebuah ilmu tangan kosong yang disebut dengan taijutsu. ―Harimau menerkam sembunyi‖ teriaknya lantang brett.....duarrrr..... nyata sekali kepandaian wanita yang baru datang itu memiliki ilmu yang hebat.terbukti dengan sekali sentakan pedang yang dilemparnya berbelok dan menyabet leher.. untunglah Ninja itu masih dapat berkelit dengan memukulkan tangannya pada batu dan bersalto diudara. Daripada itu Angkara yang melihat kedatangan dua orang gadis cantik tak mau menyiakan waktu lagi dengan sebat ia meningkatkan kecepatan tubuhnya dan menyerang secepat bayangan. Tahu tahu Angkara telah berada di belakangnya, dan Jrushhhhhhhh katana milik Ninja yang telah mati menghujam di jantungnya. Tak ada suara keluhan, tak ada suara jeritan yang ada hanya suara bedebum jatuh tubuh dan klontrangan Kusarigama. Hakikatnya ia tak diberi kesempatan untuk mengelak bahkan menjeritpun tak sempat. Lalu, ia duduk dibatu memperhatikan dua orang gadis sedang bertarung.....ia berpaling kearah lain dilihatnya ryusuke sedang menuju akhir pertarungan, nyata sekali kepandaian Ryusuke lebih tinggi dari ninja lawannya. Dengan lantang ryusuke berteriak. ―Matilah kau...., ‖ Srinngggg...craasss Aaaaaaaakkhhhhh jeritan menyayat hati berkumandang dipinggir jurang sebuah hutan. Bagian dalam tubuh Ninja itu berhamburan keluar, darah berpancur laksana sebuah air terjun, usus ususny membredel keluar, benar benar kematian yang mengerikan.
154
Ryusuke menghela nafas ia berpaling melihat pertarungan adiknya, lalu orang yang bersama adiknya ketika ia mencari pertarungan Angkara ia terkejut melihat dua mayat bergelimpangan. Sementara Angkara entah kemana. Ia benar benar kaget, bahkan ia tak tahu kapan pemuda itu membunuh lawannya. Diliarkannya pandangan keseliling tempat itu, tak jauh dari dirinya ia melihat angkara sedang memperhatikan pertarungan adiknya.... Wajah angkara kadang merah, kadang tegang, lalu tersenyum begitulah berganti ganti. Ryusuke tersenyum melihat tingkah sahabat barunya itu, karena adiknya ada yang memperhatikan, Ryusuke memutuskan untuk melihat perempuan yang membantu dirinya. ―Hebat sekali gadis itu....‖ Ryusuke menggumam. Diarena pertarungan gadis itu tiba tiba melompat keudara dan menari, tariannya begitu gemulai dan indah. Ninja Yoninshu dan ryusuke Terlonggong longgong kagum, melihat indahnya tarian diudara itu, apalagi celana gadis itu berbentuk seperti payung (Rok) sehinggga pahanya yang putih mulus terlihat menggoda iman setiap lelaki. Tiba tiba dari atas langit meluncur sebuah titik kperakan ―Hujan pedang Tunggal‖teriak gadis itu merdu. Jrubbbbbb Bruk Ninja Nara itu tersate sebuah pedang. Ryusuke terbeliak matanya melihat Ninja Yoninshu itu tersate dari wajah sampai anusnya. Ia bergidik ngeri. Dilihatnya adiknya juga sudah mengakhiri pertarungan. Tapppp.....Ringan sekali gadis itu menginjakan kakinya di tanah lalu menghampiri korbannya dan mencabut pedangnya kemudian tersenyum pada ryusuke. Dilain tempat diwaktu yang sama dengan gadis tadi menari. Pertarungan Yumi dengan ninja Yoninshu bersenjata kendo juga
155
sedang mencapai puncaknya. Tampaklah yumi sedang terdesak hebat, dikala yumi mundur ninja itu melemparkan sebuah paku yang biasa digunakan dalam teknik Saimonjutsu (teknik menghipnotis). ―Jurus rahasia Mengikat bayangan jerat sukma.‖ Teriak Ninja Yoninshu itu. (Jurus itu adalah sebuah jurus untuk mengikat bayangan seseorang dengan cara melemparkan paku atau sejenisnya ke bayangan lawan. Teknik itu sama halnya dengan teknik mentotok supaya tidak bisa bergerak. Yaitu membuat lawan tidak bisa menggerakan tubuhnya melalui proses sugesti pada mental lawan) sekilas terlihat Yumi akan Kalah pada saat itu. Angkara tegang, tapi, tiba tiba dari tangan yumi melesat empat buah Shuriken dan trang.....jrub...jrubbb....jrubb.... Tak kepalang kejutnya bahwa lawan akan melakukan itu. Yumi tersenyum melihat lawannya mati dengan kematian tiga buah shuriken di tiga tempat yaitu, dahi, leher dan dada. ―Kau hebat nona....!‖ Angkara Antusias. ―terimakasih‖jawab Yumi tersipu. ―siapakah namamu nona jelita‖ Angkara Merayu. ―Yumi, dan kau?‖ ―Angkara.....‖ Angkara melihat Ryusuke dan gadis itu mendekat kearahnya. ―Kau juga hebat nona, Tarianmu begitu menyesatkan sukma....‘‘ tanpa basa basi Angkara memuji. ―hihihi....Kau terlalu memuji...lihatlah hasilmu sendiri...kau yang paling banyak membunuh‖Gadis itu menjawab. Angkara memperhatikan gadis itu. Gadis itu berwajah cantik, usianya juga paling banter delapan belas tahunan. Ia mengenakan baju berbentuk jubah dengan warna kuning gading. Kain itu tipis, sehingga pakaian dalamnya
156
yang berwarna biru tua itu terlihat membayang di balik jubah kuningnya. Celananya berbentuk payung, sebatas mata kaki. Rambutnya yang panjang sebatas pinggang dibiarkan lepas terurai ke depan, sebagian di dada kiri sebagian lagi di dada kanan, la mengenakan ikat kepala bukan dari kain, melainkan dari tali sutera yang berwarna merah, Tali sutera itu sedikit panjang sehingga sisa ikatannya jatuh berjuntai melewati pundak kanannya.. ―Apa ada masalah dengan wajahku kisanak?‖ Gadis itu bertanya. Ryusuke terdiam akhirnya ia menjawab. ―kau gadis dari tanah Antah berantah ya?‖ gadis itu tersentak kaget. ―benar, namaku Jelita Indria.‖ Ia memperkenalkan diri. ―Angkara‖ tanpa ditanya Angkara menyebutkan namanya, Tiba tiba Ryusuke menyela ―Kau hebat Angkara....Kau membunuh dua orang tanpa suara, sampai samopai aku tak tahu kapan kau menyelesaikan pertarungan.‖ ―hahaha....kau salah Ryu. Aku tak membunuh mereka....merekalah yang saling membunuh sendiri...lihatlah... Ninja yang itu mati dibawah tikaman pedang yang bernama katana milik ninja yang kepalanya buntung. Sedangkan ninja yang kepalanya buntung mati dipenggal arit berantai milik ninja itu.‖ Angkara menunjuk.... memang benarlah kenyataannya seperti itu, tapi mereka tahu tanpa Dia (Angkara) melakukan ‗sesuatu‘ mana mungkin mereka saling bunuh sendiri. ―krruukkkk...kruuukkkk‖terdengar suara panggilan perut dari Yumi. Ryusuke, Angkara dan Jelita Indria berpandangan....lalu tertawa terbahak bahak...sementara Yumi tersipu malu seperti kepiting direbus.
