Baca juga
- Cerita ML PL PANL 17
- Cerita PL ML PANL 16
- Cerita Cantik PANL 15
- Cerita ABG ke 14 PANL
- Cerita Apik PAnL ke 13
- Cerita PANL ke 12
- Cerita PANL ke 11
- Cerita Top PANL 10
- Cerita Asyik PANL 9
- Cerita Dewasa PANL 8
- Cerita Romantis Tante PANL 7
- Cerita Romantis ABG PANL 6
- Cerita Romantis Klasik PANL 5
- Cerita Panas PANL 4
- Cerita Dewasa Terpopuler PANL 3
- Cerita Romantis Terbaik PANL 2
- PENDEKAR ANEH NAGA LANGIT (THIAN LIONG KOAY HIAP) ...
disampaikan Sie Lan In. Sepanjang Sie Lan In berlatih, dia
tenggelam dalam lamunan dan permenungannya sampai
kemudian terlihat dia tersenyum senang, seperti menemukan
sesuatu yang penting baginya. Sie Lan In yang sedang berlatih
tidak diperhatikannya dengan teliti, karena pikirannya tercurah
habis untuk menyusun gerakan satu jurus pamungkas yang
sudah berapa hari memenuhi pikiran dan juga ingatannya.
Perlahan-lahan dia menyusun rangkaian gerakan itu di
pikirannya, membayangkannya dan hingga meresapkan dalam
memorynya. Saat dia selesai dengan rangkaian itu di benaknya,
dan baru ingin melatih gerakan-gerakan yang dia susun,
bersamaan Sie Lan In selesai melatih diri dan Khong Yan serta
Tio Lian Cu munculkan diri.
Selanjutnya, malam itu, Koay Ji melatih dan berlatih dengan Sie
Lan In, Khong Yan dan Tio Lian Cu di ruangan terbuka. Tetapi,
jangan harap orang yang menyaksikan akan paham dan tahu apa
yang sedang mereka latih, karena proses mereka sudah cukup
lama dalam memainkan ilmu-ilmu yang mereka latihkan itu. Diamdiam
Koay Ji memuji, karena menyadari bahwa Sie Lan In
2861
semakin matang dan semakin tajam dalam menyerang dengan
ginkang mujijatnya dan ilmu menyerang yang dia ajarkan. Hal
yang sama juga dengan Khong Yan, dia sudah menguasai secara
lebih lengkap Ilmu Mujijat Thian Liong Pat Pian. Masih ditambah
lagi dengan Ilmu Hian Bun Sam Ciang yang juga amat hebat
dalam menyerang. Dan Tio Lian Cu juga memiliki hal yang kurang
lebih sama, dengan ilmu keluarga Hoa San Pay yang dikuasainya
dan disempurnakan oleh Koay Ji, selain juga ilmu serang yang
amat hebat.
“Setidaknya mereka akan tipis di atas Geberz jika bukan
setanding dan jelas akan dapat diandalkan untuk tidak sampai
terluka dan mudah kalah di tangan tokoh hebat pihak lawan.....”
desis Koay Ji dalam hati melihat kehebatan dan kemajuan kawankawannya.
Artinya, mereka kini siap untuk menghadapi
pertempuran mati hidup yang akan berlangsung besok hari
melawan Bu Tek Seng Pay dan seluruh anasir kekuatannya yang
amat banyak itu. Perkiraan Koay Ji, setidaknya mereka sanggup
menahan tokoh-tokoh hebat dan sepuh di pihak lawan.
Dan haripun cepat berganti. Pagi-pagi benar, isyarat berkumpul
sudah dikeluarkan dan dalam waktu singkat seluruh pendekar
sudah berkumpul, sementara semua Barisan Istimewa sudah siap
dengan perlengkapan mereka. Barisan Pengemis Pengejar
2862
Anjing sudah siap dengan menyandang karung pusaka mereka
dan berdiri di sisi sebelah utara. Sementara Barisan Lo Han Tin
dari Siauw Lim Sie sudah bersiap di sebelah selatan lengkap
dengan tongkat yang di pegang sebelah tangan. Sementara
Barisan milik Kaypang sendiripun sudah bersiap di sisi sebelah
timur menghadap ke panggung utama dimana kini Pangcu
mereka, Bengcu Tionggoan Tek Ui Sinkay berdiri untuk
memerikan perintah dan komando.
Yang membuat suasana menjadi sangat semarak dan diliputi
semangat adalah, betapa lapangan tempat mereka berkumpul
kini dipenuhi panji-panji perguruan yang bermacam-macam. Ya,
memang benar. Ketika sedang berkumpul menghadapi musuh
tangguh dan diundang resmi oleh BENGCU, maka semua
perguruan wajib mengirim anggota dan juga panji-panji perguruan
yang dimaksud. Maka, angkasa seputar Thian Cong San dan juga
Pek In San, kini meriah dengan deburan kain yang diterpa angin.
Sungguh semarak dan mendatangkan kekuatan magis berupa
semangat berlimpah untuk memasuki arena pertarungan. Dalam
keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara Tek Ui Sinkay,
Bengcu Tionggoan:
“Cuwi sekalian, hari ini utusan kita sudah berangkat pagi-pagi
benar mengabarkan bahwa kita akan segera menyerang. Utusan
2863
kita sudah berangkat setengah jam sebelumnya, dan menurut
aturan, setengah jam kemudian, kita sudah dapat untuk segera
membuka serangan. Dengarkan, kita akan menyerang dari 3
sudut dan titik masuk yang berbeda, dan masing-masing akan
dipimpin dan didampingi oleh satu Barisan istimewa. Setiap titik
dan pintu masuk memiliki jebakannya masing-masing dan oleh
karena itu, maka kita perlu bersiap karena jebakan disana
merupakan kombinasi racun dan ilmu sihir. Tetapi jangan
khawatir, karena obat pemunah sudah dipersiapkan untuk
masing-masing pemimpin kelompok. Pemimpin Kelompok atau
Group Pertama adalah Tio Ciangbudjin dari Hoa San Pay dengan
dibantu oleh Siauw Lim Sie Ciangbudjin. Pemimpin Kelompok
atau Group Kedua adalah Lohu sendiri bersama sahabat-sahabat
dari Cin Ling Pay dan Tiam Jong Pay. Sedangkan Kelompok atau
Group Ketiga akan dipelopori oleh Liga Pahlawan Bangsa Persia
yang akan masuk dari Pintu Masuk 6, sementara Group Satu dari
pintu satu dan group dua dari pintu masuk dua. Kita akan
langsung bergerak dan menunggu komando untuk melakukan
serangan secara serentak di semua pintu masuk yang lohu
sebutkan tadi. Harap dicatat, kita tetap di kelompok masingmasing
segera setelah memasuki atau melewati Pintu Masuk
masing-masing. Strategi tahap kedua akan disampaikan
sesegera mungkin.........”
2864
Demikianlah perintah dan komando penyerangan akhirnya
diturunkan, dan tidak lama kemudian ketiga kelompok segera
bergerak menuju lokasi yang disebutkan. Karena mereka dalam
kelompok masing-masing sudah ditentukan area mana sebagai
area masing-masing kelompok untuk maju menyerang menuju
pinggang gunung bagian utara, lokasi Markas Bu Tek Seng Pay.
Bisa ditebak, semua barisan bergerak dengan semangat
membuncah, seakan mereka menuju arena perang untuk
kemerdekaan sebuah bangsa. Apalagi, mendengarkan teriakan
ataupun tembang penuh semangat yang dilantunkan beberapa
orang sebagai nyanyian atau lengkingan untuk menambah
semangat juang.
Sementara itu, Koay Ji dan Sie Lan In maju membantu Group
Kedua, sementara Khong Yan membantu Tio Lian Cu, sedang
Kang Siauw Hong bersama Kwa Siang, sudah tentu bertempur di
dekat Koay Ji dan Sie Lan In. Hanya saja, kelompok Lembah
Cemara memilih bertarung bersama dengan Group Kedua yang
dipimpin oleh Tio Lian Cu. Keputusan ini diambil dengan cepat
oleh Hoan Kun. Inipun artinya kekuatan kedua kelompok itu
secara otomatis bertambah, bukan hanya sekedar kumpulan 250-
an pendekar Tionggoan yang maju ke arena perang.
2865
Kelompok atau Group III, selain Liga Pahlawan Bangsa Persia,
juga dibantu Yu Kong, Yu Lian, anak beranak Hek Man Ciok dan
Hek King Yap dan Tian Sin Su. Kekuatan mereka sudah tentu
tidaklah kecil, terlebih di bawah pimpinan para tokoh yang adalah
tokoh perang selain petarung hebat. Kemudian, masih ada di
Group ini juga 100an atau bahkan lebih, gabungan pendekar
Tionggoan yang kenal dengan Hek Man Ciok beserta puluhan
anak murid Kaypang yang ditugaskan mendampingi Group ini.
Kekuatan mereka digabung ada sekitar 150 orang, sementara
Group Pertama dan kedua masing-masing terdiri dari 250 orang
pendekar kurang lebih. Tetapi, meskipun Group Ketiga lebih
sedikit, bukanlah berarti mereka lebih lemah dibandingkan Grou
Pertama dan Kedua. Sama sekali tidak. Karena dengan kehadiran
Panglima Arcia dan kawan-kawan beserta Barisan Petarung
Bangsa Persia, ditambah 2 Panglima mereka, belum lagi
kekuatan Hong Lui Bun dan Hek Man Ciok, maka kekuatan
mereka termasuk besar dan sangat kuat. Koay Ji tidak sungkan
menyebut bahwa mereka sekuat Group Pertama dan Kedua
ketika Sam Suhengnya bertanya mengenai takaran kekuatan
Group Ketiga ini. Dan Tek Ui Sinkay jelas percaya.
2866
Tiba-tiba terdengar bunyi genderang dari pinggang utara Gunung
Pek In San, dan Tek Ui Sinkay nampak tersenyum dan berkata
kepada Koay Ji dan Cu Ying Lun yang berjalan mendampinginya;
“Jiwi Sute, mereka sudah menerima pesan kita. Tidak lama lagi
perintah menyerang akan segera kuturunkan........” mari kita
semua segera menyiapkan diri, sebentar lagi perintah menyerang
akan segera kuturunkan.
Terlihat Koay Ji yang berjalan dengan Sie Lan In mengangguk
sambil memandang Cu Ying Lun yang juga pada saat bersamaan
meliriknya. Keduanya tersenyum dan saling menganggukkan
kepala tanda mereka sudah siap. Koay Ji sebelumnya sudah
memastikan membagikan air Guci Perak kepada seluruh
pemimpin kelompok untuk mengatasi racun. Dia sendiri sudah
siap, Group Satu sudah siap, juga group lain yang berbeda pintu
masuk. Detik demi detik berlalu, ketegangan tentunya semakin
memuncak, semangat berkobar, tetapi waktu semakin mendekat,
masih belum tiba. Yang jelas, tetabuhan dan juga genderang
sudah berhenti, dan terdengar gerakan pasukan lawan yang
bergerak cepat dari atas gunung.
2867
Waktupun akhirnya tiba......... dan terdengar teriakan di udara
ketika dengan tenaga dalam yang amat kuat, Tek Ui Sinkay
meraung:
“SERAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANG......................”
Tanda menyerangpun diturunkan, dan secara serentak bagaikan
air bah rombongan pendekar di tiga pintu masuk utama mengalir
masuk, merangsek kedalam pintu masuk. Di pintu satu dan dua,
proses masuknya pasukan penyerang relatif muda dan
kelihatannya tidak diduga oleh pihak lawan. Dan Koay Ji serta
juga Sie Lan In relatif tidak ikut menyerang karena yang terjadi
adalah pembantaian nyaris 100 orang Utusan Pencabut Nyawa.
Seratusan Utusan Pencabut Nyawa terkejut saat menyadari sihir
dan racun yang mereka siapkan sebagai jebakan, sama sekali
tidak berguna. Lawan bahkan pada akhirnya dengan mudahnya
membantai mereka dan membuat mereka seratusan orang
terkapar tewas ataupun terluka teramat parah. Tuntas dan
selesai. Dalam waktu yang singkat, tidak lama, di pintu satu dan
dua sudah dapat dikuasai.
Kurang dari setengah jam, Group Pertama dan Group kedua
melewati pintu masuk dengan korban yang kurang dari 10 orang
tewas. Bandingkan dengan kurang lebih 200 pihak lawan yang
2868
menjadi korban karena jebakan mereka yang tidak berguna alias
tidak berfungsi. Bukannya lawan terkejut dan kehilangan
kesadaran, justru mereka yang terkejut saat menerima gebukan
dari Barisan Pengemis Pengejar Anjing dan pentolan-pentolan
pihak pendekar yang seperti menyapu daun kering. Adalah Kang
Siauw Hong dan Kwa Siang yang berpesta membantu meski
Siauw Hong tidak sampai membunuh sesuai pesan kakaknya.
Tetapi, banyak lawan yang jatuh terluka parah di tangannya,
seperti juga Kwa Siang dan Siok Han yang cukup banyak
menjatuhkan lawan mereka.
Di Group Kedua, peristiwa yang sama terjadi. Lawan benar-benar
menerima pukulan telak akibat kelalaian mereka yang tidak
menduga bahwa lawan sudah lebih dulu memunahkan jebakan
sihir dan racun. Akibatnya, puluhan lasykar mereka tewas dan
puluhan sisanya terluka parah dan tidak mungkin bertarung lagi.
Di group dua ini ada beberapa orang di kubu lawan, kurang dari
sepuluh yang lolos dan dengan membawa luka parah dan
kemudian membawa laporan kekalahan. Mereka lolos karena
memang Barisan Lo Han Tin sengaja memberi mereka jalan
hidup, tidak sampai hati membantai musuh sedemikian
banyaknya. Rata-rata adalah pihak Hoa San Pay dan perguruan
selain Siauw Lim Sie yang mendatangkan bencana dan juga
2869
kematian bagi lawan-lawan mereka. Sementara para Bhiksu asal
Siauw Lim Sie terlampau welas asih untuk melakukan
pembunuhan besar-besaran, meskipun pada saat itu mereka
berada di medan pertempuran. Tetapi, memang begitulah sifat
para Bhiksu asal Siauw Lim Sie itu.
Pertempuran seru dan sesungguhnya terjadi di pintu enam, atau
Group Ketiga yang memasuki pintu keenam. Pertarungan disana
sungguh seru dan menegangkan. Karena terjadi tarung keras
menggunakan ilmu sihir, ilmu racun dan juga tarung ilmu silat
yang berhadap-hadapan secara langsung. Tetapi, meskipun
demikian tarung tersebuh pada akhirnya tentu saja dimenangkan
kelompok penyerang, meski untuk itu mereka membayar harga
yang cukup mahal, karena nyaris 30 jumlah penyerang yang
tewas atau terluka sangat berat. Maklum, pengaruh sihir dan juga
racun tidak sepenuhnya dapat diatasi, sehingga makan korban
yang cukup banyak di pihak mereka. Untung saja para Pahlawan
Bangsa Persia, juga pihak Hong Lui Bun dan anak beranak Hek
Man Ciok bertarung sangat lugas hingga sanggup pada akhirnya
membantai ke seratus pasukan musuh. Di kelompok ini, pihak
lawan tidak ada satu orangpun yang keluar dengan selamat
hidup-hidup, bahkan terlukapun tidak ada. Semua lawan tewas
2870
secara mengenaskan, dan ini dapat dimaklumi karena memang
pasukan penyerang juga mengalami kerugian tidak sedikit.
Berapa lama kemudian, terdengar isyarat-isyarat yang
mengabarkan jika semua group sudah tuntas memasuki pintu
masuk dan kini mereka berada dihamparan yang cukup luas
dengan pepohonan berada di pinggiran. Artinya, kini mereka akan
melalui medan terbuka dengan resiko menghadapi senjata
mematikan asal Persia. Tek Ui Bengcu sudah mengetahui betapa
berbahayanya senjata rahasia yang dimaksudkan itu berdasarkan
informasi dari Panglima Arcia. Senjata Rahasia yang dimaksud
ialah sejenis bedil yang mampu melontarkan sampai 10 anak
panah beracun dalam kecepatan yang amat tinggi. Untuk
menghadapi ancaman tersebut, sebagaimana strategi yang
sudah disepakati, maka di bagian terluar akan berdiri 3 Barisan
utama: Barisan Pengemis Pengejar Anjing dari Khong Sim
Kaypang, Barisan Lo Han Tin dan Barisan Liga Pahlawan Bangsa
Persia. Ketiga Barisan ini memiliki kemampuan untuk menghalau
serangan senjata rahasia tersebut, meski juga sebenarnya tidak
akan seratus persen memadai.
Barisan Pengemis Pengejar Anjing memiliki senajata karung
pusaka yang mampu menahan senjata rahasia dan dibekali obat
anti racun oleh Koay Ji. Sementara Barisan Lo Han Tin memiliki
2871
senjata tongkat yang mampu menutup rapat sehingga sulit
ditembus oleh angin sekalipun. Di pihak Barisan Liga Pahlawan
Bangsa Persia, mereka sudah membekal sejenis tameng besi
yang memiliki kemampuan menahan 10 anak panah dari senjata
rahasia. Ada satu barisan lagi, yakni Kaypang Cit Ti Sat (7 Algojo
Akhirat dari Kaypang), tetapi mereka secara khusus mengawal
keselamatan Pangcu Kaypang, alias juga Bengcu Tionggoan.
Hanya, jika ratusan senjata rahasia secara bersama ditembakkan,
maka mereka akan menghadapi keculitan yang tidak kecil. Alias,
keadaan akan sangat membahayakan bagi mereka, belum lagi
serangan racun dan kemungkinan sergapan lain dari pihak lawan.
Setelah berkomunikasi dengan Group 2 dan Tiga, terutama
dengan Group Liga Pahlawan Bangsa Persia, Tek Ui Sinkay
kemudian memberikan komando lewat suara kepada semua
pendekar:
“Tiga Barisan di posisi terluar, masing-masing bersiap dengan
serangan senjata yang amat mematikan. Terus awas dan berjaga
atas senjata rahasia yang mungkin lolos dari penjagaan Barisan
terluar. Siapa yang alpa bakal menjadi korban, upayakan untuk
segera mencari penawar racun begitu terkena sengatan senjata
mematikan dari pihak lawan............”
2872
Sebentar kemudian, membiarkan semua pendekar merasakan
detak jantung penuh ketegangan karena menunggu, tiba-tiba
pecah teriakan:
“SERAAAAAAAAANG....”
Berbeda dengan sebelumnya, maka serangan sekali ini tidak
dalam kecepatan tinggi dan sebaliknya maju dengan kecepatan
yang amat minimal karena Barisan terluar harus berjaga atas
serangan lawan. Tetapi, setelah berjalan sejauh 300 meter ke
depan dengan jalanan mulai menanjak, mereka bertemu dengan
hutan yang tidak cukup lebat di kiri dan kanan jalanan.
“Mereka akan menyerang disana Sam Suheng, banyak pasukan
mereka tersebar dalam hutan di depan, dipastikan mereka akan
menyergap kita.....” desis Koay Ji mengetahui bahwa musuh akan
kembali menyerang. Dia bisa menangkap adanya pergerakan
pasukan musuh di sebelah depan yang sedang melakukan
persiapan untuk menyerang mereka semua.
“Hmmmm, kita semua sudah siap meladeni mereka......”
Desisan Koay Ji memang benar, karena tidak lama kemudian,
sebagaimana sudah diperkirakan, ratusan atau malah mungkin
ribuan anak panah kecil namun memiliki kecepatan sangat tinggi
2873
berhamburan menyerang ketiga kelompok terpisah itu. Yang
mengerikan adalah, jepretan senjata rahasia yang awalnya
menurut perkiraan Panglima Arcia hanya sanggup mereka alias
pihak lawan produksi sebanyak 10 atau 20 paling banyak,
kelihatannya justru sudah 4 atau bahkan 5 kali lipat mereka miliki.
Karena, serangan ke arah 3 group itumasing-masing ratusan
anak panah yang dijepretkan dalam kecepatan yang sangat
tinggi. Dan bukan cuma itu, bersamaan dengan serangan anak
panah, tiba-tiba mendengung datang binatang kecil beracun yang
terbang ke arah kerumunan para pendekar Tionggoan.
Mendengar dengungan itu pihak pendekar mulai berdebar,
karena menghadapi dua serangan secara bersamaan, yakni
serangan senjata rahasia dan juga serangan beracun. Tentunya
masalah ini bukan masalah sepele, dan karena itu membuat
banyak orang menjadi gentar dan sedikit melemah daya
juangnya.
Apalagi karena seperti diduga, korban perlahan-lahan mulai jatuh,
terutama mereka yang kehilangan daya juang dan melemah daya
tarungnya. Karena bagaimanapun ketatnya penjagaan ketiga
Barisan, tetapi tetap saja ada beberapa atau puluhan malah anak
panah beracun yang lolos dari penjagaan. Sebagian terbesar
memang bisa dielakkan dengan baik, tetapi ada beberapa yang
2874
mengenai sasaran dan jadi memakan korban. Dalam waktu tidak
lama, sudah mulai terdengar jeritan kesakitan di dua barisan, atau
tepatnya 3 barisan pendekar. Celakanya, senjata rahasia itu terus
menyerang dan terus saja berdatangan, sementara saat yang
sama serangan serangga terbang beracun juga semakin datang
mendekat. Dan belum lagi Koay Ji menemukan jalan terbaik
melawan serangan serangga kecil beracun, tiba-tiba terdengar
bentakan dan teriakan dengan hawa magis yang amat kental.
Serangan ketiga, bisa diduga serangan sihir dengan
menggunakan medium suara yang amat kuat wibawa dan
pengaruhnya.
“Celaka, ilmu sihir...... benar-benar kombinasi maut yang sangat
mematikan. Sihir, ilmu beracun dan senjata rahasia beracun yang
memiliki kecepatan bagaikan kilat dalam menyasar kaum
pendekar. Dan, korbanpun mulai berjatuhan tidak lama kemudian,
terutama karena terkena panah beracun. Dan bertambah banyak,
karena banyak yang terkena pengaruh sihir padahal sedang
menghadapi serangga beracun dan juga panah beracun. Dalam
waktu relatif singkat Koay Ji sadar apa yang terjadi, terutama
melihat banyaknya korban di pihak mereka yang menjadi korban
senjata rahasia musuh yang snagat ampuh. Tajam, susah
dielakkan dan masih dilumuri racun pula. Hanya dalam beberapa
2875
saat, mereka sudah meregang nyawa, tewas dalam pertempuran
maut itu.
“Mindra ....... lawan sihir itu.........”
Perintah atau teriakan Koay Ji membahana dan menyadarkan
banyak orang. Dan seketika terdengar siulan dari Mindra dan
bersamaan dengan bentakan dan doa dari para Bhiksu Siauw Lim
Sie. Dan, dari Group 3, juga terdengar perlawanan atas Ilmu Sihir
yang dalam waktu singkat membuat pertahanan mereka menjadi
kokoh, karena Barisan-Barisan pelindung dapat kembali bekerja.
Tetapi, Koay Ji melihat bahwa mereka kesulitan terus melaju
kedepan, karena serangan senjata rahasia itu sangat massif.
Ratusan senjata sejenis panah kecil beracun berseliweran, dan
akibatnya mereka hanya mampu bertahan dan tidak mampu
melakukan penyerangan yang lebih jauh. Selama setengah jam,
mereka bertahan dan belum bisa merangsek maju dari posisi
mereka saat mulai diserang senjata rahasia.
“Sie Suci, Kwa Siang, Tio Ciangbudjin,,, kita berempat mari
bersama maju mendekat ke sarang para penyerang gelap. Khong
Sute, Hong Moi, masing-masing lindungi barisan-barisan yang
bekerja di jalur paling luar,.... nach, jangan bertanya, mari kita
langsung bekerja. Kawan-kawan kita bakalan banyak menjadi
2876
korban jika kita ayal dan memberi mereka banyak waktu untuk
terus terusan menembak dan melepas anak panah beracun.......”
perintah Koay Ji dengan cepat kepada kawan-kawannya untuk
mengurangi serangan senjata rahasia. Jelas untuk itu mereka
harus keluar menyerang kelompok lawan yang terus menyerang.
Pilihannya kepada Sie Lan In, Tio Lian Cu dan Kwa Siang
bukannya tanpa alasan. Sie Lan In memiliki ginkang paling mujijat
dan juga iweekangnya memadai untuk membantu melindungi
dirinya. Bekalnya memadai untuk tidak menjadi sasaran dari
serangan senjata rahasia lawan, dan pastinya dia bisa dan lebih
dari cukup untuk diandalkan. Bun Kwa Siang, murid Toa
Suhengnya, juga memiliki keistimewaan yang aneh dan mujijat.
Entah mengapa dia memiliki kekebalan yang sangat aneh dan
tidak masuk akal. Tubuhnya kebal dipukul, kebal dibacok, hanya
Koay Ji saat menggunakan ilmu totok khasnya baru si dogol itu
merasakan yang namanya sakit dan kesakitan. Jelas dia dapat
diandalkan saat itu, apalagi Koay Ji sudah melatih Kwa Siang
dengan ilmu gerak dan ginkang, sehingga semakin dapat
diandalkan pada kondisi rawan seperti saat ini.
Tio Lian Cu? Tentu saja Koay Ji paham dan tahu, bahwa selain
dirinya, gadis yang kini menjadi Ketua atau Ciangbudjin Hoa San
Pay itu, juga membekal sejenis kaos pusaka yang tahan senjata
2877
tajam dan peka terhadap racun. Selain itu, Tio Lian Cu juga
membekal ilmu senjata rahasia yang amat hebat seperti juga
dirinya, yang menjadi bagian barter kedua suhu mereka masingmasing.
