Cerita Silat Online Pedang Pusaka Buntung 3
- Cersil Online Pedang Pusaka Buntung 2
- Cersil Pedang Pusaka Buntung 1
- Cerita Silat China : Pedang Kunang Kunang Full Len...
- Cerita Dewasa Model Sutradara: PKK 10 Tamat
- Cerita Birahi Model : PKK 9
- Cerita Ngentot Sutradara Ayu : PKK 8
- Cerita Dewasa Model Indo : PKK 7
- Cerita Seks Model Baru : PKK 6
- Cerita Ngentot Model Cantik : PKK 5
- -
kembali, karena suara itu tak asing lagi baginya, ialah suara
dari Hut Mo Sin Kie Ceng Lian Tay-su yang telah
mengajarkan ia ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam Hoat. la
lari kearah suara itu. Betul saja dibalik semak belukar disisi
jalan ia dapatkan Ceng Lian Taysu sedang berdiri menanti.
Setelah diperkenalkan kepada It Hok To-jin, Ceng Lian Sin
Nie berkata: „Setelah aku berlalu dari pegunungan Kong
Lee Leng, aku berusaha mencari Sin It Cui di-mana2, tetapi
usahaku hampa belaka. Untunglah aku dapat berjumpa lagi
dengan Kong Sun Kong-cu!" la berhenti sejenak lalu
melanjutkan lagi : „Kalian telah datang dipegunungan Lak
Cao, bukankah ingin pergi kekuil Sun Yu Kong untuk
menyatroni Ban Cun Bu? Mungkinkah dalam jangka waktu
yang singkat ini, kalian telah berhasil mencari kitab Ju Keng
guna memahirkan ilmu silat dan datang membasmi Ban
Cun Bu??"
Kong Sun Giok telah mengetahui tentang wataknya
Ceng Lian Sin Nie yang telah membatasi keganasan Sin It
Cui yang tak diperbolehkan membunuh orang sebelum
balok ketiga dipukul patah. lapun menceriterakan hal
ikhwal ia telah mengangkat saudara dengan Sin It Cui.
Ceng Lian Sin Nie mendengarinya dengan penuh
perhatian, sampai penuturan Kong Sun Giok selesai. la
berkata: „Sin It Cui sebetulnya seorang yang budiman,
hanya ia belum insyaf akan perbuatan2nya yang salah. Jika
kau dapat disegani oleh ia, kau betul2 beruntung, karena
kau dapat belajar banyak2 ilmu silat daripadanya. Kau
harus ketahui bahwa ilmu pukulan Tian Sin Ciong adalah
194
salah satu ilmu Sin Mo San Sut (ilmu sakti membasmi
siluman) yang tidak mudah diwarisi kepada orang lain!
Tapi, meskipun kau telah pelajari ilmu Tian Sim Ciang dari
Sin It Cui, kau seharusnya tidak boleh bertindak sembrono
terhadap Ban Cun Bu! Sin It Cui dengan ilmu Sin Mo San
Sut-nya telah dibikin luka parah oleh Ban Cun Bu dengan
ilmunya Sun Yo Cin Kay. Iblis Ban Cun Bu itu lihay sekali.
Setelah kau peroleh kitab Ju Keng dan memahaminya, kau
malah harus berlatih sungguh2 sebelumnya kau dapat
melawan iblis Ban Cun Bu itu !"
Kong Sun Giok clan It Hok To-jin merasa berterima
kasih atas peringatan Ceng Lian Sin Nie. Lalu mereka
menuturkan pengalaman2 dan peristiwa2 yang mereka
alami selama mereka berusaha mencari kitab Ju Keng,
dengan maksud agar Ceng Lian Sin Nie juga dapat
memberikan mereka petunjuk2 yang berharga. Kong Sun
Giok tidak lupa menceriterakan kesimpulannya tentang
sajak2 yang tertera diatas kulit kambing dalam
hubungannya dengan kera batu dibawah pohon cemara itu.
Ceng Lian Sin Nie-pun anggap kesimpulannya Kong Sun
Giok masuk diakal setelah la melihat sajak2 diatas kulit
kambing tersebut. Sambil bersenyum ia berkata : „Karena
Sin It Cui telah memberitahukan kepada Kong Sun Kongcu
bahwa ia sedang bertapa untuk memahirkan ilmu
silatnya dengan maksud melawan Ban Cun Bu lagi, aku
kira ia tak akan berkeliaran melakukan perbuatan yang
bukan2. Rupanya aku sekarang tak mempunyai tugas
penting lagi. Dengan demikian aku juga dapat menyertai
kalian pergi kepuncak Sian Yan Hong mencari kitab Ju
Keng yang sangat berharga itu."
Dengan ditambahnya seorang yang berilmu silat tinggi,
Kong Sun Giok menjadi girang sekali. Lalu dengan ilmu
195
meringankan tubuh, mereka lari menuju kepuncak Sian
Yan Hong.
Melihat bentuk yang angker dan jurang yang curam lagi
tebing dari puncak Sian Yan Hong, dengan tak dirasanya
lagi, Ceng Lian Sin Nie menyatakan kekagumannya.
Setelah mereka tiba ditempat kera batu gunung itu, mereka
lalu mencari tanda atau tali yang dapat menuntun mereka
ketempat tersimpannya kitab Ju Keng. Lama juga mereka
berusaha mencarinya, tapi mereka tak menemukan tanda
apapun juga!
Kong Sun Giok menjadi putus asa agaknya. la menghela
nafas dan mengeluh : „Kera sakti itu telah berkorban untuk
membasmi ular berbisa dan telah berjasa besar terhadap
rakyat yang tinggal disekitar puncak gunung ini. To-jin yang
budiman itu telah memahat patungnya sebagai tanda
peringatan. Seyogyanya kita tidak harus membongkar
patung itu untuk mencari kitab Ju Keng!"
Ceng Lian Sin Nie pinjam pedangnya Kong Sun Giok,
lalu dengan ujung pedang itu la me-ngetok2 patung kera itu.
la mendengarinya dengan cermat suara batu yang
diketoknya itu, suara mana ia memastikan bahwa batu itu
tidak kosong dalamnya. Iapun tampaknya seperti orang
yang berputus asa juga la berkata kepada Kong Sun Giok:
„Ju Cay Ju Tiong (kelembutan didalam kelembutan)
sebetulnya huruf Ju (kelembutan) itu harus cocok dengan
huruf Ju yang berarti kera sakti. Patung yang kita lihat
hanya bagian atas dari tubuhnya kera saja. Apakah kera itu
tak ada bahagian bawahnya ?"
Kata2 itu membikin Kong Sun Giok insyaf bahwa ia juga
harus menyelidiki bagian bawah dari patung kera tersebut.
„To-jin itu telah memahat bagian atas dari kera saktinya.
Bagian bawahnya mungkin hanya batu patung yang diatas
itu juga!"
196
It Hok To-jin tidak menunggu lagi. Ia cabut pedangnya,
dan dengan ujung pedangnya itu ia tusuk dibagian bawah
dari patung kera itu! Betul saja terdengar suara bahwa batu
dibagian bawah dari patung kera itu kosong. Kong Sun
Giok ingin segera menyelidiki lebih dekat, tetapi Ceng Lian
Sin Nie berkata sambil tertawa : „Sabar, jari tanganku ini
dapat menembusi batu atau emas. Biarlah aku yang toblosi
batu gunung ini." Lalu dengan semua tenaga dalamnya
yang telah dikerahkan ia menggurat dengan satu jarinya
tangannya sebuah lingkaran diatas batu bagian bawah dari
patung kera itu. Kemudian dengan jari itu juga ia congkel
lingkaran tersebut. Segera juga batu seluas satu kaki persegi
tercongkel keluar. Batu itu betul2 kosong dalamnya!
Dengan bernapsu Kong Sun Giok masukkan tangannya
kedalam lubang tersebut. Lalu ia berseru dengan gembira.
Dengan tangan gemetar ia tarik keluar satu kotak dari
kristal yang berukuran 10 cm X 20 cm.
It Hok To-jin mendongak dan mengawasi langit dengat
khidmat. la berterima kasih kepada Tuhan. Lalu ia
menghampiri Kong Sun Giok untuk memeriksa isi daripada
kotak kristal yang baru diperolehnya. Kotak itu berisi satu
kitab yang panjangnya 15 cm dan lebarnya 8 cm. Diatas
kulit kitab tertulis delapan huruf yang berbunyi: Cu Ju Kek
Kong, Bo Tiong Bo Kit (Dengan kelembutan mengatasi
kekerasan, Segala soal berhasil baik) .
Dengan sangat girangnya Kong Sun Giok berkata : „Jisu-
heng, cobalah lihat huruf Bo Tiong Bo Kit itu, bukankah
itu kunci daripada ilmu silat pedang Thian Lam yang
dinamakan Bo Kit Hie Kong (Tenaga dalam tak terhingga)?
Dari sini kita dapat membuktikan kebenarannya bahwa
kitab Ju Keng itu sangat erat hubungannya dengan partai
silat Thian Lam"
197
It Hok To-jin memotong pembicaraan, ia berkata : „Sutee,
kita harus sabar. Kotak ini belum terbuka, dan kitab Ju
Keng masih didalamnya. Untuk membuka kotak kristal ini,
kita harus minta pertolongannya Ceng Lian Tay-su."
Ceng Lian Sin Nie pegang kotak kristal itu, ia lihat
bahwa di-tengah2 kotak ada garis hitam yang
melingkarinya. Ia coba untuk membukanya dari garis
hitam, tetapi kotak itu tidak dapat terbuka se-akan2 dibuat
dari batu kristal yang utuh!
It Hok To-jin mengerutkan kening, lalu berkata :
„Dengan susah-payah kita mendapatkan kitab Ju Keng,
tetapi kitabnya berada didalam kotak yang tak dapat
dibuka. Kita harus berdaya sedapat mungkin untuk
membukanya, jika tidak, kita hanya dapat melihat kitab itu
dari luar saja, sedangkan isinya yang penting dan berguna
kita tak dapat membatlanya."
la berpikir sejenak, lalu dengan bersenyum ia berkata
kepada Ceng Lian Sin Nie :„Aku mohon Tay-su
menggunakan lagi jari tangan Tay-su yang lihay. Dengaui
tenaga yang telah dikumpulkan di-ujung jari, aku yakin
Tay-su dapat menggores garis hitam yang melingkari kotak,
dan mungkin kotak tersebut akan terbuka."
Ceng Lian Sin Nie menyahut :„Kotak kristal ini betul2
ganjil. Baiklah, aku akan mencoba membukanya dengan
menggunakan kuku jariku." la duduk diatas satu batu
gunung untuk mengumpulkan tenaga dalamnya disalurkan
keujung jari tangannya untuk menggores lingkaran hitam
disekitar tengah2 kotak kristal itu dengan menggunakan
kukunya. Goresan kukunya menimbulkan peristiwa yang
ganjil sekali. Segera asap tebal keluar dari goresan. It Hok
To-jin, Kong Sun Giok dan Ceng Lian Sin Nie menjadi
kaget, dan keringat dingin keluar dari seluruh tubuh
mereka!
198
Tenaga dalam yang dikerahkan diujung jari tidak
berhasil membuka kotak, hanya asap tebal yang mengepul
keluar dari bekas goresan kuku! Lebih celaka lagi, kitab
didalam kotak itu rupanya juga terbakar. Mereka menjadi
masgul dan cemas!
Kitab Ju Keng telah mereka dapati setelah mengalami
banyak kesukaran2, kesulitan2 bahkan pertarungan2 dan
pembunuhan2, tapi kini rupanya sedang terbakar dihadapan
mereka!Mereka memandangnya dengan tak berdaya!
Kong Sun Giok lalu teringat akan sajak kedua, yang
berbunyi: „Ko Beng Ju Kek (Kesaktian atau kekerasan
dapat diatasi oleh kelembutan).” Kotak keristal tersebut tak
dapat dibuka dengan kekerasan, mungkin dapat dibukanya
dengan menggunakan kelembutan. Karena kegirangan yang
sangat memperoleh kotak yang berisi kitab Ju Keng itu,
Kong Sun Giok telah lupa sama sekali kepada bunyi sajak
yang kedua itu.
„Jika kitab didalam kotak keristal musnah terbakar,”
pikirnya, „kita tak akan berdaya membalas dendam Suhu
Su-siok2 kita. Kelak, setelah lewat sepuluh tahun, iblis Ban
Cun Bu pasti akan datang kedaerah pertengahan dan
melakukan perbuatan yang se-wenang2 sehingga lebih
banyak orang yang akan menjadi korbannya! Dan sampai
waktu itu, apabila terjadi, siapakah yang akan dapat
mencegah perbuatannya yang durhaka dan tak
berperikemanusiaan itu ?"
Mereka tak berdaya. Mereka berdiri tertegun dan
berkuatir menyaksikan kotak diliputi oleh asap yang tebal.
Rupanya kitab Ju Keng didalamnya juga terbakar menjadi
abu!
It Hok To,-jin merasa bersalah dan berdosa. la yang
mengusulkan membuka kotak keristal itu dengan meng
199
gunakan kuku jari. Karena ia, maka kitab Jiy Keng itu
musnah terbakar! la berdosa terhadap gur dan paman2
gurunya yang telah berada didunia baka. Karena tak bisa
membalaskan dendamnya. Lalu ia cabut pedangnya dan
ingin menggorok lehernya sendiri!
Perbuatan yang nekad itu dilihat oleh Ceng Lian Sin Nie
yang buru2 mengebutkan lengan bajunya. Hembusan angin
dari kebatan lengan baju itu dahsyat sekali, pedangnya It
Hok To-jin terlepas dan terlempar ditanah! Ceng Lian Sin
Nie pun membentak : „Meskipun kita telah berbuat salah,
kita tak harus kecewa atau putus asa. Lagi pula kesalahan
tersebut tidak sengaja! Dengan tewasnya kau, bukankah
iblis Ban Cun Bu akan lebih ringan menghadapi
musuh2nya?"
It Hok To-jin menundukkan kepala tidak menyahut. la
merasa malu. Air matanya tak tertahankan lagi, mengucur
deras sekali. Setelah ia merasa agak tenang sedikit ia
berkata :„Aku hanya ingin menebus dosaku karena
musnahnya kitab yang berharga ini. Aku rela rnelakukan
segala apa yang akan dapat menebus dosaku yang maha
besar ini !"
Ceng Lian Sin Nie melihat lagi kotak keristal itu, dan
memperhatikan juga bahwa kitab Ju Keng didalamnya telah
menjadi abu. Ia taruh kembali kotak keristal itu didalam
lubang ditempatnya semula, dan menutup lobangnya
dengan potongan batu yang ia telah congkel keluar.
Kemudian ia panggil Kong Sun Giok dan It Hok To-jin dan
suruh mereka duduk. la mulai menanya: ,,Bukankah partai
Thian Lam mempunyai tiga orang murid ?"
Kong Sun Giok mengangguk dan menyahut :„Betul!
Kami masih mempunyai seorang Toa-su-heng (kakak
seperguruan laki2). Dikalangan Kang-ouw ia terkenal
sebagai It Ceng To-jin."
200
“Aku tidak percaya dan tidak menduganya bahwa kalian
dapat cari kitab Ju Keng," kata Ceng Lian Sin Nie, „oleh
karena itu aku senantiasa memikirkan cara untuk melawan
Ban Cun Bu. Menurut pendapatku, untuk melawan Ban
Cun Bu, kalian harus melawan dengan bertiga, dan satu
harus rela berkorban!"
It Hok Tojin tidak menanti ucapan itu selesai, ia
menyahut : „Harap Tay-su berikan petunjuk tentang
caranya membasmi iblis Ban Cun Bu! Aku telah bersumpah
rela berkorban, maka akulah yang akan mengorbankan diri
untuk menebus dosaku dalam membasmi Ban Cun Bu
nanti!" la berhenti bicara dan memandang sejenak kearah
Kong Sun Giok. Lalu ia melanjutkan : „Su-tee Kong Sun
Giok adalah seorang cerdas serta tangkas pula. Setelah
mempelajari ber-bagai2 macam ilmu silat, ia akan jauh
lebih pandai silatnya daripada aku. Partai silat Thian Lam
harus menjadi beban-nya. la harus mempertahankan nama
Thian Lam demi kepentingan Suhu dan Su-siok2 kita !
Bagiku tak lain aku harus berkorban!
Ceng Lian Sin Nie mendengarinya akan menganggukkan
kepalanya. Kong Sun Giok terharu mendengar ucapan Jisu-
hengnya. Ia menjadi sedih hati, dan menundukkan
kepalanya tidak bicara. Sedang sesaat Ceng Lian Tay-su
menanya It Hok To-jin lagi: „Jika kau telah bertekad untuk
berkorban, apakah kau sudi melakukan atau melaksanakan
petunjuk2ku?"
It Hok Tajin mengangguk tanpa ragu2.
201
Tenaga yang dikerahkan diujung jari tidak berhasil membuka
kotak kristal itu, hanya asap tebal yang mengepul keluar dari
bekas goresan kuku!
„Kau bawa suratku kepulau Tian Ju dilaut Pak Hay,"
kata Ceng Lian Sin Nie, „kau harus cari kawan karibku Sin
Teng Tay-su, dan daripadanya kau harus pelajari ilmu silat
Thian Lui Ciang (tinju geledek). Ilmu pukulan itu mudah
dipelajari jika kau berbakat. Cacad dari ilmu silat itu ialah
tak-dapat menggempur lawan yang tenaga tubuhnya lebih
202
kuat. Aku yakin Ban Cun Bu tidak sekuat kau, ilmu
pukulanku mungkin berhasil dalam menghadapi Ban Cun
Bu itu. Setelah kau mahir betul mempelajarinya, baharulah
bersama saudara seperguruanmu, kau pergi menghadapi
dan menggempur Ban Cun Bu ! Ketika itu dapatlah kalian
membikin perhitungan, dengan iblis yang jahat itu dan
membalas dendam Suhu dan Su-siok2mu. Dalam
pertarungan itu. Kau dapat menggunakan ilmu pukulan
Thian Lui Ciang. Ilmu silat Sun Yo Cin Kay dari Ban Cun
Bu, pasti dilancarkan dengan cepat sebagai kilat, tetapi
meskipun kau harus mengegos, mengelit dan menangkisnya
dengan susah-payah, bahkan kau juga harus rela menerima
serangan2 yang dahsyat, kau dapat membikin ia menjadi
letih. Disaat ia menjadi letih, ilmu paham akan arti dan
maksud Ceng Lian Sin Nie itu. mungkin juga
membinasakannya.”