157
Disebuah Desa di dekat sungai cikaso, Desa sampar angin Namanya. terdengar orang orang berbisik bisik dengan heboh, bahkan kehebohan itu merambat kedesa desa sebelahnya, orang orang persilatan dengan penasaran berbondong bondong datang ke desa itu, mengapakah demikian??? Di tengah tengah desa itu, orang orang Awam, maupun orang persilatan dengan tercengang cengang melihat seorang pemuda belia dengan pakaian dalam hitam dengan jubah coklat ketat, jubahnya aneh karena jubah pribumi tanah jawadwipa tidak ada seperti itu, jubahnya panjang sampai mata kaki dengan belahan dibelakang sampai lutut dipenuhi dengan kantong baju, bagian depannya terbuka memperlihatkan baju dalamnya yang berwarna hitam, diikat tali selebar tigajari sebanyak tiga tali di dada, satu tali dileher, dan satu tali di pinggang, sepatunya terbuat dari kulit Serigala terlihat dari bulunya, sampai lutut diikat dengan tali dari rotan, kedua tangannya memakai sarung dari kulit Serigala seperti halnya dengan sepatunya, sampai sikut. Siapakah dia kalau bukan Jali atau Huru Hara sng ksatria serigala, Pemuda itu sedang asyik masyuk menjajakan jualannya, layaknya seoran pedagang. Lalu mengapakah bisa membuat orang orang gempar?? Terlihatlah, ternyata barang yang ia jajakan itu ternyata segala macam barang dengan lambang Panji telapak perak. Bahkan panji telapak perak yang biasa digunakan dalam mengambil nyawa orangpun berserakan disana, Orang orang bertanya tanya siapakah gerangan pemuda ini yang berani bertindak seperti itu, Padahal didunia persilatan ini siapakah yang berani berurusan dengan mereka. ―Kisanak, Nisanak silahkan jangan dilihat saja, silahkan dibeli barag barang rongsokan ini.‖ Pemuda itu berkaok kaok. Sudah
158
dua hari ia berdagang disana namun tak ada satupun yang membeli, hanya sebuah kegemparan yang ada. ―Ekh kakak pengemis yang ada dijalan sana, mari mari sini.....‖ Huru Hara berteriak kepada salah seorang pengemis, pengemis itu memakai baju penuh tambalan, wajahnya lugu, mendekati kebodohan....dengan terheran heran ia mendekati Huru hara. ―Ada apa Kisanak?‖ ucapnya setrelah dekat dengan Huru hara. ―Buka baju dan celanamu, Aku akan menambal yang bolong itu‖huru hara menunjuk bolongan di dekat dada dan pantat sipengemis. ―Tapi,.....‖ ―Soal biaya, kau tak usah pikirkan..aku kasih gratis untukmu‖ betapa girangnya Pengemis lugu itu, memang ia tak mempunyai uang sepeserpun untuk menambal pakaiannya. ―kau memang baik kisanak...hehe....baiklah, tapi.....‖ ―nih kau pakai dulu.‖huru hara memberikan sebuah selimut seakan mengerti apa yang dipikirkan oleh Pengemis itu....... Beberapa saat kemudian.....‖iNi sudah....‖ Huru hara menyerahkan pakaian pada pengemis lugu. Dengan tergesa gesa Pengemis itu mmakai pakaianya. Karena kesal tak ada yang membeli Huru hara mencOba bercakap cakap dengan pengemis itu. ―Ekh, Siapakah namamu?‖ ―Luyu Manggala dan kau?‖ Pengemis itu balik bertanya. ―huru Hara‖ balas Huru hara pendek. ―Hahahah.......Pantas pantas sekali nama dengan kelakuanmu itu?‖ ―Maksudmu?huru hara bingung. ―Kau tahu? Kau sangat terkenal dipenjuru dunia persilatan dengan tingkahmu yang bisa dibilang gak normal ini‖ luyu
159
Manggala berkata. ―Apa maksudmu?‖huru hara tersinggung. ―Apa kau tahu semua orang persilatan segan dan takut pada gambar bendera bendera yang kau jual‖ ‗bwahahaaaaa....Apakah kau juga takut dengan gambar rongsokan, dan panji panji kecil tak berguna ini, yang lebih pantas aku pasang dipantat kau‖ dengan terbahak bahak Huru hara tertawa. Dengan panasaran Luyu manggala berdiri dan menatap pantatnya. ―hahaha.....kau memang penambal ulung sobat, memang benar gambar panji ini lebih berguna dan pantas menempel di pantatku ini. Dengan begini gambar ini pasti akan dihibur farfum paling alami‖ lelu keduanya tertawa bersamaan, tapi mata mereka melihat ada beberapa orang memandang dengan api kemarahan diwajah mereka. Orang orang persilatan semakin gaduh mendengar percakapan itu. Huru hara tersenyum penuh arti. Melihat itu mata Luyu manggala berkilat tajam. Sepertinya ia paham dengan apa yang ingin dilakukan oleh pedagang belia yang satu ini. Huru hara bukanlah orang bodoh, tentu saja ia paham maksud kilatan mata itu., Dalam hatinya huru hara berpikir. ―Hem...meski terlihat bodoh, ternyata orang ini cerdik juga.....tak ada salahnya jika aku menjadikannya partnerku.‖ ―Huru hara, bagaimana kalau kita berteman?‖ Ajak Luyu manggala. ―Bukankah kita sekarang sudah berteman?‖ Huru hara menatap wajah Luyu Manggala. Luyu Manggala meski terlihat bodoh ternyata ia sangat cerdik, beberapa patah kata dari Huru hara membuatnya kagum. Tak nyana seorang pedagang belia memiliki bobot ucapan seorang pelajar. Luyu manggala tentu
160
saja paham maksud dari ucapan itu ia tersenyum dengan penuh kekaguman. Ia paham Huru hara bukan hanya menjadikannya seorang teman tapi juga seorang sahabat. Orang awam mungkin berpikir, apasih bedanya teman dengan sahabat? Bukannya itu hanya sama saja? Tapi orang orang ahli tentu saa dapat membedakan teman dan sahabat. Teman bisa saja berganti bergiliran seiring dengan waktu. Tapi sahabat? Ia selalu menjadi nomor satu. Kapanpun dan dimanapun. Sahabat lebih berharga dari seorang kekasih.....sebab bisa saja kekasih membuat kita sakit....karena sebuah kata ―CINTA‖ bahkan yang lebih ironisnya kekasih bisa menjadi musuh. Lain halnya dengan Sahabat..... ―Kau pernah mendengar kabar berita akhir akhir ini Sobat? Luyu Manggala bertanya. Sobat.....sebuah panggilan sederhana namun memiliki begitu banyak arti. ―Berita Apa?....‖ ―Berita tentang Kekejaman Panji telapak perak yang saat ini engkau perjual belikan ini?‖ Orang sekitar itu cepat tajamkan pendengaran, jika anda adalah seorang persilatan mungkin anda juga akan sama halnya dengan mereka.... bagi kalangan rimba hijau hal apakah yang membuat mereka begitu bersemangat? Dikalangan rimba hijau ada sebuah pepatah tentang 6 buah malapetaka yang menyenangkan. Pepatah itu mengatakan ―Harta, Benda Mestika, Wanita, Tuak dan Berita terbaru adalah sumber kehidupan sehari hari, burung mati mencari makanan manusia mati karena hatrta. Orang gagah binasa karena wanita. Rimba hijau banjir darah karena benda mustika, Karena tuak orang gila dan karena berita baru mereka celaka.‖ ―Hahaha.....Untuk apa takut pada kaum keroco seperti mereka,
161
Kau tahu tentang sepuluh Perguruan Merdeka?‖ Huru hara menjawab. Dengan mengerutkan kening Luyu manggala menjawab ―Tidak, Baru mendenagarpun aku baru saja darimu.
―Dengarlah Sobat, Seorang Penjaga gerbangnya saja memiliki ilmu silat beraneka ragam, kau tahu Jurus teratai membuka, milik perguruan teratai putih, jurus rajawali sayap emas, milik perguruan rajawali emas, jurus bintang kemukus menimpa bumi dari perguruan bintang kemukus, 9 Jurus pedang bumi dari perguruan pedang bumi dan Jurus golok pembunuh harimau dari perguruan golok harimau. Nah, untuk ukuran pembantunya memiliki dasar ilmu beladiri seperti itu, bisa kau bayangkan seperti apa murid utama dan pemimpinnya?‖ Bola mata Luyu Manggala melotot seperti gundu..... bahkan beberapa orang yang berlalu lalang dan yang memasang telinga, mendengarkan mendesah tak percaya. ―Kau sadar dengan ucapanmu huru hara?‖ luyu manggala tergagap bahkan ia merubah panggilannya tanpa sadar. ―hahaha...tentu saja aku sadar, .....kau tahu si Ular bermata seribu? Dari dialah aku tahu....‖dengan acuh tak acuh Huru hara menjawab.....didunia rimba hijau ini siapakah yang tak tahu si Ular bermata seribu? Seorang tokoh muda yang meggemparkan dengan sepak terjangnya, perguruan manapun dibuat pusing olehnya, bahkan istanapun ia obrak abrik, tapi anehnya, semua korbannya tak ada yang berani mendendamnya, yang lebih hebatnya lagi seorang Adipati Rajalela juga yang merupakan seorang raja, juga tak berani mengusiknya. hampir semua orang mengenalnya, bahkan bila kau bertanya kepada seorang anak kecil ia pasti menjawab ―oh Ular bermata