Karena itu, Koay Ji tidak ragu memasukkan Tio Lian Cu
bersama Sie Lan In, Kwa Siang dan dirinya untuk maju mendekati
tempat persembunyai pasukan lawan yang menyerang dengan
senjata rahasia. Koay Ji sangat paham dengan pilihannya, dan
sesaat sebelum dia memulainya, dia membisiki sam suhengnya
dan juga meminta Tio Lian Cu memberi tahu hal yang sama ke
Group kedua yang dia pimpin.
Sebelum memerintahkan kawan-kawannya bergerak bersama
dirinya, Koay Ji lebih dahulu mengerahkan segenap kekuatan
mujijatnya dan kemudian berteriak keras. Teriakannya yang
penuh hawa mujijat itu dimaksudkan membantu Mindra, Bhiksu
Hwesio dan Panglima Shouroushi yang bertarung sihir dengan
lawan-lawan mereka. Dan, sebagaimana dugaannya, masuknya
dia ke pertarungan itu, membuat hujan serangan senjata rahasia
lawan berkurang drastis. Pada saat itulah dia kemudian memberi
komando kepada ketiga kawannya:
“Sekarang, ayo bergerak.......... kita menerjang dengan menjaga
jarak agar bisa saling melindungi satu dengan yang lainnya.....”
berkata Koay Ji yang sebelumnya membekal sejumlah batu kerikil
2878
dengan memungutnya dari tanah sama dengan Tio Lian Cu dan
kemudian menerjang ke depan mendekati lokasi para penyerang
gelap diikuti oleh ketiga kawannya.
Pada jarak kurang lebih 10-15 meter dari sasaran, bersama Tio
Lian Cu terlihat dia menggerakkan lengannya dalam ilmu Khong
In Sian Po Hui Hong (Awan Kosong Angin Puyuh Berpusing dan
Bergelombang). Ilmu ini merupakan salah satu ilmu rahasia dan
sangat ampuh dalam hal ilmu melepas senjata rahasia. Dan ini
adalah salah satu keistimewaan Thian Hoat Tosu, dan dimalui
oleh tokoh-tokoh besar pada jaman itu. Bisa dimaklumi
kehebatannya. Dan ini segera nampak ketika ada puluhan batu
kerikil terlihat menerjang ke kawanan penjahat yang menyerang
mereka, meski terlihat ada juga yang berusaha memukul jatuh
kerikil kiriman Koay Ji dan Tio Lian Cu, tetapi segera terdengar
teriakan susul-menyusul dari pihak lawan. Teriakan-teriakan
kesakitan tanda bahwa serangan Koay Ji dan ian Cu berhasil
menemui sasarannya, meski tentu tidak semua:
“Accccchhhhh, aduuuhhhh ......” teriakan kesakitan itu susul
menyusul, dan dalam hitungan Koay Ji, ada sekitar 10-12 orang
menjadi korban bidikannya bersama Tio Lian Cu. Dan kejadian
penyerangan mereka yang tidak terduga, rupanya membuat pihak
lawan terkejut, dan pasukan mereka sempat terperanjat dan
2879
kehilangan konsentrasi. Maka tidak lama kemudian, mereka
dapat mendengarkan teriakan dan komando yang sedang
mengatur pasukan lawan:
“Bangsaaaat, sungguh ampuh ilmu senjata rahasia mereka, yang
lain berlindung di balik dahan pohon......” nampaknya suara dari
penjaga para pembidik yang gagal melindungi barisan pembidik
mereka yang sedang menggunakan senjata rahasia ampuh milik
dari Bangsa Persia yang diselundupkan keluar melalui Geberz itu.
Tetapi, sayangnya, belum lagi rasa terkejut mereka sirna
sepenuhnya, mereka kembali menjerit kaget:
“Eccchhhhh, mereka menyerang kemari........ tahan dan lawan
mereka, bidik....” tapi kecepatan Sie Lan In secepat suara yang
mereka teriakkan, karena beberapa saat kemudian, Sie Lan In
dan segera diikuti oleh Koay Ji dan Tio Lian Cu sudah tiba di
tempat tersembunyi yang agak keatas posisinya. Menyusul
kemudian Bun kwa Siang yang sangat gembira bisa bertarung
bersama Koay Ji dalam satu arena. Begitu tiba dan mendapati
posisi lawan, merekapun segera menyerang para pembidik, yakni
mereka yang berada di atas pohon yang menjadi lawan group
pertama dan kedua, sementara group ketiga yang melawan Liga
Bangsa Persia masih asyik membidik. Tetapi, merekapun
kelihatannya akan segera mengalami nasib yang sama, karena
2880
bisa dipastikan Panglima Arcia akan meniru apa yang baru saja
dilakukan Koay Ji.
Kedatangan Koay Ji berempat benar-benar menjadi bencana bagi
para penyerang rahasia yang dalam waktu singkat kocar-kacir
dan meninggalkan puluhan senjata rahasia tertinggal
berserakkan disana. Ternyata, bidikan kearah Group 1 dan 2
dilakukan oleh sekitar 60 senjata rahasia yang terlihat cukup rumit
namun sangat ampuh dalam menembak itu. Pantaslah jika
banyak yang menjadi korban mereka. Jika sasarannya adalah
kerumunan orang, maka pastilah akan lebih ampuh dan lebih
banyak lagi korban jiwa yang diminta oleh senjata rahasia itu.
Untung ada sekitar 20an senjata yang bisa mereka rebut dan
sekitar 40 orang penyerang tergeletak mati dan luka-luka parah.
Baik yang terpukul senjata rahasia Koay Ji maupun Tio Lian Cu,
maupun yang dipukul oleh mereka berempat ketika memasuki
sarang tempat mereka menyerang lawan.
Dalam waktu singkat, Group Pertama dan Kedua sudah bebas,
meskipun dengan sedih Koay Ji mendengar laporan bahwa nyaris
50 orang menjadi korban tewas. Ada lebih 20 orang yang menjadi
korban luka-luka namun sudah dapat dengan cepat ditangani dan
diobati. Tetapi, itu belum termasuk korban yang jatuh di Group
Ketiga yang masih belum selesai, meskipun penyerang sudah
2881
berkurang jauh dan tinggal sekali-sekali senjata rahasia itu
dibidikkan. Bahkan, beberapa saat kemudian sudah berhenti
sama sekali, kelihatannya memang sudah dipanggil mundur oleh
para pemimpin mereka. Tetapi, rangsekan Panglima Arcia dan
Panglima Bangsa Persia meniru tindakan Koay Ji, menghasilkan
nyaris 10 senjata rahasia lainnya dan ketika Koay Ji menyerahkan
senjata rampasan mereka, Panglima Arcia menyambut dan
memeriksa senjata itu sejenak:
“Hmmmm, untungnya mereka belum sempurna membentuk anak
panahnya, meski senjatanya sebenarnya sudah sempurna dan
sesuai dengan yang digariskan si pembuat senjata. Tapu, kita
akan bisa meracik ulang selama beberapa jam anak panahnya
hingga bisa menjadi lebih berbahaya dan lebih mematikan.
Bisakah kita beristirahat selama sejam kurang agar kitapun
memberi mereka kejutan dengan 30 senjata rahasia ini”? usul
Panglima Arcia yang sudah diiyakan langsung oleh Tek Ui Sinkay
karena usulan itu memang sangat masuk akal. Beristirahat untuk
membenahi senjata yang kelak akan memukul balik lawan-lawan
mereka. Toch, pihak lawan pasti juga akan menunggu mereka
maju menyerang. Karena pemikiran itu, meski belum melangkah
jauh ke wilayah musuh, Tek Ui Sinkay memutuskan untuk bisa
beristirahat sejenak sebelum menyerang kembali.
2882
Tetapi, satu jam beristirahat itupun berlalu dengan cepat. Koay Ji
dan juga Tek Ui Sinkay sudah dibisiki baik Panglima Arcia
maupun Wakil Panglima Ilya bahwa nanti medan didepan bakalan
berisi binatang-binatang serangga yang amat beracun dari daerah
Biauw. Informasi itu terlihat membuat mereka berdua berpikir
keras untuk kelak bagaimana menghadapinya. Tentu saja sambil
terus berdiskusi dengan Panglima Arcia dan wakilnya Panglima
Ilya tentang cara yang tepat untuk mampu melewati rintangan
yang amat berbahaya itu. Pada saat itulah Tek Ui Sinkay
menyuruh orang memanggil sahabatnya, Bu Ta Kuang untuk ikut
mendampinginya. Posisi mereka saat itu, Koay Ji memiliki obat
pemunah, tapi bukan obat pencegah dan penghalau racun,
karena itu diapun bertanya:
“Apakah api akan dapat memunahkan serangan maut itu....”?
tanya Koay Ji dengan tidak sangat yakin.
“Beberapa jenis serangga mereka justru lebih berbahaya jika
bertemu api. Tidak, kita tidak hanya akan menggunakan api, itu
hanya salah satu pilihan belaka, karena dalam kasus tertentu
akan menjadi pilihan yang keliru......” jawab Panglima Soroushi
yang tiba-tiba bergabung setelah menyelesaikan modifikasi anak
panah untuk senjata beracun yang akan mereka gunakan. Pada
saat itu juga, muncul salah seorang yang masih asing bagi Koay
2883
Ji, yang kemudian diperkenalkan oleh Tek Ui Sinkay kepada
mereka semua:
“Kuang heng, mari masuk...... sobat sekalian, inilah sahabat
kekalku di Kaypang, Bu Ta Kuang yang sudah lama menghilang
untuk mempelajari ilmu tentang racun. Dia akan bisa membantu
kita......”
“Cayhe Bu Ta Kuang menjumpai cuwi sekalian.....” tokoh itu
berwajah dingin, tetapi cukup ramah dalam berkata-kata.
Sebentar mereka berkenalan, selanjutnya mereka kembali
berembug soal menghadapi lawan:
“Hmmmm, sungguh repot jika mereka menyerang dengan
serangga yang beragam danjuga racun jenis berbeda-beda.
Sejauh ini, korban di kedua belah pihak sudah amat banyak......
nampaknya, akan jatuh korban lebih banyak lagi bukan karena
bertempur, tetapi karena keracunan” keluh Koay Ji yang tidak
tahan melihat betapa banyaknya korban yang jatuh sejauh ini.
“Itulah harga dari sebuah peperangan sute....” desis Tek Ui Sinkay
yang memang jauh lebih tegar dan kokoh. Maklum, dia sudah
puluhan tahun berkelana dan sudah menyaksikan banyak
kekejaman dan perang yang mengorbankan banyak orang yang
2884
tidak paham dan tidak mengerti mengapa peperangan itu terjadi.
Karenanya wajar jika Tek Ui Sinkay meredakan kesedihan dan
kegalauan di hati Koay Ji yang masih terguncang dengan
banyaknya tubuh yang tergeletak menjadi mayat. Untuk apa dan
siapa akhirnya peperangan ini?
“Benar, kita tidak dapat menghindarinya untuk saat ini. Yang
dapat kita upayakan adalah, korban yang minimal jatuh di kedua
belah pihak. Untuk itu, kita perlu untuk mengalahkan dan
memukul para pemimpin mereka. Dalam urusan racun, biarlah
Kuang Heng ikut membantu, karena memang untuk hal racun, dia
salah satu ahlinya untuk dewasa ini.....” berkata Tek Ui Sinkay,
yang langsung memperkenalkan dan menyanjung Bu Ta Kuang.
Tetapi, ucapannya disambung oleh Koay Ji,
“Dan sayangnya, pemimpin mereka itu justru bersembunyi di balik
rintangan ketiga yang amat mematikan itu. Atau, bagaimana jika
kuserang langsung Markas Utama dari balik jalan rahasia disana
itu....”? tanya Koay Ji serius sambil memandang sam suhengnya.
Keduanya saling tatap, dan terlihat Tek Ui Sinkay berpikir keras
sampai beberapa lama sampai akhirnya diapun menyahut;
“Sekarang saat yang tepat untuk menyerang jantung pertahanan
mereka, tetapi ingat, jalan rahasia itu harus tetap tertutup rapat
2885
dan tidak boleh diketahui orang lain.. dan sebelum serangan
dilakukan, sebaiknya terlebih dahulu engkau membuat mereka
menjadi terkejut di dalam markas mereka.....”
“Baik, akan kami lakukan sekarang juga......” Koay Ji berkata
dengan bersemangat, tetapi tiba-tiba dia teringat sesuatu yang
membuatnya memandang kearah Panglima Arcia dan langsung
berkata:
“Panglima Arcia yang agung, tahap pertarungan lebih lanjut akan
sangat meminta bantuan kawan-kawan dari Liga Pahlawan
Bangsa Persia. Beberapa dari kami akan melakukan serangan
dari dalam, otomatis terjangan mereka harus ditahan sekuat dan
sebisa mungkin. Maka, peran Barisan-Barisan sangat fital dan
peran sekaligus peran perorangan seperti Panglima Arcia akan
sangat dibutuhkan....” ujarnya sambil memandang langsung
Panglima Arcia
Sebagai seorang yang memiliki perhitungan strategis yang
mumpuni, mendengar penjelasan Wakil Panglima Ilya mengenai
perkataan Koay Ji, diapun segera maklum dan paham apa yang
diinginkan Koay Ji. Karena itu, diapun mengangguk dan malah
berkata dengan suara tegas:
2886
“Baiklah, kami akan mengambil alih tahapan selanjutnya dengan
selalu koordinasi bersama dengan Tek Ui Bengcu dan juga Bu Ta
Kuang hengte. Kami bertiga akan turun ke lapangan membantu
sahabat-sahabat yang lain menahan jago-jago mereka yang
kemungkinan besar akan mulai muncul pada pertarungan babak
selanjutnya. Apalagi jika menghitung dan mempertimbangkan
bahwa korban dipihak mereka sudah terlampau besar,,,,, mereka
pasti akan segera turun tangan secara langsung dalam arena
pertempuran..... untuk urusan menghadapi racun biarlah Bu Ta
Kuang dan kedua Panglima kami yang menangani” jelas, tegas
dan penuh perhitungan jawaban dari panglima Arcia itu.
“Benar sekali, perhitungankupun memang demikian Panglima
Agung. Tetapi, segera kami akan mengalihkan perhatian mereka
dengan menyerang dari dalam, tahapan itu perlu kita saling
membantu dari luar dan dalam. Karena jumlah kami sedikit di
dalam, maka batuan dari luar harus dengan cepat menerobos
masuk agar kita bisa masuk menyerang langsung pusat kekuatan
lawan....” jawab Koay Ji yang sudah tegas akan segera masuk
menyerang lawan dari dalam.
“Tepat, sungguh strategi yang luar biasa,,,,, dan kelihatannya
berada di luar dugaan pihak lawan yang memiliki anggapan kita
hanya akan menyerang dari luar.. Hahaha,
2887
Sungguh menyenangkan membayangkan kekagetan mereka.....”
desis Panglima Arcia yang diaminkan oleh kedua wakilnya.
Mereka sudah membayangkan bahwa kemenangan akan berada
di tangan mereka. Memang benar, jika ada hentakan di dalam
Markas lawan, maka hentakan itu akan bermakna besar dalam
pertempuran yang sudah seperti saat itu.
“Jika demikiaan, kami akan segera pergi dengan jalan memutar.
Agar dapat saling mencocokkan waktu, maka kurang lebih
setengah jam dari sekarang serangan boleh dilanjutkan, dan
kobaran api di markas mereka berarti kami sudah berada di dalam
markas utama musuh.....”
“Baik, kita tetapkan demikian......”
“Ingat, hati-hati dengan racun daerah Biauw dan juga serangan
sihir lawan. Biarlah Mindra kutinggalkan bersama Bengcu.....”
pesan Koay Ji yang disetujui dengan anggukkan kepala oleh
suhengnya itu.
Beberapa saat kemudian, turun komando dari Tek Ui Sinkay
bahwa serangan tahap selanjutnya akan dilakukan setengah jam
kedepan, dan semua mulai kembali untuk mempersiapkan diri
melakukan serangan. Sudah ada kurang lebih 2 km jarak yang
2888
mereka tempuh dalam waktu 3 jam lebih, dan selama masa
tersebut, sudah nyaris 100 orang yang tewas di pihak pendekar.
Meskipun pihak lawan, sudah nyaris 400 orang yang menjadi
korban. Korban yang cukup besar dalam pertempuran sejauh itu,
tetapi pertempuran belum berakhir.
Sementara persiapan menyerang dilakukan dalam koordinasi Tek
Ui Bengcu dan juga Panglima Arcia, Koay Ji bersama dengan Sie
Lan In, Tio Lian Cu, Khong Yan, Kang Siauw Hong dan Bun Kwa
Siang sudah menyusup kedalam jalan rahasia. Karena mereka
berjalan memutar, maka waktu yang mereka butuhkan lebih lama,
untung saja mereka membekal ginkang yang cukup tinggi
sehingga mempercepat perjalanan mereka. Kurang 15 menit
kemudian mereka sudah berada dalam jalan rahasia dan Koay Ji
memilih titik keluar kedua yang dia tahu berada atau muncul ke
jantung pertahanan lawan. Jika masuk ke belakang markas
lawan, maka Koay Ji menebak, pihak lawan pasti sudah lama
menunggu dan menyiapkan pasukan atau tokoh utama mereka
disana, dan efek kejutnya akan raib dengan sendirinya. Pintu
keluar kedua yang disiapkannya justru memiliki efek kejut yang
lebih, karena belum diketahui oleh pihak lawan jika mereka akan
muncul di tengah markas. Hal yang akan menguntungkan
mereka.
2889
Tidak lupa Koay Ji mengajak kawanan monyet yang selalu setia
menunggu dan membantunya. Setelah meninggalkan pesan
kepada pasukan monyet itu, Koay Ji kemudian menurunkan
perintah:
“Mari, pintu keluar kedua sudah menunggu kita. Berbeda dengan
sebelumnya, kita akan langsung menyerang dengan membakari
rumah-rumah di markas lawan. Ada cukup banyak rumah, tetapi
membakar salah satu secepatnya, penting untuk kawan kita
mengetahui bahwa serangan boleh dimulai...... maka mari, kita
segera kerjakan serangan di dalam markas musuh” seperti biasa
dan sudah bisa mereka terima, Koay Ji mengatur strategi
menyerang kedalam markas musuh.
Setelah menurunkan perintah demikian, Koay Ji kemudian
membuka pintu rahasia kedua, dan menjadi orang pertama yang
masuk disusul oleh Sie Lan In, Siauw Hong, Bun Kwa Siang,
Khong Yan dan kemudian Tio Lian Cu. Benar saja, setelah
berjalan kurang lebih 100 meter, mereka tiba di pintu keluar dan
Koay Ji dengan isyarat mata memberitahu dia akan segera keluar
mendahului mereka semua.
“Siauw Hong dan engkau Kwa Siang, tugas utama kalian dan kita
semua adalah membakari rumah dan gedung yang kita temukan
2890
dengan segera. Ingat, jangan alpa melakukannya, nach mari kita
ikut berpesta di markas lawan.....” setelah berkata demikian, Koay
Ji segera keluar dari jalan rahasia yang pintu keluarnya ternyata
tertutup semak belukar yang cukup lebat. Tetapi, benar, begitu
keluar dari jalan rahasia, mereka ternyata berada di tengah
markas musuh yang sedang tegang menunggu serangan lawan
di bagian pintu masuk lembah. Otomatis, tempat mereka sama
sekali sepi dan tidak terjaga.
Tetapi, meskipun demikian Koay Ji dapat tepat menyadari bahwa
lawan sedang bersiaga, meskipun tempat mereka keluar tidak
begitu ramai atau malah tidak dijaga pihak lawan. Maklum, lawan
sedang bersiaga dan sangat sibuk bertemur di pintu masuk
lembah, otomatis semua anak buah mereka sedang berada
disana, dan markas relatif agak kosong.
“Kita bergerak......” ujar Koay Ji setelah melihat tempat keluar
mereka ternyata tidak terjaga dan lengang, tetapi di kejauhan
gerakan pasukan musuh demikian tegang dan demikian banyak
dan ramai. Kedatangan mereka otomatis tidak teracak dan
merekapun bebas bergerak di dalam markas lawan, sejauh ini.
Berenam merekapun keluar dari jalan rahasia dan tidak berapa
lama, merekapun mulai menebar keributan di Markas Lawan, dan
2891
dalam waktu singkat, kurang dari 30 menit perjanjian dengan Tek
Ui Sinkay, terlihat asap mengepul di udara. Datang dari markas
musuh, dan sebagai pemimpin, diapun melirik Panglima Arcia dan
keduanya saling menganggukkan kepala. Dan setelah menarik
nafas panjang, karena memang perintah dan komando harus
darinya, maka Tek Ui Sinkaypun siap. Diapun sudah siap dan
memang..... Sekarang saatnya.
“SERAAAAAAAANG ...........”
Perintah itu keluar dari mulut Tek Ui Sinkay dan juga Panglima
Arcia memerintahkan pasukannya segera bergerak. Tetapi,
sambutan atas serbuan mereka di luar dugaan dan perkiraan,
karena serangan senjata rahasia tidak sehebat sebelumnya.
Dalam markas, rupanya serangan kejutan Koay Ji dan kawankawannya
menghentak pihak Bu Tek Seng Pay sehingga
perlawanan mereka kocar-kacir. Tetapi, pada saat itu terlihat
Panglima Ilya dan Panglima Shouroushi menyebar dan bergerak
mendukung semua Barisan. Panglima Shouroushi tetap di
Barisan Ketiga, Panglima Ilya pergi membantu Barisan Kedua dan
di Barisan Pertama terlihat seorang tokoh lain yang tidak
menyolok, berusia lebih dari 50-an, mungkin 55 tahunan dan dia
membekal sebuah keranjang. Maka jika bukan seorang tabib,
dipastikan dia seorang ahli racun, seorang yang justru belum
2892
dikenal cukup luas. Tetapi, pada saat itu, entah mengapa Tek Ui
Sinkay justru sangat mempercayainya untuk berada dan
melindungi Barisan atau kelompok pertama.
Dan apa yang mereka bertiga lakukan? Mereka masing-masing
bergerak dengan lambat, mata terbuka amat serius dan sesekali
bergerak untuk mengetahui apa yang ada disekitar mereka. Tidak
salah, baik Panglima Ilya maupun Panglima Shouroushi adalah
ahli-ahli racun ternama dari Persia. Sementara tokoh ketiga,
adalah seorang ahli racun Tionggoan, sahabat lama dari Tek Ui
Sinkay yang sengaja didatangkan untuk pertarungan hari ini.
Siapakah dia? dia adalah seorang tokoh Kaypang yang kemudian
mengundurkan diri dari jabatannya pada usia ke-30an, dan baru
saja belakangan bertemu dengan Tek Ui Sinkay sahabatnya.
Dimaklumi, dia memang menghilang karena menemukan dan
kemudian memutuskan menekuni sebuah kitab mengenai racun
yang ditemukannya secara kebetulan.
Tokoh yang bernama Bu Ta Kuang, yang juga sudah muncul
dalam pertemuan Tek Ui Sinkay dan Koay Ji bersama para
pemimpin Liga Pahlawan bangsa Persia, dahulunya berjulukan
Tek Ceng Sin Kay (Pengemis Sakti Tongkat Hijau). Dan dalam
jabatan seorang Kepala Cabang Kaypang sebelum
mengundurkan diri dan menghilang. Sejak dahulu, dia memang
2893
bersahabat sangat erat dengan Tek Ui Sinkay, karena memang
mereka sama-sama masuk Kaypang dan membangun karir juga
secara bersama-sama. Itulah sebabnya, tokoh racun yang mulai
rada eksentrik ini, tetap datang ketika tahu bahwa sahabat
karibnya sudah menjadi Bengcu atau Pemimpin para pendekar
Tionggoan. Sudah tentu, baik karena jiwanyapun masih jiwa
Kaypang, dan juga karena panggilan persahabatan, maka Bu Ta
Kuang sangat antusias untuk ikut bertarung.
“Lebah Api....” terdengar desisan Panglima Ilya yang saling
berandangan dengan Panglima Shouroushi meskipun jarak
mereka cukup jauh. Jelas mereka berdua cukup paham dengan
nama “Lebah Api”, sejenis lebah yang lebih kecil daripada lebah
pada umumnya, tetapi daya kerja racunnya luar biasa. Karakter
lebah inipun unik, meski bernama LEBAH API, tetapi Lebah ini
pada dasarnya takut api, dan pula, racun panasnya sangat
mematikan. Sekali terkena gigitannya, maka dalam waktu kurang
dari 15 menit belaka, korban akan jatuh tewas dengan tubuh
berubah menjadi arang, menghitam. Tentu saja sangat
mengerikan, dan racun seperti yang dibawah lebah itu, jelas
sangat berbahaya.
Bukan hanya itu kehebatan Lebah Api, karena yang lebih
hebatnya lagi, berbeda dengan lebah biasa yang mati setelah
2894
menyengat, maka lebah ini akan bisa bertahan hidup sampai
beberapa lama. Setelah menyengat, dia tidak akan langsung mati.
Lebah itu baru akan mati setelah proses alamiah yang cukup
panjang pasca melepas atau menggigit dengan mengeluarkan
racunnya. Dan bahayanya lagi, racun Lebah ini tidak hilang
setelah menyengat, tetapi baru bisa habis setelah menyengat 5
atau 6 korban. Memahami hal ini, maka Panglima Ilya dan juga
Panglima Shouroushi merasa kaget meskipun sudah sejak
berapa lama bersiap dengan semua jenis serangan beracun.
“Siapkan api.......” teriak Ilya, karena jarak datangnya Lebah Api
masih sekitar 200 meteran dari semua rombongan.