It Hok To-jin mendengarkan penuturan itu dengan
perhatian. la mengangguk sebagai tanda bahwa ia telah
paham akan arti dan maksud Ceng Lian Sin Nie itu. „Dan
dalam taraf kedua," meneruskan Ceng Lian Sin Nie, „Toasuheng-
mu It Ceng To-jin harus meriyerang dengan ilmu
silat pedang Bo Kit Hie Kong-nya. Sebagaimana kalian
ketahui jurus Bo Kit Hie Kong adalah jurus yang sangat
dimalui oleh jago2 dikalangan Kangouw. It Ceng To-jin
paling lama mengikuti Thian Lam Sha Kiam (Tiga jago
silat pedang Thian Lam), dan ia pasti telah mahir betul
menggunakan jurus2 yang lihay itu! Menurut pendapatku,
pada dewasa ini ilmu silat yang paling lihay adalah ilmu
silat Sun Yo Cin Kay yang diyakini oleh Ban Cun Bu.
Tentang ilmu silat pedang, harus diakui bahwa ilmu Bo Kit
Hie Kong dari partai silat Thian Lam yang paling dahsyat !
Sebetulnia ilmu Bo Kit Hie Kong dapat mengatasi Sun Yo
Cin Kay. Maka It Ceng To-jin harus menandinginya
dengan banyak loncat dan mengegos: pertama, untuk
203
menghindarkan diri dari serangan2, dan kedua, untuk
meletihkan lawan. Jika la dapat bertahan selama 50 jurus,
maka Ban Cun Bu pasti akan menjadi lelah!"
Kong Sun Giok tak sabar lagi. la berseru : „Tay-su,
jangan lupa bahwa Kong Sun Giok juga adalah muridnya
Thian Lam Sha Kiam! Aku tak dapat dikesampingkan. Aku
harus bantu membinasakan iblis Ban Cun Bu yang kejam
itu!"
Dengan sabar Ceng Lian Sin Nie meneruskan
pembicaraanya : „Kong Sun Kongcu, kau harus menginsafi
akan ketangguannya musuh, It Cui pun, pada dewasa ini
belum dapat menakluki Ban Cun Bu dengan ilmu Sun Yo
Cin Kai-nya. Menghadapi lawan yang demikian lihay, kita
harus bertindak hati2. Aku tahu bahwa kau telah
memahami ilmu pukulan Thian Sim Ciang dari Sin It Cui,
yuga ilmu silat pedang menjaga diri dari aku. Dengan Thian
Sim Ciang kau dapat menyerang, dan dengan Ceng Lian
Kiam Hoat kau dapat menjaga diri. Dalam kalangan Bu
Lim, memang aku akui sukar sekali mencari jago silat yang
mempunyai gegaman yang demikian ampuhnya. Tetapi kau
masih harus berlatih pula. Setelah cukup latihan, dengan
pedang wasiatmu dan bersama-sama kedua saudara
seperguruanmu, kau dapat pergi membasmi Ban Cun Bu,
jahanam itu, sebagaimana aku katakan, lagi sekali
kuperingatkan melawan Ban Cu Bu yang lihay itu, kalian
harus hati2. Satu lawan satu, menurut pendapatku, kalian
pasti dengan mudah dibinasakan Ban Cun Bu. Tetapi kalian
bertiga berbareng sama2 melawannya, aku yakin kalian
akan berhasil. lngat bahwa la tak mempunyai kawan, ia
harus melawan seorang diri!"
It Hok Tojin mengangguk-angguk setelah mendengarkan
penuturan yang cermat dan beralasan dari rahib yang tua
itu. la kagumi perhitungannya. la berkata : „Saran dan
204
siasat Tay-su bagus sekali. Kami ridlah menuruti petunjuk2
Tay-su. Aku mohon Tay-su sekarang juga menulis surat
kepada Sin Teng Tay-su agar aku dapat segera berangkat
pergi kelaut Pak Hay. Su-tee Kong Sun Giok harus berdaya
mencari pedang wasiat, karena dengan ilmu silat pedang
yang lihay saja tidak cukup untuk melawan Ban Cun Bu."
Sambil memegangi sebatang pohon yang kecil, Ceng
Lian Sin Nie berkata : „Untuk membunuh iblis Ban Cun Bu
hanya ada dua pedang wasiat, yakni pedang Poa Tu Kiam
(pedang naga melingkar), dan yang satu lagi ialah pedang
Leng Liong Pie (pedang naga sakti) !"
Kong Sun Giok mematong pembicaraannya Ceng Lian
Sin Nie. la berkata : „Pedang Poa Cu Kiam kini berada
ditangan saudara angkatku, Tee Tian Kauw. Tapi iapun
ingin membunuh mati satu musuh yang lihay dengan
menggunakan pedang wasiat itu. Aku kira untuk meminjam
pedang Poa Cu Kiam itu dari Tee Tian Kauw ada agak
sulit. Tentang pedang Leng Liong Pie, aku tidak
mengetahui dimana harus kita mencarinya?"
Ceng Lian Tay-su tidak menyahut. Diatas sapu tangan
putih dengan batang kayu yang ia telah bakar menjadi
arang la menulis surat untuk sahabat karibnya, Sin Teng
Tay-su dipulau Cin Ju dilautan Pak Hay. Dalam surat
tersebut la mohon kepada sahabat karibnya itu agar
mengajari ilmu pukulan Thian Lui Tiang kepada pembawa
surat tersebut. Kemudian, setelah ia berikan „surat" tersebut
kepada It Hok To-jin, ia berkata kepada Kong Sun Giok :
„Didekat tapal batas disebelah barat propinsi ini ada satu
desa See-leng namanya yang dilintasi oleh sungai. Didalam
desa tersebut kau harus menemui seorang tukang tangkap
ikan yang terkenal sebagai Tie Ciok Hie Ang. Meskipun
ilmu silatnya tidak tinggi akan tetapi dari kalangan Kangouw.
Kau harus, menjumpai ia untuk mohon ia
205
memberitahukan segala petunjuk yang bermanfaat bagi
usahamu membalas dendam terhadap iblis Ban Cun Bu.
Aku sendiri akan berusaha mencari Toa-su-hengmu, It
Ceng To-jin. Kita berjanji, setelah satu tahun lewat kita
berjumpa lagi dibawah patung kera dipuncak Sian Yan
Hong ini. Sekianlah, dan sampai bertemu kembali!"
It Hok To-jin setelah menerima surat dari Ceng Lian Sin
Nie, dengan air mata berlinang ia berkata kepada Kong Sun
Giok : „Aku sangat harap kau jaga diri baik2!" Lalu ia
memberi hormat kepada rahib wanita itu untuk minta diri
dan berpisah kepada Su-teenya.
Kong Sun Giok merasa berat dan sedih hati mengingat
Ji-su-hengnya yang telah rela berkorban karena merasa
bersalah menyebabkan musnahnya kitab Ju Keng. la tak
dapat berbuat apa2, kecuali mendoakan agar perjalanannya
berhasil dan agar mereka ber-sama2 berhasil membasmi
iblis Bun Cun Bu. Ketika Ji-suhengnya hendak pergi ia
seperti menjadi bisu karena terlampau terharunya. Dengan
kedua mata mengembeng ia mengawasi Su-hengnya
sehingga lenyap dari pandangan matanya akan akhirnya
dengan tak dapat ditahan lagi air matanya mengucur deras
dan berdiri diam bagaikan patung dihadapan Ceng Lian Sin
Nie.
”Tentang musnahnya kitab Ju Keng dikalangan Bu Lim,
akupun turut bersalah. Tetapi sebagaimana pepatah bilang :
„Manusia berusaha, Tuhan berkuasa. Kita manusia tak
dapat menyimpang dari kehendak Tuhan yang maha Esa!
Tapi, akupun tak percaya bahwa Ban Cun Bu tak ada
lawannya dan tak dapat dibasminya. Ayo, kita masing2
berusaha lagi sekuat tenaga -demi maksud yang mulia ini.
Dan lain Tahun pada hari ini, kita berjumpa pula disini!"
206
Kong Sun Giok menyeka air matanya. Dengan khidmat
ia menghadapi Ceng Lian Sin Nie, dan berkata : „Tay-su,
aku ada sedikit omongan "
Tetapi Ceng Lian Tay-su telah berlalu, dan dalam
sekejap saja sudah menghilang dari pandangan mata.
Kong Sun Giok tertinggal seorang diri. la duduk dibawah
patung kera mengenangkan peristiwa2 yang lampau. la
merasa berduka bahwa kitab Ju Keng yang diperolehnya
telah menjadi abu didalam kotak kristal. Tugas dan
sumpahnya belum terlaksana! Demikianlah ia duduk
termenung agak putus harapan membayangkan usaha yang
ia harus lakukan.
Ketika itu beberapa kera telah datang menghampiri ia. la
tak ingin diganggu. Ia lepaskan tinju kedepan sehingga
pohon yang kena angin tinjunya ter-goyang, dan para kera
lari ketakutan. Menurut petunjuk Ceng Lian Tay-su ia
harus mencari Tie Ciok Hie Ang, dan ia yakin bahwa
dalam perjalanannya ia akan mengalami banyak kesukaran.
Tapi pun ia percaya akan kepandaiannya, bahwa dengan
ilmu pedang Thian Lam, dengan pukulan Thian Sim Ciang
dan ilmu menjaga diri Ceng Lian Kiam Hoat, ia dapat
meneruskan perjalanannya mencari tukang ikan tersebut!
Menurut Ceng Lian Taysu, Tie Ciok Hie Ang itu tinggal
ditapal-batas propinsi Shensi didesa See-leng. Tetapi ketika
ia baru tiba diluar pegunungan Bo San, ia telah menjumpai
dua orang yang berjalan disepanjang sungai itu
bukankah.....'
Suara itu agaknya tidak asing lagi bagi ia. la menoleh
kebelakang segera juga ia menjadi terkejut! Kedua orang itu
bukan lain dari pada anak-ayah Sim Hiong Hui, kakek dari
kota Keng Tek Cin dipropinsi Kian-sie yang berusaha
mencari menantu untuk puterinya yang cantik jelita dan
pandai ilmu silat, itu Sim Lam Sie namanya, yang telah
207
dipermainkan oleh Tee Thian Kauw yang menyamar
sebagai pria dengan nama Yen Keh Ciu!
Kong Sun Giok berhenti dan balik menghadapi kedua
orang itu, ia membungkukkan tubuh memberi hormat
kepada Sim Hiong Hui sambil berkata : „Sim Lo-cun-pwee
juga telah datang kepropinsi Shen-sie untuk menikmati
pcmandangan yang permai ber-sama2 Sim Siocia?"
Sim Hng Hui masih ingat peristiwa dikampung
halamannya. la telah sengaja mendirikan panggung (luitay)
untuk memilih menantu. Dimasa mudanya ia adalah
seorang jago silat dikalangan Kang-ouw. Dengan pedang
pusakanya Poa Cu Kiam ia pernah menjagoi daerah sebelah
timur sungai Yo-cu. Setelah berusia agak lanjut, ia
membawa semua. harta bendania dan tinggal dengan
tenan'2 tenteram di Kcng Tek Cin disebuah rumah yang
dibangun sanaat indahnya. la hanya mempunyai seorang
puteri yang amat disayanginya bernama Sim Lam Sie.
Ketika puterinya berusia 29 tahun, dan masih jua belum
menikah meskipun cantik-jelita, ia terpaksa berusaha
memilih menantu. Namun syarat2nya bagi calon menantu
agak berat. la pernah mengumumkan bahwa dalam batas
waktu satu bulan, pemuda yang tingkahl akunya baik,
berusia tidak lebih dari 25 tahun dan belum menikah, jika
dapat menempuh ujian ilmu silat dalam tiga taraf, akan
dikawinkan dengan puteri yang cantik-jelita itu, dan pula
akan diberikan pedang wasiat Poa Cu Kiam dan harta
benda yang cukup besar jumlahnya. Adapun ujian ilmu silat
dalam tiga taraf tersebut sebagai berikut :
Pertama, bertempur melawan si-kakek Sim Hiong Hui,
jika bisa dikalahkan dalam 100 jurus, maka calon itu lulus
babak pertama. Kedua menguji tenaga dalam dengan „Kek
Ci Pik Ciok" atau memecahkan batu tertedeng kertas.
208
Ketika Kong Sun Giok berada dikota Keng Tek Cin
tersebut, ia pernah pergi menonton para calon mengadu
peruntungannya, dimana ia berkenalan dengan seorang
pemuda bernama Yen Keh Ciu yang ternyata seorang gadis
bernama Tee Tian Kauw yang kemudian menjadi saudari
angkatnya. Yen Keh Ciu telah naik diatas panggung
menempuh ujian ilmu silat dan lulus! Pada saat itu Sim
Hiong Hui menjadi gembira dan siap mengumumkan pada
para penonton bahwa Yen Keh Ciu telah lulus semua ujian,
dan bahwa la akan menikah, dengan puterinya dan
memperoleh pedang wasiat Poa Cu Kiam serta harta benda
yang dijanjikan. Tetapi Yen Keh Ciu, sambil memegang
pedang Poa Cu Kiam yang ia dapat pinjam dari Sim Lam
Sie karena ia naik kepanggung tanpa bersenjata, berkata
kepada Sim Hiong Hui bahwa selama hidupnya seperti
awan terumbang-ambing diangkasa, bahwa ia tak
menghiraukan kebahagiaan orang yang berumah tangga,
mau pun kekayaan dunia! Lebih lanjut ia mengaku bahwa
ia bertanding silat hanya dengan niatan meminjam pedang
wasiat Poa Ciu Kiam. Sikakek telah mendengar pengakuan
itu menjadi sangat gusar sekali, karena disamping
membuyarkan idam2-annya, juga ia dan puterinya telah
dibikin malu dihadapan orang banyak. Baru saja ia hendak
menyerang, tetapi Yen Keh Ciu telah mencelat melayang
turun dari panggung, dan kemudian lari keluar dari
pekarangan rumah si-kakek entah kemana!
Sim Hiong Hui telah mengenali Kong Sun Giok yang ia
anggap kawan dari Yen Keh Ciu karena mereka duduk berdamping2an
menyaksikan calon2 lain yang mencoba
peruntungannya diatas panggung menguji ilmu silat.
Dengan tak membalas pemberian hormat, sambil pegang
gagang pedangnya ia membentak: „Hei, anak muda!
Siapakah namamu? Mana bangsat yang telah membawa lari
pedang wasiat Poa Ciu Kiam ku? Bukankah kawanmu itu
209
bernama Yen Keh Ciu? Ia murid dari partai silat apa dan
sekarang berada dimana?"
Sambutan yang aneh itu membikin Kong Sun Giok
gusar. Tapi karena ia ingat bahwa Yen Keh Ciu atau Tee
Tian Kauw telah menjadi saudari angkatnya, ia terpaksa
menahan amarahnya dan menyahut dengan senyuman
terpaksa: „Aku bernama Kong Sun Giok, murid dari Goan
Siu To-tiang dari partai silat Thian Lam!"
---oo0oo---
BAGIAN 11
PERAMPOKAN DI PEGUNUNGAN BO SAN
Mendengar ucapan tentang partai silat Thian Lam, Sim
Hiong Hui dengan tertip lalu mengawasi, Kong Sun Giok
yang bersikap sopan. la berkata : „Partai silat Thian Lam
sangat terkenal dikalangan Bu Lim, seharusnya tidak
mempunyai murid2 yang rendah wataknya!"
Ucapan ini membikin Kong Sun Giok lebih gusar lagi. la
tak dapat menahan amarahnya lagi. Dengan kedua mata
melotot seperti hendak lompat keluar dan suara yang agak
keras ia berbalik menanya : „Aku telah menjawab
pertanyaan Sim Lo-cian-pwee dengan hormat dan saksama.
Tetapi Sim Lo-cian-pwee dengan tak beralasan
mengucapkan kata2 hina dan menusuk-hati. Apakah
maksudnya Lo-Cian-pwee mengatakan murid2 Thian Lam
Pay berwatak rendah?"
Pertanyaan itu bukan saja membikin sikakek menjadi
malu, bahkan puterinya, Sim Lam Sie, juga menjadi kemerah2an
mukanya.
210
Si-kakek yang anggap dirinya harus dihormati sebagai
orang yang berusia lanjut, dan pikirnya ia dan puterinya
dapat memberi hajaran yang setimpal kepada Kong Sun
Giok, terus membentak : „Kau serupa dengan kawanmu,
Yen Keh Ciu. la telah menipu pedang wasiatku, Poa Ciu
Kiam, dan telah menghina kami berdua ayah-anak
dihadapan orang ramai, apakah orang yang demikian
bukannya berwatak rendah?
Dengan mudah Kong Sun Giok dapat mengegosi serangan
sikakek.
Kong Sun Giok ingin menjelaskan, tapi si-kakek
membentak lagi : „Dengan perbuatan kalian yang sewenang2
itu, balgaimanakah kalian bisa dihormati orang
lain? Bagaimanakah kalian dapat menjumpai jago2 silat
yang ksatria dikalangan Kang-ouw? Aku situa bangka telah
dihinakan oleh kawanmu, aku pasti berusaha mencuci malu
211
dari kehinaan itu. Aku telah jual semua harta-bendaku, dan
dengan puteriku aku ingin mencari sibangsat Yen Keh Ciu
itu. Tetapi tidak diduga disini aku menjumpai kau. Dendam
ini aku harus balas. Jika kau tidak man memberitahukan
kami dimana adanya Yen Keh Ciu, kau sebagai kawannya
harus mewakili menerima pukulan2 dan serangan2ku!"