162
seribu yang berani tidur dikamar adipati, dan seenaknya mengubrak abrik istana itu ya!‖. Bila kau bertanya kepada seorang gadis maka mereka akan menjawab ―Oh, lelaki tampan dengan jubah coklat itu ya? Aku adalah sahabatnya‖ benarkah gadis gadis itu sahabatnya? Jawabannya tidak.....! bahkan mereka tak pernah berjumpa dengan dia. Hanya segelintir orang saja yang tahu....lalu mengapa mereka berkata bahwa dia adalah sahabatnya? Jawabannya satu....Mereka terkena Racun yang bernama ―GOSIP‖. Perempuan mana didunia ini yang tak senang bergosip? Jika kau bertanya padaku maka ku jawab ―tidak tahu‖. Kau tahu wanita suka dengan ‗sesuatu‘ yang bernama ―CANTIK‖ ?...... Mungkin seperti itulah tingkah mereka untuk menggambarkan kesukaan wanita dalam bergosip. Orang tertentu mengatakan ―Wanita memiliki Bibir dua‖ ternyata memang tidak begitu jauh dengan keadaan itu. Tiba tiba........ ―Ekh, bocah kau ngoceh sembarangan rupanya.... sepuluh perguruan tai kucing...jangankan sepuluh perguruan seratuspun jangan harap dapat mengalahkan kami..aku Parisada yang akan pertama kali membunuh pemimpin mereka, katakan dimana sarang mereka‖ Seorang lelaki brewokan yang Ternyata bernama Parisada membentak. ―kami.......? Akh...Jangan jangan kau Anggota Panji telapak perak...?‖ Setengah berteriak Huru hara menuding Parisada. Orang orang yang lalu lalang seketika berhenti dan langsung menatap Parisada. Parisada kena batunya dengan tergagap ia menjawab ―Ak.....Apa Maksudmu bocah?‖ ―benar juga katamu Huru hara, aku juga tadi melihat ia memandang dengan kemarahan ditahan kepadamu waktu
163
mengatakan panji ini cuman barang rongsokan.‖ Luyu Manggala menimpali. Semakin berkobar wajah orang orang dipasar itu. Lalu mereka bergerak mengepung Parisada. ―Benarkah demikian Parisada?‖ teriak seorang yang memakai baju loreng dengan sebuah cakar baja di tangannya. ―Pende....pendekar Cakar baja...Apa kau juga percaya dengan bualannya....‖ dengan gugup Parisada menjawab, wajahnya celingukan mencari jalan kabur. Melihat kesempatan baik Huru hara berteriak. ―kalau jika memang kau bukan Anggota Panji telapak perak, mengapa kau segugup itu, apalagi mencari jalan kabur....!‖ ucapan itu bagaikan gugur disiang bolong ditelinga prasada, sedangkan bagi Orang orang yang mengepung semakin mantap. Diam diam Parisada berfikir...‖Ternyata bocah ini licin luar biasa, aku kena jebakannya.....melawan orang sebanyak ini jelas aku takan mampu, sebaiknya aku kabur saja, selama gunung masih hijau tak bakalaan aku kehabisan kayu bakar‖ dicarinya celah untuk melarikan diri, tapi, ia tercekat...di sebelah utara seorang wanita jelita berusia sekitar 30 tahun, berpakaian serba kuning, jubahnya tanpa lengan warna Kuning, kain penutup bagian dada dan pinggulnya juga warna Kuning, bahkan pedangnya dari sarung pedang sampai gagang dililit kain warna Kuning. Ia berdiri tegak dengan tangan siap mencabut pedang. Di dunia persilatan ia dikenal sebagai dewi kuning. Disebelah barat dengan angkernya seorang kakek berdiri dengan geram kakek itu memakai baju hijau dengan caping lebar menutupinya ia dikenal sebagi dewa hijau bercaping, disebelah lainnya ada si pedang kilat, rajawali biru, harimau
164
tanpa taring, sikakek tua daun ilalang. Juga beberapa pendekar lainnya,. Serempak semua merangsek mendekati Parisada tetapi, ....... ―Berhenti........‖ dari arah langit terdengar bentakan melengking halus dan merdu. Serentak semua orang menatap langit, seketika wajah mereka terpengarah terlebih pendekar Rajawali darah biru dan pendekar teratai salju. Dilangit terlihatlah sesosok gadis berbaju merah cabai menari dilangit yang perlahan turun kebumi. Pendekar Rajawali darah biru tentu saja mengenali ilmu peringan tubuh yang digunakan sosok itu, ilmu peringan tubuh itu bernama Bayangan Rajawali langit emas. Sedangkan Pendekar teratai salju mengenali tarian yang luar biasa indah itu, karena tak lain adalah jurus teratai langit mekar, mereka terkejut bagaimana gadis itu mampu menggunakan sesempurna itu, yang bahkan guru besar mereka juga belum tentu mampu melakukannya.
Ternyata gadis itu memakai cadar berwarna merah, namun tetap tak bisa menutup wajahnya yang ayu. Dara itu berbadan langsing namun sekal mengenakan jubah merah tanpa lengan. Jubahnya itu tidak dikancingkan, tapi ia mengenakan penutup dada semacam kutang namun terbuat dari kain tipis warna hitam. Tipisnya kain membuat gumpalan montok di dadanya itu tampak membayang dari luar. Kelihatan kencang dan menantang. Sedangkan pakaian bawahnya berupa kain tipis warna hitam berbelahan depan dari bawah sampai ke atas. Jika kakinya menendang, belahan kain itu menyingkap dan tampaklah sesuatu yang ada di balik kain itu, dipinggangnya melilit sebuah
165
selendang berwarna merah.. "Hahah....nona Anjardani Kita jumpa lagi, kau semakin cantik saja‖ Huru hara berteriak...... Anjardani diam saja, tapi huru hara yakin bahwa gadis itu tersipu, ia yakin setiap wanita pasti akan senang bila ia dipanggil cantik. ―Siapa kau nona......?‖ Parisada mencoba bersikap tenang. ―kau ingin tahu?‖ ―ya.....‖ ―Aku adalah calon pengiringmu keneraka...!‖ ―haha kau jangan membual Nona manis....katakanlah siapa dirimu....‖ Tanpa babibu lagi Anjardani menyerang Parisada dengan selendang yang berada dipinggulnya. ―hiaaaattttt Bukkk.....dengan telak selendang itu menghajar pundak parisada. . . . parisada yang tak menyangka akan diserang terkejut cepat ia mengelak, namun naas serangan itu terlalu dahsyat untuk dielak...dengan meringis ringis ia memegangi pundaknya. ―baik, supaya arwahmu tentram di Alam sana aku beritahukan padamu, namaku Anjardani Penjaga Gerbang salah satu perguruan yang kau katakan tahi kucing tadi....., Aku tak punya banyak waktu...jadi....‖ ―Wussstttt....Prak.....Bruukkk‖ tanpa ampun lagi kepala Parisada hancur berkeping keping....dengan dingin Anjardani melanjutkan perkataannya. ―mengasolah dialam baka...‖ Semua pendekar terpengarah, mereka tahu sewaktu gadis itu melancarkan serangannya. Tapi, baru mereka akan mencegah nyawa Parisada telah meninggalkan raganya. Kini mereka sadar dan semakin yakin bahwa kemampuan dari sepuluh perguruan
166
golongan merdeka benar benar tak dapat diremehkan. Tak lebih hanya dua jurus Parisada yang terkenal hanya menggeletak tak bernyawa. Siapakah yang akan percaya jika tak melihatnya sendiri....tapi itu benar benar terjadi...siapakah yang akan menyangkal akan kekejaman sidara? keindahan sidara? Kesaktian sidara? Mereka benar benar seperti baru bangun dari tidur, bahwa mereka yang merasa jago hanya seorang yang tak berguna? Siapakah yang salah? Ilmunya gurunya atau dia sendiri? ―Huru hara berhentilah mengoceh tak keruan, aku ambil kain dan panji panji ini.‖Settt empat keping uang menempel dimeja pemajang. ―Untuk Apakah Dani?‖ Dengan lembut Huru hara bertanya, ―Untuk Kucing peliharaan Ketua, kain ini untuk tidurnya,. Anjardani mengacungkan Kain itu. ―Dan Panji itu?‖ Anjardani berfikir sebentar. ―Untuk latihan berburu babi Oleh tuan muda‖ Akhirnya ia menjawab habis itu, ia berkelebat lenyap meninggalkan bau harum bunga yang khas. Para Pendekar mengerti ucapan itu jelas untuk menghina Panji Telapak Perak. Sekejap itu berita tentang kegemparan yang dilakukan Huru Hara ditiap desa manapun dia berada ia selalu menarik minat setiap orang persilatan. Apalagi sekarang makin santer kabar yang menyatakan bahwa Huru Hara memiliki seorang sahabat Dungu melebihi kerbau, yang selalu memporak porandakan orang persilatan yang berani mengganggu mereka.