“Jangan,,,,, jangan langsung menyerang dengan api, karena
masih ada racun kedua yang juga sedang menuju kemari......”
terdengar Bu Ta Kuang menyela dengan wajah berkerut, tanda
sangat khawatir. Seruan Bu Ta Kuang membuat Panglima Ilya
memandang cepat kedepan, dan benar, diapun melihat ada
beberapa gulungan tipis keputihan yang sulit terlihat mata biasa
yang bergerak di belakang barisan Lebah Api. Dan diapun
berseru ke arah Panglima Shouroushi yang sama terkejut melihat
kombinasi racun yang harus mereka hadapi pada saat yang
bersamaan. Keduanya berdesis sama..... sama tahu dan sama
menyadari bahayanya;
2895
“Kabut Es Beracun ......”
Sebuah kombinasi mematikan. Karena jika Lebah Api diserang
dengan api, maka Lebah itu akan lari atau terbakar musnah, tetapi
jika api bersentuhan dengan Kabut Es Beracun, maka kabut itu
akan berubah menjadi air. Air beracun yang sangat mematikan,
jauh lebih berbahaya ketimbang Lebah Api, karena punya daya
bunuh yang lebih cepat. Cukup 5 menit terkena kulit, maka
manusia akan dengan segera menghadap malaikan elmaut.
Benar-benar serangan beracun yang amat berbahaya dan amat
mematikan. Dan sejenak ketiganya terlihat berpikir cepat, tidak
panik dan terburu-buru, tetapi dalam waktu beberapa detik sudah
mengambil keputusan. Adalah Panglima Ilya yang membuka
suara terlebih dahulu:
“Sudah ada cara menghadapi kombinasi racun itu....”? tanyanya
dengan suara tenang dan tidak terdengar panik. Memang hebat
para Panglima Bangsa Persia ini, di tengah medan berbahaya
mereka tetap tenang mencari jalan keluar.
“Kutangani kabut beracun itu, air mujijat masih kumiliki cukup
untuk didorong agar menawarkan Kabut Es Beracun, kalian
hadapi Lebah Api itu.....” terdengar Bu Ta Kuang memberi usul
dan saran.
2896
“Baik, Panglima Shouroushi, kuhadapi Lebah Api dengan api,
tetapi setelah Ong Heng mendorong air menawarkan Kabut Es
Beracun....... kita laksanakan” dalam waktu singkat mereka
mengambil keputusan. Dan ketiganya segera bersiap karena
dalam waktu yang singkat, benda dan binatang beracun datang
semakin dekat dan siap membuat kelompok mereka menjadi
korban.
“Para Suhu, tolong pukulkan air-air penawar racun ini untuk
melewati Barisan Lebah Api dan menawarkan Kabut Es
Beracun.......” Bu Ta Kuang sudah mendekati para Hwesio Siauw
Lim Sie untuk meminta bantuan mereka dan siap hanya dalam
waktu beberapa detik belaka. Sungguh cepat dia. Tetapi, para
Hwesio yang juga sadar bahaya bergerak cepat dan cekatan.
Sementara itu, Panglima Ilya sudah menyiapkan API, yang
memang menjadi ciri khas mereka dari Persia. Sebagaimana
diketahui, API SUCI adalah salah satu benda ataupun konsep
dasar ilmu sihir dan juga ilmu silat Bangsa Persia. Karena itu,
menciptakan apa dan mengadakan api, bukanlah perkara sulit
bagi Panglima Ilya maupun anak buahnya. Sama cepat dan sama
cekatannya dengan Bu Ta Kuang, apipun sudah siap dan tinggal
menunggu perintah untuk segera digunakan menghadapi
serangan racun lawan.
2897
“Tek Ui Bengcu, Panglima Ilya, perintahkan pasukan kita untuk
mundur beberapa langkah, sampai semua racun dapat
dinetralisasi......” desis Bu Ta Kuang kepada Tek Ui Bengcu dan
juga Panglima Ilya yang segera mengerjakan perintah maupun
saran Bu Ta Kuang secepatnya. Dan tak lama kemudian,
“Para Suhu, sekarang saatnya .......” bersamaan dengan
berakhirnya perintah Bu ta Kuang itu, tiba-tiba terdengar seruan
keras:
“Amitabha ........”
Seruan dari beberapa Hwesio Siauw Lim Sie yang langsung
dibawah pimpinan Ciangbudjin mereka. Merekapun beraksi
secara ersamaan, tidak serabutan tetapi teratur hingga kemudian
meluncurlah dari lengan mereka gumpalan-gumpalan yang
dibungkus rapih dengan benda sejenis “plastik”. Tetapi
sesungguhnya benda itu bukanlah plastik, melainkan sejenis
serat tipis yang biasnaya berada dibalik kulit pohon yang amat
tipis dan amat mudah pecah. Benda itu ada cukup di tangan Bu
Ta Kuang, dan saat itu digunakan menampung air yang sudah
ditetesi air mujijat dari Pusaka Guci Perak. Dan tidak berapa lama
kemudian, terdengar suara suara yang mengagetkan dan
2898
kejadian susulan yang juga tidak kalah mujijat dan mengherankan
semua orang yang berada di sekitar arena:
“Prak...... prak ...... prak....... prak....... prak”
“Cusssss, Cussssss, , Cussssss, , Cussssss, , Cussssss”
Berkali-kali, mungkin ada sepuluh kali atau lebih bunyian-bunyian
yang susul menyusul tersebut. Bunyi pertama adalah pecahnya
kantong tipis yang membawa air, dan bunyi kedua adalah
pertemuan air dengan KABUT ES BERACUN. Artinya, pertemuan
antara racun dan penawarnya. Dan karena itu, dalam waktu
singkat terlihatlah kepulan-kepulan berwarna kuning kehijauan di
angkasa, tetapi air yang kemudian turun ke bumi sudah berwarna
normal sebagaimana warna air biasanya. Tetapi, jangan salah
sangka, pertarungan antara kabut beracun dan pemunahnya
belumlah sepenuhnya berakhir. Tidak, sama sekali belum
berakhir dengan warna air normal yang jatuh ke tanah.
Pertempuran beracun itu masih berlangsung, ditandai dengan
semua benda hidup berupa rumput-rumputan terlihat dengan
cepat, dalam hitungan detik belaka layu dan kemudian tidak
terlihat jejaknya di tanah sama sekali. Yang tersisa adalah tanah
dan bahkan akar rumputanpun tidak terlihat lagi, habis tak bersisa
2899
akibat racun yang tersisa dari tarung antara air dan kabut es
beracun. Semua itu diikuti dengan rasa takjub oleh semua
pendekar, dan mau tidak mau mereka bergidik melihat apa yang
terjadi di hadapan mereka. Masing-masing berpikir dan melamun
sambil mendesis dalam hati,,, “bagaimana jika seandainya
tubuhku yang menjadi korban cipratan air beracun itu...”?.
Masing-masing merasa seram dan ngeri dengan tarung racun
yang tersaji di hadapan mereka.
“Hmmmm, sudah selesai....... Kabut Es Beracun sudah dapat
ditangani....” terdengar desis dari Bu Ta Kuang disamping Tek Ui
Bengcu. Mereka saling pandang meski hanya sedetik, karena
segera Bu Ta Kuang bergerak dan kemudian memandang ke arah
Panglima Ilya dan berkata:
“Selesaikan Lebah Api, Kabut Es Beracun sudah tidak
membahayakan lagi. Tapi, perintahkan Panglima Shouroushi
untuk berjaga, bukan tidak mungkin akan segera ada serangan
susulan.....”
“Baik........” desis Panglima Ilya yang kemudian melirik Panglima
Souroushi, tapi hanya sekian detik dan kemudian dia berkata
dalam bahasa Persia:
2900
“Serang Lebah Api ......”
Begitu Panglima Ilya mengeluarkan perintah menyerang Lebah
Api, bersamaan dan nyaris tidak ada yang mengetahui kecuali
Panglima Ilya dan Tek Ui Sinkay, sosok Bu Ta Kuang dan
Panglima Shouroushi berpindah tempat. Dan pada saat itu juga,
melayanglah api-api yang menyala ke arah kumpulan Lebah yang
mendekati. Bukan hanya itu, menyusul api-api tersebut, terlihat
anak panah melesat dengan kecepatan terukur dan ketika berada
di atas para Lebah, muatan panah itu meledak. Pada saat itu,
kemudian terlihat cairan berhamburan ke bawah dan segera di
sengat api hingga kobaran api di udara menyala dengan demikian
perkasanya. Pameran hasil kerja Liga Pahlawan bangsa Persia
sungguh menakjubkan. Untung saja terjadi siang hari, jika terjadi
pada malam hari, maka hasil kerja mereka akan lebih mirip
dengan pesta kembang api yang amat meriah.
Selama beberapa saat, kobaran api menyala dengan demikian
hebatnya, karena ternyata anak-anak panah tadi, membawa
sejenis minyak yang ketika tersambar oleh api, otomatis menyala
dengan demikian hebatnya. Yang sial adalah ribuan Lebah Api
yang menjadi korban oleh hujan api yang justru menjadi
antidot/penawar racun dan anti mereka. dan karena itu, ribuan
Lebah Api menjadi korban dan hanya beberapa ekor belaka yang
2901
masih bisa terbang maju. Tetapi, dengan mudahnya Lebah Api
yang masih menerjang datang dilumpuhkan oleh pukulan para
pendekar. Terutama pukulan-pukulan iweekang yang berhawa
panas membakar. Tidak berapa lama, medan pertempuran
kembali senyap, tetapi rasa ngeri akibat pertempuran barusan
masih menghantui banyak orang.
Naluri Bu Ta Kuang dalam pertarungan menggunakan racun
memang istimewa. Diapun tahu keistimewaann lawannya, yang
hanya dilawannya seorang diri masih tidak akan mampu dia atasi.
Tetapi, kolaborasinya dengan Panglima Ilya dan juga Panglima
Shouroushi membawa akibat yang luar biasa, karena mereka
ternyata dapat saling mengisi satu dengan yang lain. Kini, naluri
tingginya membawanya untuk mengamati sudut-sudut
pertarungan lainnya, karena dia merasa bahwa bagi tokoh
sehebat Nenek Sam Boa Niocu, dan terutama cucu muridnya, Tok
Seng, serangan tadi mestilah baru tahap “pembukaan” dan
“perkenalan”. Racun-racun yang dimunculkan tadi, baru tahap
awal dari kehebatan racun Sam Boa Niocu, Cen Soat Ngo
muridnya dan murid Cen Soat Ngo yang hanya dikenal dengan
nama Tok Seng. Lebih lengkapnya bernama Biauw Kang Tok
Seng (Malaikat Racun Daerah Biauw), seorang berusia
2902
pertengahan yang tergila-gila dengan racun, dan hidupnya dalam
genggaman suhu dan nenek gurunya.
Justru gara-gara kehebatan dan kegilaan seorang Tok Seng yang
membuat Bu Ta Kuang sampai memutuskan untuk munculkan diri
membantu Tek Ui Sinkay. Sudah lama Bu Ta Kuang mengetahui
rahasia racun Sam Boa Niocu dan Cen Soat Ngo muridnya, tetapi
menghadapi mereka berdua dia masih merasa ungkulan. Namun,
menghadapi Tok Seng yang gila dan sangat tergila-gila dengan
racun, dan kini dalam genggaman Sam Boa Niocu dan Cen Soat
Ngo, dia harus mengaku bahwa dia masih tidak ungkulan.
Manusia gila racun seperti itulah yang sebenarnya bisa membuat
Bu Ta Kuang munculkan diri setelah selama 30 tahun
menyembunyikan diri dan berkelana untuk memperdalam ilmu
racunnya. Dia bertemu Tok Seng kira kira 10 tahun silam di
daerah Biauw, dan memahami bahwa percobaan-percobaan dan
kefanatikan Tok Seng sangat berbahaya.
Bu Ta Kuang memasuki pertarungan membantu Tek Ui Sinkay
dengan karena tahu betapa besar bahaya yang dihadapi
sahabatnya itu. Lebih celaka lagi, rata-rata tokoh Tionggoan tidak
mengenal Tok Seng, dan hanya mengenal Sam Boa Niocu dan
Cen Soat Ngo. Padahal, Tok Seng yang paling berbahaya dari
ketiga tokoh racun di pihak lawan. Manusia itu boleh disebut
2903
“manusia beracun”, karena nafas, ludah, air liur, kotoran, dan
semua yang disentuh Tok Seng, bisa dipastikan akan mati atau
hidup, tergantung suasana hatinya. Meskipun membekal banyak
mustika penawar dan penolak racun, tetapi Bu Ta Kuang masih
merasa was-was jika mesti menghadapi seorang sekelas Tok
Seng yang menjadikan tubuhnya sebagai bahan percobaan bagi
racun-racunnya.
Untung memang ada Bu Ta Kuang, karena secara dini dia
menyadari bahwa pada saat serangan kabut dan lebah, pasti ada
rencana jahat lainnya dari pihak lawan. Dan dia kembali mampu
menemukan cela yang disasar lawan, sekali ini dengan
menggunakan sejenis kutu yang merayap di tanah. Dia sempat
menangkap kutu ini bergerak, karena dari kejauhan menyaksikan
betapa rumput-rumputan berjatuhan tanpa ada sebab. Itu
sebabnya dia meminta perhatian Panglima Ilya yang menyuruh
Panglima Shouroushi untuk bersiaga. Pilihan dan keputusan
mereka memang amat tepat, dan mampu menyelamatkan banyak
orang.
Tengah Panglima Ilya bersama pasukan Liga Pahlawan Bangsa
Persia sibuk dalam bertarung melawan Lebah Api, Bu Ta Kuang
dan juga Panglima Shouroushi sudah bergeser tempat. Rupanya
mereka cepat menyadari jika ada pergerakan binatang kecil
2904
lainnya yang jelas menyasar rombongan mereka semua. Dan jika
memang benar binatang kecil beracun itu mampu menyusup dan
berada di tengah-tengah kelompok pendekar, maka bisa
dibayangkan akan berapa ratus nyawa yang akan melayang.
Sungguh menyeramkan. Betapa tidak? Karena sesungguhnya
racun kutu tanah yang dilepaskan lawan, memang pada
kenyataannya jauh lebih ganas lagi dibanding dengan Kabut Es
Beracun dan juga Lebah Api.
Bagaimana tidak ganas, karena begitu menyentuh rumput,
rumput angsung layu dalam sedetik. Semua benda hidup yang
terkena sentuhan dengan kutu beracun itu, bakalan langsung
kehilangan daya hidupnya. Dan akan bagaimana gerangan jika
sampai kutu-kutu tersebut menyentuh tubuh manusia? berapa
lama gerangan waktu yang dibutuhkan manusia yang tersentuh
akan bertahan untuk tetap hidup? Hal yang amat menyeramkan,
karena jika manusiapun terkena sentuhan langsung dengan kutu
yang menakutkan itu, juga hanya butuh waktu beberapa menit
untuk bertahan. Seterusnya, mati,
Tetapi sudah tentu Bu Ta Kuang sadar bahwa tidak mungkin
hanya racun kutu tanah atau sebetulnya sejenis serangga yang
hidup seperti benalu. Benda apapun yang hidup, baik manusia,
tumbuhan ataupun bangkai, jika sampai mereka tempati dan
2905
jadikan inang, maka dalam waktu singkat akan kehilangan daya
hidupnya. Bu Ta Kuang kelihatannya cepat menyadari apa yang
sedang mereka hadapi pada saat itu. Benda atau binatang kecil
beracun yang merayap dan mematikan benda hidup apapun yang
berada di atas tanah:
“Serangga Kutu Tanah ...... hmmmm, sangat mematikan.....”
desisnya melihat arah dan datangnya serangan dari depan dan
membentuk setengah lingkaran. Matanya dan juga
pengamatannya atas racun memang sungguh amat hebat dan
cemerlang serta jarang dapat ditandingi orang lain.
“Hanya inikah....? mustahil.....” desisnya seperti sudah memiliki
daya dan cara guna menghadapi serangga kutu tanah yang
berbahaya tadi. Tapi, dia masih kurang yakin alias sangsi jika
hanya ini serangan racun yang dilepaskan lawan dalam babak
yang semakin lanjut pertarungan mereka ini.
“Racun apa lagikah yang akan dia lepaskan...? nyaris bisa
dipastikan Serangga Kutu Tanah ini hanyalah upaya mengalihkan
perhatian” desis Bu Ta Kuang dan kemudian kembali meneliti
lokasi darimana serangan beracun lawan dilepaskan. Dan benar,
dia tidak perlu menunggu lama untuk memastikan serangan
kedua sudah sedang dilepaskan menuju kerumunan mereka.
2906
Serangan racun jenis apakah gerangan yang datang di
gelombang kedua itu?
Sekali ini Bu Ta Kuang mulai tergetar, karena serangan
gelombang kedua kali ini diisi oleh benda terbang lainnya, tetapi
berbeda dengan Lebah Api. Jika sebelumnya adalah serangan
Lebah Api, maka sekali ini adalah serangan Lalat Bangkai yang
berwarna kemerahan. Warna Lalat ini terlihat dari kejauhan
karena membawa warna yang menyolok. Tetapi jangan salah,
binatang satu ini digerakkan bukan dengan berkelompok seperti
Lebah Api, melainkan dengan irama. Bu Ta Kuang mengetahui
serangan ini setelah melihat di kejauhan sinar kemerahan dan
irama seruling yang memberi mereka perintah. Karena diperintah,
maka Lalat bangkai ini lebih cerdik dan sulit dikalahkan, karena
mereka bisa mengelak dan menghindar serangan. Sementara
dalam hal racun, juga mereka lebih mumpuni dan lebih
mematikan jika bandingannya adalah Lebah Api. Jelas
kedatangan lalat bangkai berwarna merah ini adalah tanda
bahaya, karena racun yang dikandung lebih berbahaya.
Tetapi, belum lagi Bu Ta Kuang bergerak untuk memberi
peringatan, tiba-tiba dia mendengar dan melihat tubuh-tubuh yang
bertumbangan di barisan depan. Ada puluhan, mungkin 30 orang
yang tiba-tiba duduk dan tumbang karena keracunan. Bu Ta
2907
Kuang cepat bergerak mendekati mereka, dan pada saat itulah
dia sadar akan sesuatu yang berbahaya. Dan otomatis dia
bersuara:
“Racun Tanpa Bayangan........... gila.....”
Dengan cepat dia bergerak mendekat ke bagian paling depan dari
Barisan hingga kembali berjejer dengan Tek Ui Sinkay. Dan
kemudian diapun berseru kepada semua orangt dengan suara
tercekat:
“Semua siaga, cepat masing-masing pemimpin siapkan
pemunahnya, jika ada yang merasa agak pusing-pusing segera
makan obat pemunahnya. Kerja racun itu sangat cepat, cukup 15
menit waktu untuk membunuh mereka yang keracunan. Karena
itu, segera bekerja....... jangan ayal.....”
Sementara kekisruhan terjadi di kalangan para pendekar dan Bu
Ta Kuang segera mengajak Tek Ui Sinkay mendekati barisan
terdepan dimana terdapat puluhan yang sudah menjadi korban.
Tetapi, anehnya, ada beberapa orang di barisan depan yang juga
terkena racun itu, tetapi hanya merasa sedikit gatal-gatal dan
tidak terkena dampak racun tanpa bayangan.
2908
“Apa cuwi memakan sesuatu sebelum pertempuran ini.....”? tanya
Bu Ta Kuang cepat, tetapi beberapa dari mereka menjawab:
“Tidak ada yang khusus, makanan kami semua sama.......”
jawaban yang membuat Bu Ta Kuang mengernyitkan kening.
Keadaan semakin seram ketika Lalat Merah atau Lalat bangkai
makin mendekat, juga Serangga Kutu Tanah makin
menyempitkan jarak dengan rombongan yang paling depan.
Tanda sebentar lagi, dalam waktu kurang dari 2 menit, akan
terjadi benturan dan dipastikan korbannya akan amat besar.
“Apakah kebelumnya kalian sudah sempat terkena racun dan
makan setetes air dari Guci Perak itu......”? tanya Bu Ta Kuang
dengan amat penasaran, sepertinya dia ingin membuktikan
sesuatu.
“Benar Sinshe......... benar..... benar.....” ternyata hampir mereka
semua yang tidak terkena dampak racun tanpa bayangan sudah
memakan air guci perak sebelumnya karena sempat terkena
racun yang terdahulu. Memang, pertarungan sudah terjadi
beberapa babak, karena itu ada yang sempat makan air dari
pusaka guci perak. Bu Ta Kuang juga paham dan tahu soal itu.
2909
“Achhhh, akhirnya benar. Kita memperoleh jawaban pasti, setelah
terkena racun dan memakan air guci perak, maka kita akan
memperoleh kekebalan atas racun selama kurang lebih 2 jam.
Hmmmm, hal yang sebelumnya hanya dalam tebakanku, tapi
ternyata memang benar demikian. Kita kini memperoleh kekuatan
ekstra dan akan segera menyerang mereka. Syukur dengan
Racun Tanpa Bayangan, kita semua kini sudah terkena racun dan
memakan pemunahnya, otomatis memperoleh kekebalan atas
racun selama 2 jam kedepan. Beri mereka semua yang terkena
racun air dari guci perak, setelah itu kita maju kedepan tanpa takut
racun lawan lagi.... hahahaha sungguh hebat, sungguh hebat....”
Semua yang dikatakan Bu Ta Kuang dicatat oleh Panglima Ilya,
tetapi sayang sekali ada satu atau mungkin dua pahlawan mereka
yang sempat menjadi korban dari racun. Diapun membekal
tetesan air guci perak yang diberikan oleh Koay Ji, maka tanpa
sungkan, diapun memberi minum air itu kepada semua
kawannya. Karena bisa dipastikan merekapun sudah menjadi
sasaran dari Racun Tanpa Bayangan. Racun yang memang
susah diprediksi kapan menyerangnya, tahu-tahu sudah jadi
korban dari racun yang berbahaya itu.
Meski Bu Ta Kuang bersama Panglima Ilya dan Panglima
Shouroushi bisa pada akhirnya menemukan cara tepat melawan
2910
racun lawan, tetapi di pihak mereka, para pahlawan jatuh korban
yang cukup banyak. Kembali lebih dari 50 orang terkena efek
beracun dan sebagian besar dari ke 50 lebih korban ini, rata-rata
memang punya penyakit ataupun kandungan racun lain yang
membuat mereka menjadi korban. Yang jelas, kembali 50 orang
tumbang menjadi korban di pihak penyerang, dan ini cukup
menggetarkan meski tidak membuat orang menjadi takut.
Sebaliknya, kini mereka menjadi lebih marah dan murka dengan
kelicikan lawan yang sampai hati dan tega menggunakan racun.
Tidak lama lagi, menurut Tek Ui Bengcu, mereka akan bertemu
lawan dan bertarung langsung manusia lawan manusia. Tidak
lama lagi, waktunya tinggal sebentar.
Kita tinggalkan sejenak pertarungan beracun di front pintu masuk
menuju Lembah dimana Markas Utama Bu Tek Seng Pay berada
dan terletak. Pertarungan yang memakan korban lumayan banyak
itu terus berlangsung, tetapi Tek Ui Bengcu terlihat mulai
tersenyum karena benar, dia melihat kenyataan bahwa meskipun
tidak dapat mencegah racun, tetapi setelah keracunan dan makan
setetes air dari Guci Perak, ternyata mereka memiliki ketahanan
dan kekebalan atas racun selama beberapa waku atau beberapa
jam kedepan. Keadaan yang tentu saja membuat mereka merasa
beruntung karena tidak perlu takut dan bingung selama 2 jam
2911
kedepan menghadapi racun lawan. Fakta itu membuatnya
menyusun rencana lebih jauh, penyerangan langsung kedalam.
Kita ikuti kembali penyusupan yang dilakukan oleh Koay Ji dan
kawan-kawannya membongkar dan menghentak kesombongan
lawan dari dalam markas mereka sendiri. Koay Ji bergerak sendiri
dan berada bersama dengan Sie Lan In, sedang Tio Ciangbudjin
bergerak bersama dan berdekatan dengan Khong Yan, kemudian
Kwa Siang seperti biasa mengawal dan menjaga keselamatan
Kang Siauw Hong. Ketiga kelompok kecil ini segera menimbulkan
kekacauan dan kerusakan dari dalam yang segera membuat
lawan menjadi kalang kabut. Maklum, dalam waktu singkat, sudah
ada 5 atau 6 bangunan yang menjadi korban mereka, bangunanbangunan
tersebut terbakar dan menimbulkan kehebohan dalam
markas yang tidak kecil. Sebetulnya, pihak lawan memang sudah
menduga bahwa besar kemungkinan akan kembali terjadi
penyusupan, hanya saja, mereka berjaga dan mengerahkan
banyak kekuatan di bagian belakang lembah.
Sungguh tidak terduga, terjangan lawan ternyata datang di bagian
tengah yang justru tidak terjaga sama sekali. Itulah sebabnya
sampai 6, bahkan kini berubah angkanya menjadi 8 bangunan
megah yang mulai terlalap oleh si jago merah. Dan adalah Kang
Siauw Hong yang paling getol membakar, karena dari 8 gedung,
2912
ada sekitar 4 gedung yang sudah dia bakar. Dan jumlah itu pada
akhirnya tidak tambah lagi, karena beberapa tokoh utama lawan
mulai berdatangan. Jejak merekapun sudah konangan, dan Koay
Ji melihat keadaan itu, maka kemudian diapun berbisik kepada
Sie Lan In:
“Sie Suci, engkau segera menyusup ke Barat dan timbulkan
kebakaran beberapa gedung disana, agar konsentrasi mereka di
dalam semakin buyar. Biar kuhadapi mereka yang munculkan diri
disini......”