Ucapan itu dibarengi dengan satu jotosan keras. Kong
Sun Giok yang sudah berdiri siap waspada, dengan mudah
la dapat egosi jotosannya si-kakek itu.
Sim Lam Sie dilain pihak masih ingat bahwa Kong Sun
Gioklah yang pernah menolong ia dari kenekatannya untuk
membunuh diri karena dibikin malu oleh Yen Keh Ciu
diatas panggung. Biji kayu „Hian Ban Tie Cu" yang
disentilkan oleh Kong Sun Giok telah merubuhkan pedang
yang ditancap dipapan panggung dengan demikian telah
mencegah niatnya menggorok leher membunuh diri untuk
mencuci malu! la tidak dapat membalas kebaikan hati itu
dengan segera menyerang Kong Sun Giok. Tapi iapun tak
dapat berdiam diri memeluk tangan menonton ayahnya
bertempur sendiri! la menjadi serba salah dan gelisah!
Untuk sementara waktu ia tak mengetahui apa yang ia
harus perbuat.
Bagi Kong Sun Giok, ia harus melawan si-kakek itu, dan
jika mungkin menaklukinya, karena ia belum memperoleh
kesempatan untuk menjelaskan bahwa Yen Keh Ciu itu
sebetulnya seorang gadis yang menyamar sebagai pria,
karenanya tak dapat menikah dengan Sim Lam Sie. Lain
daripada itu, iapun ingin menjelaskan maksudnya Yen Keh
Ciu memindiam pedang wasiat Poa Cu Kiam. Tentang
apakah Yen Keh Ciu harus dibenci atau dimaafkan,
terserah kepada si-kakek yang memutuskan!
Dengan tekad dan keputusannya itu, ia serang kembali
Sim Hiong Hui dengan jurus Beng Tao Tui San atau
212
gelombang dahsyat merobohkan gunung ialah salah-satu
jurus yang dahsyat dari ilmu pukulan Thian Sin Ciong yang
ia dapat pelajari dari Sin It Cui. Sim Hiong Hui harus
loncat mundur beberapa tindak untuk mengelakkan diri dari
jotosan maut itu!
Sim Hiong Hui yang sudah lama berkecimpung hampir
30 tahun dikalangan Kang-ouw, sedari muda hingga kini
belum pernah diserang dengan pukulan yang demikian
dahsyatnya. la tak menduga sedikitpun bahwa pemuda
yang ia damprat itu demikian lihay ilmu silatnya. Ia
terkejut, tapi karena ia keras kepala, ia menyerang lagi
dengan jurus Hut Houw Cong Hoat, atau jurus harimau
menabok lawan, yang ia lancarkan mirip sekali seperti
harimau sedang mengamuk!
Kong Sun Giok yang melihat si-kakek menjadi makin
nekad merasa geli didalam hatinya. Si-kakek itu tak dapat
dikasi mengerti ! Dengan tidak mencari tahu dengan jelas
siapakah yang harus dipersalahkan, si-kakek itu telah
mendamprat, menyerang, bahkan bertarung seperti seekor
kerbau mengamuk! Kalau mau ia dapat segera membikin
tamat pertempuran itu atau riwayat si-kakek itu. Tetapi ia
ingin mengetahui kepandaian silatnya sikakek itu. la
melawan dengan tekad hanya menjaga diri, dan tidak
menyerang. Dua kali ia kirim jotosan maut kearah dada
lawannya, dan kedua kalinya ia tarik kembali. Tetapi sikakek,
setelah melawan selama lebih kurang 30 jurus,
anggap bahwa lawannya tak mampu merobohkan ia, dan
bahwa ilmu tinju Hut Houw Hoatnya dapat segera
membikin lawannya bertekuk lutut. Ia bertarung lebih hebat
lagi.
Sim Lam Sie yang menyaksikan caranya Kong Sun Giok
bertempur melawan ayahnya merasa kaum akan
kepandaian silat sipemuda itu, yang ia anggap tidak kalah
213
daripada ilmu silatnya Yen Keh Ciu. Ia memperhatikan
juga bahwa Kong Sun Giok sengaja tidak ingin melukakan
ayahnya. Didalam hatinya ia berterima kasih dan tak dapat
bertahan lama lagi. Lalu ia mencabut pedangnya, dan
berseru : „Ayah! Aah minggirlah ber-istirahat! Biarlah aku
yang, hajar maling kecil ini!"
Sim Hiong Hui yang mengetahui bahwa ilmu silat
puterinya jauh lebih tinggi daripada ilmu silatnya, segera
berhenti bertempur dan loncat kesamping dua depa
jauhnya. Kong Sun Giok-pun tidak mengejar. la berdiri
tegak memperhatikan sikap si-kakek, lalu berpaling
menghadapi si-gadis.
„Kau masih tidak cabut pedangmu melawan aku?"
membentak Sim Lam Sie, „kau harus rasai pedangku ini,
dan kemudian aku akan paksa kau memberitahukan
dimana Yen Keh Ciu itu bersembunyi! Ayo, cabut
pedangmu, dan jaga tusukan ini!" Ucapan aku dibarengi
dengan tusukan pedangnya.
Dengan secepat kilat Kong Sun Giok mencabut
pedangnya dan menangkisnya dengan ilmu Ceng Lian
Kiam Hoat. Lalu dengan ber-tubi2 ia balas menyerang
dengan maksud mendesak mundur si-g,adis. Sim Lam Sice
bukannya tandingan Kong Sun Giok. la terpaksa mundur.
Kemudian Kong Sun Giok berkata dengan sabar : „Sim
Sio-cia, aku sebetulnya ada urusan penting, dan tak terusmenerus
melawan ayahmu dan kau Sio-cia. Aku
mengusulkan kita sekarang bertarung selama 100 jurus, dan
jika masih juga belum ada yang kalah kita dapat
menetankan tanggal dan tempatnya, agar aku dapat
mengajak Yen Keh Ciu datang menghaturkan maaf atau
minta ampun kepada Sim Lo-cian-pwee dan Siocia!"
214
Dengan mengejek si-gadis menyahut : „Kita bertarung
dulu, baru bicara. Kau pasti tak dapat luput terpukul babakbelur
sebelumnya 100 jurus!"
Kong Sun Giok menjadi jengkel. la membentak :
„Baiklah, Sio-cia! Kau boleh menyerang dulu,Mungkin aku
juga dapat memberi hajaran kepadamu!"
Secepat kilat Sim Lam Sie menyerang lagi. Kong Sun
Giok tidak menangkis. la loncat mundur lima kaki. Sigadis
mengejar dan menabas sehingga sinar pedangnya
berkilauan! Lihay serangan2nya gadis itu. Ketika ia
melawan Yen Keh Ciu, ia tak bertarung dengan sungguh2,
karena ia telah jatuh hati terhadap „pemuda" calon
suaminya itu. Jurus2 dari serangan pedangnya si-gadis itu
dilancarkan cepat sekali, dan tiap2 tusukan atau tabasannya
selalu disertai dengan jeritan yang nyaring seperti jeritnya
burung Hong.
Kong Sun Giok terpaksa menggunakan lagi ilmu Shin
Mo - Bo Im Sin Heat atau ilmu dewa atau iblis menghilang
tak berbekas yang ia dapat pelajari dari Sin It Cui. Dengan
satu seruan ia mengebutkan kedua lengan bajunya, dan
menjejakkan kedua ujung jari kakinya. Lalu terlihat
tubuhnya melonjak keatas dan meloncat tiga depa jauhnya
dari serangan pedangnya Sim Lam Sie!
Sim Lam Sie tidak mengejar. Dengan pedang terhunus ia
mengancam : „He ! Kong Sun Giok! Jika kau masih saja
mengegos tak sudi melawan, aku Sim Lam Sie bersumpah
menjadi musuhmu seumur hidup!"
Kong Sun Giok tak mengerti maksud daripada si-gadis
itu. la telah diserang dengan jurus2 yang hebat dahsyat, dan
jika ia tak menggunakan ilmu Shin Mo Bo Sin Hoat, ia
pasti tak dapat menghindarkan tusukan atau tabasan
pedang si-gadis itu. Tapi dengan berkat demikian ia
215
dianggap menghina ! Mengapa gadis ini tak menginsyafi
maksudnya yang baik? la berdiri dan mernikir dengan hati
yang bingung !
Melihat Kong Sun Giok masih saja berdiri diam, sigadis
membentak :„Sikapmu yang acuh-tak-acuh melawan aku,
bukankah kau menghina aku? Apakah kau anggap aku ini
lawan yang remeh? Kau katakan kita bertempur selama 100
jurus, tapi mengapa tak membalas menyerang?"
Dengan senyuman terpaksa ia menyahut : „Sim Sio-cia,
Yen Keh Ciu itu sebetulnya bernama Tee Tian Kauw. la
mempunyai seorang musuh besar yang lihay sekali silatnya.
Maksudnya ialah meminjam pedang wasiat Poa Cu Kiam
untuk membalas dendam. Jika ia telah menunaikan
tugasnya, ia pasti datang kepada Sio-cia dan ayah Sio-cia
untuk mengembalikan pedang yang dipinjamnya itu,
sekalian menghaturkan maaf. Sio-cia telah menyerang aku
ber-kali2, dan ber-kali2 juga aku tak menyerang. Anggaplah
sikapku ini sebagai Yen Keh Ciu yang ingin menghaturkan
maaf kepada Sio-cia, dan jua kepada ayah Sio-cia!"
Dengan marah Sun Lam Sie menyahut: „Hm! Kau
betul2 pandai bicara! Jika kau ingin menghaturkan maaf,
kau harus bertempur melawanku selama 100 jurus. Apakah
kau kira ilmu silat pedang Thian Lam tak ada
tandingannya?"
Jawabannya yang ketus itu dimaksudkan untuk
mengkobarkan kegusarannya Kong Sun Giok. Iapun ingin
mcncaba ilmu pedangnya yang didapatnya dari partai Bo
San yang terkenal setarap ilmu silat pedang Cui Hun Kauw
Ciat atau sembilan jurus mengusir roh, dan menyelidiki
apakah ilmu silat pedang Cui Hun Kauw Ciat-nya lebih
baik daripada ilmu silat pedang Thian Lam. Betul ia pernah
menggunakan ilmu Cui Hun Kauw Ciat itu ketika melawan
Yen Keh Ciu atau Tee Tian Kauw, tetapi ketika itu ia telah
216
jatuh hati terhadap „si-pemuda", maka ia hanya
melawannya dengan setengah-hati. Dan sekarang
menghadapi Kong Sun Giok, ia akan mengerahkan seluruh
tenaga dan mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Dengan
tekad itu ia datang menyerang lagi. Terlihatlah pedangnya
ber-kelebat2 dengan cahayanya yang ber-kilau2an se-akan2
keredepnya kilat diangkasa yang gelap diwaktu badai
mengamuk. Tubuhnya yang mengikuti jalannya pedang
tampak seperti sehelai kain merah terhembus angin taufan.
Terdengar juga suara sabetan pedang „Bat ! Bet ! Bat ! Bet !"
menabas lawan.
Gurunya Kong Sun Giok, Goan Sin To-tiang,
mempunyai ilmu silat pedang Thian Lam yang tiada
bandingannya dikolong langit. Kong Sun Giok telah
memahami semua ilmu silat pedang itu, tapi iapun
mengagumi silat pedangnya Sim Lam Sie. Sebetulnya
diantara kedua ilmu silat pedang itu, masing2 ada
keistimewaannya, dan masing2 mempunyai keampuhan.
Hanya tergantung kepada orang yang menggunakannya,
misalnya latihan, kecermatan, kecerdasan, kelincahan,
keuletannya, serta tenaga dalamnya. Menghadapi
serangan2 Cui Hun Kauw Ciat itu, Kong Sun Giok tak
dapat bersikap acuh-takacuh lagi. Dengan cepat sekali ia
menggunakan ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam Hoat
untuk menjaga diri, dan kemudian ia lancarkan jurus2 Tie
Seng Seng Lian (Dipermukaan kolam timbul bunga teratai)
dan Hua Kay Kian Hut (Menyingkap bunga mclihat hutco).
Kedua jurus itu adalah bagian dari ilmu silat pedang Thian
Lam yang dinamakan Cui Hun Cap Ji Kiam dua belas jurus
mengusir roh.
Sim Lam Se tak dapat bertahan lagi! la harus akui bahwa
ia kalah, dan bukan tandingannya Kong Sun Giok, yang
disamping ilmu silat pedang Thian Lam, warisan Goan Siu
217
To-tiang, juga mempunyai ilmu silat Ceng Lian Kiam Hoat
untuk menjaga diri, dan ilmu pukulan Thian Sin Ciong dan
Shin Ma Bo Sin Hoat untuk meloloskan diri dari kepungan
atau kurungan, yang Sin It Cui telah ajarkan kepadanya.
Iapun akui bahwa ilmu silat pedang Cui Hun Kauw Ciatnya
gagal menaklukkan Kong Sun Giok. la yakin pula
meskipun ayahnya membantupun, ia tetap tak akan
menang melawan pemuda yang gagah dan tampan itu.
Oleh karena itu ia tarik kembali pedangnya, dan dengan
mengangkat tangan kirinya sebagai tanda berhenti
bertempur, ia berkata : „Hei! Kong Sun Giok! Kita berhenti
bertarung!" Kong Sun Giok yang memang sedari semula
tidak ingin bertempur melawan gadis dan ayahnya, karena
tidak bermusuhan sama sekali terhadap mereka, tentu saja
seruan si-nona itu disambut dengan gembira. la harus lekas2
pergi kedesa See-leng menjumpai Tie Ciok Hie Ang untuk
mencari pedang wasiat Leng Liong Pie. Dengan bersenyum
ia menyahut : „Sebetulnya aku tak ingin bertempur
melawan Sio-cia dan ayah Sio-cia, karena kita bukannya
musuh. Akupun hendak lekas2 berlalu, sebab aku ada
urusan yang penting!"
Dengan mengejek Sim Lam Sie berkata : „Hanya
urusanmu yang penting, dan urusan orang lain tidak
penting! Aku masih penasaran! Aku berjanji, besok tengah
hari, kita berjumpa lagi dilapangan Sian-lie-peng yang
terletak dilereng pegunungan Bo San ini." Dengan tak
menunggu lagi jawaban Kong Sun Giok, ia segera tarik
tangan ayahnya untuk pergi sambil berkaok : „Hei! Kong
Sun Giok! Janji bertemu lagi besok, kau jangan pandang
remeh. Jika kau tidak datang, aku akan mencap sifat atau
watak murid2 dari partai Thian Lam betul2 rendah!"
Kong Sun Giok tak dapat memberikan penjelasan, dan
sebetulnya la tak ingin menjumpai mereka lagi, karena
218
mencari pedang Leng Liong Pie lebih penting daripada
urusannya dengan mereka ayah dan anak. Tapi ucapan
terakhir yang dikeluarkan tentang partai Thian Lam ia tak
dapat anggap sepi. la harus mempertahankan nama baik
partai Thian Lamnya ! Dan la, harus memenuhi janji
berjumpa lagi dilapangan Sian-lie-peng besok tengah-hari!
Karena janji tersebut ia tak dapat melanjutkan
perjalanannya. la terpaksa mencari tempat bernaung
dipegunungan menanti sampai besok. Dalam kedudukan
yang terpaksa itu, ia harus mencari daya untuk meredakan
salah-faham Sim Hiong Hui dan puterinya terhadap Tee
Tian Kauw. Demikianlah la berpikir sambil berjalan
mencari tempat untuk bermalam.
Ketika ia melewati lereng gunung, ia menjumpai
beberapa rumah2 gubuk diatas lapang yang agak rata. Ia
datang menghampiri kesuatu rumah gubuk. la melihat
didalam pekarangan rumah tersebut ada satu media dari
batu, dan dikedua ujung media batu berduduk Sim Hiong
Hui disebelah kanan, dan seorang nenek yang putih
rambutnya dengan memegang tongkat besi disatu tangan
berduduk disebelah kiri. Kong Sun Giok tertarik oleh apa
yang ia lihat. Dengan tabah ia maju mendekati. Disamping
media batu tampak satu lobang yang, baru digali, dan
tanahnya bertumpuk dipinggir. Diatas tumpukan tanah itu
telah ditancapkan sebatang bambu dengan sehelai kertas
dengan 9 huruf yang berbunyi : Tempat mengubur
tulang2nya bangsat Kong Sun Giok. Bukan main kagetnya
Kong Sun Giok! ia tak mengerti mengapa ia dianggap
sebagai satu musuh besar, dan mengapa ia hendak dikubur
dilobang itu! Dengan perasaan heran tercampur gusar ia
mengawasi ketiga orang didalam pekarangan itu!
Bukankah ia telah menjelaskan sedikit bahwa Yen Keh
Ciu tak bermaksud menghina Sim Hiong Hui dan
219
puterinya? Bukankah ia sendiri sudah menghaturkan maaf?
Dan bukankah ia pernah dengan baik hati mencegah Sim
Lam Sie membunuh diri? Tetapi kini apa kenyataannya?
Lobang sudah digali sebagai persiapan untuk mengubur
mayatnya bila ia telah terbunuh. Bukankah itu satu hinaan
besar terhadap ia?
Setelah melihat Kong Sun Giok datang menghampiri,
Sim Lam Sie membentak : „Kong Sun Giok! Apakah kau
pandang guruku ini, Bo San Shin Lo! Apa bila kau tidak
memberitahukan dimana tempat sembunyinya Yen Keh
Ciu, kau jangan harap dapat lolos dari sini?!"
Mendengar ucapan itu, Kong Sun Giok terkejut ! Sebab
menurut penuturannya Ceng Lian Sin Nie, „Bo San Shin
Lo" itu termasuk 10 jago2 silat yang paling dimalui
dikalangan Kang-ouw. Tapi dengan tenang ia menyahut :
„Sim Sio-cia, mengapa kau membentak dan memaksa aku
sedemikian ini? Dan mengapa aku dihina demikian
hebatnya? Aku Kong Sun Giok meskipun tak seberapa
pandai ilmu silatnya tetapi aku tak sudi dihina orang, dan
tidak mudah dapat dikubur dilobang itu!"