Apa yang anda pikirkan dan lakukan jika anda melihat seorang gadis cantik?... jika anda normal pasti anda akan berusaha mencari perhatiannya bukan?, begitu pula yang terjadi disebuah
167
warung makan di dekat pantai Ujung Genting ini. Semua lelakinya pada ribut, ada yang memamerkan hartanya, ada juga yang pasang tampang kegagahannya, Sudah jamak bila Dimata seorang lelaki ingin menikmati seorang wanita, Apalagi jika seorang lelaki melihat gadis semacam ini yang mungil menggemaskan, dengan Pakaian dalamnya yang berwarna merah muda sangat memancing perhatian, karena pada hakikatnya baju itu terlalu tipis untuk ukuran baju dalam, sehingga dada yang sekal itu pun terpmpang jelas, apalagi puncaknya yang kecoklatan seakan ingin menerobos kain itu dan sepertinya dada itu menantang orang untuk memilikinya, rambutnya tergerai lurus sepunggung menambah kecantikannya., Tapi anehnya gadis itu memakai jubah yang aneh yakni jubah berwarna coklat jubah coklat ketat, memperlihatkan lelukan tubuh gadis itu, jubahnya panjang sampai mata kaki dengan belahan dibelakang sampai paha, sehingga kalau berjalan atau sedikit mengangkat kakinya paha yang indah itu akan mengintip malu malu memancing gairah lelaki, apalagi gadis itu hanya memakai celana dalam saja. bagian depannya terbuka memperlihatkan baju dalamnya yang berwarna merah muda, jubah itu diikat tali selebar tigajari sebanyak tiga tali di dada mengganjal disisi dua gundukan bukit didada mempertegas besar bukit itu, satu tali dileher, dan satu tali di pinggang, sepatunya terbuat dari kulit Domba hitam sampai lutut diikat dengan tali dari rotan, kedua tangannya memakai sarung dari kulit Domba Hitam seperti halnya dengan sepatunya, sampai sikut. Lelaki lelaki disana pada menelan ludah seakan ingin menelan gadis itu bulat bulat, semua mata tertuju pada gadis yang
168
sedang asyik masyuk tersenyum dengan sekali kali mengangkat gelas air minumnya itu...meski ada yang berlagak sok acuh tapi diam diam matanya suka melirik lirik. Tiba tiba ..... Gubrakkk.....Seorang Pemuda jatuh terlentang dari kursinya, tapi tak ada seorang pun yang memperhatikan apalagi menertawakan karena semua mata tertuju pada paha gadis itu, ternyata tuak kekuning kuningan yang berada digelas gadis itu tumpah dan membasahi paha mulusnya. Mungkin karena tak tahan menahan gejolak birahinya, pemuda itu sampai terjungkal dari kursinya.... mengapakah orang orang disana tak langsung mempermainkan gadis itu disana? Padahal di warung itu hanya ada seorang gadis? Lagipula mereka adalah kaum persilatan apalagi gadis itu terlihat begitu lemah? Ternyata disamping gadis itu berdiri dua orang yang bertolak belakang sifatnya...... Orang pertama berwajah begitu lemah lembut, tenang, malah terlalu tenang....sampai diwajahnya tak ada satupun orang yang bisa menebak perasaannya. Ibarat Kerikil tercebur kedalam lautan. Penampilannya serba putih.., sikapnya santai, saking santainya ia duduk berselonjor kaki diudara, seolah udara itu adalah kursinya. sedangkan orang yang kedua, wajahnya terlihat begitu serius, saking seriusnya sampai tak ada senyumpun dibibirnya. Ia berdiri disana, tak ada setitik gerakpun ia bergerak. Ia berdiri tak bergeming. Padahal mereka disana sudah hampir tiga kentungan. ―Ia datang‖ Dengan senyuman yang begitu memabukan lelaki. gadis itu berkata. Suaranya bak burung nuri yang sedang berkicau...tiba tiba ia berkata dengan lantang sembari menatap pintu masuk. . ―Selamat datang saudariku, . . . . ― ―Hihi......Terimakasih saudari.....atas sambutannya..‖ Terdengar
169
suara lembut merdu mendayu dayu..... Jika seorang gadis dapat meributkan satu warung, apalagi berdua?.... Dari pintu masuk munculah seorang gadis cantik berpakaian dalam Hitam berjubah sama dengan gadis yang duduk dikursi, hanya saja, gadis yang satu ini memakainya dengan gaya seorang pria, yakni memakai celana panjang yang selazimnya dipakai oleh seorang laki-laki, dan pelengkap pakaiannya dari kulit domba putih. Meski ia bergaya seperti pria, tapi tetap tak dapat menutupi kecantikannya yang ayu. Ia berjalan dengan lemah gemulai menghipnotis setiap mata laki laki yang memandangnya tak berkedip. lalu duduk dihadapan gadis yang duduk dikursi. ―Kasturika, Bagaimana kabar kalung yang diambil gagak?‖ Tanya gadis yang menunggu dikedai tadi. ―hihi...Kalung yang diambil gagak telah dibagikan kepada anaknya...! lalu bagaimana kabar lebah yang berebut madu dengan kupu kupu, adik Cempaka?...Ternyata gadis yang dari tadi menunggu diwarung bernama Cempaka lalu gadis yang baru datang adalah Kasturika si Dewi Damai Buana. Maksud dari Kalung adalah harta milik hartawan yang dicuri, sedangkan gagak adalah dirinya (Kasturika) lalu dibagikan kepada anaknya jelas sekali bahwa harta yang dicurinya telah dibagikan kepada rakyat. Mengenai Lebah yang berebut madu dengan kupu kupu adalah, informasi yang didapatkan dari pelanggan (Lebah) sedangkan kupu kupu melambangkan gadis yang bernama cempaka, karena memang profesinya sebagai wanita malam. ―Telapak tangan ku telah pegal dan memang sudah bergerak, memang telapak tangan tak bisa digerakan hanya dengan tangan saja, melainkan dengan kerjasama anggota tubuh‖ ucap
170
Cempaka. Kasturika termenung. Lalu berkata ―Biarlah kutemui ‗KE‘dai ‗TUA‘ untuk berbicara beberapa patah kata‖ ―hihi....Kau nakal Kak Kasturi, oh ya nampaknya pada saat pesta nanti bakal ada sandiwara menjebak Undangan saat penjamuan. Yang kurang hati hati bakal dikasih kue lo, kau mau datang? Selain itu Sandiwaranya juga menggunakan macam macam alat untuk menunjangnya dijamin seru‖ Kasturika tertegun ―darimana kau dapat bocoran itu ayi cempaka.... Bukannya itu rahasia?‖ ―hihi.....Aku tahu dari mempelai, jadi gak bakalan salah‖ ―kau tahu skenario sandiwaranya‖ ―Tentu, ini lihatlah‖ Cempaka menyerahkan gulungan lontar. Mimpipun tidak jika kaum persilatan disana mengetahui jikalau pembicaraan dua gadis itu menyangkut dunia persilatan. Setahu mereka dua gadis itu sedang asyik masyuk membicarakan perkawinan sahabatnya. ―Nona berdua ingin memesan apakah?‖ Sapa salah seorang pelayan sambil melap sebuah baki dengan sebuah ikat pinggang berwarna merah. ―Nasi putih sebakul dan ayam panggang kecap minumannya tuak saja., oh ya paman, bisakah paman menyampaikan kepada pemilik ‗Ke‘dai Tua bahwa kami mengundang ke pesta pernikahan teman kami, dan ini surat undangannya.‖ Kasturika menyerahkan daun lontar kepada pelayan itu., ‗baik, nona‖ ―tunggu...! Ambilah ini‖ Cempaka menyerahkan sekeping uang perak. ―Terimakasih nona, pelayan itu meninggalkan kedua nona jelita
171
itu. Yang sedang asyik brcengkrama diiringi tatapan mata para lelaki..........
―Tuan, Tuan berilah sedikit rejeki tuan kepada kami,....‖ seorang pengemis mengiba dipintu warung.... pengemis itu menengadahkan mangkuk, mangkuk itu berwarna merah darah.... ―Ambilah, dan segera enyah dari sini, kau menghalangi setiap pengunjung lihatlah gara gara dirimu banyak yang diam diluar, ― Seorang pelayan warung membentak dan melemparkan sekeping uang dengan selembar daun lontar, dan sebuah kain lap. Tanpa diperintah dua kali pengemis itu segera menyingkir, menjauhi kedai, setelah sampai disuatu kota tiba tiba wussttt tepp...dengan congkaknya seorang anak muda dengan penampilan mentereng merebut mangkuk sipengemis dan mengambil uangnya. ―Enyah kau dari hadapanku‖ bentaknya sambil menudingkan jari dijidat pengemis itu. Tangannya yang berlengan panjang membuka sedikit memperlihatan sebuah gelang indah berwarna merah darah, Orang orang yang melihat itu, menghela nafas panjang. Didesa itu siapakah yang tak mengenal Tuan muda Jumantara. ―Biadab kau, mentang mentang kau orang kaya, beraninya memeras seorang yang lemah‖ bentak seorang gadis yang datang dengan dua orang pria dan seorang gadis berbaju merah muda dengan jubah warna hitam. Gadis muda itu menyandang pedang di punggung. Sedangkan yang membentak itu seorang gadis baju berbentuk jubah dengan warna kuning gading. Kain itu tipis, sehingga pakaian dalamnya yang
172
berwarna biru tua itu terlihat membayang di balik jubah kuningnya. Celananya berbentuk payung, sebatas mata kaki. Rambutnya yang panjang sebatas pinggang dibiarkan lepas terurai ke depan, sebagian di dada kiri sebagian lagi di dada kanan, la mengenakan ikat kepala bukan dari kain, melainkan dari tali sutera yang berwarna merah, Tali sutera itu sedikit panjang sehingga sisa ikatannya jatuh berjuntai melewati pundak kanannya.. ―Gadis Cantik siapakah kau?‖ Tuan muda Jumantara. Terkejut melihat seorang gadis membentaknya. Paras mukanya sedikit berubah melihat seorang lelaki memakai jubah coklat dengan perlengkapa kulit kijang, tersenyum geli melihatnya. Tanpa mempedulikan si Gadis Tuan muda Jumantara berbalik dan melangkah menuju rumah bordil. Sigadis tersinggung ―Keparat‖Teriaknya sambil memasang kuda kuda hendak menyerang tapi, ia membatalkan serangannya Karena Ia ditahan seorang lelaki dengan wajah kekuningan. ―mengapa engkau menahanku kakang Angkara?‖ dengan keheranan gadis itu bertanya. Pemuda itu yang ternyata angkara tersenyum, ―Kau akan mengerti nanti... Jelita!‖ Dengan terburu buru Tuan muda Jumantara memasuki rumah bordil sesampainya disana Nyi Mala datang menghampirinya, ―Selamat datang Tuan Muda?‖ sapanya. ―aku ingin bercengkrama dengan sikupu kupu malam‖ dengan angkuhnya Tuan Muda Jumantara berkata seraya menyodorkan beberapa uang kertas. ―Kebetulan Sikupu kupu malam sedang tidak memetik bunga, mari ikuti saya tuan.... lalu keduanya melangkah menuju kamar. ―Silahkan bersenang senang Tuan Muda.‖ Nyi mala melanjutkan
173
langkahnya kebelakang dan menyusuri kebun bunga, bunga itu ditanam dengan indahnya malah seakan diatur sedemikian rupa. Nyi Mala maju kedepan dua langkah, kekiri dua langkah maju sepuluh langkah, dengan gesit melompat kekanan sejauh dua kaki setelah itu berjalan menyusuri bunga mawar hingga ia sampai dipondok sederhana. Dilihatnya seorang pemuda cakap dengan codet melintang dari alis kiri sampai kanan dialah Sipengabar langit. ―Kupu kupu terbang membawa kabar burung‖ sapanya. ―Burung hinggap di pondok mungil‖ Sipengabar langit menjawab. Nyi mala menyerahkan uang kertas dan kembali keruangan kerjanya. ....................................................