“Baik, aku pergi sute,,,, “
“Hati-hati Suci.....”
“Engkau juga hati-hati......”
Suaranya terdengar tetapi orangnya sudah berada jauh pada saat
itu. Ketika Koay Ji sepertinya akan kepergok dan bertemu dengan
tokoh-tokoh pihak lawan, Sie Lan In terus melaju menuju ke
bagian barat guna memberi efek kejutan yang sama. Disana dia
kembali membakar beberapa buah gedung namun jejaknya sulit
tertangkap lawan karena cepatnya dia bergerak. Bahkan Sie Lan
In sudah berpikir untuk juga bergerak agak ke pinggir atau sedikit
2913
ke belakang nanti dan membakar beberapa gedung disana agar
lawan benar-benar terpukul oleh mereka.
Sementara itu, Bun Kwa Siang yang menjaga Siauw Hong yang
sedang keranjingan membakari gedung-gedung lawan, tiba-tiba
mendengar bentakan dari pihak lawan. Dia dipergoki seorang
tokoh perempuan, DEWI ALEHAI. Dan karena mereka kepergok,
lawan yang sudah amat dekat dengan Koay Ji akhirnya teraihkan
dan mendatangi tempat dimana Dewi Alehai berteriak tadi.
“Ohhhh, jadi kalian yang membakari gedung kami dari dalam
Markas ini, hmmm, bersedialah untuk menerima pukulanku.....”
desis Dewi Alehai murka dan langsung bersiap menyerang kedua
lawan mudanya itu.
“Hehehehe, mari .... mari....” hanya itu kata-kata Kwa Siang,
karena memang, dia tidak pandai berkata-kata, dan kosa katanya
juga sangat terbatas.
Dewi Alehai yang masih terlihat cantik di usia ke 46, terlihat sudah
marah dan sudah langsung mendesak dan memukul Kwa Siang.
Sementara Siauw Hong sudah tahu bahwa mereka ketahuan dan
pihak lawan semakin banyak yang menuju ke gedung yang baru
saja dis sulut dan mulai terbakar itu. Khawatir akan keselamatan
2914
Kwa Siang, meski dia tahu pengawalnya itu memiliki kekebalan
istimewa, segera dia keluar dan mendatangi arena dmana Kwa
Siang sudah mulai dikurung oleh pihak lawan yang berjumlah
sekitar 20an orang dibawah pimpinan Dewi Alehai.
Dan pada saat itu, Dewi Alehai sudah saling serang atau tepatnya
sudah dua kali menyerang kedudukan Kwa Siang. Tetapi, Kwa
Siang yang sudah mempelajari atau tepatnya sudah diajari tata
gerak dan ginkang oleh Koay Ji, mampu bergerak gesit dan cepat.
Dia masih terus-terusan mengelak dan masih belum membalas
serangan lawan yang demikian gencar mencecar dan
menyerangnya. Maklum, dia risih karena berhadapan dengan
seorang perempuan. Dan perempuan itu, meski lawan tetapi
memiliki rupa yang cukup cantik nan rupawan, membuatnya tidak
sampai hati untuk memukul lawan rupawan seperti itu.
Tetapi, sayangnya, lawannya itu tidak memberi hati dan terus
menerus menerjang dengan pukulan-pukulan keras, berbahaya
dan mematikan. Terlebih ketika dia pada akhirnya menyadari,
bahwa sudah banyak orang di sekitar arena, dan bahkan juga
sudah ada beberapa petinggi dan sesepuh Bu Tek Seng Pay yang
berdiri di seputar arena tersebut. Hal itu membuat Dewi Alehai
mau tidak mau harus mengeluarkan kemampuan terbaiknya
untuk memukul lawan. Malu jika dia sampai terpukul atau kalah
2915
melawan seorang pemuda yang tak dikenal. Padahal, jika dia
berpikir lebih jauh, mestinya dia kaget, mengapa pemuda ini bisa
berada dalam markas. Mustahil jika pemuda itu tidak membekal
kesaktian?
“Kena .......”
“Duk ...... Duk .........”
Dua pukulan berat pada akhirnya bersarang di dada dan perut
Kwa Siang sampai membuatnya terdorong mundur sampai empat
tindak. Pada awalnya Dewi Alehai sudah merasa senang karena
dalam anggapannya pertarungan sudah usai. Karena lawan yang
terkena pukulan seperti yang dilakukannya tadi, juga dengan
kekuatan seperti yang dikerahkannya dalam pukulan itu, tidak
akan banyak yang mampu menahan dengan tidak kehilangan
nyawanya. “Paling sedikit dia akan bercacat nanti” demikian desis
perempuan cantik itu dalam hatinya sambil memandangi Bun Kwa
Siang yang terdorong ke belakang sampai beberapa tindak baru
kemudian bisa berdiri kembali dengan tegak.
Dan, betapa kaget dan alangkah terkejutnya Dewi Alehai ketika
melihat lawannya tetap berdiri kokoh, gagah dan sepertinya tidak
merasakan kesakitan ataupun luka sambil memegang dadanya,
2916
atau tidak terlihat mulutnya bersimbah darah. Tidak. Melainkan
hanya sekedar menepuk-nepuk bajunya seperti menghilangkan
debu dan kotoran di jubahnya, tingkah yang mengherankan dan
membuatnya kemudian marah dan panas hati. Apalagi, kemudian
pemuda itu mendesis sambil memandang dirinya dengan
pandangan biasa saja:
“Hmmmm, engkau boleh juga,,,,,,, “
Sambil berkata demikian, Bun Kwa Siang kemudian maju dan
dengan cepat diapun berkelabat mendesak dan menyerang posisi
dan kedudukan Dewi Alehai. Sekali ini, dia menyerang dengan
kekuatan gwakang yang sangat luar biasa dan dengan sekaligus
menggunakan daya dan cara bergerak yang juga diturunkan Koay
Ji kepadanya. Gerak yang disesuaikan juga dengan karakternya
dan mendukung upaya menyerangnya, agar tidak selalu dia kena
pukul dan kena gebuk oleh lawan. Dewi Alehai sampai bengong
dan tidak percaya melihat lawan yang terpukul dengan sangat
telak itu, justru kini dengan sangat cepat balik mencecar dan
menyerangnya. Pukulan Bun Kwa Siang sekali ini, meski tidak
dengan sepenuh tenaganya, tetapi tetap saja sudah sangat
berbahaya karena mengandung kekuatan gwakangnya yang
amat hebat dan mujijat itu.
2917
Dewi Alehai terpaksa mengerahkan tenaga untuk melawan, tetapi
pada saat yang berbahaya bagi dirinya, tiba-tiba terdengar
bentakan halus:
“Awas ........... duk, bukkkkkk.......”
Sesosok bayangan, dengan terlebih dahulu memberitahu Kwa
Siang, meski tetap saja merupakan bokongan, sudah menangkis
terjangan Kwa Siang dan kemudian malah memukul sekali. Bukan
hanya sekedar memukul, karena diapun malah menyerang dalam
pukulan maut yang sekali lagi mengenai dada, dan kali ini dada
sebelah kanan Bun Kwa Siang. Akibatnya masih lebih hebat dari
pukulan Dewi Alehai tadi, karena sekali ini pukulan lawan
membuat Bun Kwa Siang terdorong sampai enam langkah ke
belakang. Sungguh kasihan memang pemuda itu, tetapi entah
mengapa, baik Siauw Hong maupun Khong Yan dan Tio Lian Cu
yang tiba-tiba sudah berada di arena tidak memandang keadaan
Kwa Siang sebagai sesuatu yang berbahaya. Sebaliknya, kini
mereka berdiri mengapit Kang Siauw Hong, dimana Tio Lian Cu
berdiri di sisi sebelah kiri Siauw Hong dan Khong Yan sudah
memilih di sisi sebelah kanannya.
“Kwa Siang Heng, berdirilah, lawan-lawan berbahaya sudah
munculkan diri mereka. Kita bakalan bertarung hebat dan
2918
berpesta pora..... karena itu, bersiaplah....” tegur Khong Yan yang
tidak melirik sedikitpun kearah Bun Kwa Siang dan membuat Dewi
Alehai dan tokoh yang tadi sudah memukul Kwa Siang menjadi
kaget dan tersentak. Musuh-musuh sudah munculkan diri, tetapi
mereka tidak terlihat gelisah dan marah dengan Kwa Siang yang
baru saja terpukul dan terdorong sampai enam langkah ke
belakang. Tapi, memang, keadaan sama saja seperti tadi, Kwa
Siang tidak terluka sedikitpun meski terpukul telak.
Siapa tokoh yang menyelamatkan Dewi Alehai dan memukul Kwa
Siang sampai terlempar mundur ke belakang 6 langkah itu?
Setelah melihat keadaan dan arena sekitar, ternyata dia bukan
lain adalah tokoh yang mengenakan busana dan juga simbol
seorang Bu Tek Seng Ong. Artinya, inilah tokoh besar yang
selama ini justru sedang mereka cari dan sedang mereka lacak
dan kejar hingga memasuki Markas Bu Tek Seng Pay ini.
Tokoh itu, Bu Tek Seng Ong, berdiri dengan gagah, berbadan
tinggi besar dan jubah yang dia kenakan berkibar ditiup angin.
Beberapa saat kemudian, dia menoleh kepada Dewi Alehai dan
berbisik lirih:
“Sungguh alpa, lawan kita bisa demikian bebas memasuki Markas
kita, bagaimana engkau mengurus Markas kita selama ini......”?
2919
teguran pedas yang membuat paras Dewi Alehai sampai
memerah karena malu menerima teguran Seng Ong di tengah
demikian banyak manusia di arena itu. Tetapi, tentu saja dia tidak
dapat membalas teguran itu dengan amarah, dan memilih diam
karena memang benar, adalah dia yang bertanggungjawab atas
keadaan di dalam markas Bu Tek Seng Pay.
Tetapi, belum lagi Dewi Alehai menjawab dan mengemukakan
alasannya, tiba-tiba terdengar teriakan dari arah sebelah Barat;
“Kebakaran, kebakaran,,,,,,, 2 gedung terbakar......”
Wajah Dewi Alehai memerah, malu, marah dan murka jelas
terbayang dari sinar matanya. Karena itu, diapun mendesis:
“Biar kutangani di sebelah Barat sana Seng Ong.......” sambil
dengan cepat Dewi Alehai bersiap untuk segera berlalu. Tetapi
anehnya, Bu Tek Seng Ong terlihat tenang saja dan tidak begitu
terpengaruh dengan kebakaran yang terjadi di bagian Barat. Hal
yang mengejutkan Dewi Alehai, tetapi sekaligus heran karena Bu
Tek Seng Ong yang demikian dingin dan tenang,
“Tahan,,,,,, percuma, sudah snagat terlambat. Markas kita ini tidak
akan dapat kita pertahankan lebih jauh lagi. Engkau lihat, di luar
sana, perangkap sihir dan racun dengan mudah dapat mereka
2920
patahkan dan lewati. Strategi yang bodoh, pertahanan yang
rapuh, kita akan kembali mengalami kegagalan jika cara kerja
kalian seperti sekarang....... hmmmm, tarik mundur kekuatan
utama, bertahan di dalam Markas. Sekaligus persiapkan rencana
cadangan yang sudah kita sepakati sebelumnya. Jangan diam
saja, segera kerjakan yang kuperintahkan, saat ini juga.......”
kalimat ini menggambarkan betapa memang Bu Tek Seng Ong
sudah dapat menilai situasi, dan karena penilaiannya itu, maka
dia tidak terlihat begitu ngotot. Sebaliknya dia memulai strategi
alternatif mereka.
“Baik Seng Ong,.......” Dewi Alehai kaget mendengar gambaran
medan pertempuran yang ternyata menempatkan mereka dalam
keadaan terdesak. Bahkan markas mereka konon tidak akan
mampu mereka pertahankan lagi. Dan karena itu, perintah
menyiapkan rencana cadangan untuk dilaksanakan malahan
sudah diturunkan. “Bagaimana kerjaan teman-teman di luar jika
demikian..”? desisnya dalam hati dalam rasa penasaran yang tak
tertahankan. Tetapi, disisi lainnya, Dewi Alehai merasa sedikit
lega dan kini menjadi paham mengapa dia tidak dihukum Seng
Ong tadi. Rupanya karena Seng Ong sudah melihat betapa posisi
mereka sedang amat terdesak dan butuh menyatukan kekuatan,
baik yang berjaga di gerbang maupun yang berada dalam
2921
Markas, untuk menanggulangi serbuan musuh. Maka, dia tidak
ingin untuk berdebat lebih jauh, melainkan kemudian lebih
memilih pergi untuk menyampaikan pesan Seng Ong agar
kekuatan dipusatkan di dalam.
Tugasnya, Dewi Alehai adalah segera menarik semua kekuatan
utama untuk masuk Markas dan menyiapkan rencana cadangan
sebagaimana sudah mereka putuskan sebelumnya. Begitu Dewi
Alehai mulai bergerak, Bu Tek Seng Ong nampak berbisik kepada
empat orang yang menjadi pengawalnya, empat orang dengan
seragam seperti Pasukan Robot. Dan tidak lama kemudian, dua
orang dari empat orang itu sudha bergerak menyusul kearah
mana Dewi Alehai pergi. Sepeninggal Dewi Alehai yang pergi
sesuai perintah Bu Tek Seng Ong, dan kemudian disusul oleh dua
orang dari Pasukan Robot, salah seorang dari 4 Pemuda/Pemudi
yang menerjang dan menyusup masuk berkata tanpa gentar,
“Ooooh, rupanya inilah tokoh bernama Bu Tek Seng Ong.
Dandananmu memang cukup hebat dan menggetarkan, tapi
sayangnya bersikap curang meski pura-pura memberi peringatan
ketika menyerang Kwa Siang Heng, dan ini jelas memalukan.
Untungnya pukulan Seng Ong belum cukup bertenaga dan
berharga guna membuat Kwa Siang Heng sampai terluka.......
hikhikhikhik...” Tio Lian Cu, yang selama beberapa hari terakhir
2922
menjadi Ciangbudjin Hoa San Pay dan terbiasa dalam
menurunkan perintah, bersuara terlebih dahulu. Tidak terlihat dan
terdengar nada takut dalam tegurannya barusan.
“Kebakaran,,,,, kebakaran,,,,,,,”
Belum lagi Bu Tek Seng Ong sempat berbicara, terdengar
kembali jeritan kebakaran dari tempat yang lain. Dan sekali ini
berasal dari arah selatan, artinya dekat dengan tebing belakang
dan juga sama artinya bahwa musuh malahan sudah masuk amat
jauh, sedemikian jauh kedalam markas Bu Tek Seng Pay. Dan
hebatnya lagi, sang tokoh utama, yakni seorang Bu Tek Seng Ong
terlihat diam saja dan tidak terlihat panik atau juga marah. Tidak
terlihat garis wajahnya yang tersembunyi, tetapi sudah jelas,
bahasa tubuhnya tidaklah gemetar marah dan tidaklah panik.
Hanya sudah jelas bahwa sorot matanya menyiratkan
perasaannya yang sesungguhnya sudah amat membara, murka
dan penasaran. Tapi, gelagatnya cukup terkukur dan tidak
menurunkan perintah secara gegabah dan teresa-gesa. Sungguh
seorang pemimpin yang dingin dan tidak mudah terpengaruh oleh
situasi di sekitarnya, dan memilih bersikap menunggu dan tidak
terbelenggu hal-hal yang terlihat mata.
2923
Pada saat itu, Bun Kwa Siang sudah kembali berdiri berjejer
dengan Tio Lian Cu, Khong Yan dan juga Siauw Hong berempat.
Dan memang, tidak sedikitpun terlihat jika dia mengalami luka
ataupun cedera, karena jalannya masih lurus dan wajahnya jelas
sekali berseri dengan tanda hidup yang menojol. Bahkan dia
terlihat marah dan berkata dengan nada suara marah dan kalimat
yang kurang tertata:
“Engkau, kalian curang, memukulku saat tidak siap......”
“Sudahlah Kwa Siang, pentolan mereka sudah munculkan diri.
Mereka tidak bisa lagi sembunyi terus, lagipula sudah saatnya kita
memberi mereka gebukan terakhir biar kapok berkeliaran di
Tionggoan. Mereka.......”
“Diammmmmm,,,,,,,” potong Pek Bin Hwesio, Kauwcu Pek Lian
Pay yang mati-matian melatih Pek Tok Ciang Lek (Tenaga Dalam
Tinju Beracun) sampai dahulu nyaris mengorbankan Koay Ji.
Tetapi, Hwesio sesat itupun paham dan cukup hebat kekuatan
ilmu sihir, terbukti dari bentakannya tadi. Bentakannya berisikan
kekuatan mujijat, kekuatan sihir yang cukup kuat dan dirasakan
wibawanya oleh keempat anak muda yang berdiri sejajar itu.
2924
Tetapi, sayangnya, dia berhadapan dengan Bun Kwa Siang yang
tak mempan sihir dan tak mempan dipukul, berjiwa polos dan tidak
neko-neko. Dan juga, kawannya yang lain, masing-masing Tio
Lian Cu dan Khong Yan yang sudah amat tinggi kemampuan
iweekang dan juga kekuatan batin mereka berdua. Juga dengan
Kang Siauw Hong yang membekal iweekang mujijat kakek
luarnya, dan terus bertumbuh dibawah pengawasan dan penilikan
Koay Ji. Meski mereka sempat tertegun sedetik dan tidak lebih,
tetapi dalam waktu amat singkat mereka sudah paham arti
bentakan tersebut dan mampu memulihkan diri.
“Echhhh, teman-teman, rupanya ada anjing gila sedang
menyalak...... hikhikhik” goda si nakal Kang Siauw Hong yang
entah mengapa tidak sedikitpun merasa takut menghadapi
kepungan banyak tokoh hebat di pihak lawan mereka saat itu.
Juga tidak khawatir dengan munculnya Bu Tek Seng Ong, karena
siapalah seorang Bu Tek Seng Ong baginya yang baru saja
muncul di rimba persilatan? Bukannya takut, justru jahilnya
muncul kembali. Dan adalah Pek Bin Hwesio yang menjadi
korban jahilnya si nakal Siauw Hong sementara teman-temannya
berdiri diam saja seakan memberi kesempatan si nakal beraksi.
“Bangsat, menyalak...... menyalak engkau seperti anjing...” seru
Pek Bin Hwesio dengan sinar mata berwibawa membentak Kang
2925
Siauw Hong. Dia murka dikata-katai “Anjing gila” oleh Kang Siauw
Hong, dan dalam murkanya, dia mengerahkan kekuatan sihirnya.
Tetapi, Siauw Hong yang disasar tenang-tenang saja, malahan
tertawa seenak udelnya, justru saat itu tiba-tiba terdengar suara
lain entah darimana datangnya, amat kuat wibawanya:
“Iya, menyalak,,,,, menyalak bagai anjing......” dan bersamaan
dengan suara yang melantun dengan wibawanya yang amat kuat
itu, tiba-tiba terjadi sebuah keanehan yang cukup menghentak:
“Guk guk guk guk......” ternyata Pek Bin Hwesio sudah dengan
cepat merangkak di tanah sambil bagai anjing kemudian
megeluarkan suara menggonggong ke arah rombongan Kang
Siauw Hong dan kawan-kawannya. Bukan main kagetnya kawankawan
Pek Bin Hwesio, sampai seorang Bu Tek Seng Pay harus
bergerak menepuk pundaknya dan kemudian berseru:
“Bangunlah.......” dan serentak dengan itu, Pek Bin Hwesio sadar
kembali dan bukan main malunya mendapati dirinya sedang
merangkak bagai anjing. Dia masih sempat menyadari posisinya
meski sudah diangkat bangun oleh sahabatnya yang berdiri tepat
disampingnya, Bu Tek Seng Ong.
2926
“Jangan sembarang bergerak, masih ada berapa sahabat mereka
lainnya yang juga amat hebat terus berada di tempat tersembunyi.
Tapi, tidak lama lagi mereka akan segera kita dapati dan temukan
jejak persembunyian mereka itu..... Engkau berdiri di sampingku
dan jangan mengganggu pekerjaanku lagi...” tegur Bu Tek Seng
Ong dan membuat Pek Bin Hwesio kini meringkuk malu dan tidak
lagi berani unjuk diri ke hadapan musuh-musuhnya. Mereknya
sudah jatuh secara amat luar biasa, dan sulit untuk dapat
dipulihkan lagi. Diam-diam dia menjadi sangat mendendam
terhadap keempat anak muda didepannya itu, dan jika mendapat
kesempatan dia pasti akan memanfaatkannya dengan baik.
Sementara itu, melihat keadaan Pek Bin Hwesio sampai dia sadar
kembali, pecah tawa Kang Siauw Hong. Apalagi kini dia sadar jika
toakonya berada di sekitar tempat mereka dan selalu
melindunginya. Suara siapa lagi yang penuh wibawa tadi jika
bukan suara berwibawa kakaknya? Maka, pecahlah tawanya dan
dengan cepatnya diikuti oleh tawa bekakakan dari Kwa Siang.
Buatnya, jika Siauw Hong tertawa, maka dia mesti tertawa, dan
jika Kwa Siang tertawa, maka dia melakukannya dalam cara dan
gaya yang lucu. Sementara Tio Lian Cu dan Khong Yan, juga
sama tahu dan sadar apa yang terjadi baru saja di hadapan
mereka dan semua itu membuat mereka berdua semakin percaya
2927
diri. Entah mengapa, sejak tahu kepandaian dan kemampuan
Koay Ji, mereka merasa sangat aman dan nyaman terlindungi jika
tahu Koay Ji sudah ada di dekat mereka.
“Sudah lama tidak mendengar anjing jadi-jadian menggonggong,
lumayan keras meski tidak menakutkan, justru lumayan
mengocok perut...... apa engkau tidak ingin mengulanginya lagi
Hwesio....”? ejek Siauw Hong yang memang bermulut tajam dan
dibiarkan saja oleh Tio Lian Cu. Ejekan yang sangat memalukan
dan membuat si Hwesio merah pucat wajahnya.
“Biar kutangkap mereka berempat dengan Barisan Pek Lian
Pay...” geram Pek Bin Hwesio yang amarahnya sudah sampai
diubun-ubun, namun ditolak Bu Tek Seng Ong dengan berkata
lirih;
“Barisan dan Ilmu Sihirmu tidak akan berguna. Kita menunggu
dua orang datang baru kita berusaha menangkap mereka,,,,,,,
tahan dan kendalikan dirimu....” sembari berkata demikian, tibatiba
Bu Tek Seng Ong melirik ke belakang dan dilanjutkan dengan
berkata dalam suara lebih keras:
“Nach, sudah waktunya kita turun tangan menangkap mereka.....
Mari, kita bersama turun tangan menangkap anak-anak nakal itu.
2928
Pek Bin Hwesio, engkau boleh maju duluan dan tangkaplah
pemuda dogol itu terlebih dahulu, tetapi engkau akan perlu dan
membutuhkan bantuan barisan Pek Lian Pay kalian. Geberz,
engkau bertugas menangkap salah seorang dari anak perempuan
yang berdiri itu, sisanya biar kami tangani, tanggung mereka
harus tertangkap segera......” terdengar perintah Bu Tek Seng
Ong setelah dia tahu bahwa di belakang dirinya sudah bertambah
dengan tokoh yang lain. Tokoh yang kedatangannya tidak dia
sadari, tetapi yang sudah dalam cara khusus memberitahu
kedatangannya.
Geberz segera maju karena dirinya sendiri memang sudah gatal
tangan, dan dia menuju Tio Lian Cu yang pernah bergebrak
melawan dirinya berkali-kali. Sekali ini, dia ingin menuntaskan
dengan mengalahkan gadis sakti yang dia tahu meski memang
hebat, tetapi masih diunggulinya secara tipis. Sebetulnya, Tio Lian
Cu sendiri juga sudah sama penasarannya untuk menghadapi
tokoh tua yang juga amat ingin dia kalahkan itu. Tetapi, bukan Tio
Lian Cu yang menghadangnya, melainkan gadis yang lain, yakni
Kang Siauw Hong yang sudah memapaknya, mendahului Tio Lian
Cu yang sebenarnya sudah bersiap menghadapi Geberz. Tio Lian
Cu sendiri kaget begitu tahu Kang Siauw Hong sudah
mendahuluinya menantang Geberz, tapi tidak bisa mengatakan
2929
apa-apa lagi karena pada saat itu Kang Siauw Hong sudah
berhadapan langsung dengan Geberz.
Sementara itu, Bun Kwa Siang, begitu melihat Siauw Hong sudah
maju dan sudah ada lawannya, jadi mendesak maju kedepan
untuk membantu gadis itu. Tetapi dia dengan segera disambut
oleh Pek Bin Hwesio yang sudah memanggil ketujuh anak
muridnya dengan membentuk Barisan khas Pek Lian pay dan
memapak Bun kwa Saing. Dengan demikian, segera saja dua
arena pertempuran terbentuk dan sudah langsung terjadi
pertempuran hebat yang sesungguhnya amat jarang tersaji di
rimba persilatan Tionggoan. Tarung antara Geberz, tokoh
kawakan yang sudah malang melintang ke banyak bagian dunia
melawan si pendatang baru, Kang Siauw Hong yang masih amat
muda dan seorang gadis yang cantik pula. Sementara itu, pada
Pertempuran ataupun juga arena kedua adalah Bun Kwa Siang
yang melawan Pek Bin Hwesio beserta dengan 7 anak muridnya
dan bergerak bersama dalam sebuah barisan yang cukup
tangguh.