Meskipun ucapannya ketus dan mengandung ejekan,
tetapi ia tetap bersikap hormat terhadap Bo San Shin Lo
dan Sim Hiong Hui. la mengangkat kedua tangannya
memberi hormat dan kedua matanya mengawasi si-nenek
itu!
Bo San Shin Lo yang sudah putih rambutnya berkata
dengan mengawasi Kong Sun Giok : „Kau barangkali yang
bernama Kong Sun Giok!, murid kesayangan Thian Lain
Sha Kiam? Apakah kau kira aku tak dapat mengubur kau
setelah aku menggali lobang ini?" Ia akhiri ucapannya
dengan mata melotot mengawasi Kong Sun Gioik.
220
Dengan tabah Sun Giok majukan diri menghampiri ketiga
orang itu. Diatas tumpukan tanah telah ditancapkan sebuah
bambu dengan sehelai kertas yang bertulisan, berbunyi: ,,Tempat
mengubur tulang2 bangsat Kong Sun Giok”
Bentakan itu membikin Kong Sun Giok ingat akan
penuturan Ceng Lian Shin Nie yang mengatakan bahwa Bo
Shan Shin Lo itu adalah satu nenek yang ganjil sekali watak
dan sifatnya. Untuk menyatakan bahwa ia tak gentar, ia
menyahut dengan tenang : „Mengubur mayat
221
dipegunungan adalah pekerjaan yang wajar. Tapi sayang
Kong Sun Giok masih mempunyai tugas yang belum
ditunaikan. Tugas itu adalah membalas dendam guru dan
paman2 guruku. Oleh karena itu aku mohon angkatan tua
memberikan kelonggaran atau kesempatan untuk aku lebihdulu
melaksanakan tugas yang maha penting itu.
Dikemudian hari jika tugas itu sudah dipenuhkan, aku pasti
akan datang kembali untuk dikubur disini!"
„Tapi aku situa bangka ini tak dapat dihina atau diejek,"
kata Bo San Shin Lo, ,aku diberitahukan bahwa kau dan
kawanmu, Yen Keh Ciu, telah dengan sengaja menghina
dan membikin malu muridku. Dosa itu harus mendapat
hukuman mati !"
„Angkatan tua," sahut Kong Sun Giok, „sebelum aku
tiba dipekarangannya Sin Lo-cian-pwee, aku tidak kenal
kepada Yen Keh Ciu. Setelah ia naik keatas panggung
mengadu ilmu silat, dan berhasil pindiam pedang Poa Cu
Kiam, aku baru menjadi kawan, bahkan mengangkat
saudara. Dan sebagai saudara angkatnya, aku merasa
berkewajiban membela padanya!"
Dengan muka yang beringas, si-nenek membentak lagi :
„Kau ingin membela dengan tiara bagaimana.?"
Dengan sikap yang tetap tenang Kong Sun Giok
menjawab : „Atas nama partai silat Thian Lam, aku Kong
Sun Giok berjanji dan mendiamin bahwa didalam jangka
waktu tiga tahun, Yen Keh Ciu setelah membalas dendam
terhadap musuh besarnya, akan datang kesini untuk
menjumpai angkatan tua dan menghaturkan maaf. Aku
menjamin pula iamin akan mengembalikan pedang Pea Cu
Kiam kepada Sim Sio-cia serentak minta maaf atas
perbuatan atau sikap.nya diatas panggung tempo hari !"
222
Bo San Shin Lo mengeluarkan suara „Hm !", lalu
menanya lagi dengan ketus: „Tapi Yen Keh Ciu yang telah
menempuh ujian, dan lulus itu telah menyingkiri janji. la
harus menikah dengan muridku, Sim Lam Sie urusan itu
adalah urusan yang maha penting bagi penghidupannya.
Yen Keh Ciu telah menolak memperisterikan muridku.
Urusan ini, Yen Keh Ciu harus membikin beres dengan
seksama. Dan dengan cara apakah kau hendak
membereskannya ?"
„Urusan ini aku serahkan kepadamu angkatan tua, yang
akan mengantarnya," sahut Kong Sun Giok, „karena aku
sendiri tak berdaya. Mungkin angkatan tua dapat
membereskannya dengan ilmu yang ajaib."
Sim Lam Sie, ketika mendengar Bo San Shin Lo
mengatakan bahwa pernikahan itu adalah urusan yang
maha penting bagi penghidupannya, menjadi merah
mukanya. Tetapi ketika mendengar Kong Sun Giok
mengatakan bahwa Bo San Shin Lo yang dapat
membereskan dengan ilmu ajaib, ia menundukkan
kepalanya karena terlampau malu.
Dengan tumbuk2 tongkat besinya ditanah Bo San Shin
Lo membentak lagi : „Hei ! Apa kau katakan? Aku dapat
membereskan dengan ilmu ajaib? Apakah muridku kurang
cantiknya, kurang kepandaiannya dan kurang kayanya
untuk menjadi isteri kawanmu?"
Kong Sun Giok tak gentar meskipun di-bentak2. Ia tetap
berdiri tegak dengan sikap yang tenang pula. Tapi ia
mengawasi Sim Lam Sie yang telah menjadi gelisah.
Pertanyaan yang ketus itu ia menjawab dengan sindiran :
„Tak dapat dipungkiri bahwa wajah Sim Sio-cia elok dan
cantik dengan kulitnya yang putih halus seperti sutera, serta
ditambah pula dengan ilmu silatnya yang lihay bagaikan
naga betina. la pantas sekali menjadi isteri seorang Hong223
tee. Tetapi Yen Keh Ciu itu hanya bermaksud meminjam
pedang Poa Cu Kiam dari Sim Sio-cia. Ia sebetulnya
bernama Tee Tian Kauw, dan se orang wanita sekelamin
Sim Sio-cia!"
Jawaban itu seperti juga petir menyamber kuping, Bo
San Shin Lo matanya ber-kunang2, dan kepalanya pening.
Dan Sim Lam Sie yang berdiri dibelakangnya malah telah
jatuh pingsan karena terkejutnya yang mendadak
mendengar penjelasan Kong Sun Giok tentang Yen Keh
Ciu! Kaget yang tiba2 itu telah membikin ia pingsan.
Bagaimana seorang gadis menikah dengan seorang gadis
pula? Iapun merasa bersalah membenci dan bermusuhan
dengan orang lain dengan tanpa menyelidiki lebih dulu. Sikakek,
Sim Hiong Huipun tertegun. Iapun merasa bersalah
dengan tindakannya yang sembrono! la kemudian
mengangkat puterinya untuk dibikin sadar. Setelah
gadisnya siuman kembali ia mulai menghiburinya.
Sim Lam Sie menangis sedih merangkul dipundak
ayahnya, memikiri nasibnya dan kekeliruannya.
Untuk sementara waktu suasana menjadi sunyi-senyap
kecuali suara tangisnya si-gadis dan suara hiburan,ayahnya.
Lalu Bo San Shin Lo bangun dari tempat duduknya, dan
sambil melihat Kong Sun Giok ia menanya lagi : „Aku mau
tanya lagi. Tee Tian Kauw itu muridnya siapa, dan
sekarang ia bersembunyi dimana?"
Melihat wajahnya nenek itu, Kong Sun Giok
mendengarnya bahwa pertarungan tak dapat dielakkan lagi.
Dengan diam2 ia mengumpulkan tenaga dalamnya untuk
ber-siap2 sedia menghadapi segala serangan. Untuk
pertanyaan itu, ia menyahut: „Dengan sebetulnya aku tak
mengetahui ia muridnya siapa. Akupun tak mengetahui ia
sekarang berada dimana."
224
Dengan tak terduga si-nenek bersenyum, tetapi ia
mengejek lagi : „Aku tak percaya jika kau tidak mengetahui
ia berada dimana."
„Jika angkatan tua tak percaya, terserahlah. Tapi aku
telah memberitahukan dengan sejujurnya, sedikitpun tidak
berdusta!" sahut Kong Sun Giok.
„Aku tidak percaya!" membentak si-nenek. „Rupanya
kau harus dimasukakan kedalam lobang ini baru kau dapat
memberitahukan dimana Tee Tian Kauw itu berada!" Lalu
ia angkat toya besinya sambil memperingatkan Kong Sun
Giok : „Sebelum toya ini turun mengemplang kepalamu,
lebih baik kau dengan rela masuk kedalam lobang itu!"
Kong Sun Giok mundur setindak sambil mencabut
pedangnya. Dengan tak gentar ia menyahut : „Jika
angkatan tua masih juga mendesak, aku terpaksa melawan!"
Baru saja ucapannya itu keluar dari mulutnya, toya besi
si-nenek datang mengemplang kepalanya. Tapi Kong Sun
Giok sudah siap. la loncat mundur secepat kilat, karena
kemplangan itu tak dapat ditangkis dengan pedang. Hanya
hembusan angin yang keluar dari kemplangan toya besi itu
membikin gundukan tanah terbang berhamburan. Setelah
loncat mundur, ia maju menyerang dengan ilmu Ngo Yok
Tiauw Cong atau melewati lima puncak melihat raja. la
putar pedangnya dihadapan sinenek cepat seperti titiran,
lalu menusuk kemuka lawannya Bo San Shin Lo yang
memandang enteng lawannya terkejut melihat serangan
secepat kilat itu. Dengan ilmu Coan Lie Sae atau
gelombang besar menyapu pasir ia angkat toyanya keatas
menyingkirkan pedang yang hendak menusuk dadanya, lalu
toya besinya dilintangkan didepan-dadanya untuk
kemudian diteruskan menyapu dari atas kebawah dengan
maksud menyerampang kedua kaki lawannya. Sapuan toya
besi tersebut disertai dengan ancaman : „Hei, anak sambel!
225
Aku si-tua bangka ini tidak akan menghiraukan peraturan
dikalangan Kang-ouw. Setelah jurus ini, aku akan kirim kau
keakherat!"
Sapuan toya besi itu betul2 dahsyat. Kong Sun Giok
harus meloncat dengan ilmu Shin Mo Bo Im Tiauw Hoat,
atau dewa dan iblis menghilang tak berbekas, untuk
meluputkan diri dari sapuan maut itu! la tak gentar. la
panas sekali dipanggil „anak sambel", meskipun ia tak
bersalah atau berdosa. la balas menyerang dengan jurus2
Hua Im Kiam Pit (Bunga mekar memancing pedang) dan
Liu Hut Seng Kie (pohon Liu me-lambai2 laksana bendera)
dari Thian Lam Kiam Hoat (ilmu silat pedang Thiam Lam).
Dengan tenaga dalam ia membikin ujung pedangnya
tergetar laksana bunga yang mekar, lalu sambil meloncat
maju ia pura2 menusuk kepala lawannya, tetapi pedang itu
secepat kilat diputar balik untuk menusuk tenggorokan!
226
Toya itu disapukan kebawah dengan maksud menyerampang
kaki pemuda she Kong. Kong Sun Giok cepat melompat keatas
dengan menggunakan ilmu Dewa dan Iblis menghilang tak
berbekas.
Bo San Shin Lo betul2 lihay, dan tidak salah jika ia
terhitung salah-satu dari kesepuluh jago2 silat dikalangan
Kang-ouw dizaman itu. Sambil tertawa keras ia putar toya
besinya seperti titiran yang dihembus angin keras, tusukan2
Kong Sun Giok gagal menemui sasarannya! Si-nenek loncat
mundur dua depa, dan sambil menumbuk tanah dengan
toya besinya la berkata : „Silat pedangmu boleh saja! Tetapi
jika dibandingkan dengan cara bertarung dari gurumu,
Goan Sin To-tiang, kau masih harus berlatih lagi!"
Ketika itu digunakan oleh si-nenek untuk mengemplang
Kong Sun Giok sambil meloncat maju dengan se-konyong2!
Kong Sun Giok lekas2 menangkis dengan pedangnya. la
lupa bahwa la tak dapat menangkis kemplangan toya besi
yang dilancarkan dengan tenaga dalam yang dahsyat itu.
Dilepaslah pedangnya dari genggamannya! la harus
melawan dengan ilmu pukulan Thian Sim Ciang. Setelah
pedangnya terlepas, ia segera melancarkan kepelannya
dengan tipu Lek Su Tui San atau Tenaga ajaib menggempur
gunung. Angin tinju itu menggempur dada lawannya.
Si-nenek itu tidak menduga bahwa Kong Sun Giok
dengan gegabah berani menggunakan jurus tersebut.
Menurut paham ia, setelah pedangnya terlepas, pemuda itu
pasti loncat mundur atau melarikan diri. Tetapi Kong Sun
Giok sudah nekat sekali. la bertekad melawan mati2an!
Maka si-nenek harus loncat mundur dua depa untuk
menghindari pukulan angin Su Tui San yang dapat
227
menggempur gunung! Kong Sun Giok tidak mengejar.
Dengan secepat kilat ia tangkap kembali pedangnya yang
terlempar keatas tadi! Maksudnya ialah mendesak lawan
mundur atau membinasakan lawan jika pukulan2nya tak
keburu dielakkan, dan kesempatan itu digunakan untuk
merampas kembali pedangnya.
Dengan pedang ditangannya kembali Kong Sun Giok
berdiri siap sedia menghadapi segala kemungkinan!
Ketika itu Bo San Shin Lo tak berani memandang enteng
lagi! Meskipun mereka telah bertempur beberapa jurus, ia
masih juga tak berdaya menundukkan lawannya, jangankan
untuk membinasakannya. Dengan rambut ter-urai2 dan
toya besi dipegang dengan kedua tangan.nya, ia maju lagi.
la bertindak maju dengan langkah pelahan dan tertib.
Kong Sun Giok tidak mengetahui dengan jurus apa sinenek
itu akan menyerangnya lagi. Tetapi ia mengetahui
bahwa si-nenek itu menjadi makin gusar. Untuk menjaga
serangan yang tidak terduga, dengan pedang erat dipegang
melintang didepan dada, ia mundur setindak demi setindak
dengan sikap waspada sekali. Setelah mundur 8-9 tindak, ia
tak dapat mundur lagi. Bukankah untuk memperoleh
kemenangan ia harus menyerang? Tetapi si-nenek maju
makin cepat, dan terpisahnya mereka 4-5 kaki lagi, tiba2 sinenek
itu loncat mengemplang kepalanya. Dengan ilmu Sin
Mo Bo Im (dewa dan iblis mcnghilang tak berbekas) ia
loncat kesamping, dan kemudian mengirim satu jotosan
kelambung lawannya. Tetapi kemplangan toya besi itu
setelah mengemplang tempat kosong secepat kilat membalik
menyabet tubuhnya. Kong Sun Giok harus menarik
kembali kepalannya jika tidak ingin kesabet toya besi sinenek.
Untung sekali ia telah memahami ilmu Bo Kie Kit
Kong (Tenaga dalam tak terhingga) dari gurunya, Goan Siu
228
To-tiang, oleh karena itu ia dapat menahan hembusan angin
dari sabetan toya besi itu.
Betul ia masih memegang pedang, dan sebegitu lama ia
melawan, ia belum terluka, tetapi si-nenek sudah mulai
mengeluarkan semua kepandaiannya. Disekitar tubuhnya,
ia hanya tampak rambut yang putih dan panjang dari sinenek,
dan toya besinya yang ber-kilau2an itu. Ia terkurung
oleh sabetan dan kemplangan toya besi si-nenek! Tiba2
sabetan atau kemplangan jika menemui sasaran pasti
membawa maut! Kong Sun Giok harus terus-menerus men
ggunakan ilmu Ceng Lian Kiam Hoat diujung tanduk !
Ketika itupun ia insyaf ia bukan tandingan si-nenek. la
harus mencari ketika untuk meloloskan diri. Dengan kedua
ilmu yang digunakannya itu, sebegitu jauh ia belum juga
berhasil meloloskan diri dari serangan2 lawannya.
Bo San Shin Lo juga merasa heran Kong Sun Giok
belum dapat dihajar meskipun ia telah mengeluarkan semua
jurus2 ilmu silat toyanya yang terkenal sebagai ilmu Ngo
Hong Tiauw Yo Kuay Hoat (ilmu toya lima burung Hong
menyembur mata hari). Sementara itu, iapun mengagumi
lawannya yang dapat bertahan demikian lamanya. la
teringat akan Goan Siu To-tiang, pemimpin partai silat
Thian Lam, yang berhasil mencari seorang murid berbakat
diwarisi segala ilmu silat pedang Thian Lam. Tetapi ia
berwatak kejam. la tak dapat menghargai pemuda yang
berbudi dan berbakat sebagai Kong Sun Giok. Makin lama
ia bertempur, makin sengit ia menjadi. Dengan tanpa alasan
ia pandang partai silat Thian Lam itu sebagai musuhnya. la
bertekad membinasakan Kong Sun Giok untuk membikin
puas hatinya yang kejam!
Sambil menyerang ia membentak dengan sekuat tenaga :
„Hei! Anak sambel! Dari manakah kau belajar ilmunya Hut
Mo Lo Nie (Rahib iblis tua bangka gila ia artikan Ceng
229
Lian Sin Nie)! Apakah Sin It Cui juga mengajarkan kau
ilmu pukulan Thian Seng Cong-nya? Nah ! Sekarang si-tuabangka
ini mernbikin kau buka mata dan mengetahui
bahwa toya besinya dapat membunuh kau mati dan
mengubur kau didalam lobang yang sudah disediakan !
Camkan bahwa Bo San Shin Lo lebih unggul dari Hut Mo
Lo Nie atau Sin It Cui!" Baru saja ucapannya selesai, lalu
dengan jurus Pee!Hong Tauw Yang atau seratus burung
Hong menyamber mata hari, ia serang Kong Sun Giok
dengan toya besinya, sehingga sabetan atau kemplangan itu
terdengar „Bat ! Bet ! Bat ! Bet !" sangat santernya.
Serangan2 itu dilancarkan dengan jurus yang luar biasa, seakan2
satu lingkaran seluas 7-8 depa menjadi terang dengan
sinar yang ber-kilau2 dari taya besi si-nenek itu!