―Angkara, Aku masih tak mengerti dengan kejadian tadi‖ seorang pemuda memakai jubah coklat disebelahnya bertanya dan disetujui oleh kedua temannya yang lain. ―Sudahlah, Nanti kalian mengerti, kita hampir sampai ikuti langkahku jangan sampai salah langkah.‖ Angkara berjalan dengan diiringi ketiga yang lainnya. Mereka melewati kebun bunga, hutan bambu, gundukan batu, dan beberapa kolam. Hingga sampai disuatu pondok yang cukup besar. ―Kita sudah sampai‖ Angkara memecah kebisuan. Dengan berkerut kening Angkara melihat Jelita sedang termangu mangu melihat jalan yang barusan dilewtinya. ―Ada Apa Jelita?‖ Yumi bertanya. Mengejutkan Jelita ―Barisan Bunga penyesat arwah, barisan Selaksa dewa bambu menjebak iblis, barisan cermin air gaib, dan barisan Padang gurun tak bertepi.‖Desisnya. ―Siapakah yang membuat barisan kuno ini Kakang?‖ Jelita bertanya kepada angkara. ―Sahabatku‖ jawabnya singkat. Dan melanjutkan perjalanan,.
174
Mau tak mau ketiga lainnya mengikuti. sesampainya didepan sebuah pondok mungil tiba-tiba.... ―Kau sudah datang Angkara, malah membawa dua gadis dan satu laki laki gagah kau hebat Angkara, hahaha....silahkan masuk, silahkan masuk..‖ dari dalam terdengar orang berkata. Mau tak mau ketiga sahabat angkara berubah wajahnya, kecuali Angkara yang memang mengenal suara itu. Bagaimanapun orang yang mengetahui kedatangan orang seperti mereka, jelas merupakan seorang jago kosen. Angkara membuka pintu dilihatnya seorang anak muda yang sangat tampan sedang berhadapan dengan dua Orang tamunya yang memang sepertinya bukan orang tanah jawa. Mereka tak lain adalah Thian Hong li dan Thian Liong ―Sepertinya kau sedang ada tamu, ketua...!‖Tanpa sungkan Angkara duduk disebuah tempat duduk yang terbuat dari kulit kijang. Teman Angkara bertiga terkejut tak disangkanya ketua yang dikatakan hebat oleh seorang Angkara hanyalah seorang pemuda sebaya mereka. ―benar, kenalkan inilah Thian Hong li dan Thian Liong dari negriTionggoan‖ Thian Hong li dan Thian Liong bangkit dan memberi Hormat. ―Thian Hong li dan Thian liong memberikan hormat kepada Siwi...!‖ . Ryusuke dan Yumi juga bangkit dan menjura 90o. Begitulah mereka berbasa basi dan bercakap cakap untuk saling mengenal diri masing masing. Bagaimana cara Thian Hong li dan Thian Liong bisa ada disana? Kita mundur dua hari kebelakang.
Matahari bersinar terik menyengat kulit membakar jagat raya.... awan berarak menari di angkasa raya menyelimuti seorang
175
pemuda berbaju biru dengan kuncir kuda di belakang kepalanya. Seorang Pemuda berbaju Biru itu sepertinya baru sampai di Desa Padanghaur itu terheran-heran menyaksikan keramaian pada hari itu yang tidak seperti biasanya. Kemudian ia memasuki sebuah kedai yang sangat ramai. Tidak ada tempat kosong sehingga terpaksa dia berdiri sambil menengok ke sana ke mari. Ia melihat dua orang lelaki yang sedang bersantap sambil mengobrol tak henti-hentinya. Karena di situ masih ada tempat kosong, maka Pemuda itu mendekati mereka. "Maaf" ucapnya sambil menghormat pada kedua orang itu. "Bolehkah aku duduk di sini?" "silakan" sahut salah seorang sambil memandangnya. "Terima kasih" Pemuda itu tersenyum dan duduk- segera seorang pelayan menghampirinya. "Tuan mau makan apa?" "semangkok nasi dan sop sapi," jawab Pemuda itu. Tak lama kemudian, pelayan sudah menyediakan pesanannya. Ketika ia mulai bersantap, kedua orang di dekatnya terdengar mengobrol lagi. "Kau sudah mendengar berita baru?." "Berita Apa?..." "huhhhh....." orang yang berbadan gemuk meng-geleng-gelengkan kepala. "Sepertinya dunia persilatan bakal banjir darah lagi" "Mungkin kau benar, aku juga pernah mendegar berita yang menggemparkan didunia Persilatan?." Temannya manggut-manggut. "Aaakh" orang berbadan gemuk menghela nafas panjang. "Sepertinya generasi sekarang ini bakal mengalami masa masa
176
suram." "yaah" Temannya menggeleng-geleng kepala, "menurutmu tokoh muda yang baru baru muncul, apakah membantu memerangi kesuraman apakah malah membantu?" ―Entahlah, ― dengan murung keduanya terus ngobrol. Pemuda itu menyelesaikan makan dan berpamitan kepada keduanya, dengan tenang ia berjalan santai dan menepuk pundak seorang pemuda tampan berbaju pelayan. Sepertinya ia hendak pulang kerumahnya. Pemuda itu terperanjat, dari gerak geriknya yang gesit dan cekatan sepertinya pemuda berpakaian pelayan itu mengerti ilmu silat. Dengan cepat ia berpaling dan melongo.... ―Hahaha.....Kita jumpa lagi Thian Liong, Pemuda itu memeluk Thian Liong. Dengan gelagapan thian Liong menjawab. ―Setan Cilik, kau.....Adiku, sampai murung kangen padamu..‖ ‗Haha...bagaimana denganmu? Kangen tidak padaku‖ ―tidak..‖ ―Bohong..‖ ―Hahaha.....‖ brukk.... Thian Liong balas memeluk Pemuda yang ternyata Aram Widiawan itu. ―yuk, kita pulang sekarang..‖ ajak Thian Liong ―Bagaimana kabar Hong Moay? ―Hong Moay?‖ ―Ah..Aaanu Maksudku Adik Thian Hong li‖ ―Haha,....Kau lihat saja nanti...‖ Bibir ini tak bisa bicara kala cinta sedang berkata walau sejuta coba menyapa ku hanya bisa tertawa Mungkin rasa itu akan pudar
177
di suatu saat yang terbakar tapi hati ini akan trus gembira tak pedulikan suasana terkira Cinta yang bisa membuat manusia menari di tengah-tengah udara tertawa dilangit dunia tanpa ada batasannya (internet) Setangguh atau secerdik apapun seorang lelaki, jika ia dihadapkan dengan kata ―CINTA‖ hilanglah sudah kekagahan dan kecerdikannya. Ia akan seperti anak yang baru lahir. Perlu diketahui cinta merupakan senjata yang paling ampuh didunia ini bahkan melebihi sebuah pedang, cinta juga merupakan senjata yang paling jitu untuk membunuh. ―Kau kejam....., oh ya, aku tadi kepenginapan yang dulu, tapi kata pemilik penginapan kau telah pindah..!‖ ―ya, bagaimanpun kalau nginap terus uangku bakal tekor, makanya aku membeli sebuah rumah baru meski mungil‖ Begitulah mereka terus bercakap cakap hingga mereka tiba didepan sebuah rumah mungil yang sederhana namun asri. Bunga bunga mekar dengan indahnya. Menghiasi seorang gadis cantik yang sedang asyik memetik bunga.... Aram terpelongo takjub, ―Bidadari bunga..‖ serunya tanpa sadar. Gadis itu terkejut seketika ia berpaling dan melongo, bibirnya yang ranum terbuka menantang. Aram terlena melihat bibir yang indah itu. ―Jangan melongo kaya kesurupan begitu, ayo masuk..‖ Thian Liong geli melihat Aram seperti kehilangan sukma. Aram gelagapan, wajahnya merah menahan malu, kepergok perasaannya. Dengan cepat ia mengikuti Thian Liong yang
178
sudah duluan masuk kehalaman. ―Engkoh Aram....‖ Seorang gadis memeluk Aram. Aram gelagapan karena dengan tersenyum penuh arti Thian Liong menatapnya seraya masuk kerumah. ―Hong moay...kau terlihat sedikit kurus...? Aku kangen kamu...‖ bisiknya ditelinga Thian Hong li. ―ak...aku juga kangen kamu Engkoh Aram.‖ Cup....sebuah ciuman lmbut mendarat dipipi Thian Hong li. Hati Thian Hong li bagaikan bunga yang berada di taman nirwana, mekar indah lembut menyentuh relung relung jiwa. Mereka bertatapan dengan mesranya. ―mau sampai kapan kalian bermesraan seperti itu?‖ sebuah suara yang lembut terdengar menyentak keduanya. Dengan tersipu sipu keduanya melepas pelukan dan masuk keruangan. Mereka tak sadar bahwa ada sepasang mata yang memandang penuh kebencian dipinggir jalan. Malam yang dingin begitu dingin membekukan tulang. Menyaksikan dua insan yang sedang melepaskan rindu,, Mereka duduk berdua sebab Thian Liong pergilagi ke warung tempatnya bekerja. ―Dingin ya Hong Moay?‖ Aram memecah keheningan. ―hihi.....‖ Thian Hong li cekikikan. ―Mengapa engkau malah tertawa dinda? Aram mencoba merubah bahasanya. ―Dingin dingin gini enaknya ngpain ya?‖ ―Emmmcchh....minum kopi atau.....‖ ―Atau apa...?‖ ―Atau gini...‖ Aram memeluk Thian Hong li dan menciumnya. ―akkkhhh...kau nakal kanda..‖ jerit Thian Hong li manja. Mulut bicara begini tapi tubuhnya berkata lain, Thian Hong li dengan