Pertempuran di arena pertama, setidaknya membuat 3 orang
yang melihat serta juga menyaksikannya tercekat dan kaget.
Terutama setelah melihat bagaimana cara Kang Siuw Hong
bergerak dan bergebrak dengan Geberz secara hebat, gesit dan
2930
tidaklah kalah garangnya. Sudah tentu adalah Geberz sendiri,
kemudian juga terlihat Bu Tek Seng Ong yang melengak
keheranan dan terakhir adalah tokoh misterius yang
kedatangannya membuat Bu Tek Seng Ong menurunkan perintah
untuk menyerang keempat pendekar muda itu. Ketiga orang itu
terlihat kaget, tetapi, apa gerangan yang membuat mereka
sampai demikian terkejutnya? Terutama Geberz yang sampai
kehilangan tempo pada awal-awal benturan mereka karena
gebrakan gadis muda yang mengejutkan itu?
Tidak lain dan tidak bukan, karena mereka bisa merasakan
betapa Ilmu Sakti yang juga merupakan andalan perguruan
mereka, yaitu Ilmu sakti Cap Sah Sik Heng Kang Sim Coat di
tahapan atau tingkatan yang sudah paling atas, atau tahapan
Hian Bun Kui Goan Kang Khi (Ilmu Menghimpun Dan Menyatukan
Hawa Murni) dimainkan secara hebat oleh Siauw Hong. Belum
cukup dengan itu, gadis nakal itupun memainkan selanjutnya
memainkan juga Ilmu Cap Ci Tam Kan Ciu (Ilmu Sentilan Sepuluh
Jari) yang oleh Koay Ji diberi nama yang khas dan bagus sesuai
seleranya, yakni Ilmu Ci Liong Ciu Hoat (Ilmu Mengekang Naga).
Dan meskipun memang benar Siauw Hong masih agak kaku dan
belum mengalir lancar, tetapi jelas dia tidak dapat didesak dan
2931
disudutkan oleh Geberz dengan mudah. Jelas ini adalah hal yang
sangat mengagetkan.
Dan ketika Geberz kemudian memutuskan menjajal kekuatan
iweekang gadis itu, dia tambah kaget dan terpesona. Bukan
terutama karena kekuatan iweekang yang terus menghambur
keluar dari tubuh gadis itu berada pada tataran yang sangat hebat
dan sudah terhitung sempurna. Tetapi karena kekuatan
iweekangnya mampu menandingi Geberz dan hanya kalah
matang, dan karena kekuatan iweekangnya benar-benar murni
iweekang perguruannya. Bagaimana mereka tidak terkejut? Dan
bagaimana seorang Geberz tidak menjadi kaget dan terkejut
menemukan fakta yang sangat menarik seperti itu?
Menjadi lebih terkejut lagi karena mereka tiba-tiba melihat betapa
kesaktian gadis itu ternyata demikian hebat dan tidak tertinggal
jauh dari Geberz. Memang benar, gerakan-gerakannya masih
belum tersambung secara baik tanda masih sangat kurang dalam
latihan dan apalagi pengalaman bertempurnya. Tapi kekurangan
itu dapat ditutupinya dengan kenyataan betapa gerakan-gerakan
dan jurusnya justru masih lebih bervariasi, lebih lengkap dan
justru lebih mematikan dan juga lebih berbahaya. Karena itu,
dapatlah si gadis mengimbangi Geberz pada awal-awal
pertempuran mereka berdua yang menjadi seru dan agak
2932
berimbang. Fakta yang membuat Geberz merasa penasaran dan
bertanya-tanya siapa sebenarnya gadis cantik yang rada nakal
itu.
Selebihnya, Geberz sendiri juga sejujurnya terkejut setengah mati
karena mengenali pukulan dan jurus-jurus dari perguruannya
dimainkan secara hebat oleh Siauw Hong. Bukan hanya itu, tetapi
ilmu totokan sepuluh jari mereka seperti dikembari si gadis, benarbenar
mirip dan serupa. Hanya saja, meski mirip dan juga kembar,
tapi serangan gadis itu justru masih lebih berbahaya, lebih
mematikan dan terkesan lebih sederhana namun dapat dengan
cepat mengancam Geberz. Luar biasa. Dan ini membuat Geberz
merasa sayang dengan gadis itu dan membuatnya merasa rada
enggan untuk menyerang balik dengan kekuatan penuhnya. Dia
masih merasa rada sayang dan belum menyerang bersungguhsungguh.
Padahal, jikapun dia memang menyerang dengan
sekuat tenaga, bukan perkara mudah baginya untuk segera
menyudahi perlawanan hebat Siauw Hong.
“Luar biasa, dari mana asalnya gadis ini hingga menjadi
sedemikian hebatnya dan hanya dalam waktu beberapa minggu
belaka....”? desis Geberz dalam hati. Hal yang juga membuat Bu
Tek Seng Ong mendadak memperhatikan dengan detail cara
gerak dan cara bertempur Kang Siauw Hong. “Jika saja dia sudah
2933
sempurna, maka Geberz tidak akan menjadi tandingan
setimpalnya lagi....” desis tokoh hebat itu dalam hatinya. Maka
mereka berdua, Bu Tek Seng Ong dan juga Geberz, sebenarnya
sangat heran, karena entah dari siapa gadis cantik itu sehingga
mampu untuk memainkan ilmu perguruan mereka secara
demikian baiknya. Bahkan terasa seperti lebih lengkap, lebih
berbahaya dan lebih sempurna. Sayangnya kelihatan Kang Siauw
Hong masih belum cukup lama melatih semua ilmunya itu,
sehingga belum mampu mengeluarkan kehebatan ilmu dan
jurusnya tersebut. Tapi, kekuatan iweekangnya. Sudah dapat
dipastikan sangat kuat dan justru dapat menandingi dan tidak
kalah oleh Geberz sendiri. Bukankah ini adalah fakta dan
kenyataan yang amat menggetarkan dan mengherankan?
Semakin kaget ketika Siauw Hong mulai bergerak dengan Thian
Liong Pat Pian yang skemanya lebih luas, jauh lebih variatif dan
tentu saja jauh lebih mujijat dari yang mereka kuasai dengan
nama Ilmu Lam Hay Peng Po Leng Im Sin Hoat (Ilmu Gerak
Tubuh Menyeberangi Awan Tenang di lautan Selatan). Geberz
boleh-boleh saja menyerang mati-matian, mendesak si gadis
hingga lebih banyak bergerak menghindar dan jarang mampu
melancarkan serangan secara berbahaya. Tapi, tetap saja
Geberz seperti menyerang bayangan belaka, karena dengan
2934
cerdik tanpa dia ketahui, Siauw Hong bergerak lincah dan
menghindar untuk kemudian mampu menghilang dari jangkauan
pukulan. Kejadian itu terus berulang dan terjadi berkali-kali
sehingga membuat Geberz menggerang murka tetapi tetap tidak
mampu untuk menjangkau dan menangkap Siauw Hong.
“Jangankan seorang Geberz, akupun mungkin akan mengalami
kesulitan yang sama jika memang harus menangkapnya hiduphidup,,,,”
desis Bu Tek Seng Ong tertegun melihat bagaimana
langkah-langkah mujijat dimainkan Siauw Hong dan diapun malah
berusaha sekeras mungkin mengingat dan mempelajarinya.
Tetapi, dalam kagetnya, dia akhirnya menyadari bahwa tetap sulit
untuk meniru dan menaruhnya dalam ingatan, karena dibutuhkan
bukan hanya melihat, tetapi juga penyaluran tenaga dan cara
bernafas yang tepat. Apalagi dia tahu betul jika melatih ilmu itu
tidak hanya butuh rumusan geraknya belaka, tetapi juga harus
dilengkapi dengan mengetahui “mengapa, untuk apa serta
bagaimana iweekang mengalir lancar” dalam mendukung
gerakannya. Hal yang semakin mengagetkan hatinya dan pada
akhirnya membuatnya merasa amat penasaran.
Tetapi hal yang paling mendatangkan rasa penasaran bagi
Geberz dan Bu Tek Seng Ong adalah, darimana dan siapa yang
melatih Siauw Hong hingga bisa jadi sehebat itu dalam
2935
menguasai dan memainkan Ilmu-ilmu Perguruan mereka yang
sebenarnya rahasia. Terlebih jika mengingat gadis itu masih
demikian muda tetapi sudah memiliki kepandaian yang nyaris
setinggi Geberz, membuat mereka semakin merasa penasaran.
“Apakah dia...”? desis Bu Tek Seng Ong jika teringat tokoh yang
selama ini membuat mereka pusing karena daya jelajah dan daya
geraknya sulit mereka awasi dan selalu mendatangkan gangguan
serta juga kejutan yang tidak mengenakkan bagi mereka.
Sementara itu, ketika Bu Tek Seng Ong dan Geberz merasa
penasaran dengan Siauw Hong, di arena yang satu lagi, yakni
arena pertarungan antara Kwa Siang dengan Pek Bin Hwesio
yang dibantu ke tujuh anak buahnya, juga berlangsung unik.
Tetapi, sebanyak apapun mereka, sehebat apapun ilmu sihir
mereka dan juga sekuat apapun ilmu tenaga dalam beracun Pek
Bin Hwesio, tidak ada yang membuat gentar seorang Bun Kwa
Siang. Memang, anak muda itu menerima beberapa pukulan
lawan, sebagiannya pukulan hebat, tetapi dia hadapi dan sambut
sambil tertawa-tawa dan tidak terlihat sedikitpun terluka. Sekali
melihat, Bu Tek Seng Ong sudah paham bahwa sulit menjatuhkan
anak muda itu, meski dia dapat menemukan beberapa celah
menyerang si anak muda. Untung saja, Kwa Siang tidaklah
2936
terlampau berbahaya karena terlampau mengandalkan ilmu
kebalnya yang memang amat sulit untuk ditembus itu.
Karena pendapat yang memang banyak sisi benarnya itu, dengan
leluasa Bun Kwa Siang bertempur di luar pengamatan banyak
tokoh utama lawannya. Maka diapun bekakakan dan senang
karena mendapati betapa dia mampu menghadapi banyak orang
dan membuat mereka penasaran karena tidak dapat melukainya.
Sebaliknya, sudah dua orang yang dapat dia pukul, tapi karena
hanya menggunakan kekuatan gwakang belaka, maka orang
yang terpukul masih dapat bangkit dan malah terus mengepung
dan menyerangnya. Tetapi yang jelas, Pek Bin Hwesio semakin
murka dan penasaran karena semua ilmunya, baik ilmu pukulan
beracun, ilmu sihir dan juga semua pukulannya bersama anak
buahnya, tidak mampu membuat si dogol terluka. Malah semakin
lama terasa dia semakin kuat dan hebat dalam bertarung, dan
membuat anak buahnya mulai porak poranda alias kocar-kacir,
tidak mampu bertarung dalam barisan lagi.
Jangankan Pek Bin Hwesio, Geberz dan Bu Tek Seng Ong
sekalipun akan merasa kesulitan menaklukkan pemuda dogol itu.
Pemuda yang entah bagaimana memiliki kekuatan ilmu kebal
yang tidak lumrah. Mampu menahan senjata tajam, kebal atas
racun, juga tidak mempan sihir. Kekebalannya yang membuat
2937
semua orang menjadi gemas, karena kekuatan pukulan sehebat
apapun, tetap tidak mampu membuatnya terluka. Bahkan Koay Ji
sendiripun, harus menggunakan ilmu mujijatnya mencari
sambungan-sambungan otot dan tulang yang rawan dan
menyerang disitu, barulah membuat si dogol merasakan
kesakitan. Tetapi, ada berapa orang gerangan yang
berkemampuan seperti Koay Ji saat ini? Sungguh sayang karena
tidaklah banyak, dan itu membuat si dogol hanya memiliki sedikit
lawan yang mampu menaklukkan dan membuatnya merasakan
kesakitan.
Sayangnya, si dogol Kwa Siang bukanlah senjata yang
mematikan. Dia masih lemah dalam daya gerak cepat dan
kekuatan iweekangnya juga terhitung cetek. Karenanya Kwa
Siang bukanlah alat pembunuh yang mematikan, apalagi
ditambah dengan rasa sayang akan manusia dan hewan
sehingga membuat Kwa Siang enggan untuk memukul orang dan
membunuhnya. Kecuali ketika kesadarannya punah dan akan
membuat dia bergerak bagai binatang, mengandalkan nalurinya
dan berusaha hebat dan sekuatnya untuk menaklukkan lawan.
Pada saat itu, pada saat kemanusiaan Kwa Siang pudar, maka
dia akan bisa melakukan pembunuhan sebagaimana hewan liar
dan buas lain membunuh lawan dan mangsanya. Dan jika sudah
2938
demikian, maka yang dilakukannya bukan hanya membunuh,
tetapi seperti binatang liar lainnya, dia bisa menyobek-nyobek
“mangsanya”.
Kembali ke pertarungan Geberz melawan Kang Siauw Hong,
secara perlahan-lahan Geberz mulai mendesak Siauw Hong.
Meskipun kekuatan iweekang Siauw Hong sudah amat kuat,
tetapi dia masih belum mampu menggunakannya secara optimal.
Selain itu, meski dia menguasai banyak sekali ilmu-ilmu hebat,
Siauw Hong masih belum memahami dan menguasainya secara
sempurna, sehingga ada banyak kesempatan emas buatnya,
tetapi tidak dapat dioptimalkannya. Memang, nampak dia mampu
meladeni Geberz, tetapi lawannya yang berpengalaman, lama
kelamaan akan mudah melihat kekurangan dalam diri Kang Siauw
Hong. Dan benar saja, karena setelah melampaui lebih 50 jurus,
Geberz sudah dapat memahami keadaan Kang Siauw Hong dan
mulai menemukan celah untuk menyerang. Keadaan itu makin
lama makin jelas, dan Geberz paham bagaimana menangani
gadis hebat yang masih amat mudah ini.
“Jika sampai diberi waktu setengah tahun saja lagi, maka gadis
ini sudah akan dengan mudah menghadapiku dan
mengalahkanku.....” desis Geberz dalam hati dengan jujur. Tetapi,
untuk sekarang, dia melihat kenyataan bahwa terbuka peluang
2939
dia menang, dan setelahnya, perlahan-lahan dia mulai membuat
Siauw Hong hanya mampu bertahan dengan ilmu mujijat gerak
kakinya, Ilmu Thian Liong Pat Pian. Ilmu gerak yang untungnya
dia kuasai lebih lengkap dan malah jauh melebihi khasanah
penguasaan Geberz dan Bu Tek Seng Ong sekalipun. Dengan
cara itulah Siauw Hong terus bertahan dan sulit dikalahkan oleh
Geberz. Jika ingin menang, maka Geberz harus mengeluarkan
segenap kekuatannya dan bukan pendeka waktu yang
dibutuhkannya untuk mendesak Siauw Hong dan
mengalahkannya.
Sementara kedua arena bertarung dengan hebat, tiba-tiba datang
seorang utusan dari pintu masuk, tergesa-gesa dan langsung
menghadap Bu Tek Seng Ong dan kemudian berkata sambil
berlutut:
“Membawa pesan dari padukha Jamukha, bahwa pintu masuk
sudah diterobos pihak lawan, dan saat ini sedang terjadi
pertarungan mati-matian disana. Korban jatuh sudah teramat
besar, kekuatan lawan amat luar biasa. Sayang, semua jebakan
dan juga serangan beracun yang disiapkan, serta juga senjata
rahasia asal Persia tidak efektif menahan langkah musuh,,,,
demikian laporan...”
2940
Laporan tersebut datangnya terlambat, karena sesungguhnya Bu
Tek Seng Ong sudah tahu apa yang sedang terjadi. Tetapi, dia
masih terlihat tenang dan kemudian menurunkan perintahnya
melalui pesuruh tadi:
“Perintahkan semua tokoh utama mundur ke tempat yang
ditentukan, susul Dewi Alehai yang membawa perintah
terdahulu..... segera lakukan”
“Segera dikerjakan ...” tidak lama, pesuruh itupun berlalu dengan
membawa perintah mundur kepada semua tokoh utama. Artinya,
anak buah mereka dikorbankan guna menahan langkah para
pemimpin mereka. Strategi yang biasa dalam perang, yaitu
mengorbankan “pion” atau prajurit untuk keselamatan para
pemimpin, dan itupun baru saja diturunkan perintahnya oleh Bu
Tek Seng Ong. Utusan Pencabut Nyawa dan anak murid lainnya
yang baru bergabung, benar-benar dijadikan tumbal oleh
pemimpin mereka menghadapi musuh.
“Su....” Bu Tek Seng Ong berpaling kepada orang yang tadi
secara misterius muncul di belakangnya, tetapi belum lagi dia
bicara, dia sudah mendengarkan perintah atau juga informasi apa
yang mesti dia lakukan.
2941
“Jangan dulu engkau turun tangan, pihak lawan yang lain yang
berada didalam Markas kita, entah darimana mereka menyusup,
juga cukup kuat atau sangat kuat. Kita sangat membutuhkan
bantuan si tua Rajmid Singh untuk bisa melawan mereka
semua,,,,, hhhhhh, sayang ji sute entah pergi kemana saat dia
sangat dibutuhkan. Tunggu kawan-kawan kita masuk kemari
semuanya baru kemudian kita tawan ke-empat anak muda itu.
Mereka berempat akan sangat berguna dalam babakan baru yang
akan kita siapkan nanti” demikian pesan itu dan membuat Bu Tek
Seng Ong kembali terlihat tenang dan wajahnya melirik ke arah
pintu masuk yang juga sudah berkobar-kobar dengan nyala api
yang cukup menyolok. Memang mereka kalah di pintu gerbang,
tetapi jangan kalah di dalam markas utama.
Memandang ke Markas Besar mereka, dia jadi sedih karena
puluhan gedung megah dan besar yang selama ini menjadi
kebanggaannya juga sudah sedang dilalap si jago merah. Di luar
sana tinggal 2 atau 3 gedung belaka yang masih tersisa, tetapi
keindahan dan kemegahan markasnya jelas sudah lenyap. Sudah
bergantin dengan puing-puing dan api yang masih membakar dan
terjadi di mana-mana dalam markas. Dan kerusakan masih terusmenerus
terjadi di bagian dalam markas mereka yang tadinya
sangat megah dan indah. Hanya tinggal dua gedung di sekitar
2942
arena itu yang masih tersisa dan belum lagi sempat dibakar oleh
pihak lawan. Selebihnya, sebagian besar sudah sedang terbakar
dan sebentar lagi akan tersisa menjadi puing dan arang-arang
belaka.
Kita tinggalkan sejenak arena dimana Tio Lian Cu, Khong Yan
mengawasi tarung Siauw Hong lawan Geberz dan Kwa Siang
yang dikeroyok penghianat Pek Lian Pay. Keadaan mereka,
meski terkepung tetap masih belum mengkhawatirkan, apalagi
karena Sie Lan In dan Koay Ji masih bersembunyi di sekitar arena
meskipun tokoh mujijat di belakang Bu Tek Seng Ong sudah
mengetahui keberadaannya. Kita ikuti kejadian di pintu masuk,
dimana pertarungan besar-besaran sedang berlangsung.
Pertempuran menentukan terjadi setelah serangan racun pihak
Bu Tek Seng Pay justru menyadarkan Bu Ta Kuang bahwa pihak
mereka memiliki waktu 2 jam dalam keadaan “kebal racun”. Dan
mengetahui serta melakukan pengetesan atas keadaan ini dan
terbukti, membuatnya segera menemui Tek Ui Sinkay;
“Tek Ui Bengcu, tetes-tetes air dari Guci Perak Pusaka milik siau
sutemu ternyata memang benar memberi kita waktu 2 jam kebal
atas racun. Kita harus manfaatkan waktu 2 jam itu untuk segera
menerobos pintu masuk. Toch kita tidak takut racun, hanya tinggal
bagaimana caranya kita menangani senjata rahasia yang juga
2943
sudah tidak terlampau berbahaya karena kawan-kawan kita
sudah sedang mengaduk-aduk markas mereka di dalam sana.
Rasanya sudah tiba waktu dan saatnya bagi Bengcu menurunkan
perintah segera menyerang, mumpung pihak lawan masih belum
lagi menyadari keadaan kita saat ini......”
“Kuang heng, apakah engkau yakin dengan kekebalan kita atas
racun dari pihak lawan itu...? bagaimana dengan Kutu Serangga
dan Serangga Beracun itu....? tanya Tek Ui Sinkay sedikit ragu
dan khawatir, tetapi bukannya meragukan Bu Ta Kuang sebagai
sahabatnya yang ahli racun itu. Bagaimanapun dia masih ragu,
karena jika keliru, maka akan banyak pendekar yang dikorbankan.
Padahal, sampai saat itupun sudah cukup banyak yang jatuh
menjadi korban dan tewas. Tentu saja sebagai Bengcu, dia tidak
ingin terlampau banyak korban jatuh di pihak para pendekar,
meski juga paham, korban tidak akan terhindarkan.
“Sudah kuteliti dan memang benar demikian, ini keuntungan
besar bagi kita. Lawan pasti tidak menduga jika kita akan segera
menyerbu masuk kedalam markas mereka saat ini.... dan
terutama tidak lagi takut dengan racun yang sudah dan akan
mereka lepaskan nanti” tegas Bu Ta Kuang.
2944
Tek Ui Sinkay nampak berpikir keras dan pada akhirnya
menerima analisis dan juga masukan Bu Ta Kuang, hingga
akhirnya berkata:
“Hmmmm, bagus jika demikian. Engkau beritahu Panglima Ilya
sementara semua pasukan kita akan kukirim pesan bahwa
sebentar lagi kita akan merangsek masuk menembus penjagaan
gerbang lawan.....”
“Baik bengcu......”
Tidak sampai setengah jam, semua persiapan sudah selesai.
Bahkan pasukan asal Persia juga sudah siap dengan senjata
rahasia yang sama dengan milik musuh dan sudah memodifikasi
anak panah yang akan mereka gunakan. Kini semua sudah siap
dan tinggal menunggu turunnya perintah dari Tek Ui Sinkay untuk
segera keluar dan menyerang lawan guna masuk ke markas
mereka. Pada saat itu, Tek Ui Sinkay menyaksikan semakin besar
dan semakin banyak kebakaran terjadi dalam Markas musuh.
“Ach, Siauw Sute sudah berhasil menjalankan tugasnya, kini saat
yang tepat menerobos masuk......” desis Tek Ui Sinkay.
Sekali lagi dia memandang Barisan Pengemis Pengejar Anjing
yang bersama dirinya dan juga Barisan Khusus Kaypang yang
2945
selalu menjaganya. Juga memandang semua saudara
seperguruannya minus Koay Ji yang sudah masuk terlebih dahulu
ke dalam markas lawan. Kemudian dia memandang Barisan Lo
Han Tin yang meski tidak membunuh lawan, tetapi sudah melukai
puluhan lawan mereka dan masih tetap gagah perkasa. Di sana,
juga para petarung Siauw Lim Sie dan Hoa San Pay bahu
membahu untuk menerjang dan memukul lawan. Jelas, pihak Hoa
San Pay lebih ganas dan tidak segan-segan membunuh lawanlawan
mereka, jauh berbeda dengan Siauw Lim Sie yang lebih
tenang.
Dipandanginya juga ratusan pendekar dari beragam perguruan,
meski sudah ada seratusan nyawa yang terbuang, tetapi
perjuangan mereka sejauh ini sudah terlihat adanya kemajuan.
Lawan sudah tergempur hingga tinggal menerobos masuk ke
markas mereka yang juga sedang dihajar dari dalam oleh adik
seperguruannya. Tek Ui Bengcu menimbang-nimbang dalam
hatinya dan merasa bahwa memang saatnya sudah tiba. Dalam
hati Tek Ui Sinkay masih sempat bergumam: “memang masih
akan ada korban, tetapi apa boleh buat, untung mereka semua
bersemangat untuk terus bertarung menggempur musuh......”. Hal
ini yang membuat Tek Ui Bengcu segera mengambil keputusan
2946
dan beberapa saat diapun pada akhirnya meyakini bahwa
pertempuran menentukan perlu segera.
Dan paling akhir, dia melihat kehebatan dan Kepahlawanan Liga
Pahlawan Bangsa Persia yang baru kehilangan dua pengawal
sejak pertempuran berlangsung. Para Panglima dan Pemimpin
mereka memang berpengalaman dalam situasi seperti ini, situasi
peperangan, jadi wajar. Mereka tetap penuh semangat dan kini
menunggu komando terakhir dari dirinya untuk memulai
penerjangan ke markas lawan dan kemudian menyelesaikan
pertempuran yang banyak menguras tenaga dan banyak
memakan korban di kedua belah pihak. “Achhhh, sekarang
saatnya, Bu Tek Seng Pay harus segera diakhiri.....”
“SERAAAAAAAANG...... maju dan jatuhkan Pintu Gerbang
Lawan” akhirnya perintah dan teriakan TEK UI BENGCU turun
juga, dan serentak dengan itu, diapun menuju ke tengah Barisan
Saudara Seperguruannya dan kemudian dilindungi Barisan
Kaypang dan perlahan maju menuju pintu gerbang lawan.
Tidak perlu diceritakan bagaimana pasukan serangga beracun
serta berjenis racun lainnya dicurahkan menyambut serangan
mereka ke pintu masuk lawan. Belum cukup, juga ada senjata
rahasia lawan yang sayangnya sudah tidak sebanyak
2947
sebelumnya karena bisa dipahami mereka semakin kehabisan
amunisi. Amunisi senjata rahasia itu memang mesti dibuat secara
khusus, dan sayangnya sudah banyak yang terbuang percuma.