Kong Sun Giok tak mengerti mengapa ia harus dibunuh,
sedangkan ia tak mempunyai dendam apapun terhadap sinenek
itu. Dalam keadaan yang berbahaya bagi jiwanya, ia
terpaksa bertempur dengan nekat. Dengan ilmu Pik Cui
Seng Lian atau diatas air hijau bunga teratai tumbuh, salah
satu jurus khas dari Cui Hun Cap Ji Kiam ia memhalas
menyerang dengan nekat untuk membuka jalan meloloskan
diri.
Meskipun Bo San Shin Lo terkebur dengan ucapannya,
sebetulnya setelah ia lancarkan serangan2 Pee Hong Tauw
Yang-nya, ia masih juga tidak berhasil membunuh Kong
Sun Giok yang bertempur mati2an untuk menghindarkan
maut!
Bukan main sengitnya Kong Sun Giok! Selain
menangkis, iapun balas menyerang seperti banteng
mengamuk. „Tang! Teng! Tang! Teng!" suara kedua senjata
beradu dengan pertempuran kedua jago silat yang lihay itu!
Sim Hiong Hui dan Sim Lam Sie menonton terus dengan
hati ber-debar2.Mereka sangat mengagumi kepandaian dan
230
kegagahannya Kong Sun Giok, mereka merasa heran
mengapa Bo San Shin Lo tak dapat mengalahkan pemuda
meskipun pertarungan telah berlangsung hampir 300 jurus.
Mereka kuatir kalau si-nenek itu kehabisan tenaga
mengingat usianya yang jauh Iebih lanjut daripada
lawannya. Sim Lam Sie pun telah lupa kesedihan hatinya.
la mulai tertarik dengan watak, sikap dan terutama ilmu
silatnya Kong Sun Giok. Ayah dan puteri tak berani
membantu. Seorang guru silat mustahil dibantu oleh
muridnya?
Pada suatu ketika kedua senjata kedua jago silat itu
beradu, lalu berhenti se-akan2 menempel sukar terpisah.
Pada saat itu kedua jago silat berusaha menahan senjata
masing2 agar tak terlepas dengan masing2 menggunakan
tenaga dalamnya. Bo San Shin Lo mengerahkan semua,
tenaga dalamnya disalurkan kepada toya besinya, dan
tenaga dalarn itu ia telah latih matang selama 10 tahun
lebih. Demikian pula Kong Sun Giok, ia mengerahkan
tenaga dalamnya disalurkan kepada pedangnya dengan
ilmu Bo Kit Kong, yang ia dapat belajar dari gurunya,
Goan Siu To-tiang.: Akan tetapi pelahan2 pedangnya
tertekan toya besi Bo San Shin Lo, karena si-nenek itu telah
berlatih 10 tahun lebih, sedangkan Kong Sun Giok baru saja
berlatih beberapa tahun. Sebetulnya tenaga dalam Bo Kie
Kit Kong tidak kalah daripada tenaga dalam Peng Hong
Tauw Yang.
Kong Sun Giok tak dapat menarik pedangnya dari
tekanan toya besi si-nenek. la penasaran dan heran
mengapa bisa kalah tenaga daripada si-nenek yang tua itu !
Mukanya menjadi merah sekali, dan hatinya menjadi
gemas dan cemas. la bertekad melawan terus sehingga
tewas binasa! „Jago2 silat dikalangan Bu Lim atau
pendekar2 dikalangan Kang-ouw, mati bertempur adalah
231
soal biasa, malah suatu hal yang mendapat penghargaan."
Demikian pikirnya.
Jika orang sudah dalam keadaan sangat terdesak,
seringkali dia menjadi nekad, dan dalam keadaan yang
demikian itu, kadang2 dia dapat mengeluarkan tenaga yang
maha dahsyat! „Aku tak akan membikin malu partai Thian
Lam atau guruku!" ia bertekad bulat. Lalu dengan seluruh
tenaga, dengan mata terbelalak, dengan menggunakan
kedua tangannya ia dorong pedangnya keatas!
Sebetulnya Bo San Shin Lo itu ingin menahan dan
menekan pedangnya Kong Sun Giok, lalu dengan secepat
kilat toya besinya ia angkat dan kemplang mati lawannya.
Tapi tenaga yang Kong Sun Giok keluarkan itu adalah
tenaga dari ilmu Bo Kie Kit Kong, yang apabila digunakan
dengan sepenuh tenaga, apapun tak dapat menahannya.
Tahankan pedangnya berhasil mendorong si-nenek mundur
tiga empat tindak, tetapi pedangnya pun menjadi patah! la
lekas loncat mundur. Akan tetapi si-nenek yang kejam tidak
memberi kesempatan lawannya melarikan diri. la mengejar
sambil mengangkat toya besinya dengan maksud
mengemplang Kong Sun Giok. Menerkam tenggorokan
lawannya dengan tangan kirinya. Jurus itu adalah jurus „O
Liong Sin Cao" atau Naga Hitam mencakar mangsa. Bo
San Shin harus mengegos kesamping dan menarik kembali
toya besinya. Secepat kilat dengan tangan kirinya ia coba
menotok dadanya Kong Sun Giok. Senjata toya dapat
berhasil jika bertarung dengan jarak agak jauh, akan tetapi
tidak pada jarak dekat, agaknya Kong Sun Giok
memperoleh kesempatan lagi menggunakan ilmu pukulan
Thian Seng Ciang-nya. Kesempatan tersebut ia gunakan
sepenuhnya. Dengan jurus „Shin Mo San Sut" atau tiga
cara iblis menerkam, ia kirim lagi tinjunya.
232
Bo San Shin Lo hebat sekali. la lemparkan toyanya. la
mengelak tinju tersebut dengan tangan kirinya, dan tangan
kanannya datang menotok dada Kong Sun Giok! Kong Sun
Giok yang kena ditotok itu lantas mengeluarkan darah dari
mulutnya! Segera iapun jatuh ditanah tak bergerak! Bo San
Shin Lo menyengir puas dan berkata seorang diri : „Hai!
Bangsat ini betul2 lihay! Apakah kau kira aku si-tua bangka
ini tidak dapat mengubur kau kedalam lobang?" Lalu ia
datang menghampiri Kong Sun Giok yang telah rebah
ditanah tak bergerak itu. la seret tubuhnya dan dijebloskan
kedalam lobang. Lalu ia hendak menguruki dengan tanah
yang tertumpuk dipinggir lobang itu!
Pada saat itu Sim Lam Sie datang menghampiri dan
berkata dengan ter-gesa2: „Suhu (guru), kita telah salah
membinasakan orang! Tahan ! Jangan kubur ia." Lalu ia
buru2 angkat tubuhnya Kong Sun Giok dari lobang itu.
Dari kantong bajunya Kong Sun Giok mengelincir keluar
dua tiga biji kayu kecil. Sim Lam Sie pungut biji2 kayu itu
dan berkata kepada Bo San Shin Lo: „Suhu, cobalah lihat
ini!"
Bo San Shin Lo melihat biji2 kayu itu, dan menyahut :
„Itu semua hanya Hian Bun Tie Cu, senjata rahasia dari
partai silat Thian Lam yang dapat dilontarkan dan
melukakan lawan. Apa yang dibuat heran?"
Sim Lam Sie tidak segera menyahut. la hanya meraba2
tubuhnya Kong Sun Giok dan mencoba mendengar apakah
Kong Sun Giok masih bernafas. Kemudian dengan air mata
mengucur ia menuturkan kepada Bo San Shin Lo kisahnya
sebagai berikut:
„Suhu! Ketika aku bertarung mengadu silat melawan Tee
Tian Kauw atau Yen Keh Ciu, aku telah kalah, dan Tee
Tian Kauw telah bawa pergi pedang Poa Cu Kiam-ku
sambil berkata bahwa ia, Keh Ciu, hanya ingin pinjam
233
pedang wasiat dan tidak menghiraukan wanita tiantik atau
harta-benda. Setelah dia berlalu, akupun tidak ingin hidup
lagi karena merasa dihina didepan orang ramai. Dengan
pedang yang ditancapkan dipapan panggung aku ingin
menggorok leherku membunuh diri. Pada saat itu, sebiji
”Hian Bun Tie Cu" ini disentilkan Kong Sun Giok kearah
pedang, dan pedang yang aku ingin gunakan untuk
menggorok leherku itu berhasil tersentil diatuh, dan aku
menjadi sadar dan insyaf akan nekadku. Dengan demikian
orang yang menyentil „Hian Bun Tie Cu" itu telah
menolong jiwaku. Budinya aku belum dapat membalasnya,
malah sekarang kita sudah menyerang dan mungkin ia
binasa karena lukanya. Apakah perbuatan kita ini dapat
dibenarkan? Suhu, cobalah periksa, apakah ia masih dapat
tertolong ?"
Lalu Sim Hiong Hui juga keluarkan dari kantongnya
sebiji „Hian Bun Tie Cu", dan ia akuri bentuk dan besarkecilnya
dengan biji2 „Hian Bun Tie Cu" ditangan
puterinya. Betapa terperanjatnya ia melihat biji2 tersebut
semua serupa, sama bentuknya. Ia merasa bersalah besar! Ia
telah membinasakan orang yang telah menolong jiwa
puterinya! Bo San Shin Lo mengerutkan keningnya. la
jongkok disamping tubuhnya Kong Sun Giok, dan coba
memeriksa keadaannya Kong Sun Giok. la tempelkan
kupingnya didada Kong Sun Giok dan mendengar bahwa
jantungnya masih berdetak dan berdenyut. Kong Sun Giok
tidak mati! Lalu dengan ilmu tenaga dalamnya ia totok
beberapa bagian didada dan dipunggungnya Kong Sun
Giok, dan kemudian membebaskan tujuh jalan2 darah yang
penting.
Kemudian dengan menyusut keringat didahinya ia
berkata kepada Sim Hiong Hui, ayah dan anak : „Meskipun
dia ini masih muda usianya, tetapi ilmu silatnya tinggi
234
sekali. Dengan semua kepandaian silatku baru dapat aku
mengalahkan padanya. Kini meskipun ia mendapat luka
didalam tubuh, tetapi ia tidak akan mati. Latihan yang ia
pernah lakukan dibawah asuhan Goan Siu To-tiang telah
membikin tubuhnya tahan pukulan dan totokan."
Sim Lam Sie rnematong pembicaraan gurunya dengan
menanya ter-gesa2: „Tapi Suhu tentu dapat menolong ia,
buka ?"
„Aku dapat menolong jiwanya," sahut Bo San Sin Lo,
„tapi untuk memulihkan tenaga dalamnya ......”
Sim Lam Sie tak sabaran lagi, ia mendesak gurunya :
„Aku yakin Suhu juga dapat memulihkan tenaga dalamnya.
Suhu! pemuda ini besar budinya, dan aku tak akan merasa
tenteram jika ia tak tertolong. Dan aku tak puas jika tak
membalas budinya. Aku mohon Suhu berusaha sekuat
tenaga untuk menolongnya karena menolong dia sama juga
seperti menolong aku serta ayahku!"
Bo San Shin Lo mengerutkan keningnya, dan memikir
iama sebelumnya ia menyahut sambil menarik napas: „Ya,
memulihkan tenaga dalamnya merupakan usaha yang
sukar, sama sulitnya, seperti memindahkan gunung Tay
San!"
„Kesukaran apapun dapat diatasi," kata Sim Lam Sie,
„yang penting ialah apakah ia rnempunyai harapan? Aku
rela menginjak api, atau masuk kedalam goa menytari
untuk menolong orang yang berbudi ini!"
Dengan meng-geleng2kan kepalanya si-nenek berkata :
„Setelah jiwanya tertolong, karena beberapa pipa peredaran
darahnya telah terluka ia harus beristirahat agak lama untuk
mencegah luka2 itu menjadi lebih besar lagi, dan mencegah
jangan sampai paru2nya terluka pula. Kemudian untuk
memulihka.n tenaga dalamnya, ia harus makan „Hie Su
235
Len Yo". Suatu obat yang mustajab. Setelah itu ia harus
minta pertolongannya dua jago silat yana terkenal yakni
„Lam Pak Siang Mo" (Dua iblis dari Utara dan Selatan ).
Yano, di-utara yaitu Ji Bo Im Lat Su Shin Mo, Sin It Cui
(siluman bayangan hitam Sin It Cui) yang harus menolong
dengan ilmu Sian Thian Kun Goan Hie (Hawa mujizat
memulihkan napas). .Tang di-selatan yaitu Lak Cao Shin
Kun, Ban Cun Bu (Ban Cun Bu, jago sakti dari kota Lak
Cao) yang harus menggunakan ilmu Sun Yo Cin Kay-nya
(ilmu mujizat laksana sinar mata-hari) untuk rnengedarkan
obat mustajab „Hie Su Leng Yo" kedalam darah dan
menyembuhkan luka2 di-pipa2 peredaran darahnya. Jika
semua ini dapat dilakukan, maka ia mempunyai harapan
memulihkan tenaga dalamnya dan menjadi sebagaimana
sediakala! Tetapi ...... kedua iblis ini bermusuhan satu sama
lain, dan tabeat atau wataknya lebih ganjil daripada tabeat
dan watakku. Setelah obat mujarab tersebut diperoleh,
untuk minta kedua iblis yang bermusuhan itu ber-sama2
menolong pemuda ini merupakan soal yang lebih sukar
daripada naik kelangit atau menginjak api!"
Penuturan tersebut didengari dengan penuh perhatian
oleh Sim Hiong Hui ayah dan puterinya. Mereka tak dapat
berkata apapun mendengar betapa sukarnya pertolongan itu
diperolehnya. Sambil geleng2kan kepalanya.
Sim Hiong Hui ber-ulang2 menarik napas panjang
pendek, sedankan puterinya menundukkan kepalanya
dengaii perasaan sedih sekali!.
„Dari itu," melanjutkan Bo San Shin Lo, „untuk
memudahkan soal ini hanya ada dua jalan. Jalan yang
kesatu ialah jalan yang bertentangan dengan liang-sim (hati
nurani) atau kehendak Tuhan, tetapi dapat mencegah
kecelakaan yang menimpah kita semua dikemudian hari
236
yaitu kita pukul mati pemuda ini, dan menguburkannya
segera.”
Sim Lam Sie terkejut! Mulai saat itu ia menjadi benci
terhadap gurunya yang terbukti sangat kejam. Lazimnya
dikalangan Kang-ouw, seorang murid harus selalu
menghormati dan menghargai gurunya. Seorang murid tak
dapat mencela perbuatan gurunya. Seorang murid tak dapat
membangkang. Tapi Sim Lam Sie yang berperangai halus,
dan berbudi luhur menjadi bergidik mendengar usul
gurunya yang ingin memukul mati dan mengubur pemuda
itu untuk menutup perbuatan kejamnya.
Dan ayahnya, tampak duduk termenung. la sangat
sayang puterinya, iapun rela melakukan segala apa, bahkan
mengorbankan harta-benda dan jiwa-raganya untuk
membantu puterinya yang bermaksud menolong Kong Sun
Giok. Karena sudah jelas Kong Sun Giok itu tak dapat
dipersalahkan untuk perbuatannya Tee Tian Kauw.
Terlebih pula setelah ternyata Kong Sun Giok telah
mencegah puterinya melakukan perbuatan nekad
membunuh diri dengan sentilan „Hian Bun Tie Cu"-nya.
Iapun mera,sa berhutang budi terhadap pemuda itu. Tapi ia
banyak menyesal bahwa ia tak dapat membantah atau
mengajukan pendapat terhadap Bo San Shin Lo yang jauh
lebih pandai ilmu silatnya.
„Suhu!" berkata Sim Lam Sie, suaranya agak keras,....
”kita tak dapat melakukan perbuatan yang sangat kejam itu.
Aku telah mengatakan bahwa aku rela melakukan segala
apa jika dapat menolong orang ini yang besar budinya
kepadaku!"
Untuk menyokon,g kehendak puterinya, Sim Hiong Hui
juga mulai berkata dengan khidmat: „Tay-su (guru besar),
hutang, uang dibayar dengan uang tetapi hutang budi tak
237
dapat lunas sepanjang masa. Aku mohon Taysu dapat
menginsyafi permohonan puteriku."
Bo San Shin Lo menundukkan kepalanya dan berpikir
agak lama. Ia berkata kemudian : „Aku telah
memberitahukan dengan jelas sekali betapa sukarnya
menolong pemuda ini memulihkan tenaganya. Aku tak
yakin Sin It Cui dan Ban Cun Bu yang bermusuhan dapat
bekerja-sama menggunakan ilmu masing2 menolong
pemuda ini. Jalan yang kesatu meskipun bertentangan
dengan hati nurani kalian, tetapi akan mencegah segala
kesulitan dikemudian hari, pun pula mudah dilakukannya,
dengan hanya aku menjotos dia sekali lagi, dan mengubur
mayatnya ........"
---oo0oo---
Bagian 12
SALAHMENERKA BUDIORANG
Dengan sekuat tenaga Sim Lam Sie menjerit : „Aku lebih
suka mati daripada melakukan perbuatan yang rendah ini!
la telah berbudi terhadap aku, dan kita telah perlakukan ia
demikian. Jika ia bisa sembuh, aku akan mengundang
semua orang2.nya partai Thian Lam agar mereka dapat
menghukum aku yang kejam ini!"
Bo San Shin Lo mengawasi Sim Lam Sie, lalu sambil
mengangguk ia berkata: „Kau betul. Kita tak dapat
membunuh dia. Jalan kedua ialah aku harus berusaha
menyembuhkan luka2nya. Kemudian akii harus menolong
mencarikan dia obat yang mustajab, mengundang Shin It
Cui dan Ban Cun Bu,
kedua iblis dari utara dan Selatan, untuk menolong
memulihkan semangat dan tenaganya. Tetapi, aku pernah
238
berkata bahwa aku tak sudi keluar dari peguntungan Bo San
ini, dan aku tak sudi merendahkan diri mengundang Shin It
Cui dan Ban Cun Bu datang. Oleh karena itu, pekerjaan
mencari obat dan mengundang Shin It Cui dan Ban Cun Bu
itu harus mendiadi tugasmu serta ayahmu.