179
mesra memagut bibir Aram dan membelai rambutnya. ―Aku cinta kamu Thian Hong li‖ bisik Aram ketika mereka mengambil napas. Tapi dibalas ciuman oleh Thian Hong li ―emmmchhhh‖ gumamnya. ―Aku sayang kamu Thian Hong li‖ Aram kembali berbisik. Yang dibalas dengan ciuman mesra lagi. ―Emcchhh‖ ―Bolehkah aku melakukan hal yang dulu kita lakukan sayang...‖ ―Lakukan apa yang kau ingin lakukan kandaku...akupun merindukan itu....‖ balas Thian Hong li. ―Kapan Kakakmu pulang?‖ ―Besok pagi..‖ dengan tatapan penuh pengharapan Thian Hong li menatap mata Aram. Wajahnya kemerah merahan menahan sesuatu. Matanya sayu...bibirnya merah menggoda setengah membuka seakan mengharapkan sesuatu. ―kita pergi kekamarmu saja ayuuuk....! Segera Aram membopong Thian Hong li dan membaringkannya diranjang... mereka berciuman dengan bernafsu, saling membelit, menerjang menyedot, menggigit dan melepaskannya jika mereka sudah kehabisan nafas lalu kembali bertempur. Tangan Aram tanpa permisi menyusup kebalik pakaian Thian Hong li dan melepaskan kaitannya. Lalu meremas gundukan yang berada disana. Thian Hong li memegang tangan Aram dan melepaskannya. ―Kenapa?‖ Aram Kecewa. Thian Hong li tak menjawab ia turun dari pembaringan. Dan kejadian selanjutnya membuat Aram tak bisa berkata kata selain memandang dengan berdebar debar dan kagum. Mengapakah demikian?
180
Seraut wajah yang cantik bak bidadari berdiri dengan keadaan tanpa selembar benangpun melekat ditubuhnya, kulit yang putih mulus tanpa cacat terpampang begitu saja didepan mata Aram Widiawan sipemuda berusia 17 tahun. ―Sayang, ..... Aku berikan semuanya untukmu jangan menolak..!‖ cuppp....emmmchhh Thian Hong li kembali mencium Aram. Mereka kembali bertempur seru Dengan mesra Aram membelai meremas sekehendak hatinya gunung milik Thian Hong li yang begitu sekal. Kini Aram bebas bergerak karena tak ada lagi penghalang tangan kirinya turun kebawah dan membelai sungai didalam rimba dengan lembut... Thian Hong li mendesah desah keenakan tangannya bergerak memegang dada Aram. Karena kasihan sambil bercumbu Aram melepas pakaiannya. Malam begitu dingin tapi mereka malah berbugil ria, bergulat saling menjatuhkan, darah membasahi sprei suara erangan semakin santar, suara dua buah senjata yang bertempur juga semakin santer terdengar hingga pada suatu kesempatan mereka mencapai puncaknya, suara jeritan melengking terdengar cairan bening bercampur darah dari sungai didalam rimba mengalir.... membawa sejuta kenangan. Begitulah malam itu mereka kembali bertempur berulang ulang sampai keduanya lemas dan tertidur bertindihan. -ooooo(jumpfunk boys adventure)oooooo- ―Tuaknya kang.....‖ Suara merdu yang penuh kebahagiaan terdengar dipagi yang temaram ini membuai seorang pemuda tampan yang baru selesai bersemadi. Pemuda itu mengambil tuak dan menyimpannya disamping tubuhnya. ―mengapa tak diminum kang?‖ pemuda itu tak menjawab ia malah bersenandung. Puisi Merah Jambu
181
Bila kau tanyakan aku Apa artinya cinta Sungguh aku pun tak tahu Ku hanya merasakannya Tapi bila kau tanyakan Cinta kah aku padamu?… Dengan tulus kuakui Bersyukur memilikimu Jalan hidup ini temukan aku denganmu Waktu jadi saksi, aku disini untukmu Terkadang kau kusakiti Kau tahu itu bukan maksudku Terkadang engkau tak peduli Aku memikirkanmu Kita hadapi, kita bernyanyi… Kita jalani… bersama hidup ini
―Akh kau bisa saja kakang, Aku kedapur dulu ya, mau masak....‖...gadis yang ternyata adalah Thian Hong li berkata. ―baiklah,...Hati hati, jangan sampai tersulut api‖ Pemuda yang ternyata adalah Aram widiawan berkata mesra. Didunia ini tak ada satupun kehidupan yang selamanya bahagia, meski pikiran kita ingin berbahagia selamanya, namun bila takdir berkehendak lain apalah daya kita.... Dengan lesu seorang pemuda tampan berpakaian pelayan berjalan menuju sebuah rumah mungil dipinggir jalan, seorang pemuda lain yang tadi asyik minum tuak dipintu datang menyambutnya. ―Ada apa kakang...wajahmu begitu kusut?‖ Aram menyapa. ―kita bicara didalam saja Aram....‖Pemuda berpakaian pelayan
182
yang tak lain adalah Thian Liong menjawab. Dengan beriringan keduanya kembali kerumah. Dan kebetulan sekali sepertinya makanan sudah siap. ―Adik, Kebetulan kakak belum makan...‖ Dengan wajah tersenyum getir thian Liong berkata. Thian Hong li menatap kakaknya dengan heran, tak biasanya kakaknya itu berwajah demikian. Tanpa banyak bicara mereka bertiga segera mulai bersantap. ―Aku dipecat tanpa diberikan suatu alasan apapun, membuat hati ini tak puas penasaran.‖Thian Liong berkata dengan berapi-api. ―Apa?‖ Thian Hong li terkejut sementara Aram diam saja. ―Sepertinya ada yang tidak beres‖ Ujar Aram dengan gayanya yang khas ketika ia berpikir. ―Menurutmu bagaimana?‖ Thian Liong heran ―Sepertinya ada Sangkut pautnya dengan aura negatif kemarin..‖ ―Aku masih belum mengerti..‖ ―Ketika aku datang kemari, dan melepas rindu dengan hong Moay aku merasa seakan punggungku ditatap dengan aura kebencian.‖ ―Bagaimana kau bisa merasakannya?‖ ―Aku memiliki sebuah ilmu yang bernama Aura kematian, dengan ilmu itu, tubuhku peka terhadap Aura aura negatif. Jadi, itu alasan ku mengetahui‖ ―Jadi menurut engkoh siapa?‖ Thian Hong li menyela. ―Entahlah....hemmmcchhh sepertinya ia berpengaruh..‖ ―akh, bagaimana ini? Jikalau memang ia berpengaruh, aku yakin disemua tempat ini tak bakalan menerimaku. Sepertinya kita harus meninggalkan desa ini.. dan menyelidiki mereka ditempat baru..., tapi dimana?‖ ―Aku tahu tempat itu. Kau ikutlah denganku kalian tak keberatan
183
kan?‖ ―Akh jadi merepotkanmu Aram.‖ ―Bukankah kita ini bersahabat?‖ ―Sahabat sejati‖ suatu kata yang sederhana namun begitu memiliki arti. Banyak yang mengartikan persahabatan sejati Memiliki makna berbeda di tiap daerah Tetapi tetap satu utama intinya Saling adil dalam memberi Tanpa ada kaitan ini lemah tak berdaya, atau kaya miskin. Aram merenung, dahinya berkerut. Melihat itu Thian Hong li seakan mengerti bahwa kekasihnya sedang berpikir makanya ia tak mengganggu. ―Ada apa, sepertinya kau mendapatkan sesuatu yang buruk?‖ Thian Liong bertanya, ―Sepertinya hari ini ada sedikit keonaran. Sebaiknya kakang segera menjual rumah ini. Biarkan aku yang akan menawarkan kepada tetangga, sementara kalian lekaslah berkemas ‖ wussstttt setitik bayangan biru melesat kejendela meninggalkan dua insan berbeda yang merasa sedih, kagum, bercampur aduk, tapi tak lama kemudian mereka segera melakukan tugasnya
―Bruukkk.....‖ suatu buntalan jatuk berdebum dihadapan Thian Liong dan Thian Hong, sebagai orang yang melatih silat dan memiliki indra yang peka. Mereka tahu jika tadi ada benda yang jatuh dari udara makanya siang siang mereka sudah menghindar dan memasang kuda kuda. Ketika mereka mendongak kelangit tampaklah suatu bayangan biru sedang menari diudara. Bayangan itu meliuk liuk menggapai langit, wunggg....tep..setelah beberapa saat bayangan itu mendarat dibumi. ―Engkoh Aram kau mengagetkan kami...‖ pekik Thian Hong li,
184