Bahkan, mereka jadi kaget karena senjata yang sama dijepretken
oleh Pahlawan Persia dan memakan korban yang tidak sedikit di
pihak mereka. Senjata makan tuan, itu yang terjadi
sesungguhnya. Maka, akhirnya pertempuran terbukapun pecah.
Gerbang Masuk tidak terlalu sulit untuk dirobohkan, dan tiga
gerbang yang diserang hancur dalam waktu yang tidak lama.
Yang paling cepat adalah gerbang yang diserang oleh Pahlawan
Persia, dan disana korban di pihak Bu Tek Seng Pay jatuh paling
banyak. Bukan apa-apa, mereka, Pahlawan Persia membekal
sampai 20 senjata rahasia dan membawa ratusan anak panah
yang mereka kumpulkan hasil dari jepretan pihak lawan yang
meleset. Dan ketika menggunakan senjata itu guna menyerang
lawan di dalam markas Bu Tek Seng Ong, mereka berhasil
dengan amat gemilang memanfaatkan senjata dan anak panah
buatan lawan. Itulah sebabnya, di gerbang tujuan mereka, lebih
cepat dapat mereka taklukkan dan kemudian roboh dan hancur.
Para Pahlawan Persiapun masuk dengan leluasa dan disambut
oleh Utusan Pencabut Nyawa sehingga pertarungan terjadi
2948
secara brutal. Korban di pihak lawan sungguh amat banyak dan
berserakan di pintu gerbang tersebut.
Pihak lawan berada dalam pimpinan Jamukha dan Tam Peng
Khek yang segera menyambut mereka, dan untung ada 15 orang
Pasukan Robot yang ikut menyertai dan mengawal Jamukha.
Inilah sebabnya mengapa Pahlawan Persia dapat ditahan di pintu
gerbang dan menahan ataupun menghindarkan pembantaian
besar-besaran terus berlangsung. Yang pasti, kemudian terjadi
pertarungan habis-habisan antara Jamukha yang memimpin 10
Pasukan Robot dan dengan bantuan Tam Peng Khek. Bantuan
dari pihak Kaypang kemudian juga berbareng masuk memberi
bantuan, terutama mereka yang memang diperbantukan dibawah
komando Panglima Ilya dan Panglima Shouroushi. Pertarungan
besar itu terjadi secara brutal dan tidak sedikit yang menjadi
korban amukan masing-masing pihak dalam upaya
memperebutkan pintu masuk ke Markas Bu tek Seng Pay.
Di pintu ini, juga terdapat Mo Hwee Hud. Tetapi tokoh besar
musuh itu dengan cepat diimbangi dan ditandingi oleh Panglima
Arcia sehingga pecah pertempuran besar yang anggota pasukan
lainnya tidak berani terlalu dekat. Maklum, dua raksasa ilmu silat
itu bertarung dalam kekuatan yang tidak ditahan-tahan dan
melahirkan suara-suara menyeramkan ketika mereka adu
2949
kekuatan dan adu pukulan. Tidak lama mereka bertarung sudah
membawa kesadaran dan pengetahuan bahwa mereka berdua
masing-masing sudah bertemu lawan kuat. Lawan yang sangat
hebat dan akan sulit untuk ditaklukkan ataupun dikalahkan. Dan
akan sulit keluar sebagai pemenang jika tidak berkonsentrasi
dalam menghadapi lawan yang hebat itu. Padahal, mana dapat
mereka penuh berkonsentrasi sementara gangguan akan selalu
ada dan hadir di tengah arena mereka.
Tidak lama setelah Gerbang pertama dibobol Pahlawan Persia,
gerbang kedua dan ketiga, juga dapat dibobol pihak pendekar
Tionggoan. Meski untuk itu, merekapun membayar cukup mahal,
karena ada puluhan pendekar yang menjadi korban akibat
serbuan ke gerbang masuk itu. Secara bersamaan, Barisan Lo
Han Tin dan Barisan Pengemis Pengejar Anjing berhasil
merobohkan gerbang masuk, dan perlahan pasukan penyerang
mengalir memasuki Markas Bu Tek Seng Pay. Pertarungan
brutalpun tidak dapat dihindari, pertarungan yang tidak lagi
menggunakan racun ataupun senjata rahasia, tetapi pertarungan
mirip perang. Dan dalam hal ini, setelah robohnya gerbang,
adalah pintu kedua dan ketiga yang bertarung lebih banyak dan
lebih seru. Korban lebih banyak di pihak lawan, karena tidak ada
2950
Pasukan Robot yang menghambat pihak pendekar dalam
melawan Bu Tek Seng Pay.
Di sini, semua pahlawan Hong Lui Bun dan Tiang Pek San
berkumpul bersama dan mendukung Utusan Pencabut Nyawa
untuk bertarung. Selain mereka, juga ada Liok Kong Djie dan anak
murid Hoa San Pay yang menyeleweng ikut membantu lawan.
Otomatis membuat pihak Hoa San Pay cepat menemui mereka
dan segera terlibat dalam pertarungan mati-matian, pertarungan
penuh dendam dan penuh dengan emosi. Sementara Liok Kong
Djie, disambut oleh Barisan Kaypang karena dia langsung
menyerang posisi Tek Ui Sinkay. Sudah bisa dipastikan Kaypang
Cit Ti Sat (7 Algojo Akhirat dari Kaypang) tidak akan membiarkan
Pangcu mereka yang juga adalah Bengcu Tionggoan bertarung
sendirian. Dengan cepat mereka maju dan melindungi Tek Ui
Sinkay dan membuat satu arena baru dan khusus di tengah
pertempuran terbuka. Karena Liok Kong Djie memang tokoh
mumpuni dan mampu menghadapi keroyokan Barisan Khusus
Kaypang. Tengah mereka bertarung hebat, tiba-tiba muncul Kim
Jie Sinkay yang dengan cepat mendekati arena itu, dan sudah
berseru dengan suara keras:
“Tinggalkan orang tua itu melawanku.......”
2951
Tek Ui Sinkay meliriknya dan mengiyakan rencana Kim Jie
Sinkay, karena itu dia kemudian memberi perintah kepada
Barisannya:
“Biarkan Kim Jie Heng yang melawan orang tua itu....... kalian
semua mundurlah dan kerjakan tugas yang lain”
Tidak lama, muncul arena pertarungan kedua yang juga
menghentak banyak orang. Arena pertarungan antara Kim Jie
Sinkay melawan jago tua Liok Kong Djie yang amat bernafsu
untuk menyerang. Dan jadinya, seperti arena Mo Hwee Hud
melawan Panglima Arcia, maka arena inipun jadi sedikit terpisah
dan dikelilingi oleh banyak orang yang juga bertarung dalam
arena tarung yang terbuka, massal dan brutal. Wajar saja, karena
pertarungan kedua tokoh ini, sebagaimana juga Mo Hwee Hud
melawan Panglima Arcia, memang benar-benar amat hebat dan
berbahaya bagi tokoh biasa untuk berada dekat mereka.
Sambaran pukulan mereka saja sudah mematikan, apalagi kalau
sampai terkena pukulan mereka yang menyimpang atau meleset.
Bisa sangat berbahaya dan mematikan. Tetapi Liok Kong Djie
sekali ini bertemu lawan yang sama kerasnya, lebih muda dan
mampu mengimbangi ilmu hebat apapun yang dia kembangkan.
2952
Jago-jago lawan lainnya, seperti Jamukha dan Pasukan Robotnya
sudah dalam pertarungan hebat melawan pasukan Liga
Pahlawan bangsa Persia, dan mereka tidak dapat banyak
membantai pihak lawan. Kemudian pihak Tiang Pek San, sudah
dihadapi oleh anak beranak Hek Man Ciok, dan pertarungan
mereka berlangsung secara seru. Sementara Tam Peng Khek
dan tokoh-tokoh lawan lainnya, juga sudah tenggelam dalam
pertarungan mempertaruhkan nyawa, sehingga tidak ada lagi
yang menganggur. Semua sudah terlibat dalam pertarungan
terbuka, korban jatuh sudah amat banyak, dan sebagian besar
adalah anak buah Bu Tek Seng Pay, khususnya pihak Utusan
Pencabut Nyawa yang menjadi bagai ilalang dibantai kaum
pendekar. Maklum, mereka kehilangan pimpinan tokoh utama
yang semuanya sudah terlibat pertarungan yang berbahaya
sehingga lupa memberi mereka perintah ataupun guna sekedar
mengarahkan mereka.
Satu arena tarung lain yang juga mati-matian, adalah pertarungan
di pihak Hong Lui Bun, dimana Yu Kong dan Yu Lian dengan
dibantu Tian Sin Su sengaja mencari lawan mereka untuk
melakukan pertarungan menentukan. Maka, ketika merekapun
akhirnya bertemu, Yu Kong langsung mencecar Si Tiok Gi, Jiat Pi
Hun (Sukma Cacad Lengan) dan merekapun langsung terlibat
2953
pertarungan hebat satu lawan satu. Pertarungan sekali ini menjadi
sedikit lebih berbeda dibandingkan pertarungan mereka sebelumsebelumnya.
Terutama, karena Si Tiok Gi belakangan relatif amat
sibuk dengan agenda dalam benteng atau markas Bu Tek Seng
Pay. Sementara Yu Kong sebaliknya punya waktu banyak untuk
berlatih selama beristirahat dan juga mendapat petunjuk baru dari
persekutuannya dengan Hek Man Ciok serta dengan Panglima
Ilya. Berhubung menemukan kesamaan tujuan, maka mereka
banyak menghabiskan waktu untuk berlatih dan bertukar
informasi dan juga strategi dalam pertempuran. Itulah sebabnya,
Yu Kong mengalami kemajuan yang cukup hebat dan cukup untuk
membuat Si Tiok Gi kaget, karena menemukan kenyataan betapa
lawannya bertambah hebat.
Sementara Yu Lian, seperti halnya Yu Kong kakaknya, juga punya
waktu panjang untuk menyelami kemajuan ilmunya. Dia, lebih dari
kakaknya, justru meningkat lebih pesat dan lebih hebat karena
kemajuan iweekangnya memang cukup hebat pasca keracunan
dan disembuhkan Koay Ji. Tanpa sepengetahuan kakaknya, dia
makin sempurna menguasai ilmu-ilmu keturunan Hong Lui Bun,
ilmu-ilmu rahasia yang hanya dikuasai secara hebat oleh leluhur
mereka. Karena itu, menghadapi kedua lawannya yang masih
belum sembuh betul dan morilnya sudah jatuh jauh, dalam waktu
2954
singkat Yu Lian sudah mampu merubuhkan Mo Pit Siu dan Lu Kun
Tek. Dan Yu Lian sungguh bertindak tidak tanggung-tanggung,
karena dengan menggunakan Ilmu Khas Ceng Hwee Ciang (Ilmu
Pukulan Api Hijau) dia cepat menyudahi perlawanan kedua
penjahat perguruannya itu. Dan kedua lawannya tidak dapat atau
tidak mampu memberikan perlawanan berarti karena memang
sudah merasa takut dan merasa bersalah terlebih dahulu.
Kemenangannya disambut dengan senyum oleh Tian Sin Su yang
memang bertugas mengawal dan menjaga kedua kakak beradik
asal Hong Lui Bun itu.
Setelahnya, Yu Lian mendekati arena Yu Kong melawan Si Tiok
Gi yang mengaku sebagai Hong Lui Buncu pada saat itu dan
bergabung dengan Bu Tek Seng Pay. Pada dasarnya, Si Tiok Gi
sudah kalah gertak dan kalah moril terlebih dahulu, dan ketika
melihat kedatangan Yu Lian dan Tian Sin Su, diapun sadar,
bahwa waktunya sudah habis. Artinya, kedua kawannya sudah
pergi mendahului dirinya, kalah dan binasa di tangan lawan yang
sekarang mendatanginya. Dia masih ingin mencari jalan
melarikan diri, tetapi sayangnya dia kesulitan menemukannya
karena Yu Lian sudah tahu bahwa penjahat keluarganya sudah
kehabisan cara dan sedang mencari jalan untuk melarikan diri.
2955
Karena itu, Yu Lian mendengus sambil kemudian dengan suara
gemas dan marah berkata:
“Bertarunglah sebagai seorang ksatria, jalan larimu sudah
tertutup, tidak perlu lagi berpikir mencari jalan lari......” perkataan
yang semakin menambah kegalauan dan kekhawatiran dan pada
akhirnya membuatnya semakin takut, khawatir dan otomatis
mengganggu daya tarungnya.
Mendengar dengusan Yu Lian, dan melirik wajahnya yang sangat
marah, sadarlah Si Tiok Gi jika melarikan diri sudah teramat sulit
baginya pada saat itu. Terlebih karena semua orang sedang sibuk
bertarung dan mempertaruhkan nyawanya, sementara arena
mereka saat itu terbentang jarak yang cukup dengan arena
lainnya. Meskipun tidaklah sangat jauh. Belum lagi, ada Yu Lian
dan juga Tian Sin Su yang sudah berdiri disitu menjaga jalan
larinya dari arena. Maka, tidak ada cara lain selain adu jiwa dan
bertarung sebagai seorang ksatria serta sekaligus
mempertanggungjawabkan semua pengkhianatannya. Demikian
akhirnya Si Tiok Gi memutuskan meski dengan setengah hati dan
kemudian diapun langsung bertarung dengan kemampuan
terhebat.
2956
Biasanya, dalam keadaan kejepit, kekuatan utama seseorang
akan muncul keluar dengan sendirinya, dan demikian yang terjadi
dengan diri serang Si Tiok Gi. Tiba-tiba saja dia mampu
mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan mengimbangi Yu
Kong yang juga bertarung dengan gagah. Sudah jelas Yu Kong
selalu mengincar nyawa Si Tiok Gi sebagai pembalasan atas
pengkhianatan Si Tiok Gi dengan membunuh orang tua Yu Kong
dan Yu Lian. Maka sangat bisa dipahami mengapa Yu Kong
bersikap sangat keras, seperti juga Yu Lian, dan bisa dimengerti
mengapa Yu Kong memiliki semangat besar untuk mengalahkan
dan membunuh Si Tiok Gi. Tarung merekapun berjalan semakin
hebat, seru dan kini sedikit berimbang, meski tetap saja Yu Kong
yang mengambil inisiatif penyerangan lebih sering. Hanya, karena
Si Tiok Gi melepaskan rasa khawatirnya, maka dia mulai bisa
sedikit memberi perlawanan dan membuat tarung mereka jadi
seru.
Pertarungan di arena lain, juga semakin meningkat dan sangatlah
seru. Apalagi dua arena besar dimana Kim Jie Sinkay melawan
Liok Kong Djie dan Mo Hwe Hud melawan Panglima Arcia. Kedua
arena itu benar-benar menarik, tetapi sayang tidak ada
penontonnya karena semua orang sedang sibuk berperang dan
bertarung mempertaruhkan nyawa dan jiwa mereka. Pada saat itu
2957
pihak Utusan Pencabut Nyawa sudah dengan cepat susut jumlah
mereka. Demikian juga dengan pasukan lawan lainnya yang turun
dari puncak dan kelihatannya adalah para murid Pek Lian Pay.
Tetapi ada banyak juga anggota Bu Tek Seng Pay yang diekrut
dari para penjahat dan perampok rimba persiatan. Meski sudah
banyak yang terbunuh, tetapi tetap banyak yang terus bertahan,
karena jumlah mereka memang jauh melebihi jumlah para
penyerang yang kini terus merangsek masuk.
Dalam keadaan yang terdesak dan korban berjatuhan amat
banyak di pihak mereka itulah Dewi Alehai datang. Dan
sebagaimana misinya, dia mulai mencari kawan-kawan yang
merupakan pentolan dan tokoh-tokoh utama dari Bu Tek Seng
Pay. Dan bersama dengan Dewi Alehai, datang menyertainya 2
orang tokoh utama dari Pasukan Robot. Pasukan Robot hanya
terdiri dari 30an orang belaka termasuk pemimpin mereka yang
berjumlah 4 orang, sedang 2 orang lainnya selalu berada
bersama dengan Bu Tek Seng Ong. Pasukan Robot sendiri ada
15 orang yang turun berjaga di Pintu Gerbang dan bertarung
bersama dengan Jamukha mempertaruhkan penjagaan atas pintu
gerbang. Kedatangan Dewi Alehai bersama 2 tokoh Pasukan
Robot memang memiliki missi khusus, menarik semua kekuatan
utama Bu Tek Seng Pay kembali ke Markas. Mereka sudah mulai
2958
menerapkan strategi alternatif yang memang sengaja disiapkan
jika gerbang mereka bobol. Dan karena itu, pekerjaan Dewi Alehai
sekali ini terhitung vital.
Sambil mencari, Dewi Alehai dan kedua pengawalnya memasuki
arena pertempuran dan bertemu pertama kalinya dengan arena
Pahlawan Persia yang bertarung gagah perkasa melawan
pasukan mereka. Pada saat itu sudah terlampau banyak korban
dipihak Bu Tek Seng Pay yang dipimpin oleh Jamukha di arena
ini, dan Dewi Alehai menyaksikan sendiri bagaimana seorang
Panglima Arcia sedikit berada di atas angin ketika melawan jago
mereka Mo Hwee Hud. Meski memang, tarung mereka berdua
sangatlah dahsyat dan menggetarkan hati, jarang ada yang cukup
berani mendekati arena kedua tokoh besar ini. Dimaklumi karena
ilmu dan sambaran ilmu pukulan mereka membuat orang-orang
terdekat menjauh dengan sendirinya, daripada terkena angis
serangan mereka.
Untung saja pada saat itu, Panglima Ilya dan Panglima
Shouroushi disibukkan oleh 15 orang Pasukan Robot yang
langsung bertarung melawan mereka dibawah pimpinan
Jamukha. Dan kedua Panglima Bangsa Persia itu langsung
mengecapi dan menikmati bagaimana keistimewaan Pasukan
Robot yang memang amat susah dibunuh dan susah dilukai itu.
2959
Dan karena Pasukan Robot di arena inilah sehingga tidak dapat
Pahlawan Persia berbuat dan mengamuk membunuhi anak buah
Bu Tek Seng Pay lebih jauh. Tetapi semua Pasukan Robot dan
Jamukha, juga tidak dapat melawan musuh-musuh lain dan terikat
pertarungan di tempat itu sambil bertarung mati-matian
mempertahankan gerbang yang sudah hancur.
“Mo Hwee Hud dan engkau Jamukha, kita harus segera mundur
ke Markas dan akan nanti memusatkan seluruh kekuatan guna
menghadapi pertarungan disana, karena itu, kalian berdua,
segeralah mundur......” teriak Dewi Alehai dengan suara yang
nyaring dan melengking sehingga otomatis dapat didengarkan
semua orang, bukan hanya Jamukha dan Mo Hwee Hud. Entah
apa pertimbangan Dewi Alehai menurunkan perintah dengan cara
terbuka sehingga dapat diketahui dan didengar pihak lawan
sekalipun.
Tetapi tindak tanduk Dewi Alehai tersebut mendatangkan rasa
kekhawatiran bagi Panglima Ilya dan Panglima Shouroushi,
keduanya siaga dan was-was jangan sampai junjungan mereka
dikeroyok dan dicurangi lawan. Maka, mereka berdua kemudian
berusaha keras untuk membuka jalan, dan tidak lama kemudian
mereka berdua sudah sama-sama berjaga di samping Panglima
Arcia. Tetapi, tidak lama mereka diam dan menganggur karena
2960
kedua tokoh pasukan robot yang bersama Jamukha, sudah
menyambut mereka dan melibas mereka dalam pertempuran
yang hebat. Sementara pada saat itu, Dewi Alehai sendiri
akhirnya disibukkan dengan memperhatikan kedua arena baru itu
sebelum kembali memperhatikan pertempuran antara Mo Hwee
Hud dan Panglima Arcia.
Dan sebelum dia kembali secara serius memperhatikan arena
besar itu, dia terkejut karena didekatnya terdengar teriakan ngeri
dan menggetarkan hatinya. Jeritan seseorang yang meregang
nyawa. Sebenarnya mereka yang meregang nyawa di
pertempuran seperti itu adalah hal biasa dan terjadi nyaris setiap
saat. Apalagi karena yang bertarung ada sedemikian banyak
orang dari kedua belah pihak yang bertikai. Tetapi sekali ini
kedengarannya agak aneh, karena jeritan itu hebat dan tanda
bahwa yang menjerit itu memiliki kekuatan yang tidak kecil dan
tidak main main. Itupun berarti seorang tokoh di salah satu pihak
sudah terluka, dan dari nada dan kekuatan jeritan itu, bisa
dipastikan kalah secara penasaran dan bakalan berakhir secara
penasaran bagi salah satu pihak.
Apa gerangan yang terjadi? Melihat kedatangan Dewi Alehai
dengan membawa dua orang tokoh yang amat hebat, Yu Lian
sudah memiliki perasaan, bahwa musuh mereka sangat mungkin
2961
bisa kembali selamat. Maklum, kedatangan bala bantuan dari
pihak lawan akan berakibat datangnya gangguan bagi
pertarungan mereka dan sekalian sebagai bantuan bagi lawanlawan
mereka. Karena perasaan tersebut, Yu Lian
memperhatikan lebih cermat pertarungan kakaknya Yu Kong
melawan Si Tiok Gi dan menemukan kenyataan kakaknya pada
dasarnya sudah mendesak lawan itu, namun tetap saja bukan hal
mudah untuk segera menang. Karena itu, dengan rasa dendam
dan juga marah yang sudah lama bersarang dalam hatinya,
membuat dia mengambil keputusan cepat: “toch engkau
membokong orang tuaku, sekali ini, biar engkau merasakan hal
yang sama.....” dalam waktu yang singkat, Yu Lian sudah
mengambil keputusan dan bersiap segera menjalankan
rencananya. Dan pada saat Dewi Alehai memasuki arena
pertempuran Mo Hwee Hud melawan Panglima Arcia,
kesempatan itupun diperoleh Yu Lian. Yu Lian tidak ayal melihat
peluang terbuka baginya untuk mengakhiri kehidupan musuh
keluarganya.
Tepat pada saat itu, Yu Kong menyerang menggunakan ilmu
Ceng Hwee Ciang dan dalam jurus Boan thian kok hay
(mengelabuhi langit menyeberangi samudra). Serangannya itu
tidak dilawan oleh Si Tiok Gi yang segera memilih untuk
2962
menghindar dengan jurus Ku ing heng hui (Burung manyar
terbang sendiri), pilihan jurus menghindar yang memang sangat
tepat. Tetapi, pada saat itu, dia malah menghindar kearah Yu Lian
yang justru pada saat itu sudah memutuskan untuk membantu
kakaknya. Yu Lian yang khawatir kedatangan Dewi Alehai
kembali bakalan menyelamatkan posisi Si Tiok Gi yang sedang
menghadapi pengadilan mereka sudah siap. Maka, tanpa berpikir
panjang lagi, dia segera menyambut lawan yang berkelit
kearahnya dengan sebuah jurus Ki hong teng ciat (burung hong
terbang ular membelit). Dia tidak perlu berpeluh, karena seperti
sudah diatur, Si Tiok Gi melayang ke posisi atau kearahnya dan
dalam keadaan yang kosong tanpa perlawanan. Benar-benar
seperti domba yang dibawah ke pembantaian, disodorkan
kepadanya untuk segera dieksekusi. Dan dia dengan tidak ragu,
dan malah senang melakukannya dengan jurus yang mematikan.
Betapa terkejutnya Si Tiok Gi ketika merasakan pukulan panas
atau tepatnya luar biasa panasnya menyerang dari arah
belakang, arah dia berkelit dengan manis dari terjangan pukulan
Yu Kong. Dia sadar sudah tidak mungkin dia mengelak lebih jauh
lagi, amat terlambat, tetapi jika seekor semutpun berusaha keras
menyelamatkan nyawanya, apalagi seorang manusia seperti Si
Tiok Gi. Dengan cepat dia berusaha mengelak dalam gerakan
2963
yang tergesa-gesa jurus Ciong hay kui cu (sisa mutiara didasar
samudra), meski dia tahu akan sia-sia, tetapi tinggal itu yang
dapat dia lakukan. Repotnya, pada saat yang bersamaan Yu
Kong juga menerjang lagi dengan jurus Nuh-siau sam-kang
(badai keras melanda sungai), yang terus usaha mengejar dan
memburunya. Dan pada saat itulah Si Tiok Gi sadar bahwa
jalannya sudah tertutup dan nasibnya sudah ditentukan:
“Bukkkkkk .......... bukkkkkkk ....”
“Aaaaarrrrrccccchhhhhhhhhhh .......”
Dua pukulan berat menerjang Si Tiok Gi, pukulan Yu Lian dari
belakang dan juga disambut sebuah pukulan lain dari Yu Kong
dari depan. Kedua pukulan itu dengan telak menghantamnya di
dada dan punggung, dan kedua pukulan itu bagaikan
menyediakan pukulan yang sekedar disodorkan dan punggung
serta dada yang datang menumbuknya. Akibatnya sudah tentu
hebat dan hanya teriakan ngeri yang menjadi tanda bahwa
dengan itu, orang yang terpukul telah itu, melepas nyawa dalam
ketakberdayaan. Dia sadar bahwa nyawanya sudah diujung
tanduk dan tak akan mungkin dapat dia hindari lagi jemputan dari
alam kematian. Memang begitu, kematiannya Si Tiok Gi ditandai
dengan luka parah, darah yang menghijau dan kehitaman dan
2964
mata yang melotot penasaran, tanda bahwa dia tidak rela
menerima kematiannya pada saat itu. Tetapi, kematiannya itupun,
sebenarnya adalah karma yang memang harus dia bayar dengan
menghancurkan keluarga kakak beradik yang menghadiahinya
masing-masing satu pukulan berat dari Ilmu Ceng Hwee Ciang.