Dengan tidak memikir lag! Sim Lam Sie mengangguk
dan berkata: “Baiklah. Aku dan ayah akan berusaha sekuat
tenaga melakukan tugas itu!”
Sim Hiong Hui tak dapat berkata apa2. la hanya
mengawasi puterinya, ia merasa lebih senang melihat
puterinya agak puas.
Kemudian Bo San Shin Lo angkat dan bawa Kong Sun
Giok kesebuah kamar dimana ia mengobati luka2nya Kong
Sun Giok dengan ilmu tenaga dalamnya.
Lambat laun Kong Sun Giok mulai sadar dari
pingsannya. Ia merasa tulang2nya sakit, jalan napasnya
mangpat, dan kerongkongannya kering sekali. lapun merasa
se-olah2 dadanya tertindih dengan benda yang berat sekali,
dan kepala-nya pusing! la masih tertelentang, dan
mendengar suara orang menangis tersedu-sedu. la tak dapat
berbalik. Badannya masih kaku. Ia terperanjat, dan mulai
mengenangkan pertarungan melawan Bo San Shin Lo. Ia
ingat bahwa pedangnia dibikin terpental oleh lawannya,
bahwa ia terluka karena menangkis jotosan yang dilepaskan
oleh tenaga dalam lawannya sehingga pingsan. lapun ingat
bahwa ia telah dikubur hidup2 didalam sebuah lubang yang
telah disediakan untuknya.Mengapa ia masih dapat hidup?
Dan apakah bau yang harum ini!? la berusaha melirik
kesamping dan berhasil melihat sigadis yang berbaju merah
sedang menangis tersedu-sedu. la mencoba bangun, tetapi
mendadak matanya gelap, dan kepalanya pusing sekali.
239
Gadis yang berada dipinggir tempat tidurnya itu berkata
dengan ramah: ”Kong Sun Slauw-hiap. Untuk sementara
waktu, harap kau tidur telentang, karena kau telah
kehilangan banyak tenaga, dan lukamu parah. Meskipun
guruku telah mengobati kau dengann ilmu tenaga
dalamnya, dan telah memberikan kau obat yang mustajab,
tetapi paling sedikit 7-8 hari kau harus berbaring diatas
tempat tidur ini. Aku harap kau jangan paksakan bangun,
Tidurlah!"
Ucapan yang ramah itu membikin Kong Sun Giok
terkejut, dan kemudian marah. Tetapi baru saja amarahnya
naik, ia segera merasa dadanya menyesak dan sakit.
Kong Sun Giok insyaf bahwa ia betul2 telah menderita
luka parah, dan setelah ia ingat bahwa ia bertanggungjawab
atas jatuh bangunnya partai Thian Lam, ia harus
menelan semua hinaan dengan sabar. Setelah ia, merasa
sedikit reda ia menanya: “Sim siocia, aku telah membayar
semua hutang saudari angkatku, Tee Thian Kauw,
dipegunungan Bo San, tetapi mengapa......” Ucapannya
dipotong oleh Sim Lam Sie yang mengatakan dengan
ramah : „Kong Sun Siauw-hiap harus beristirahat, dan
jangan mengeluh atau memikirkan tentang apa yang telah
terjadi. Jika aku tidak dapat melihat biji manik Hian Bun Ti
Cu-mu yang telah menolong jiwaku mungkin Siauw-hiap
telah dikubur hidup2. Kini kau telah menderita luka parah,
dan mungkin stikar memulihkan tenaga dan semangatmu.
Jika kau sering2 naik darah, dapat melukakan paru2mu.
Oleh karena itu, aku mohon kau bersabar dan beristirahat
dengan tenang. Aku juga minta kau dengarkan apa yang
telah terjadi, agar kita dapat bersama-sama mencari daya
upaya menyem....buhkan dan memulihkan tenaga dan
semangatrnu."
240
Lalu ia selimuti tubuhnya Kong Sun Giok, dan sambil
duduk disisi pembaringan, ia menceriterakan peristiwa yang
telah terjadi setelah Kong Sun Giok pingsan, dan
memberitahukan tentang luka2nya dan cara untuk
menyembuhkan dan memulihkan tenaga dan semangatnya.
Kong Sun Giok menjadi cemas sekali setelah mengetahui
betapa hebat luka2nya. la kuatir ia tak dapat sembuh pula
dengan demikian tak dapat menunaikan pesan guru dan
paman2 gurunya.
Ia berpikir : „Untuk memulihkan tenaga dan
semangatku, aku yakin Shin It Cui akan menolong dengan
sungguh2 hati. Obat yang mustajab juga tak sukar
diperoleh. Tetapi bagaimana Ban Cur Bu diminta
pertolongannya? la tak akan menolong aku dengan ilmu
Sun Yo Cin Kai-nya. Akupun tak sudi merendahkan diri
pergi minta pertolongannya!"
Bo San Shin Lo pernah mengatakan bahwa untuk
meno!ong Kong Sun Giok tidak ada jalan lain lagi daripada
apa yang telah dituturkan diatas. Lalu sambil mengawasi
wajahnya Sim Lam Sie, ia menanya: „Sim siocia tak usah
terlampau kuatir. Aku mempunyai urusan penting yang
harus diselesaikan. Jika aku sudah dapat bangun dan
berjalan. aku segera berlalu dari sini. Tentang soal
memulihkan tenaga dan semangat, aku akan
mengikhtiarkannya sendiri. Dimanakah guru siocia? Harap
kau memberitahukan bahwa aku, Kong Sun Giok, tidak
menaruh dendam atas apa yang telah terjadi terhadap
diriku. Akupun minta siocia jangan membikin perhitungan
terhadap Tee Thian Kauw!"
Sim Lam Sie menyahut : „Guruku telah pergi kepuncak
gunung Bong Sia Hong mengunjungi temannya, akan lama
dia kembali. Budimu yang telah menolong aku, aku belum
dapat membalasnya, dan aku mesti balas. Tetapi Tee Thian
241
Kauw telah menghina aku dan ayahku dihadapan orang
ramai, aku telah bersumpah membikin pembalasan. Oleh
karena itu, akupun minta kau jangan campur soal budi dan
soal pembalasan dendam. Aku juga minta kau memaafkan
adatku yang keras ini. Nah, sekarang kau harus minum obat
ini!" Lalu ia bantu mengangkat kepalanya Kong Sun Giok
untuk meminum obat itu.
Ketika Sim Lam Sie mengangkat kepalanya, tuhuhnya
menempel dengan tubuhnya Kong Sun Giok. Kulit
mukanya yang putih lagi halus, harum tubuhnya dan sikap
yang ramah telah membikin Kong Sun Giok terkenang
akan Bian Leng Jun dan Tee Thian Kauw kedua gadis yang
telah jatuh cinta kepadanya. Ia berpikir : „Bo San Shin Lo
telah pergi kepuncak gunung Bong Sia Hong. Gadis ini
telah memanggil aku dengan cara yang lebih akrab, tidak
memanggilnya aku Kong Sun Siauw-hiap lagi. la melayani
aku melebihi dari pada ibuku. Apakah maksudnya ?
Terhadap Bian Leng Jun dan Tee Thian kauw aku sering2
bersikap serba salah. Kini ditambah gadis yang cantik dan
ramah ini. Apa yang aku harus lakukan?"
Demikianlah Kong Sun Giok berbaring ditempat tidur
dengan dapat perawatan dan pelayanan yang telaten baik
sekali dari Sim Lam Sie, dan 7 hari telah lewat dengan tak
terasa lagi. Selama itu ia telah tertarik oleh rupa dan sikap
gadis yang berbudi itu. Ia berusaha keras menghindarkan
diri dari jaring asmara, tetapi sia2. Terutama terhadap
permintaan sigadis itu untuk jangan campur soal budi dan
soal pembalasan dendam, ia sangat buat pikiran. Ia
bertekad setelah nanti ia sembuh dari luka2nya, ia mau
bikin Sim Lam Sie juga menjadi kawan akrabnya Tee Thian
Kauw!
242
”Nah! Minumlah obat!" Berkata Sim Lam Sie, sambil bantu
untuk mengangkat kepalanya Kong Sun Giok meminum obat itu.
Selama 7 hari itu sebelum Kong Sun Giok tidur, Sim
Lam Sie selalu berada didampingnya, dan menghiburnya
dengan menceriterakan kisah2 dikalangan Kang Ouw yang
dia dapat dengar dari ayahnya.Makin hari Kong Sun Giok
makin tertarik oleh gadis itu, tetapi untuk melaksanakan
pesan guru dan paman2 gurunya ia harus membebaskan diri
dari jaring asmara.
Pada hari ke-8, Kong Sun Giok merasa penyakitnya
telah sembuh, hanya tenaga dalam dan semangatnya yang
masih belum pulih. Pada tengah-malam, diwaktu Sim Lam
Sie dan ayahnya sedang tidur nyenyak, ia berlalu dari
243
tempat Bo San Shin Lo itu dengan meninggalkan sepucuk
surat kepada Sim Lam Sie. la telah berlalu dari pegunungan
Bo San dan dengan menyewa perahu menuju ke See-leng!
Sungai yang menuju kepropinsi Kwiciusangat deras
airnya, dan jurang dikedua tepi amat curam tebingnya.
Penyair Li Ceng Loan dizaman Tong Tiauw pernah
menulis tentang sungai itu sebagai berikut :
„Jurang yang curam mencakar larigit,
Air sungai mengalir deras sekali.
Soal penghidupan pasti menjadi sulit,
Jika asmara murni tak terbalas nanti.”
Perahunya Kong Sun Giok berlayar kehulu dengan
T)esatnya, dan dengan cepat sudah hampir tiba di See-leng.
la tidak mengetahui bahwa dibelakang perahunya ada
sebuah perahu lagi yang mengejarnya.
Orang yang mengemudikan perahu itu mengenakan
pakaian seperti orang penangkap ikan, dan masih muda
sekali. Dari caranya mengemudikan perahu itu ternyata dia
faham betul akan keadaan sungai tersebut.
Ketika kedua perahu itu sedang lajunya berlayar, dan
tidak jauh dari tepi sungai, se-konyong2 terdengar suara
seperti meraungnya seekor srigala
Suara itu membikin Kong Sun Giok terkejut, karena ia
pernah mendengarnya, dan ingat akan peristiwa
dipegunungan Biauw Leng. Ketika itu ia hampir habis
riwayatnya bertempur melawan Tok Pik Cai Jin (Si-macan
Tutul, dan Lang Sim Siu Si (Si-pelajar berhati srigala) jika
tidak tertolong oleh saudara angkatnya Shin It Cui!
244
la menoleh ketepi sungai, dan betul saja ditepi itu ia
melihat kedua iblis itu. Dengan menggunakan tenaga
dalamnya Lang Sim Siu Si berkaok : „Hei! anjing kecil
Kong Sun Giok! Rupanya nasibmu akan berakhir hari ini !
Kita berjumpa lagi disini, dan aku akan mengubur
mayatmu didalam sungai yang deras ini. Aku hendak lihat
apakah Si-pemabok itu Shin It Cui masih dapat menolong
kau pula!"
Kaokan itu dibarengi dengan sambitan satu batu kearah
kepalanya Kong Sun Giok. Jangankan Kong Sun Giok
yang ilmu silatnya tidak seberapa tinggi, walau seorang jago
silat yang ilmu silatnya tinggi pun tidak berani menangkis
sambitan batu itu. Untung sekali pengemudi perahunya
mengegoskan kemudinya dengan cepat sehingga batu yang
besar itu melayang lewat diatas kepalanya Kong Sun Giok,
dan menyemplung kedalam sungai membikin airnya
berombak besar sehingga perahu itu terombang-ambing
hebat sekali!
Tetapi Tok Pik Cai Jin yang berdiri didamping Lang Sim
Siu Si segera menyambit iagi, dan batunya telah membentur
buritan perahu, yang segera tergetar hebat sehingga Kong
Sun Giok dan pengemudinya terjerumus dan jatuh kedalam
sungai!
Segera perahu yang dibelakang tiba, dan pemuda
didalam perahu itu lalu terjun kedalam sungai, dan dengan
ilmu Hie Yin Jip Cui atau Ikan cucut menyelam pesat
didalam air, berhasil mengangkat kedua orang yang
kecemplung didalam sungai yang deras itu, dan sambil
memegang pakaiannya kedua orang itu berusaha berenang
mengikuti arus air!
Tok Pik Cai Jin dan Lang Sim Siu Si sama sekali tidak
menduga jika didaerah yang terpencil dan didalam sungai
yang airnya sangat deras masih ada orang yang dapat
245
menolong Kong Sun Giok! Mreka terperanjat menyaksikan
dengan kepala mata sendiri caranya pemuda itu menolong
Kong Sun Giok dan pengemudi perahunya. Mereka
mengejar sambil ber-lari2 disepanjang tepi sungai, sejenak
saja mereka tertinggal jauh dibelakang dan orang yang
dikejarnya segera juga menghilang disuatu tikungan.
Lang Sim Siu Si berkata kepada Tok Pik Cai Jin :
„Sungai yang sangat deras arusnya dengan kencang2 yang
tajam didasarnya sangat berbahaya sekali. Aku yakin
mereka tak dapat mengambang lama Iagi. Mereka pasti
akan tenggelamdan akan menjadi makanannya ikan!"
Tok Pik Cai Jin mengerutkan keningnya : ,.Mereka sukar
dapat tertolong didalam arus air yag deras ini. Menurut
pendapatku, Shin It Cui yang sangat sayang Kong Sun
Giok sudah tentu tidak akan tinggal diam. Ia pasti mencari
kita dan membikin perhitungan. Lebih selamat kita lekas2
berlalu dari sini!" kata Tok Pik Cai Jin, kuatir.
Peringatan itu juga membikin Lang Sim Siu Si menjadi
cemas dan kuatir. la berkata : „Shin It Cui dijuluki oleh Hek
I Bo Im (Si Setan Hitam tanpa bayangan). Datang dan
perginya seperti angin. Ilmu silat Sian Tian Kun Goan Kie
(Tenaga dalam melonjak keangkasan) dan hian Sing Ciang
(ilmu tinju melabrak bintang2 diangkasa) tak ada tara-nya
dikalangan Bu Lim. Meskipun kita berdua mengerubuti
padanya, kita tak dapat menang. Pada dewasa ini, selain
Ban Cun Bu dari kota Lak Cao, aku kira tiada jago2 silat
yang dapat menandingi dia".
„Jika demikian", kata Tok Pik Cai Jin, ”untuk
menghindarkan diri dari kejarannya Shin It Cui, bukankah
lebih baik kita lari ke Lak Cao dipropinsi Yunnan? Kita
berusaha menjadi kawannya Ban Cun Bu, dan kemudian
kita gosok Ban Cun Bu agar dia tempur Shin It Cui. Dan
jalan yang lain yalah, setelah kita tiba dikota Lak Cao, kita
246
berdaya mencuri kitab Sun Yo Cin Kai-nya, dan kemudian
berdasar kitab ilmu silat itu, kita tekun belajar dan berlatib,
10 tahun untuk menjagoi dikalangan Kang Ouw!"
Pendapat itu disetujui, mereka lalu berjalan menuju
kekota LakCao!
Marilah kita menoleh kepada Kong Sun Giok yang telah
hilang tenaga dalamnya tidak berdaya didalam air snngai
yang deras itu, setelah terombang-ambing didalam sungai
lapun menjadi pingsan.
Pengemudi perahu yang dapat bertahan untuk sementara
waktu, karena terbentur karang yang tayam telah tewas dan
dilepas oleh pemuda RwDengan demikian Kong Sun Giok
dapat tertolong, karena penolongnya bukan saja pandai
berenang, juga rupanya mengetahui betul keadaan sungai
itu! Namun pemuda itu pun mendapat banyak luka dari
karang2 yang tajam. la tidak dapat membawa Kong Sun
Giok ketepi, karena ia kuatir kedua musuh tadi masih
berada ditepi. Oleh karena itu dengan sekuat tenaga ia
pegang Kong Sun Giok dengan tangan kiri-nya, dan dengan
tangan kanan dan kedua kakinya ia berenang terus. Akan
tetapi akhirnya ia tak dapat bertahan lebih lama lagi!,
karena tubuh dan kaki-tangan-nya telah tak bertenaga pula.
Segera iapun pingsan!
Entah berapa lama telah lewat, dan ketika Kong Sini
Giok mulai sadar, hidungnya terbentur oleh bau yang
harum sekali. Dengan seluruh tubuhnya letih dan sakit ia
masih dapat merasakan se-olah2 ia sedang berbaring diatas
suatu pembaringan dengan kasur yang empuk sekali!
Tidak jauh dari tempat tidurnya ia lihat satu anglo tanah
dengan baranya yang menyala membakar kemenyan
harum.
247
Kong Sun Giok mulai mengenangkan peristiwa yang
paling akhir menimpa dirinya. Ia ingat setelah ia
kecemplung kedalam sungai karena perahunya! terbalik
disambit dengan batu besar oleh Tok Cai Jin, seorang
pemuda penangkap ikan telah menolongi ia. Mengapa ia
sekarang berada didalam rumah gubuk dan berbaring diatas
tempat tidur ini, pikirnya. Ia pernah dengar bahwa didaerah
dekat tepi sungai ada seorang pemuda yang suka menolong
orang. Apakah ia berada didalam rumah pemuda itu?
Sambil tidur terlentang ia meng-ingat2 peristiwa yang
baru2 terjadi itu. Tiba2 terdengar suara nyanyian dari luar.
Orang itu bernyanyi :
„Nasi dan garamyang sederhana
Dapat aku makan dengan hati gembira,
Diatas tempat tidur bambu dengan kasur dari rumput
Dapat aku tidur tanpa selimut,
Pakaian sederhana dari bahan yang kuat
Dapat aku pakai dengan selamat,
Rumah gubuk ini disapu bersih dan dijaga rapi
Dapat aku bernaung dengan tenang sampai mati."