disusul dengan Thian Liong ―Sudah?‖ . Aram tertawa dan menjawab. ―hahaha.....beres..itu uangnya‖ Aram menunjuk buntalan yang jatuh tadi. Mata Thian Hong li terbelalak melihat uang sebanyak itu, padahal waktu mereka membeli rumah itu. Tak ada setengahnyapun tidak. ―Kau...dijjual kepada siapa?‖ Dengan tergagap Thian Hong li berkata. Yang dijawab dengan senyuman indah. ―Hmm....Kita kedatangan tamu‖ Thian Liong berkata sambil memandang kesebuah jalan, benarlah disana tampak tiga orang berjalan beriringan menuju mereka,. Orang pertama seorang pemuda berwajah cakap dengan kumis tipis diatas bibirnya, bajunya hijau dengan sebuah kipas di pingganggnya. Orang kedua adalah seorang pemuda berusia sekitar duapuluh tujuh tahunan memakai baju biru namun terlihat seperti pemuda berusia duapuluh tahunan, seorangnya lagi adalah wanita berusia dua puluh lima tahunan yang memiliki wajah seorang gadis belia. ―Selamat datang samwi di kediaman kami, tapi mohon maaf tempat ini sudah bukan menjadi milik kami, sehingga tidak dapat mempersilahkan kalian bertiga.‖ Wajah salah satu orang yang tampaknya adalah pimpinan mereka kaget karena itu diluar dugaan mereka. ―Hemmm...Tampaknya kalian tidak bodoh‖ ucapnya sinis,. Aram tak mempedulikan mereka dengan lagaknya yang khas ia berkata kepada Thian Hong li ―Sepertinya ada anjing yang tak kebagian Tulang, makanya ia mengamuk membabi buta.‖ ―Hihi.....dan sekarang anjing itu menggonggong tak keruan‖ Thian Hong li cekikikan. ―Anjing kurap....berani kau menghinaku hah..!‖ Pemuda
185
berpakaian hijau itu membentak. ―Kita sama sekali tak menghinamu atau apa, kau sendiri yang mengaku.... mungkin benar kata pepatah, anjing selalu berkata anjing,,!!‖ dengan diiringi senyuman aneh Aram berkata. Betapa geramnya ketiga Orang itu, jelas mereka bukanlah orang bodoh, tanpa diberitahu juga mereka mengerti itulah SENYUMAN MENGEJEK... ―Dikasih jalan surga malah memilih jalan neraka, kau memilih jalan kematianmu bocah...‖ bentak Pemuda itu sengit. bukannya marah Aram malah tertawa terbahak bahak, jangankan ketiga lawan yang heran, Thian Hong li dan Thian Hong juga terpengarah. ―mengapa kau tertawa hah...!‖ ―Aku merasa geli dengan tingkahmu..‖ ―Ger....‖ rasakan ini hiaaaattt................ Pemuda berbaju hijau menekuk kaki kanan, kedua tangannya ditarik kebelakang dengan sekali sentakan meluncurlah sinar berwarna biru, tapi Aram dengan santainya meliuk tanpa menggeser kakinya, serangan itu melesat dan menabrak pohon duaaarrrr,...seketika pohon itu berguguran daunnya lalu menjadi kuning ketika menyentuh tanah. Berubah paras Thian Hong li dan Thian Liong. Ketika mereka memperhatikan pohon itu, ternyata pohon itu telah meluruk jadi debu. Sungguh mengerikan jika mengenai manusia. ―hm....Pukulan Rajawali emas meluruk gunung....., masih belum sempurna‖ dengan santainya Aram mengomentari. Wajah pemuda berpakaian hijau itu memerah malu. Baru kali ini ada yang berani menghinanya. ―tahukah kau sedang berhadapan dengan siapa, anjing kurap hah?..dengan menahan kemarahan yang meledak ledak
186
pemuda berpakaian hijau itu garang. ―Persetan dengan dirimu, perlu ku ingatkan, kita itu seperti air sumur dengan air sungai, satu sama lain tak saling mengganggu.. kenapa kau seenaknya memecat sahabatku..?‖ ―Hahaha...itulah pelajaran bagi seorang kakak yang berani mengijinkan adiknya yang manis untuk kau peluk,‖ ―hemm....apakah kau mencintai kekasihku? ―mencintai sih tidak, tapi aku menyukai wajahnya yang cantik dan body yang aduhai‖ ―Anjing cabul...berani kau menghinaku...‖ Thian Hong merah padam karena marah. ―Haha...Adik yang manis kau semakin cantik, kalau marah...ikutlah denganku, Aku adalah Virahin putra Panglima Caturangga dari keraton barat. Aku yakin jika kau ikut denganku kau akan hidup bergelimang harta juga kenikmatan surgawi haha‖... ―Namamu saja aku jijik, apalagi kelakuanmu huh tak sudi aku ikut denganmu‖ Bentak Thian Hong. ―kalau dengan jalan baik baik tidak bisa dengan kekerasan pun boleh, Kalian berdua bantu aku...‖ Set....Dua orang itu maju kedepan hingga tiga orang melawan tiga orang. Aram berhadapan dengan Lelaki berbaju biru, Thian Hong li dengan Virahin dan Thian Liong dengan Wanita cantik berumur duapuluh lima tahunan, ―daripada bertempur seperti ini, benar benar menguras tenaga, salah salah nyawa melayang. lebih baik kita bertarung diranjang saja Adik manis‖ rayu Virahin kepada Thian Hong li. merah wajah Thian Hong li dengan gusar segera ia membuka serangan, Thian Hong li memasang kuda-kuda, ia memajukan
187
langkah dalam posisi menyamping disertai dengan pukulan punggung tangan dengan suatu gerak cepat kaki kiri maju kedalam, dalam suatu loncatan disertai dengan menarik mundur pada kaki kiri dan penutupan perlahan dengan menungkupkan dua tangan didekat dada wussss....Blarrrr bila diceritakan sungguh panjang tapi dalam kenyataannya itu terjadi dalam beberapa sekian detik. Dengan kening berkerut cepat virahin membuat kuda-kuda posisi rendah dengan kedua tangan terkepal setengah tertekuk didepan tubuh, lalu menyambuti serangan Thian Hong li dengan menangkis pada tangan kanan dan sambutan pukulan dengan kepalan kiri...Des....terjadilah adu tangan dengan dialiri tenaga dalam. Diarena lain keadaan Thian Liong pun tak begitu jauh, mereka saling rangsek, saling libas jurus demi jurus telah mereka keluarkan, Thian Liong segera menjinjit kaki kanannya untuk ditarik mendekat pada kaki lainnya sambil memutarkan tubuh berjurusan kekiri sambil diiringi pula dengan pengangkatan kaki kiri. Tangan kiri memutar dan tangan kanan dipersiapkan dalam suatu pemuulan dengan terkepal. Mendapat angin, cepat cepat wanita cantik itu menyerang, dengan tersenyum Thian Liong mengayunkan langkah kaki kiri kedepan laju dengan kaki kanan yang mengikuti geseran gerak kaki kiri dengan kepalan tangan kiri yang melakukan suatu pukulan kuat dan tangan lainnya terayun keatas,....begg ulu hati wanita itu terkena telak, cepat ia mundur tiga langkah dan mengatur kuda-kudanya. ―Ternyata kau hebat juga bocah tampan‖ Wanita itu berkata. Ternyata wanita itu terlalu menganggap remeh Thian Liong, yang akhirnya harus dibayar dengan mahal, ulu hatinya terasa
188
sakit bukan main. Thian Liong tersenyum, ―Siapakah namamu Nona?...‖ ―Untuk apa aku harus memberitahumu? jawab wanita itu genit. Thian Liong tergugu ―akh..anu..emch‖ ―Hihihi.....kau lucu sekali tampan, baiklah namaku Cintamani orang persilatan memanggilku Iblis pemuas berahi,‖. Thian Hong melongo... tapi gara gara kelengahannya itu, harus dibayar dengan pundaknya. sebab dengan memanfaatkan kelengahannya itu Cintamani menerjang dengan menggunakan sebuah jurus langit mendua bumi bersedih degg..seharusnya yang terkena adalah dada Thian Liong, tapi bukan Thian Liong bila harus menerima kekalahan begitu saja, ia berkelit meski pundaknya tak bisa diselamatkan. Sementara dipihak lain Aram melawan lelaki berbaju biru diawali dengan adu kekerasan, keduanya sama sama tak meraih keuntungan, tapi nampaknya Aram menang setingkat dibanding dengan Lawannya. terbukti dengan wajahnya yang tetap tak berubah. ―Laknat, sebutkan namamu, aku tak ingin membunuh orang dengan tak memiliki nama.‖ garang ucapan Lelaki berbaju biru itu. ―Aram Widiawan‖ jawab Aram pendek. lelaki baju biru itu diam merenung. ―Pernah Apakah kau dengan Si pengecut Gunawan Widiawan dan perempuan binal Widia seta?‖ ―Mengapa kau memanggil beliau dengan panggilan tak genah seperti itu?., cecongormu itu tak sedikitpun pantas menanyakan itu‖ Dengan sewot Aram menjawab. ―ciss...apa hebatnya mereka.. Hanya dengan beberapa jurus aku bertiga dapat membunuh keduanya dengan mudah. Aku
189
Gandapura murid si Iblis Langit tak pernah sudi memandang tinggi mereka‖ ejek Gandapura atau silelaki berbaju biru dengan angkuh. Membesi wajah Aram, wajahnya memerah matang.. matanya yang merah berkilat kilat tajam. sementara tubuhnya menggigil menahan marah. Melihat lawannya gemetaran, Gandapura semakin sombong, ―haha.......Aku Gandapura Si Tangan Telengas takan membunuhmu, asal kau merangkak pergi dari sini, haha‖ ―Keparat, mati kau....!‖ Teriak Aram melengking, suaranya menggelegar bagaikan suara guntur disiang bolong. keempat orang yang sedang sengit sengitnya bertarung terkejut mendengar suara yang begitu kencang. bahkan pemuda berbaju hijau memegang telinganya tak kuat menahan tenaga dalam yang tersalur didalamnya.