Maka tamatlah riwayat Si Tiok Gi dan pemberontakannya atas
Hong Lui Bun, tugas Yu Kong dan Yu Lian, juga tuntas di
Tionggoan. Balas dendam berhasil dan juga pembersihan mereka
atas Hong Lui Bun berhasil.
Tetapi, tidak di pihak lain. Kematian Si Tiok Gi membuat Dewi
Alehai melengak dan merasa murka karena dia terlambat
menyadari bahwa seorang sekutu kuat lainnya sedang terdesak.
Dan yang membuatnya marah adalah, dia terlambat bertindak
untuk membantu dan menyelamatkan kawan mereka itu. Terlebih
murka karena dia juga melihat bahwa tubuh kaku atau mayat kaku
Lu Kun Tek dan Mo Put Siu tergeletak dekat dengan tubuh Si Tiok
Gi. Tanda bahwa Hong Lui Bun sekutu mereka, sudah tamat
ditinggal tokoh-tokoh utama yang selama ini mengendalikan
beberapa orang pengikut asal daerah perbatasan itu. Tetapi, Dewi
Alehai cukup paham, jika dia tetap berkeras melakukan
perlawanan, posisinya bisa terjebak di kerumunan pertarungan
2965
yang ruwet dan saling libas itu. Apalagi, dia sendiri dapat melihat,
bahwa ada banyak tokoh hebat di pihak lawan.
Maka dengan menahan amarahnya, diapun segera berkata
kepada Mo Hwee Hud yang terus bertarung hebat melawan
Panglima Arcia:
“Mo Hwee Hud, mari sebelum semuanya terlambat, beberapa
orang kawan kita, yang justru pemimpin sudah jatuh di tangan
mereka. Binasa......” sambil berkata demikian Dewi Alehai
menggeram dan nampaknya seperti sebuah isyarat bagi semua
anak buah mereka disekitar tempat itu.
Dam memang seperti itulah jadinya. Tiba-tiba, menyerbu masuk
arena, banyak anak buah Bu Tek Seng Pay, termasuk semua
Pasukan Robot dan menyerbu masuk ke arena. Dan itu memberi
peluang dan waktu bagi Mo Hwee Hud dan Panglima Arcia untuk
sejenak berpisah karena banyak orang yang masuk dan
mengganggu arena tarung mereka. Bisa jadi demikian, karena
memang Mo Hwee Hud sendiri mulai mengurangi intensitas
kehebatan serangannya, dan Panglima Arcia juga tidaklah
terlampau bernafsu membunuh Mo Hwee Hud. Yang menjadi
target utama mereka bukanlah seorang Mo Hwee Hud, melainkan
Geberz, tokoh lawan lainnya yang lolos dan mencuri beberapa
2966
pusaka dari Persia. Repotnya, sampai saat itu, mereka, Liga
Pahlawan Bangsa Persia, belum menemukan jejak Geberz.
Pada akhirnya, serbuan masuk anggota Bu Tek Seng Pay
memisahkan banyak pertarungan antar tokoh. Tetapi, terjangan
masuk pasukan baru itu, beberapa, utamanya Pasukan Robot,
menerjang tanpa takut terluka dan bertarung cukup hebat. Tetapi
mereka yang lain, yaitu Utusan Pencabut Nyawa, justru masuk
untuk membawa nyawa mereka jadi korban. Dalam waktu singkat,
suasana dan arena mereka menjadi ribut dan kembali tidak
beraturan, dan ketika pertarungan mereka semakin meningkat
panas dan seru, tokoh-tokoh utama pihak Bu Tek Seng Pay
ternyata sudah menghilang. Dan hal yang sama terjadi di arena
pertempuran Liok Kong Djie melawan Kim Jie Sinkay dan juga
arena lainnya. Tokoh-tokoh lawan menghilang dengan cepat, dan
ini membuat arena pertempuran selanjutnya menjadi seperti
arena pembantaian belaka.
Meskipun ditinggal tokoh-tokoh utama, tetapi jumlah pasukan Bu
Tek Seng Pay memang jauh lebih banyak, sehingga pihak musuh
tetap tertahan langkah mereka untuk merangsek masuk ke dalam
markas lawan lebih jauh lagi. Dalam waktu singkat, semua tokoh
lawan menghilang dari arena, dan hal ini mempermudak pihak
penyerang dalam menghadapi dan mengalahkan serta bahkan
2967
membantai pihak bertahan. Pintu Gerbang markas yang ditinggal
para pemimpin kecuali anak buah mereka, mempertontonkan
betapa anak buah mereka, memang hanya “alat” dan hanya
diperlakukan sebagai “pion berlindung”. Semua tokoh mereka,
kecuali yang terbunuh di arena, sudah berlalu dan pertarungan
berat sebelah terus terjadi dan jelas korbanpun terus ebrjatuhan.
Hanya saja, karena banyaknya pasukan lawan yang bertahan
mati-matian, membuat proses penyerbuan masuk kedalam
markas juga makan waktu lama.
Kembali ke arena dimana Siauw Hong dan Kwa Siang sedang
bertarung, setelah sekian lama Dewi Alehai pergi, Bu Tek Seng
Ong kemudian mengangkat lengannya dan berseru dengan suara
keras:
“Serang mereka yang tersisa......”
Dua orang yang selama ini berjaga disisi kiri dan kanannya, yakni
kedua Panglima Pasukan Robot segera bergerak. Hanya saja,
terlihat perbedaan mereka dengan anggota pasukannya, yakni
keduanya bergerak jauh lebih gesit dan lebih cepat, tidak sekaku
anggota pasukan robot yang hanya mengandalkan kekebalan
belaka. Kedua tokoh mereka, bergerak cepat dan angin pukulan
mereka jauh lebih kuat ketimbang Pasukan Robot yang berada di
2968
bawah komando Jamukha dan sedang bertarung melawan
Pahlawan Bangsa Persia di pintu masuk lembah mereka. Tapi itu
berarti kedua tokoh itu memang hebat dan layak menjadi
Pemimpin Pasukan Robot yang terkenal susah dilukai.
“Tio Sumoy, tahan, engkau melihat keadaan, biar aku yang maju
untuk menandingi mereka berdua. Perhatikan secara seksama
semua arena, juga lindungi Siauw Hong dan Siang Heng
disana....” Khong Yan menahan lengan Tio Lian Cu yang sudah
mau bergerak untuk maju menandingi kedua Panglima Pasukan
Robot itu. Dan sepertinya, sejak 3 orang pengawalnya
menghilang atau digondol pergi Lam Hay Sinni, maka Bu Tek
Seng Ong kini sudah memilih Pemimpin Pasukan Robot dan
mengalihkan tugas mereka untuk menjadi Pelindung disisinya.
Pilihan yang cukup masuk di akal, selain Pemimpin pasukan
Robot cukup lihay, juga karena pada saat itu ketersediaan waktu
yang terbatas. Bu Tek Seng Pay sedang menuju pertarungan
melawan pihak pendekar yang marah dan kini sedang
mengepung markasnya. Maka memilih yang tersedia, adalah
pemimpin pasukan robot yang cukup pantas untuk mendampingi
pemimpin mereka.
Khong Yan agak kaget, karena berbeda dengan Pasukan Robot
lain, kedua lawan yang dia hadapi ini, bergerak dengan kecepatan
2969
hebat dan kekuatan pukulan yang juga sama hebatnya dan jauh
melampaui anggota mereka. Jelas masih jauh lebih cepat dan
jauh lebih kuat jika dibanding Pasukan Robot yang dia hadapi
sebelum-sebelumnya. Mereka ini berbeda dengan Pasukan
Robot lainnya, tidak saja hanya dengan mengandalkan kekebalan
baju besi mereka belaka, tetapi juga memiliki kemampuan
menyerang dan bertahan yang cukup hebat. Tetapi, sayangnya
mereka menghadapi Khong Yan, seorang tokoh muda yang juga
sangat hebat, digdaja dan sudah tentu pilih tanding. Apalagi
karena iweekang dan gerakan Khong Yan, justru sudah
disempurnakan oleh Koay Ji (dan juga Thian Liong Koay Hiap).
Hal ini yang membuat Khong Yan ini bukan lagi sekedar pemuda
sakti pilih tanding seperti sebelumnya. Karena ketika harus
melawan tokoh-tokoh hebat lawan, dia sudah punya kepercayaan
diri dan kemampuan yang cukup memadai. Itu pula sebabnya
Khong Yan memiliki keyakinan atas dirinya ketika memasuki
markas lawan dan tetap berdiri tenang di tengah kepungan
musuh.
Menghadapi keroyokan kedua tokoh Pasukan Robot, dia tidak
menjadi gugup, tapi memainkan sekaligus menjajal kekuatan
pukulan lawan dengan kekuatan iweekang yang memang menjadi
inti kemampuannya. Penguasaanya atas iweekang mujijat
2970
perguruannya, yakni Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang, yang
diwarisi dari Suhunya sudah jauh lebih sempurna lagi. Apalagi
karena Koay Ji berkali-kali mengajar dan sekaligus
membimbingnya untuk dapat melangkah setapak lebih maju dari
waktu ke waktu. Karena itu, dengan penuh percaya diri dia
menyambut pukulan hebat kedua lawannya dan mudah saja dia
memelesetkan pukulan mereka dan segera dia tahu dan paham
sampai dimana gerangan tingkat kekuatan iweekang kedua
lawannya itu. “Hmmmm, memang sudah cukup hebat, tapi jelas
masih amat jauh untuk bisa dan dapat menandingiku......”
desisnya dalam hati.
Dan memang, kehebatan mereka bukan di iweekang, meski juga
sudah cukup tinggi dan cukup hebat dibanding pasukan pimpinan
mereka. Tetapi, pukulan Khong Yan yang sering mampu
menyelinap dan memukul mereka berdua, masih tetap tidak
mendatangkan efek apapun, dan tetap saja keduanya terus
memukul dan mencecar Khong Yan. “Hebat, mereka memang
berbeda dengan yang lainnya....” desis Khong Yan dalam hati,
namun tidak berkecil hati. Karena dengan paham kemampuan
dan keistimewaan lawan, kini dia lebih mampu mengerahkan
tenaga dan kekuatan untuk mencecar dan mencari tahu
kelemahan kedua lawan yang mengerubutinya dengan ketat itu.
2971
Apakah kelemahan mereka sama dengan pasukan pimpinannya
ataukah masih punya titik lemah yang lain?
“Awas,,,,,,” teriak Khong Yan memberi peringatan kepada
lawannya setelah dua kali dia melangkah menghindar dengan
Ilmu Thian Liong Pat Pian dan dengan amat cepat memukul balik
dalam jurus Oh jiau kui hun (mencakar mampus sukma
gentayangan). Kedua kepalan lengannya membentuk segitiga
menajam diujung telunjuknya dan kemudian mencecar kedua
lawannya dengan pukulan-pukulan hebat dari Ilmu Tam Ci Sin
Thong. Dia sudah paham dan mempelajari kelemahan Pasukan
Robot dari Koay Ji, dan karena itu juga dia paham, bahwa untuk
memukul lawan seperti itu, membutuhkan ilmu totok istimewa.
Dan kebetulan, dia menguasai Tam Ci Sin Thong yang hebat,
selain Kim Kong Ci dari Suhunya. “Apakah akan bisa memukul
dan menyakiti mereka...”? desisnya dan segera mencoba untuk
melihat dan memastikan hasilnya.
Kedua lawannya terkejut ketika dari jemari dan bentuk segitiga
kepalan lengan Khong Yan mengalir dengan cepat menyerang
mereka selapis kekuatan yang amat tajam dan membuat tubuh
mereka yang terlindung, tetap saja merasa kesakitan. Dan
mereka mulai kalang kabut ketika Khong Yan selanjutnya
mencecar mereka di sambungan-sambungan tulang, yang
2972
mereka paham merupakan area yang tidak terlindungi dan
menjadi titik kelemahan mereka. Tetapi, keduanya tidak kalah
aksi dan strategi, karena dengan cepat mereka berdua
bekerjasama, menanggulangi pukulan lawan dengan cara
bergantian. Jika kawan yang diserang, maka kawan yang satunya
akan cepat menerjang Khong Yan secara hebat, begitu
seterusnya karena Khong Yan memang tidak menyasar kedua
lawannya sekaligus. Dia mesti memilih sasaran-sasaran khusus
berhubung tidak semua bagian mematikan di tubuh lawan bisa dia
serang dan mendatangkan efek.
Pada akhirnya, kedua lawannya yang mulai belajar bekerjasama
dan ternyata cukup mampu menanggulangi semua serangan
berbahaya Khong Yan. Bahkan, beberapa kali, mereka bisa
memukul mundur Khong Yan dan secara berbareng balas untuk
balik menyerang. Hanya, dengan Ilmu Langkah ajaibnya, Khong
Yan bisa dan mampu menghindar, malah kemudian dengan cepat
mencecar kedua lawannya sampai terdesak mundur kembali.
Khong Yan kini merasa yakin, bahwa sama saja seperti pasukan
robot lainnya, kelemahan kedua pemimpinnya juga berada pada
titik sambungan tulang. Dan karena itu, meski lawan sesekali bisa
mendesaknya dengan bekerja sama, tetapi tidak merasa gembira.
Kelemahan lawan sudah dia kantongi dan tinggal mengkondisikan
2973
mereka dalam keadaan sulit untuk slaing membela diri dan
kemudian mengalahkan mereka.
Dengan pengetahuan itu, kini makin jelas Khong Yan menguasai
arena, dan karena itu diapun tidak lagi sepenuhnya terus
mengejar kedua lawannya itu. Tetapi masih sempat-sempatnya
memberi perhatian atas perkembangan di semua arena yang lain.
Termasuk mengawasi posisi Tio Lian Cu yang sedang
mencermati arena tarung Kang Siauw Hong melawan Geberz dan
terlihat oleh Khong Yan, bahwa Kang Siauw Hong agak terdesak
oleh lawan tuanya yang memang hebat. Tapi dengan senang dia
juga melihat bahwa Bun Kwa Siang tidak berhalangan meski
berkali-kali terkena pukulan hebat dari lawannya. Sementara
khusus untuk Kang Siauw Hong, dia masih mampu bertahan
dengan secara baik meskipun sebetulnya sedikit agak terdesak
oleh gempuran-gempuran Geberz.
Memang, pertempuran Geberz dan Kang Siauw Hong mulai berat
bagi Siauw Hong karena Geberz kelihatannya sudah semakin
paham bahwa gadis itu memang masih belum lama berlatih dan
terutama sangat kurang atau minim pengalaman tempur. Hanya,
karena paham dan yakin bahwa adanya baik Sie Lan In maupun
Koay Ji yang terus mengawasi mereka, membuat Khong Yan
tetap merasa besar hati, meski banyak lawan yang mengepung
2974
mereka. Padahal, di pihak Siauw Hong sendiri, meski lebih sering
terdesak, tetapi semakin paham dia dengan ilmu geraknya, dan
lama kelamaan diapun lebih banyak bersandar kepada ilmu
mujijat tersebut. Tetapi, pada saat itu, Kang Siauw Hong mulai
menimbang-nimbang untuk balik menyerang dengan ilmu pukulan
andalan yang diajarkan Koay Ji beberapa hari sebelumnya. Dan
dia percaya dengan keampuhan ilmu itu.
“Jangan kaget, gadis misterius dari Lembah Cemara yang luput
dari perhatian kalian itu masih menyimpan potensi yang sulit kita
perkirakan...... dia masih memiliki ilmu dan pegangan lain yang
dahsyat. Kalian harus tetap berhati-hati dengannya, dia tidak
selemah yang kalian kira” suara itu menyelusup masuk ke telinga
Bu Tek Seng Ong dan terlihat dia sedikit melengak mendengar
apa yang disampaikan kepadanya itu. Dan ketika akhirnya dia
memperhatikan gelagat Kang Siauw Hong di lapangan, diapun
manggut-manggut dan paham dengan sendirinya. Meski
terdesak, Siauw Hong masih tetap tenang dan terlihat seperti
sedang berpikir keras untuk melakukan sesuatu yang masih
belum bisa mereka tebak apa itu. Kelihatannya perkataan yang
disampaikan ke Bu Tek Seng Ong adalah benar, yakni bahwa
Siauw Hong sedang mempersiapkan sesuatu dalam pertempuran
itu. Entah apa, atau apa cukup hebat untuk menggempur Geberz?
2975
Dan memang betul, pada saat itu Kang Siauw Hong
mempertimbangkan untuk menyerang lawannya dengan
menggunakan Ilmu Hian Bun Sam Ciang. Salah satu ilmu untuk
menyerang yang amat dahsyat dan pernah diperagakan oleh
Koay Ji sewaktu melawan Phoa Tay Teng yang hebat mujijat.
Tetapi, karena Siauw Hong masih menghiraukan pesan Koay Ji,
maka dia terpaksa menahan diri untuk terus bertahan saja dengan
ilmu geraknya yang sulit ditembus oleh Geberz. Sesekali dia
menyerang balik guna bisa memunahkan serangan Geberz
dengan Ilmu Ci Liong Ciu Hoat (Ilmu Mengekang Naga). Dan satu
saat, Saiuw Hong justru maju ketika Geberz menggempurnya
dengan jurus Kim ciam teng-hay (paku emas memantek samudra)
yang mengincar titik-titik berbahaya di tubuhnya. Dan majunya
secara tiba-tiba, justru mengejutkan Geberz yang mengira Siauw
Hong menyongsong jurus pukulannya dan punya maksud lain.
Geberz yang justru khawatir, mengira ada gerakan aneh dan
mujijat lain dari Siauw Hong. Maklum, sudah berkali-kali kejadian
dimana Siauw Hong lolos dan menyerang dia balik secara hebat,
padahal posisi sebelumnya sudah sangat sulit. Siauw Hong yang
maju menyerang menyongsong jurus pukulan lawan
menggetarkan Geberz. Dia dengan tidak gentar menerobos maju
dengan jurus Im wu kim kong (Cahaya emas dibalik kabut). Dia
2976
balik menotok baik lengan Geberz maupun juga dua titik
berbahaya di kepala Geberz yang otomatis membuyarkan
serangannya kearahnya dan melangkah maju karena belum
mengena gerakan totokan Siauw Hong. Dalam waktu seketika
Geberz bertindak menghindar, takut efek jurus aneh dan
berbahaya yang dilepas Siauw Hong nantinya.
“Hmmm, ternyata dia masih menyimpan banyak gerakan lain
yang cukup membuat Geberz pusing..... gadis itu sungguh
misterius..... dan sangat menarik” kembali terdengar desisan
suara di telinga Bu Tek Seng Ong yang mengangguk-angguk
tanda setuju dengan suara tersebut. Memang benar, Siauw Hong
sangat misterius terutama dalam kemampuan dan juga jurusjurus
tambahan yang lebih aneh dan dahsyat, tepat waktu dan
sasaran yang dipilih secara baik. “Siapa yang melatihnya, dan
juga bagaimana mereka melatihnya....”? benar-benar pusing Bu
Tek Seng Ong dan kaumnya memikirkan dan menebaknebaknya.
Padahal, si pengirim suara dari belakang Bu Tek Seng
Ong, juga sama penasarannya dan memperhatikan cara
bertarung Siauw Hong secara teliti.
Dalam keadaan seperti itu, Bu Tek Seng Ong merasa ada sesuatu
yang luar biasa terjadi di belakangnya, di tempat dimana tokoh
yang selalu membisikinya sesuatu berada. Dan tanpa menoleh
2977
dia sudah tahu dan sudah paham apa atau siapa yang datang dan
berada di belakangnya. Tidak banyak orang dan tokoh yang
mampu berada dan bergerak di belakangnya tanpa dia mampu
ketahui, baru akan dia tahu jika melakukan gerakan. Dan tokoh
yang datang barusan, dia yakin betul adalah tokoh mujijat yang
dikenal dengan nama RAJMID SINGH. Dan tanpa terasa mulut
dan bibirnya mengembang seulas senyuam. Bahkan dia terlihat
mulai menimbang untuk mengeluarkan perintah yang lain setelah
kembali melakukan analisa atas medan tempur saat itu.
Tetapi, dia semakin gembira karena beberapa menit kemudian,
muncul tokoh-tokoh lain disitu, Mo Hwee Hud dan Tam Peng
Khek, dan susul-menyusul datanglah tokoh tokoh utama Bu Tek
Seng Ong. “Kini sudah saat yang tepat untuk menangkap orang
orang itu, kekuatan sudah lebih dari memadai meski harus
dilakukan secepatnya karena bantuan mereka pasti akan cepat
merembes datang....” desis Bu Tek Seng Ong yang kemudian
mengambil keputusan cepat. Dia menunggu semua berkumpul di
sekitar arena perkelahian pada saat itu, dan kemudian menengok
ke belakang dan melihat seorang sesepuh di belakang
menganggukkan kepalanya. Sebuah tanda persetujuan bahwa
serangan yang menentukan sudah boleh dia perintahkan karena
semua sudah siap, mereka sudah siap.
2978
“”Tangkap mereka,,, lakukan secepatnya. Tetapi ingat, tangkap
hidup-hidup. Jangan sampai ada yang meloloskan diri....”
Terdengar seruan Bu Tek Seng Ong sambil memandang Mo
Hwee Hud agar turun arena menyerang Tio Lian Cu yang masih
berpangku tangan di tengah arena. Dan Mo Hwee Hud yang
memang masih sangat gatal tangan karena sedang asyikasyiknya
bertempur melawan Panglima Arcia tapi tiba-tiba dia
harus tinggalkan, tidak menunggu lama untuk tampil dan
langsung mengincar Tio Lian Cu. Tentu saja dia dengan cepat
disambut oleh Tio Lian Cu dan segera terjadi pertempuran hebat
dan menambah arena menjadi 4 arena pertarungan. Dan Mo
Hwee Hud menjadi kaget kembali, karena kini Tio Lian Cu entah
mengapa sudah memiliki kemampuan untuk mengimbanginya
dan tidak agi terlihat agak terdesak atau merasa berat lagi
melawannya seperti dahulu-dahulu.
Serangan-serangan hebat dengan kekuatan iweekang Mo Hwee
Hud kini dapatlah dengan baik diladeni Tio Lian Cu. Bukan hanya
itu, langkah dan gerak bertahan Tio Lian Cu juga sangat hebat
dan sering membuat Mo Hwee Hud dari pihak menyerang tibatiba
menjadi pihak yang didesak dan terserang. Hal yang
membuatnya menjadi sangat penasaran dan lupa bahwa
lawannya adalah seorang gadis dan masih muda pula.
2979
Pertarungan keduanya dengan cepat meningkat hebat dan
semakin hebat karena baik Mo Hwee Hud maupun Tio Lian Cu
bertempur sengit untuk menyerang dan menaklukkan lawan. Dan
untuk itu, mereka harus bertarung dengan atau dalam
kemampuan puncak dan mengerahkan iweekang ke tataran yang
tinggi.
Tio Lian Cu jelas sadar, bahwa lawan-lawan yang mengepung
adalah lawan-lawan berat, dan dia yakin bahwa Koay Ji berada di
sekitar arena tersebut. Oleh karena itu, dia merasa bebas dan
percaya diri untuk melakukan perlawanan ketat dan membuat Mo
Hwee Hud merasa penasaran. Bagi Mo Hwee Hud sendiri, entah
mengapa dia merasa semakin tua dan semakin banyak tokoh
yang mampu mengimbanginya. Dan karena itu, dia bertekad
untuk mengalahkan lawan dan memulihkan kepercayaan atas
kemampuannya dan juga, kepercayaannya atas dirinya sendiri.
Wajar jika dia kemudian bertarung secara serius dan mengincar
kemenangan atas Tio Lian Cu yang dia tahu adalah salah satu
tulang punggung lawan yang menyerang Markas mereka pada
hari itu.
Saat itu, baik Kang Siauw Hong yang melawan Geberz dan sedikit
terdesak; Bun Kwa Siang yang berkelahi santai melawan Pek Bin
Hwesio dan barisan Pek Lian Pay; Khong Yan yang mendesak
2980
kedua Panglima Pasukan Robot; dan juga Tio Lian Cu yang
melawan Mo Hwee Hud - berarti bahwa mereka semua, keempat
anak muda itu sudah terlibat pertarungan hebat. Meski arena
Siauw Hong adalah yang paling lemah, tetapi dia tidak akan kalah
dalam waktu singkat, bahkan sesekali dia masih mampu
mendesak mundur Geberz. Tetapi, keadaan seperti itu jelas tidak
akan berlangsung sangat lama karena pengalaman seorang
Geberz yang memang jauh lebih banyak dan sangat luas. Selain
itu, Geberz masih merasa penasaran dengan jurus dan gerakangerakan
Siauw Hong yang jelas berasal dari perguruan mereka,
perguruan anak murid Pat Bin Lin Long. Kepenasarannya itu
membuatnya terus memancing Siauw Hong bergerak dan
menyerang.
Bu Tek Seng Ong pada sisi lain paham, bahwa mereka harus
bergerak cepat dan karena itu, dia akhirnya berbalik memandang
dua tokoh mujijat yang berada atau tepatnya berdiri di
belakangnya. Jelas dia bermaksud meminta pertimbangan kedua
orang itu agar musuh, keempat anak muda itu dapat dijinakkan
secepatnya karena mengingat Markas sudah kesusupan musuh.