Nyanyian itu menghibur Kong Sun Giok. Untuk
pertama kali ia menjumpai orang yang merasa puas dengan
hidup sederhana dan terpencil. Jika semua orang dapat
berpikir dan hidup demikian, soal membalas dendam yang
berakibat dengan pertumpahan darah pasti tak akan timbul,
pikirnya.
248
Pintu terbuka, dan seorang tua dengan rambut putih
seperti salju melangkah masuk. Pakaian yang sederhana
menunjukkan bahwa ia se-olah2 seorang tukang menangkap
ikan.
Kong Sun Giok masih juga anggap bahwa ia berada
didalam rumahnya orang yang telah menolong ia disungai
tadi, ia menduganya orang tua ini ayahnya pemuda
penolong itu. Ia hendak bangun untuk menghaturkan
terima kasih, tetapi ia tak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia
merasaa tak bertenaga dan kedua matanya ber-kunang2.
seperti juga ketika ia dilukai oleh Bo San Shin Lo.
Siorang tua menghampiri, dan sambil tersenyum ia
berkata : „Lotee (saudara muda) tak usah hiraukan suatu
apa. Kau rupanya tak mengetahui sifat air sungai. Tetapi
setelah kau beristirahat 4-5 hari, kau akan sembuh. Isterimu
yang berusaha menolong kau yuga telah menderita luka2.
Meskipun aku telah memberikan dia obat yang mustajab,
aku harus menunggu beberapa hari untuk melihat hasil dan
khasiatnya obat yang mustajab itu. Kini dia masih tak dapat
bangun!"
Pemberitahuan itu membikin Kong Sun Giok gelisah dan
bingung sekali. Sebetulnya ia mempunyai tugas untuk
membikin pembalasan dendam, tetapi ia telah terlibat
dalam soal asmara terhadap Bian Leng Jun, Tee Thian
Kauw dan paling akhir Sim lam Sie. Siapakah wanita yang
menolong padanya, yang dikatakan si kakek sebagai
isterinya dan sedang menderita luka parah itu? Jelas kata2
orang tua itu bahwa ia telah ditolong oleh „isteri"nya itu,
sedangkan ia belum beristeri. Inilah yang membikin ia
gelisah sekali!
Ketika itupun pikirannya melayang kepada Sim Lam Sie
yang pernah mengatakan bahwa dia tidak puas jika tak
membalas budinya.
249
Untuk mengetahui duduknya perkara, dengan tak
menghiraukan sakit seluruh tubuhnya, ia menanya: „Bapak
aku bernama Kong Sun Giok, dan aku belum beristeri.
Apakah wanita yang menolong aku itu bernama Sim Lam
Sie"
Sambil tersenyum, siorang tua menjawab : „Gadis itu
belum sadar, aku belum tanya siapa namanya dia. Jila ia
bukannya isterimu, aku betul2 merasa kagum mengetahui
dan melihat dia menolong kau dengan tak menghiraukan
bahaya. Menurut pandanganku, kau dan ia pantas sekali
menjadi pasangan aku yakin kau akan beruntung jika
mempunyai isteri yang demikian setianya".
Kong Sun Giok terpesona mendengar pujian terhadap
gadis yang telah menolong dirinya, lalu ia menanya lagi :
“Bapak.. sebetulnya aku ini dimana? Dirumah Siapa?”
“Disini ialah dimana sungai Yo-ciu membelok dengan
arus airnya yang deras sekali. Tempat ini dekat sekali
kekota See-leng. Aku adalah See-leng Yun-hiap (Pendekar
See-leng yang bertapa)”, jawab siorang tua dengan ramah.
„Bapa ini pulakah yang dapat julukan Ti Ciok Hie Ang
(Tukang menangkap ikan yang selalu merasa puas)?" tanya
Kong Sun Giok.
„Betul!" jawab siorang tua, „tetapi julukan itu terlampau
merdu didengarnya."
Bukan main girangnya Kong Sun Giok, karena sikakek
inilah orang yang ia sedang cari dan hendak diminta
pertolongannya. Lalu ia menjelaskan: „Aku dari tapal batas
Propinsi Yunnan datang ke propinsi Sucoan, karena aku
diperintahkan oleh Ceng Lian Taysu. Aku diperintahkan
menghaturakan hormat kenada Bapak, dan minta
keterangan tentang suatu rahasia yang bersangkutan dengan
urusan Bu Lim".
250
„Aku tahu kau telah datang dari propinsi Yunnan” kata
orang tua itu sambil mengangguk. „Aku telah meIihat,
kerincingan emas yang kau bawa. Kerincingan emas yang
kecil itu adalah senjata rahasia dari Lak Cao Shin Kun Ban
Cun Bu. Aku merasa heran dari manakah kau peroleh
kerincingan emas yang kecil itu? Akupun mengetahui
bahwa Ceng Lian Taysu sangat benci Ban Cun Bu.
Sebetulnya dengan maksud apakah kau diperintahkan oleh
Ceng Lian Taysu mencari aku?"
”Bapak, Ban Cun Bu juga musuh besarku. Jika aku
belum hirup darahnya aku tidak akan menjadi puas!" kata
Kong Sun Giok dengan sengit.
Penjelasan itu menggirangkan Ti Ciok Hie Ang. Ia ambil
beberapa helai kumis Kolesom (Obat mustajab yang dapat
melancarkan peredaran darah dan memulihkan semangat
dan tenaga dalam) dari kantong didadanya, lalu suruh
Kong Sun Giok memamah dimulutnya untuk ditelan
ludahnya. la berkata: „Kau harus memamah kumis
Kolesom ini agar kau dapat memulihkan tenaga dan
semangatmu. Kau menderita luka parah. Kau tidak boleh
bicara banyak sebelum menelan khasiat kumis Kolesom
itu.”
Kong Sun Giok hanya turuti kehendak Tie Ciok Hie
Ang, dan betul saja ia merasa lebih segar dan bersemangat
setelah menelan khasiat kumis Kolesom.
Kemudian Kong Sun Giok menceriterakan riwayat
hidupnya, dan peristiwa2 yang teIah dialaminya setelah ia
keluar dari tempat tinggalnya untuk meIaksanakan pesan
gurunya. Ia menanyakan juga mengenai pedang pusaka
Leng Liong Pi (Naga sakti).
Setelah mendengar dengan penuh perhatian uraian Kong
Sun Giok, Tie Ciok Hie Ang menjawab sambil geleng2
251
kepala :„Akupun pernah dengar tentang pedang pusaka
Leng Liong Pi itu yang juga bernama „Cu To" (Pedang
plastik). Seratus tahun berselang pedang itu adalah miliknya
seorang jago dikalangan Bu Lim. Pedang itu dapat
membelah baja!, luar biasa tajamnya. Tapi dalam beberapa
puluh tahun ini, pedang itu tidak kelihatan lagi dikalangan
Kang Ouw. Dimana adanya pedang itu, aku juga tidak
mengetahuinya."
Jawaban itu membikin Kong Sun Giok menjadi kecewa,
jelas tampak pada wajah mukanya.
„Tapi kau tak usah terampau, gelisah” kata kakek itu
melanjutkan.
„Bahaya atau malapetaka, kebahagiaan atau
keberuntungan, semuanya atas takdir Tuhan yang Maha
Kuasa. Meskipun aku tidak mengetahui dimana adanya
pedang pusaka itu, mungkin kau dapat menemuinya.
Lagipula, perbuatan Ban Cun Bu yang se-wenang2 dan
durhaka tak akan bebas dari hukum Tuhan. Bukankah
pribahasa mengatakan „Kebaikan atau kejahatan ada
balasnya”. Hanya kita tidak ketahui bila datangnya
pembalasan itu, cepat atau lambat. Kau telah bersumpah
akan manunaikan pesan gurumu dalam jangka waktu
sepuluh tahun. Jangka waktu itu masih panjang, dan aku
tak usah ter-gesa2."
Kong Sun Giok terhibur mendengar ucapan yang
beralas,an itu, tetapi ia merasa masgul bahwa segala dayaupayanya
telah gagal. Dipegunungan Bo San ia telah
dibikin tak berdaya sehingga seluruh tenaga dalamnya dan
semangatnya hilang. Bilakah dapat pulih kembali? Jika ia
tak berdaya. bagaimanakah ia dapat menunaikan
sumpahnya? Semua ini membikin ia menjadi masgul.
252
Ti Ciok Hie Ang merasa sangat simpathi terhadap Kong
Sun Giok yang budiman dan setia itu. la berkata lagi :
„Meskipun aku tidak mengetahui dimana adanya pedang
Long Liong Pi itu, tetapi aku mengarti tentang obat yang
mustajab untuk dapat menyembuhkan penyakit dan
menyembuhkan tenaga dalam dan semangatmu!"
Keterangan itu betul2 menggirangkan Kong Sun Giok.
„Jika tenaga dalam dan semangatku pulih kembali. Aku tak
menghiraukan jerih-payah untuk mencari Toasuheng-ku It
Ceng dan pedang pusaka Leng Liong Pi. Dengan tubuh
yang sehat, akupun dapat tempur Lang Sim Siu Si dan Tok
Pik Cai Jin yang keji bila aku menjumpai mereka lag !" pikir
Kong Sun Giok.
Baru saja ia ingin menanya tentang obat yang mustajab
itu, dari kamar disebelah terdengar suara orang me-rintih2.
Dengan wajah ber-seri2 Tie Ciok Hie Ang berkata : „Hm!
Jinsom (obat untuk membikin kuat urat syaraf, dan
menyembuhkan luka2 didalam tubuh) yang aku godok
betul2 mustajab. Gadis itu sudah sadar kembali. la dapat
ditolong!" Lalu ia bangun dari tempat duduknya untuk
pergi kekamar disebelah.
Siapakah gerangan gadis itu? Ini merupakan teka teki
bagi Kong Sun Giok. la sekarang merasa banyak lebih segar
dan bertenaga karena khasiat KoIesom yang ditelannya.
Karena kamar2 didalam rumah gubuk itu berdinding bilik
bambu, dengan hanya membentet kepangan lembaran2
bambu bilik, ia dapat mengintip kedalam kamar disebelah.
Alangkah kagetnya ketika ia melihat gadis yang berbaring
diatas tempat tidur adalah Sim Lam Sie yang telah merawa
ia ditempatnya Bo San Shin Lo!
Kong Sun Giok telah tertarik oleh Sim Lam Sie Yang
cantik-manis, budiman dan ramah itu. Hanya dengan tekad
menunaikan sumpahnya, ia paksakan diri berlalu dengan
253
diam2 diwaktu malam. Tetapi berlalunya itu telah diketahui
oleh Sim Lam Sie yang dapat menolong ia ketika ia hampir
mati kelelep. Untuk menolong ia, gadis itu juga hampir
tewas dan telah menderita luka parah!
Kemudian terdengar gadis itu bicara dengan suara yang
lemah dan terharu : „Terima kasih........ banyak atas
pertolonganmu Bapak. Tetapi apakah saudara Sun...... juga
tertolong?"
Kata2 „saudara Sun" itu diucapkannya dengan wajar
sekali dan ketulusan hati. Kong Sun Giok terharu sekali
mendengarnya.
Sambil bersenyum Ti Ciok Hie Ang menjawab: „Harap
siocia jangan kuatir. Kong Sun Giok yang kau telah tolong
mati2an tidak berat lukanya, dia dapat lekas sembuh. Siocia
harus berlaku tenang dan beristirahat. Setelah lewat 6-7
hari, siocia baru dapat bangun".
Terlihat wajah yang ber-seri2 dari Sim Lam Sie ketika
mendengar bahwa Kong Sun Giok tidak parah lukanya.
Sebetulnya ia ingin bangun dan melihat keadaannya Kong
Sun Giok, tetapi tak dapat karena saking sakit tubuhnya.
Kong Sun Giok tak tertahankan lagi untuk tidak berseru:
„Sim siocia, atas pertolonganmu, aku menghaturkan
banyak2 terima kasih. Sekarang turutilah apa kata Ti Ciok
Hie Ang yang menghendakinya kau beristirahat atau tidur
dengan tenang. Nanti jika kau sudah sembuh, aku pasti
datang kehadapanmu."
Seruan Kong Sun Giok itu membikin terang wajahnya
Sim Lam Sie. Ia menarik napas lega, dan berseru pula :
Kong Sun heng (kakak Kong Sun) .......” Lalu ia tertidur
lagi.!
254
Kemudian Ti Ciok Hie Ang datang kekamar Kong Sun
Giok, dan berkata : „Cobalah lihat! Betapa mesranya dia
sebut namamu! Gadis itu karena menolong kau hampir
tewas, iapun sangat menyintai kau. Tetapi tenaga dalammu
telah dibikin hampa oleh gurunya, Bo San Shin Lo.
Perhitungan budi dan dendam ini entah bagaimana
dibereskannya olehmu kelak." la mengakhiri omongannya
dengan menarik napas panjang sekali.
Kong Sun Giok pernah menceriterakan riwayat
hidupnya dan peristiwa2 yang telah dialaminya tetapi ia
tidak menjelaskan hubungannya terhadap Bian Leng Jun
dan Tee Thian Kauw. la pikir tak perlu diberitahukannya, ia
hanya menanya dengan hormat : „Bapak, barusan kau
katakan ada obat yang mustajab sekali untuk memulihkan
tenaga dalam dan semangatku. Apa namanya dan dimana
adanya obat itu ?"
”O......obat itu?" jawab Ti Ciok Hie Ang, „Obat itu
mudah dikenalinya, tetapi tak mudah dicarinya. Kau harus
menuruti petunjuk2ku untuk mencarinya." Lalu ia
menuangkan dua cangkir teh. Ia suruh Kong Sun Giok
telan satu pil obat dengan air teh. la sendiripun minum pada
cangkir yang lain. Ia meneruskan petunjuk2nya : „Disuatu
lembah yang dalam dari- pegunungan Go Bie San telah
tumbuh pohon bunga Giok Yap Kim Lian (daun giok
bunga emas), pohon bunga itu tumbuh karena hawa dari
dua lereng gunung yang curam. Bunganya mirip bunga
teratai, daunnya berwarna abu2 putih seperti batu Giok,
dan bunganya kuning ke-emas2an, dari bunganya berwarna
hijau. Jika kau kebetulan dan beruntung menjumpai pohon
bunga itu, kau ambil sari bunga itu, dengan bantuannya
kedua iblis dari utara dan salatan, yakni Shin It Cui dan
Ban Cun Bu, yang akan menggunakan tenaga dalamnya,
maka khasiat sari bunga itu dapat beredar diseluruh pipa2
255
urat darahmu, diseluruh urat2 syarafmu, bahkan diseluruh
tulang2mu. Aku yakin kau dapat sembuh dan pulih seperti
sediakala!" la berhenti sebentar. Ia mengerutkan keningnya,
lalu melanjutkan pula : „Kurasa sari bunga Giok Yap Kim
Lian itu mungkin kau bisa dapati, tetapi Ban Cun Bu, salah
satu antara kedua iblis itu adalah musuh guru dan paman2
gurumu serta kau juga, diapun musuh besarnya Shin It Cui,
apakah dia rela menolong kau??"
Dengan menyengir Kong Sun Giok menjawab : “Bapak,
mungkin Ban Cun Bu tidak kenal aku, tetapi aku lebih baik
mati daripada minta pertolongannya. Akupun tidak percaya
dikalangan Kang Ouw tidak ada orang lain yang dapat
memberikan pertolongan itu selain daripada Ban Cun Bu
yang kejam dan jahat itu!"
Setelah lewat tiga hari. Kong Sun Giok sudah dapat
bangun dan ber-jalan2, tetapi Sim Lam Sie masih berbaring
saja. la, menengoki Sim Lam Sie untuk menghaturkan
terima kasihnya kepada gadis yang telah menolong jiwanya
itu. la tidak berani ajak bicara banyak2 karena Sim Lam Sie
masih harus banyak mengaso. Orang yang dapat ia ajak
bicara Ti Ciok Hie Ang yang dapat baca kegelisahan
hatinya.
Ti Ciok Hie Ang menasehatkan : „Aku tahu kau ingin
lekas2 menunaikan sumpahmu, dan tak ingin terlihat lebih
dalam lagi dalam soal asmara. Menurut pendapatku, ada
baiknya jika kau berlalu dari rumah ini sebelum gadis itu
sembuh sama-sekali. Dengan demikian kau dapat pergi
sendiri kepegunungan Go Bi San untuk mencari sari bunga
Giok Yap Kim Lian itu."
Kong Sun Giok berpikir sejenak, lalu menjawab: “Bapak,
aku Kong Sun Giok tak harus memikirkan kepentingan
sendiri. Sim siocia telah menolong jiwaku dengan hampir2
mengorbankan jiwanya sendiri. Aku harus menunggu
256
sampai Sim siocia sembuh betul, baru aku berlalu. Aku tak
harus berbuat seperti binatang yang tak mengenal budi
orang. Aku telah terima budi. Sim siocia besar sekali, aku
belum dapat membelanya".
Sambil mengangguk Ti Ciok Hie Ang berkata lagi : “Aku
menghormati sikap kesatriamu. Tetapi betapapun keras
hatimu, kau tak akan bebas dari jaring asmara yang rupanya
mulai mengikat dirimu."
Kong Sun Giok menjadi bisu. la, berkeputusan tidak
berlalu sebelum Sim Lam Siee sembuh betul. Tiap2 hari ia
yang merawati gadis itu dengan telaten, dan perawatan ini
membantu banyak untuk menyembuhkan sigadis yang juga
telah terlibat didalam jaring asmara.
Tie Ciok Hie Ang yang menyaksikan pergaulan pemuda
pemudi itu tak dapat memberi nasehat lain daripada menggeleng2
kepala bila ia pikir betapa sulitnya soal yang
mereka akan hadapi kelak kemudian hari. Mereka telah
menjadi demikian akrabnya, dan bagi orang yang baru
melihatnya pasti menganggap mereka adalah suami isteri.