Thian Liong dan Thian Hong li cepat mudur kebelakang, begitu pula dengan Virahin dan cintamani, kini mereka menonton kedua naga yang sedang bertarung. Diarena pertarungan Aram memutar kedua tangan diatas kepalanya. dan keajaiban pun terjadi, awan tiba tiba mendung, angin bertiup dingin merasuk tulang, jika hanya itu, maka bukan ajaib namanya, petir menyalak nyalak meraung raung memekikan telinga cahayanya menyambar nyambar. Itulah yang dinamakan dengan jurus Raungan Petir murka langit , salah satu jurus pamungkas dari ilmu Halilintar perobek bumi. Gandapura mengerti, lawan mengerahkan ilmu simpanannya, iapun mengerahkan segenap kemampuannya. ―Hiaaaaaaaaaaaa‖ Teriakan melengking dari keduanya menggelegar, dua sosok bayangan mencelat dan bersatu
190
dipertengahan jarak, ―Breetttt werrr jlegarrrrr Duaaarrrrrrrrr‖ beriringan dengan menyambarnya petir dua buah tenaga sakti bertemu diudara,. Empat buah bayangan sosok manusia mencelat terhempas tenaga sakti, pohon pohon mencelat tercabut dari akarnya, bagaikan topan prahara melanda tempat itu, semua yang berada dalam jarak duapuluh tombak semuanya berantakan, debu mengepul tinggi,.... Penduduk sekeliling tempat itu siang siang sudah mengunci rumah mereka, mereka benar benar ketakutan. sementara kaum rimba hijau berdatangan ketempat itu, mengintip dari jauh. Dibalik kepulan debu dua sosok bayangan biru saling menerjang juga saling melibas. tampaknya keduanya tak ada yang mau mengalah, entah berapa jurus mereka saling bentrokan tenaga, dari saling adu bentrokan tenaga, kini mereka merubah siasat bertarung dengan kecepatan,..... yang tampak kini hanya dua bayangan biru saling bertemu dan saling terpisah, keduanya tak bisa dibedakan mana Aram dan mana Gandapura., memasuki ratusan jurus tiba tiba keduanya meloncat mundur. Tak jelas siapakah yang akan memenangkan pertarungan hidup mati ini, Baju bagian dada Gandapura sobek, mulutnya berdarah, nampaknya ia sudah terluka dalam yang cukup parah. dilain pihak Aram juga tak beda jauh dengan Gandapura, meski mulutnya tak mengeluarkan darah, namun sepertinya ia juga terluka tidak ringan, hidungnya mengucurkan cairan merah. Dengan memasang kuda-kuda kembali Aram segera menaikan kaki kanan sambil melakukan gerak putaran dengan tangan kanan yang berjurusan dari bawah keatas dari arah luar dengan tangan kirinya ditarik didepan dada sambil menghimpun tenaga dalamnya.
191
Dilain pihak Gandapurapun tak kalah sigapnya meski sambil menahan sakit dadanya yang sesak, ia segera memasang kuda kuda tenaga dalam selaksa racun langitnya dikerahkan sampai sepuluh bagian, dengan menurunkan kaki kiri kearah samping kiri, tangan kanan segera digerakan menyilang didada sementara tangan kirinya diturunkan sejajar dengan ikat pinggang, Dari cepat, kini mereka berubah dengan tenang, saking tenangnya, gerakan demi gerakan bahkan anak kecilpun sanggup melihat gerakan seperti itu, tapi, jangan salah...semakin tenang, tenaga dalam yang dikeluarkan justru semakin dahsyat, kerikil kerikil berterbangan diudara seakan tak ada gravitasi bumi. Dari penjuru barat Aram mendorongkan tangan kanannya dengan gerakan secepat siput berjalan, begitu tenang jangankan suara, anginpun seakan tak sudi menyingkir dari dorongan itu. setelah tangan kanan sampai didepan tangan kiri melakukan tangkisan serangan dari Gandapura yang memukul dengan tangan kiri yang menyilang kebawah dengan punggung tangannya. Setelah dua tangan beradu, mendadak langit yang mendung dengan sekali kali salakan petir menurunkan hujan rintik-rintik ―Blaaaarrrrrr‖ Jlegar....jlegarrr.... petir juga tiba tiba menyalak menyemarakan suasana, dari kubangan arena munculah sebuah angin Prahara. Sesosok bayangan biru mencelat kepenjuru selatan. semakin bertarung semakin heran dan geramlah Gandapura segera ia menekuk pinggang memasang kuda-kuda terus melontarkan pukulan Racun langitbertebaran , kali ini bukan saja dia mengerahkan seluruh kekuatannya, sebaliknya Aram hanya
192
menggunakan sepuluh bagian tenaganya, adalah jamak kalau Aram yang dirugikan. mungkin gara-gara ia kalap dibutakan dendam, ia harus membayar dengan mahal meski selembar jiwanya tak melayang. segera Aram menenangkan hatinya, sambil menggerung dia gerakkan kedua tangan seraya menarik napas, "Lihat serangan-" Ditengah bentakan, tubuhnya terapung keatas, ditengah udara dia kebas sepasang lengan baju kebelakang hingga tubuhnya meluncur seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya, tubuhnya melengkung kedua tangan bergerak. Suara ‖plak-plok" dan ledakan tenaga sakti juga ajian ajian terdengan nyaring berkumandang di angkasa, damparan angin pukulan sedahsyat gunung gede menindih menerpa kearah Gandapura Gandapura sudah lama berkelana di Rimba Hijau pengalamannya luas, kalau tidak ribuan, juga ratusan kali bertempur menghadapi lawan tangguh, namun belum pernah dia menghadapi lawan muda setangguh ini, serangan lawan menuntut dirinya untuk memboyong seluruh kemampuannya dan telah memeras seluruh tenaganya, kini lawan menyerang sedahsyat gunung, bila dia angkat kepala, bayangan telapak tangan sebanyak itu mengaburkan pandangannya. itulah yang dinamakan dengan jurus telapak kilat membelah gunung.

AliAfif.Blogspot.Com - AliAfif.Blogspot.Com -

Postingan terkait:

Ditulis Oleh : ali afif ~ Ali Afif Hora Keren

Tulisan Cerita Dewasa Pendekar Seribu Diri ini diposting oleh ali afif pada hari Selasa, 08 Mei 2018. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca Tulisan ini di Blog Ali Afif, Bukan Blogger terbaik Indonesia ataupun Legenda Blogger Tegal, Blogger keren ya Bukan. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.

:: support to buwel ! ::

Loading...
Comments
0 Comments