Bahkan, pintu gerbang konon sudah hancur dan musuh akan
mulai memasuki Markas meski masih tetap tertahan oleh
beberapa jebakan alam yang mereka buat, dan juga banyaknya
2981
anak buah mereka yang terus bertahan. Terlihat Bu Tek Seng
Ong berpaling ke belakang dan tidak lama kemudian mereka
terlibat dalam percakapan yang cukup serius, dan Bu Tek Seng
Ong mengangguk-angguk. Keputusan sudah mereka ambil, dan
kelihatannya ada strategi lain yang akan mereka lakukan, jelas
akan melibatkan tokoh-tokoh utama di pihak mereka. Dan apa
gerangan yang akan mereka lakukan sehingga terlihat mereka
sangat serius?
Tetapi, pada saat mereka bercakap-cakap serius itu, sesuatu di
arena pertarungan terjadi dan merubah situasi dan kondisi
pertempuran di arena. Apa gerangan yang terjadi pada saat
itu....?
Adalah Koay Ji yang turun ke arena setelah menugaskan Sie Lan
In melakukan tugas yang lain melihat arena yang semakin
berbahaya dengan datangnya lawan lawan hebat. Tokoh-tokoh
utama Bu Tek Seng Ong, dan terutama setelah Koay Ji melihat
kedua tokoh mujijat yang telah sama berdiri di belakang Bu Tek
Seng Ong sudah akan terlibat. Sadarlah Koay Ji bahwa
pertarungan pamungkas akan segera berlangsung, dan karena itu
dia segera menugaskan Sie Lan In guna melakukan persiapan.
Tetapi, dia sendiri sudah memutuskan turun tangan tepat ketika
Bu Tek Seng Ong bercakap-cakap dengan kedua manusia mujijat
2982
di belakangnya. Koay Ji merasa dia harus segera turun dan
membantu kawan-kawannya untuk bertahan dari gempuran pihak
lawan yang bakalan hebat.
Koay Ji memilih saat itu, karena konsentrasi kedua tokoh mujijat
itu terganggung oleh percakapan mereka dengan Bu Tek Seng
Ong. Waktu itulah dia kemudian berkelabat memasuki arena dan
langsung menyerang Geberz dengan serangan yang hebat.
Serangannya yang penuh kekuatan iweekang membuat Geberz
merasa kaget dan karenanya mampu mengundurkan tokoh itu
yang menghindar lompat ke belakang. Saat itu, Koay Ji kemudian
langsung menyerang Mo Hwee Hud yang juga samat kaget dan
mundurkan diri berdekatan dengan posisi mundurnya Geberz dan
keduanya segera bersiap melakukan perlawanan lebih jauh.
Mundurnya mereka kelihatannya memang disengaja oleh Koay Ji,
karena dia tidak mengejar keduanya, sebaliknya dia segera
memilih berdiri sejajar diantara keempat kawannya dan kemudian
diapun segera berkata:
“Sahabat-sahabat, kita sedang menghadapi semua tokoh utama
Bu Tek Seng Pay yang sudah mundur masuk ke kandang mereka
sendiri. Khong Sute, berdiri di sisi kanan, Tio Ciangbudjin engkau
berdiri di sisi sebelah kiriku. Bun Kwa Siang, engkau berjaga di
belakang, pukul sekuatnya siapapun yang mendekat, dan jangan
2983
takut menggunakan ilmu ajaranku. Hong moy, engkau berdiri di
sisiku, kita akan bekerja dan melawan semua musuh secara
bersama dan jangan berdiri terlampau jauh dari arena kita
bekerjasama melawan mereka........”
Selepas perkataan Koay Ji, Khong Yan, Tio Lian Cu, Bun Kwa
Siang dan si nakal Kang Siauw Hong segera menempati posisi
yang dimaksud. Bahkan Siauw Hong yang biasanya nakal, kali ini
sudah maklum, bahwa kakaknya sedang bekerja dan jelas
nampak sangat serius. Tidak seperti biasanya kakaknya seserius
itu, dan jika sudah dalam keadaan serius, maka diapun agak
sedikit was-was untuk ermain-main. Karena itu, dengan tidak ragu
dia berdiri berdampingan di sisi kakaknya itu, dan saat itu dia
mendengar suara Koay Ji yang dibisikkan kepadanya dengan
ilmu menyampaikan suara yang hanya dia yang paham:
“Jika memang harus, jangan takut melepas ilmu-ilmu ajaran
toako, kita berhadapan dengan musuh-musuh hebat....”
“Baik Toako.......”
Sementara itu, melihat munculnya Koay Ji, Rajmid Singh sudah
langsung paham bahwa lawan berat mereka sudah munculkan
2984
dirinya. Dan diapun tertawa terkekeh kekeh dan kemudian
berkata:
“Hohoho, ternyata andalan lawan-lawan kita hanyalah anak
semuda ini,,,,,, tidak akan sulit kita menaklukkan mereka
semua......” suaranya terdengar seperti seekor kucing kejepit,
nyelekit dan tidak enak di kuping.
“Memang tidak sulit, dan saking mudahnya, engkau terbirit-birit
dari pintu gerbang sana..... hahahaha, ilmu sihir dan jebakan
sihirmu tidak akan mempan orang tua. Dan engkau Bu Tek Seng
Ong, sudah waktunya engkau menghentikan perbuatan laknatmu
dan kemudian mempertanggungjawabkannya dihadapan seluruh
pendekar Tionggoan. Korbanmu sudah terlampau banyak, maaf
jika kami harus turun tangan kejam atas dirimu nantinya.....”
“Hahahahahaha, sungguh berisi, sungguh berisi......” terdengar
pujian Bu Tek Seng Ong, tokoh yang berada dibalik semua
kekisruhan, terror, pembunuhan serta juga pertikaian berdarah di
daratan Tionggoan selama beberapa saat belakangan ini. Dia
tidak terdengar takut, tetapi penuh percaya diri dengan apa yang
dia lakukan dan apa yang akan dia kerjakan nanti. Kelihatannya,
keberadaan dua tokoh yang berdiri di belakangnya membuatnya
2985
menjadi percaya diri dan karena itu dia tidak terlihat sangsi
ataupun takut dengan semua yang terjadi.
“Jika dapat menangkap mereka berlima, selesailah pertarungan
melawan mereka yang pongah menyebut pembela keadilan.
Serang mereka......” perintahnya sambil menggerakkan tangan
sebagai tanda agar serangan segera dilakukan pada saat itu juga.
Genderang perang sudah ditabuh.
“Mo Hwee Hud dan Sam Boa Niocu menyerang dari kanan,
Geberz dan Jamukha menyerang dari kiri, Liok Kong Djie dan
Tiang Pek Paycu Ki Leng Sin Ciang
(RaksasaTelapakTanganSakti) Ma Hiong Seng, kalian
menyerang dari belakang, tinggalkan saja untuk bagian depannya
karena akana da yang akan menanganinya secara khusus...”
terdengar komando tambahan dari sang pemimoin Bu Tek Seng
Ong yang mengatur orang-orangnya. Secara cepat dan tepat dia
membagi tugas dan percaya, bahwa missi mereka akan berhasil.
Benarkah? Entah.
Dan seperti yang sudah dikomandokan tadi, nama-nama yang
disebutkan segera mengambil posisi, dan hanya dalam hitungan
detik, serangan merekapun segera dimulai. Koay Ji paham,
bahwa posisi mereka sangat berbahaya, tetapi dengan mereka
2986
bertarung saling membelakangi, membuat pertahanan mereka
menjadi lebih kokoh dan kemungkinan di keroyok secara massal
terhitung sulit. Tetapi, Koay Ji juga paham, bahwa pertarungan
seperti itu tidak akan bertahan lama, dan adalah dia yang harus
bertanggungjawab atas pertahanan mereka pada saat itu. Berpikir
demikian, maka diapun kemudian menggereng dalam nada
marah dan kemudian berteriak dalam kekuatan yang amat hebat:
“Arrrrrrrrcccccckkkkkkkkkkk .....”
“Hmmmm, serang dan segera lumpuhkan,,,,, dia memanggil
bantuan...” terdengar teriakan Bu Tek Seng Ong yang cukup
sadar dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Koay Ji dengan
teriakan kerasnya barusan.
Dan benar saja, meskipun sisi paling bahaya adalah bagian
belakang yang dijaga oleh Kwa Siang, tetapi Koay Ji sudah
memperkirakan bahwa Kwa Siang tidak akan mudah ditembus.
Beberapa kali dia berbenturan dengan tidak taku melawan Liok
Kong Djie dan bertarung gagah dengan gagah berani.
Kekebalanlah yang kemudian membuatnya mampu bertahan
meski berkali-kali dia kena terpukul Liok Kong Djie yang kemudian
sadar bahwa tidak ada gunanya melawan Kwa Siang dengan
tenaga luar. Meski tenaga luarnya sendiri amat hebat, tetapi dia
2987
sadar, belum cukup hebat untuk menghadapi si pemuda yang
memiliki kekuatan gwakang mujijat. Benturan mereka sampai dua
kali, membuatnya terlempar ke belakang karena kalah kuat
kekuatan gwakangnya. Begitupun dengan terjangan Ma Hiong
Seng, meskipun beberapa kali masuk ke sasaran, tetapi tidak
mampu mengapa-apakan Bun kwa Siang yang memang mujijat
itu.
Sementara pada bagian kanan yang dijaga oleh Khong Yan,
mendatangi dan juga menyerangnya secara kebetulan adalah
musuh perguruannya – Mo Hwee Hud yang maju bersama istrinya
Sam Boa Niocu. Tetapi, meski gabungan mereka berbahaya,
Khong Yang yang berdiri bersisian dengan Siauw Hong dan Kwa
Siang meladeni mereka dengan tenang dan hati-hati. Posisinya
membuat Mo Hwee Hud dan juga Sam Boa Niocu tidak bisa
mencecarnya habis-habisan, dan karena itu, justru adalah Mo
Hwee Hud yang lebih serng melawan dan menyerang Khong Yan
dengan ilmu ilmu andalannya yang menyeramkan. Hanya,
sehebat apapun Mo Hwee Hud, tetap saja semua ilmu hebatnya
sudah dikenal oleh Khong Yan yang memang dilatih oleh suhunya
secara khusus menghadapi musuh mengerikan seperti Mo Hwee
Hud ini. Dan lagi, tambahan ilmu pengajaran Koay Ji,
membuatnya menanjak semakin tinggi hingga tidak lagi merasa
2988
takut dan khawatir dengan seorang seperti Mo Hwee Hud. Hingga
sisi kanan untuk sementara dapat dipertahankan, apalagi Siauw
Hong sesekali datang memberi dia bantuan.
Di sisi kiri ada Tio Lian Cu yang kini bisa berhadapan dengan
Geberz dan Jamukha hingga hitung-hitungannya akan bisa
mendesak lawan. Tetapi, pada akhirnya siapa yang menonton
pertempuran sadar, bahwa cara yang dipilih Koay Ji dengan Kwa
Siang pada pertahanan pintu belakang, memang sangat hebat.
Kwa Siang benar benar menjadi palang pintu belakang yang
maha kuat, susah dipukul jatuh, meski untuk itu Koay Ji harus
membagi waktu dan perhatian untuk meninjau keadaannya. Beda
dengan Khong Yan dan Lian Cu yang memang lebih bisa
dipercayainya. Pada kasus Tio Lian Cu, karena Jamukha tidak
bisa selalu menyerang, membuat Geberz yang selalu ambil
insiatif, tetapi jelas susah mengeroyoknya karena di sisi itu, juga
ada Koay Ji yang selalu siaga.
“Rajmid Singh Locianpwee,,,,, sudah saatnya.....”
Perkataan Bu Tek Seng Ong diiringi dengan majunya dia ke arena
dan langsung menyerang posisi Koay Ji dan Siauw Hong.
Sementara saat dia maju ke arena, tokoh yang disebut Rajmid
Singh sudah meloncat ke belakang dan kemudian dalam posisi ini
2989
dia mulai berkemak-kemik. Jelas apa yang akan diakukan Rajmid
Singh sementara Bu Tek Seng Ong kelihatannya sudah
memutuskan untuk segera turun tangan, waktu semakin sempit.
Serangan Bu Tek Seng Ong mengarah ke Koay Ji, tetapi Koay Ji
sadar bukan tokoh ini yang mesti dia waspadai. Meski demikian,
Koay Ji kaget juga karena Bu Tek Seng malah turun tangan
sendiri dan dengan mudah dia menangkis serangan itu. Bu Tek
Seng Ong memang terasa cukup hebat, masih sedikit lebih hebat
dibanding tokoh sekelas Mo Hwee Hud dan Liok Kong Djie, tetapi
jelas masih belum mampu menggetarkan Koay Ji. Yang
dikhawatirkan Koay Ji bukanlah Bu Tek Seng Ing yang baginya
tidaklah terlalu membahayakan. Justru adalah Rajmid Singh yang
entah berada di sisi mana sekarang dan tokoh satunya lagi yang
belum dapat dilihat oleh Koay Ji secara lebih jelas. Kedua tokoh
itulah yang mendatangkan rasa was-was bagi Koay Ji, karena dia
paham dan yakin, mereka berdualah tokoh paling hebat di pihak
lawan saat ini.
Serangan-serangan Bu Tek Seng Ong dengan mudah ditepis dan
dialihkan oleh Koay Ji, tetapi dia kaget karena jurus serangan dan
kekuatan iweekangnya, nyaris sama kuat dengan Siauw Hong.
Hanya saja, masih lebih terlatih dan lebih lancar dalam
mengalirkan serangan demi serangan yang juga segera jelas
2990
adalah aliran perguruan Pat Bin Lin Long. “Hmmmm, jelas mereka
semua, Geberz, Phoa Tay Theng, Pek Kut Lodjin berasal dari
perguruan yang sama” desis Koay Ji. Berpikiran begitu, Koay Ji
menjadi lebih tenang. Bukan apa-apa, dia memiliki pengetahuan
dan bahkan menguasai secara jelas dan dalam khasanah ilmu
silat Pat Bin Lin Long tersebut, malah dalam banyak hal lebih luas
dan lebih detail dibanding semua anak murid perguruan tersebut.
Tetapi hal yang membuatnya merasa aneh dan heran adalah,
mengapa anak-anak murid tokoh mujijat 200 tahun silam itu justru
nyaris semua ada di jalan yang tersesat? Hanya Pek Kut Lodjin
dan cucu luarnya yang dia tahu berada di jalan yang sebaliknya.
Tetapi, tetap saja dunia persilatan tidak memahami mengapa Pek
Kut Lodjin sedemikian kejinya dan mengaduk-aduk rimba
persilatan. Kini, setelah Pek Kut Lodjin, 20 atau 30 tahun
kemudian, anak murid keturunan Pat Bin Lin Long yang lainnya,
turut membawa bencana bagi rimba persilatan. Bencana karena
sudah amat banyak korban, sudah ratusan atau bahkan ribuan
nyawa melayang secara sia-sia karena ambisi mereka.
Diam-diam Koay Ji menyesalkan kenyataan itu. Dia merasa
sayang dengan bakat istimewa dan kemampuan Pat Bin Lin Long
yang luar biasa dilanjutkan oleh anak dan cucu muridnya yang
berjalan di jalan sesat. Syukur dia melatih sekalian terus menjaga
2991
Kang Siauw Hong, turunan tunggal Pek Kut Lodjin, penjahat besar
masa lalu yang ternyata adalah korban dari suhunya sendiri.
Menjadi boneka kejahatan gurunya dengan cara keji. Maka
dengan pengetahuan itu, Koay Ji terus mampu menghalau dan
melawan semua serangan Bu Tek Seng Ong dan bahkan sesekali
dia mengembalikan serangannya dan membuat tokoh itu terlontar
ke belakang dengan hebatnya. Sesekali dia membiarkan Siauw
Hong yang menangkis dan menghalau serangan Bu Tek Seng
Ong, untuk memberi pengalaman dan juga pengetahuan lain bagi
gadis adik angkatnya itu.
Tengah tarung mereka meningkat lebih berbahaya, tiba-tiba yang
dikhawatirkan oleh Koay Ji sejak awal muncul juga pada akhirnya:
“Hahahahaha, menyerahlah kalian anak-anak muda yang hebat.
Kalian sudah amat kelelahan, lebih baik kalian segera
mengaso.......”
Jelas, itulah serbuan sihir Rajmid Singh yang amat berbahaya,
dan dia harus segera menghadapinya. Dia sendiri dan Kwa Siang
masih bisa mengatasi, tetapi dia sadar bisa berbahaya bagi
kawan-kawannya yang lain, Khong Yan dan Tio Lian Cu serta juga
adiknya Kang Siauw Hong. Mau tidak mau diapun mengerahkan
kekuatan sihirnya dan balas membentak:
2992
“Terus bertarung, biarkan siluman busuk asal Thian Tok itu
ngoceh tidak keruan, jaga konsentrasi masing-masing......”
bentakan mujijat Koay Ji memang bermanfaat, meski sempat
membuat kawan-kawannya agak tersentak oleh kekuatan mujijat
Rajmid Singh tadinya. Sementara Koay Ji menyerahkan agar
Siauw Hong melawan Bu Tek Seng Ong, yang dia tahu meski
berat tetapi rada lumayan untuk bertahan beberapa lama dari
serangannya. Apa boleh buat, pilihan Koay Ji pada saat itu sudah
sangat terbatas.
“Hahahahaha, Ular Besar ini akan segera menelan kalian
semua...” luar biasa, ada banyak orang yang tertegun
menyaksikan di udara ada seekor ular besar atau malah ular
raksasa yang sudah terbentuk dan meliuk-liuk ingin menerkam
kelima anak muda yang sedang sibuk bertempur melawan
musuh-musuh mereka. Tetapi, semua, yakni Khong Yan, Tio Lian
Cu dan Siauw Hong sudah membulatkan tekad dan mengerahkan
kekuatan batinnya. Sementara khusus Kang Siauw Hong, karena
berada dekat Koay Ji, diapun bisa menerima serangan sihir itu
atas sedikit bantuan kakaknya. Tetapi, jelas pertarungahn dan
serangan sihir atas mereka mendatangkan pengaruh yang
sungguh tidak kecil.
2993
“Hmmmmm, ular mana menang melawan burung raksasa....”?
lawan Koay Ji sambil mengerahkan lengannya dan menunjuk ke
atas, dan sebentar saja di angkasa jadi sebuah arena tarung
mujijat, antara Rajmid Singh melawan Koay Ji. Memang rada
untung bagi Koay Ji yang memiliki kekuatan batin dan kekuatan
mujijat berdasarkan kejadian istimewa atas dirinya. Lebih dari itu,
sejak mengetahui melawan musuh yang berbekal sihir, dia mulai
mendalami bagian kitab mengenai sihir yang sudah dia tanamkan
di kepalanya sejak masa kecilnya. Khusus melawan ilmu sihir,
ilmu hitam dan juga ilmu batin lainnya.
“Ularku lebih besar dan akan memakan burungmu.....” terdengar
bentakan mujijat Rajmid Singh yang membuat banyak orang
kembali merasa seram karena ular besar itu tiba-tiba lebih
membesar
“Burung raksasaku tidak akan takut orang tua......”
Pada saat tarung mujijat itu berlangsung, nampak tokoh mujijat
yang satu lagi mulai berjalan agak maju memasuki ruang yang
cukup untuk dia melakukan serangan. Dia mengincar posisi Koay
Ji dan juga Siauw Hong. Dan dia menunggu serangan sihir Rajmid
Singh yang lebih hebat untuk membuat Koay Ji lebih sibuk agar
dia mampu menyudutkan anak muda itu dan meraih kemenangan
2994
dengan lebih cepat. Dia tahu, jika Koay Ji roboh, maka anak muda
lainnya akan mudah ditaklukkan dengan sihir mujijat dari Rajmid
Singh.
“Awas hujan api akan membakar kalian semua..” kembali Rajmid
Singh membentak dengan suara penuh wibawa
“Accccch, hujan es akan menawarkannya,,,,,,” dalam ilmu sihir,
Koay Ji memang hanya menguasai pertahanan atas ilmu sihir,
dan jarang atau kurang mau berlatih dengan menyerang lawan
menggunakan ilmu sihir model seperti Rajmid Singh pada saat itu.
Tetapi, itu sudah cukup baginya untuk melindingi diri dan
melindungi teman-teman yang lain yang sedang bertempur.
“Api akan semakin membesar...... api akan membakar kalian
semua.....” sambaran api itu, benar-benar membesar dan
menyerang Koay Ji dan kawan-kawannya. Tapi pada saat itu,
Koay Ji sendiri sudah berkonsentrasi penuh menghadapi ilmu
sihir lawan. Karenanya diapun membalas;
“Hmmmmm, api hanya akan melehkan es yang dingin membeku,
tetapi tidak akan banyak berarti melawan air yang adalah
lawannya....”
2995
Saat tarung sihir mujijat itu berlangsung semakin memuncak,
adalah saat yang juga dipilih oleh Bu Tek Seng Ong dan
belakangan bergabung si manusia mujijat satu lagi yang langsung
menyerang posisi Koay Ji saat itu. Untungnya, meski sedang
dalam tarung sihir, Koay Ji masih sempat melihat serangan hebat
yang sedang saat itu mengarah ke posisinya. Dan dia kaget serta
terkesiap, karena pada saat itu dia harus menahan arus sihir
lawan yang maha hebat. Itu berarti dalam seketika, dia harus
membagi perhatian, dan mau tidak mau dia mesti menanggulangi
terlebih dahulu serangan lawan ke arahnya. Tapi mulutnya masih
sempat berteriak dalam bahasa yang tidak dikenal oleh siapapun
pada saat itu. Entah suara apakah itu? kelihatannya hanya
seorang Koay Ji dan pihak tertentu yang paham dan tahu arti dan
makna suara aneh Koay Ji itu.
Dengan cepat Koay Ji menahan serangan lawan meski posisinya
agak sulit. Tapi dia enggan berkelit, karena agak bahaya dengan
posisi kawan-kawannya yang lain. Karena itu, dengan cepat dia
mengerahkan kekuatan iweekang gabungan guna menahan
serangan cepat dan membahayakan dari lawannya. Dan kini,
baru dapat dia melihat jelas, kakek yang sudah amat tua, mungkin
setua suhunya yang sedang datang dan menyerangnya. Dia
sadar bahaya, dan karena itu menahan dengan jurus istimewa
2996
dari Ilmu Budha, amat jarang atau bahkan belum pernah dia
sendiri keluarkan dan kerahkan sebelumnya. Dia lupa dengan
janjinya, karena hanya ingat jurus pertahanan Tay Lo Kim Kong
Ciang dengan ilmu tubuh bersepuh emas yang tahan bakar dan
tahan racun.
“Duk..... Duk..... Duk......”
Terjadi benturan sampai tiga kali, tetapi Koay Ji mundur
selangkah sementara lawan yang menyerangnya terlihat kaget
karena tidak mampu memukul Koay Ji secara telak dalam
serangannya tadi. Bahkan, meski mundur selangkah, Koay Ji
kemudian menggunakan ilmu lain, yang dia namai Ilmu Ci Liong
Ciu Hoat (Ilmu Mengekang Naga) dengan rumus yang dia buat
sendiri menyempurnakan ilmu itu. Sebanyak 3 kali dia menyerang
lawan dengan mengarah lengan, pundak dan juga dada kiri lawan
sambil tubuhnya doyong ke belakang dan berayun dengan satu
kakinya guna menjangkau posisi yang pas dan selanjutnya
menyerang lawan.
“Iccchhhh, luar biasa......”
Lawannya terkejut dengan serangan balik Koay Ji, karena mampu
mendesaknya dan mau tidak mau dia mundur setengah langkah.
2997
Memberi ruang dan waktu yang baik bagi Koay Ji memperbaiki
posisi dan kemudian, mereka kini berhadapan dalam posisi
bebas, dan setara tanpa ada yang dirugikan. Sementara itu,
teriakan khas dan aneh Koay Ji sudah berbuah baik, karena
puluhan kera tiba-tiba melacak posisi Rajmid Singh dan langsung
melempari tokoh itu dengan buah-buahan dan juga bebatuan.
Dalam posisi yang sedang mengerahkan tenaga mujijat, jelas
kerepotan besar bagi Rajmid Singh guna menahan gangguan
yang sebenarnya kecil itu. Tetapi, gangguan kecil itu sudah
menyelamatkan dan bermakna besar bagi Koay Ji dan kawankawannya
yang sedang bertempur seru. Ilmu sihir kembali lenyap,
dan mereka kini bertarung habis-habisan untuk bisa menang.
Kembali terjadi saling serang antara Koay Ji dan lawannya yang
sudah amat renta tapi mampu menggedor ilmu iweekangnya
secara hebat. Sesungguhnya dia merasa tidak kalah terlampau
jauh, hanya tipis saja, adalah terutama kekhasan iweekangnya
yang membuat dia mampu bertahan. Sekaligus juga membuatnya
tidak amat berat menahan semua serangan lawannya yang maha
hebat itu. Keuntungan baginya, karena serangan Rajmid Singh
yang membuatnya salah posisi kini agak terhenti gara-gara
serangan para monyet. Orang tua itu marah-marah tetapi sulit
menyerang pasukan monyet yang berdiri agak jauh di atas pohon,
2998
dan terlampau lucu jika dia menyerang pohon gara-gara mau
mengusir monyet. Karena itu, diapun bergegas guna mencari
tempat yang lebih strategi untuk membantu kawan-kawannya.
Tapi, apa lacur, dia kesulitan karena banyak lokasi yang sedang
terbakar membara, hingga hanya hutan tadi lokasi yang tepat.
Ditulis Oleh : ali afif ~ Ali Afif Hora Keren
Tulisan Cerita Panlok PANL 18 ini diposting oleh ali afif pada hari Jumat, 20 April 2018. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca Tulisan ini di Blog Ali Afif, Bukan Blogger terbaik Indonesia ataupun Legenda Blogger Tegal, Blogger keren ya Bukan. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.