Setelah liwat 6 hari, Sim Lam Sie menjadi sembuh. Pada
hari ke-7 Sim Lam Sie mengajak Kong SunGiok keluar dari
rumah gubuk untuk duduk disuatu batu yang besar ditepi
sungai. Mereka duduk berdamping-dampingan mengawasi
arus air sungai yang deras. Kong Sun Giok terkenang akan
peristiwa ketika ia terjerumus kedalarn sungai, terbentur
karang2 yang tajam, menjadi pingsan setelah dipegang oleh
seorang pemuda. Untuk beberapa menit mereka duduk
membisu.
Kemudian Sim Lam berkata dengan senyuman yang
menggiurkan hati : „Sedari kecil aku mengikuti guruku.
Aku selalu suka ber-main2 dipinggir sungai, dan sering2
mengayuh perahu disungai yang airnya deras.
257
Pengetahuan tentang sungai ini telah membantu banyak usaha
menolong kau. Jika tidak, mungkin kita sudah berada dalamperut
ikan." berkata Sim Lam Sie dengan senyum yang menggiurkan
hati.
Aku tak gentar naik perahu sendirian disungai yang
berbahaya serupa ini, dan seringkali aku mengayuh sampai
ke See-ling. Oleh karena itu aku faham betul akan keadaan
disekitar kedua tepi sungai ini, maupun sifat arus airnya
yang deras. Pengetahuanku tentang sungai ini telah
membantu banyak usahaku menolong kau pada hari itu.
Jika tidak, mungkin kita sudah berada didalam perut ikan"
Kong Sun Giok mendengarinya dengan hati berdebar2.
Untuk sementara waktu ia lupa akan Bian Leng Jun dan
258
Tee Thian Kauw. la berkata : „Budimu besar sekali, aku tak
bisa lupa"
Sim Lam Sie tidak menunggu orang bicara habis, ia
berkata lagi : „Giok koko. Kau betul2 baik. Kita tak usah
bicara tentang budi lagi. Kau telah menolong jiwaku lebih
dulu, budi itu bagiku tak akan terlupakan, karena aku telah
bersumpah akan berbakti kepada koko seumur hidupku!"
Perkataan terakhir itu ia ucapkan dengan khidmat.
Kong Sun Giok sangat terharu mendengar pengakuan
gadis itu. la mengawasi wajahnya Si Lam Sie dengan kasihsayang.
Lalu Sim Lam Sie menanya : „Giok koko, aku ada suatu
permintaan. Apakah kau dapat menyanggupinya ?
„Lam moy, kita sudah kenal-mengenal agak lama, dan
aku berhutang budi terhadap kau. Jangan sungkan, sebutlah
apa permintaanmu itu." Jawab Kong Sun Giok.
Lalu Sim Lam Sie berkata : „Pertempuran dipegunungan
Bo San adalah karena salah faham. Guruku yang wataknya
kejam dan ganjil telah melukai kau, aku minta kau tidak
akan membikin pembalasan"
Kong Sun Giok memotong pembicaraannya gadis itu
dengan berkata : „Lam moy, kita telah seperti saudara,
maka gurumu seperti juga guruku.Mengapa kau masih saja
membicarakan soal pembalasan dendam?"
Pernyataan itu membikin Sim Lam Sie sangat girang.
Dengan tak terasa lagi ia berseru : „Giok kok, kau betul2
seorang satria nan agung!"
Ketika itu Kong Sun Giok ingat akan perkataan Ti Ciok
Hie Ang bahwa ia akan terlibat lebih dalam lagi dalam soal
asmara jika ia berdiam lebih lama. Demi tekadnya
259
menunaikan sumpah ia menanya : „Lam moy, aku yakin
kau telah sembuh betul."
Sambil bersenyum Sim Lam Sie menjawab :„Giok koko,
kau tak usah kuatir. Aku sudah sembuh. Besok aku dapat
menyertai koko pergi kepegunungan Go Bie San mencari
bunga Giok Yap Kim Lian."
Jawaban tersebut menggelisahkan Kong Sun Giok lagi,
karena dengan turut sertanya Sim Lam Sie, berarti ia
tenggelam lebih dalam lagi dalam jurang asmara. la tak
dapat ber-kata2. la tundukkan kepalanya, tetapi pikirannya
menjadi bimbang dan kalut. Sikapnya itu telah diperhatikan
oleh sigadis yang berkata lagi : „Giok koko, apa saja yang
kau hendak lakukan, aku tentu setuju."
„Lam moy, untu menjelaskan soal ini, ada baiknya aku
berceritera." kata Kong Sun Giok.
„O, aku paling suka mendengar ceritera" jawab Sim Lam
Sie dengan gembira.
„Ceritera ini adalah kenyataan, dan sehingga sekarang
masih berlangsung. Apakah akan berakhir dengan
kebahagian atau dengan kesedihan, siapapun tak dapat
mengatakan!" kata Kong Sun Giok. Lalu ia menuturkan
semua peristiwa yang ia telah alami, termasuk
perkenalannya dengan Bian Leng Jun dan Tee Thian
Kauw, hanya nama dari kedua gadis itu ia tidak sebut
terang2. la berikan nama samaran kepada kedua gadis itu.
Sim Lam Sie yang pintar cerdas segera mengarti
maksudnya Kong Sun Giok. Ia mendengarkan dengan
penuh perhatian, dan ketika Kong Sun Giok berceritera ia
kembali kekuil Sun Yo Kong untuk menengoki Bian Leng
Jun yang sedang menderita sakit, Sim Lam Sie berkata
dengan perasaan cemas : „Giok koko, sudahlah, aku tak
dapat terus mendengarnya lagi. Aku gelisah!" Kong Sun
260
Giok lalu cekal kedua tangannya sigadis sambil mengawasi
wajahnya. Ketika itu air mata mengucur keluar dari kedua
matanya sigadis. Kong Sun Giok yang berwatak agung
ingin mengaku terus terang tentang dirinya agar sigadis
dapat mengambil keputusan, tetapi api asmara yang telah
berkobar didalam hatinya Sim Lam Sie rupanya sukar
dipadamkan!
---oo0oo---
BAGIAN 13
MENCARIOBATDIPEGUNUNGAN GO BIE SAN
Jika seorang gadis tersenyum, soalnya tak sukar ditebak.
Tetapi jika ia mengucurkan air-mata dan tak bicara, soalnya
menjadi rumit! Kong Sun Giok menjadi sangat bingung
menghadapi Sim Lam Sie yang hanya menangis dan tak
ingin bicara lagi. Gadis itu pernah menolong ia, dan iapun
sangat tertarik oleh sikap dan watak yang mulia dari gadis
itu. la tak danat berbuat lain. la cekal kedua tangannya
sigadis lebih erat, dan air matanya juga mengucur keluar.
Lau Sim Lam Sie keluarkan sapu-tangannya dan
menyekai air-matanya Kong Sun Giok. „Giok koko,
melihat kau bersedih-hati, aku turut menjadi sedih. Aku
minta koko dengan se-jujur2nya menjawab satu
pertanyaanku. Kisah yang kau barusan ceriterakan
kepadaku apakah bukan mengenai koko sendiri ?"
Kong Sun Giok menganggukkan kepalanya. Lalu Sim
Lam Sie meneruskan pertanyaannya : „Gadis pertama
siapakah namanya? Dan gurunya itu bukankah Ban Cun Bu
dari kota Lak Cao?"
261
Kong Sun Giok yang jujur dan mulia menjawab : „Gadis
itu bernama Bian Lang Jun, salah satu dari kedelapan
murid2nya Ban Cun Bu."
„Siapakah gadis yang kedua?" tanya Sim Lam Sie.
Kong Sun Giok tahu bahwa Sim Lam Sie sengaja
menanya nama gadis kedua itu meskipun telah
mengetahuinya. Namun ia menjawab juga : „Dia adalah
orang yang kau sangat benci, Tee Thian Kauw".
Sambil geleng2 kepalanya Sim Lam Sie berkata „Ai.
Giok koko, kau masih saja menaruh curiga terhadap aku.
Guruku telah membikin kau menjadi seorang yang tak
berdaya dengan tinju ampuhnya, tetapi kau tidak
berdendam hati. Jika aku masih berdendam terhadap Tee
Thian Kauw, aku ini bukan manusia !"
Ucapan itu membuat mukanya Kong Sun Giok menjadi
merah.
Sim Lam Sie meneruskan : „Bian Leng Jun harus
dikasihani, karena dia dibelenggu oleh iblis Ban Cun Bu.
Tee Thian Kauw harus disegani, karena dia suka menolong
orang. Giok koko, kau harus memperlakukan mereka
dengan baik. Tetap kisahmu itu belum semua kau tuturkan,
masih ada satu bagian lagi yang kau sembunyikan.Menurut
pendapatku, didalam kisah itu masih ada gadis ketiga yang
memegang peranan penting, yang koko tidak
ceriterakannya. Dan........aku ngin mendengar kesanmu
yang sejujur2nya tentang gadis yang ketiga itu."
Permintaan itu sangat menggelisahkan Kong Sun Giok,
tetapi ia telah berjanji memberikan jawaban yang jujur, dan
ia harus memegang janjinya. Maka ia menjawab : „Gadis
itu dapat membedakan Budi dan Dendam. Dia seorang
pintar, cerdas dan budiman. Dia tak berkorban untuk
262
menolong orang. Bagiku, gadis itu, selainnya harus
dikasihani dan disegani, juga harus dihormati!"
Sim Lam Sie bersenyum dan berkata pula : „Giok koko,
mungkin kau terlampau memujinya. Nah, sekarang
pertanyaanku terakhir. Koko hendak pergi kepegunungan
Go Bie San mencari Giok Yap Kim Liar, apakah aku dapat
turut-serta?"
Pertanyaan atau permintaan itu sukar dijawab. Kong Sun
Giok membungkam. Ketika didesak lagi, ia menjawab :
„Lam moy, kau telah berlalu dari pegunungan Bo San
seorang diri, dan sudah lama belum kembali. Bukankah
Paman dan Bo San Shin Lo akan menjadi gelisah?"
Sambil menggelengkan kepala Sim Lam Sie menjawab :
„Giok koko, jawaban yang koko berikan semuanya jujur,
dan aku dapat melihat dengan jelas kedudukanku sekarang.
Mengapa koko masih bersikap ragu2? Aku mengetahui
bahwa koko juga sudah memperhatikan aku, hanya, koko
kuatir jika aku senantiasa didampingmu, koko akan makin
terlibat, bukan? Aku sendiri suka Tee Thian Kauw dan
mengagumi Bian Leng Jun, juga sangat hormati koko. Kita
harus berterus terang. Jika koko tidak ingin aku turut-serta,
katakanlah. Aku ingin menyertai karena mengingat koko
telah bertemu lagi dengan Tok Pik Cai Jin dan Lang musuh
diperjalanlan. Bagaimanakah jika koko kehilangan tenaga
dalamnya dan kuatir menjumpai Sim Siu Sie yang jahat dan
kejam itu?"
Kong Sun Giok sangat terharu kata2 gadis itu
membuktikan bahwa dia telah berkorban lagi untuk
kepentingannya Soal yang rumit, ialah bagaimana ia akan
membereskan Bian Leng Jun jika jaring asmara makin
melibat dirinya? la menyahut: „Urusan dikalangan Kang
Ouw memang sulit dan rumit, kita tak dapat
menghindarkan bahaya yang mengancam. Jika kau
263
menyertai aku, kukira akan serupa saja. Kita tak dapat
melawan kedua iblis itu, bukan?"
Jawaban Kong Soen Giok sudah jelas bagi Sim Lam Sie
yang cerdas, ia tak ingin mendesak lagi. Lalu ia berkata:
„Baiklah. Sekarang kau berdiam beberapa hari lagi disini
menikmati pemandangan disekitar kita. Besok pagi, koko
dapat berangkat kepegunungan Go Bie San, dan aku
kembali kepegunungan Bo San!".
Hancur hatinya Kong Sun Giok, karena ia sangat
kagumi sifat kerelaan berkorbannya gadis itu. Dengan tak
terasa ia berseru: „Lam moy, gadis yang cantik jelita,
berbudi mulia! Kong Sun Giok ini bukannya batu atau kayu
yang tidak mempunyai perasaan. Sayang kita mengenal
satu sama lain agak terlambat. Ai......!" Ia menarik napas
panjang, lalu melanjutkan pula: „Lam moy, kita diam disini
tiga hari lagi. Kemudian aku antarkan kau kembali
kepegunungan Bo San, dari sana baru aku berangkat pergi
kepegunungan Go Bie San. Aku ingin melihat nasibku .”
Sim Lam Sie merasa gembira tercampur sedih. Mereka
telah saling menuturkan isi hati maSing2, dan rupanya tidak
ada apa2 lagi yang dapat menghalangi masing2 tujuannya,
dan dengan ketetapan itu, mereka terus duduk
berdampingan diatas batu dipinggir sungai sampai malam
baru kembali kerumah gubuknya Ti Ciok Hie Ang, untuk
tidur.
Keesokan paginya ketika ia membuka, mata dari
tidurnya. Ti Ciok Hie Ang sudah berdiri dipinggir
ranjangnya dengan wajah yang muram. la menanya:
„Bapak, urusan apakah yang membikin Bapak bersedih
hati?"
Setelah menarik napas panjang, Ti Ciok Hie Ang
berkata: ,Sim siocia itu betul2 sangat mulia dan agung.
264
Hubunganmu dengan dia, aku telah mengetahui jelas. Aku
sangat kasihan kepadanya. Semalam ketika kau sedang
tidur nyenyak, ia telah berlalu dari sini.
Bukan main terkejutnya Kong Sun Giok. Ia lekas2
bangun, dan jalan masuk kekamarnya Sim Lam Sie. Diatas
pembaringan ia lihat surat yang ditulis oleh gadis itu, dan
Surat itu berbunyi:
„Aku rela menanggung sedih seorang diri.
Agar kakak tak terhalang.
Mudah2an kasih-sayangku ini terbukti,
Dan kasih-sayangmu terhadap aku hilang!"
Bagi Kong Sun Gliok isi surat itu jelas sekali. Sim Lam
Sie Iagi2 bersedia berkorban demi kepentingannya. la
terharu, dan kedua matanya berlinang. Ti Ciok Hie Ang
mengampiri dan menghibur: „Gadis itu patut dihormati.
Jika tugasmu telah terlaksana, kau harus bersedia soalnya
dengan saksama jangan sampai dia itu mati mereres!"
„Pembalasan dendam guru dan paman2 guruku belum
dilakukan. Oleh karena itu, pada dewasa ini jiwa-ragaku ini
bukan milikku. Soal yang rumit ini aku pasti
membereskannya dengan saksama setelah aku membikin
perhitungan terhadap Ban Cun Bu!"
”Kong Sun Giok. Aku tahu bahwa kau seorang yang
budiman satria, janganlah pusingkan soal asmara ini. Untuk
membalas dendam terhadap musuh yang jahat dan kejam,
kau harus waspada. Namanya Thian Lam ada dalam
tanganmu. Sekali lagi, untuk mempertahankan nama Thian
265
Lam, kau harus bertindak waspada dan jangan putus asa
karena soal asmara!" Ti Ciok Hie Ang menasehatkan.
Kong Sun Giok mengangkat kedua tangan.lya
memberikan hormat, dap berkata : „Bapak, terlebih dulu
aku menghaturkan banyak2 terima kasih atas semua
pertolongan Bapak. Nasehat Bapak aku perhatikan. Kini
aku minta diri untuk berangkat pergi kepewunungan Go Bie
San mencari obat Giok Yao Kim Lian.''
Sambil bersenyum Ti Ciok Hie Ang berkata: „Kau belum
sembuh betul lebih baik kau naik perahu daripada berjalan
kaki. Aku akan antarkan kau dengan perahu sampai didesa
Ka-teng dekat kaki gunung Go Bie San".
„Tapi Bapak telah banyak menolong. Kini Bapak mau
pusingkan diri lagi mengantarkan aku. Sudahlah. biar aku
berja!an saja!" jawab Kong Sun Giok.
“Ha! Ha! Ha!" Ti Ciok Hie Ang tertawa, lalu berkata lagi
: „Bukankah namaku Ti Ciok Hie Ang (Situkang
menangkap ikan yang puas)? Aku tidak merasa puas jika
aku tidak menolong orang. Aku merasa girang jika
mendapat kesempatan menolong orang. Lagipula
maksudmu sangat mulia. Bukankah kau bermaksud
membunuh mati iblis Ban Cun Bu iang berbuat se-wenang2
terhadap rakyat jelata? Jika kau berhasil membunuh dia,
kau akan membikin aku merasa puas sekali, karena kau
telah dapat singkirkan satu manusia jahanam!"
Melihat sikap yang teguh dari siorang tua itu, Kong Sun
Giok tidak ingin mendesak untuk menolaknya lagi.
Setelah membekal sedikit makanan kering, Kong Sun
Giok lalu naik perahunya siorang tua itu, dan kareena
perahu itu berlayar kehilir sungai, maka dalam satu hari
saja mereka telah menempuh jarak lebih kurang 1000 li.
266
Ketika perahu berlayar melewati pegunungan Bo San,
Kong Sun Giok terkenang akan pertempuran melawan Bo
San Shin Lo, dan pertolongan yang diberikan Sim Lam Sie
kepadanya. Dan kemudian ia jatuh hati terhadap gadis itu.
Kedua matanya berlinang, dan ia berdiri terpaku diatas
perahu. Ti Ciok Hie Ang segera mengerti akan kelakuannya
Kong Sun Giok. Untuk menghibur. ia menyanyi :
„Sungai besar mengalir ketimur,
Arus air membawa kisah manusia kelautan.
Melaksanak,an tugas dengan maksud yang luhur.
Pasti berhasil karena Tuhan memberi kekuatan."
Kong Sun Giok bersenyum mendengar sajak daripada
nyanyian orang tua itu. Ia berpaling kepada kakek itu dan
berkata : „Bapak, pertolongan dan nasihat Bapak aku tak
akan lupa! Terima kasih."
Ti Ciok Hie Ang tersenyum. la berkata lagi : „Cobalah
kau perhatikan, arus air ini yang mengalir ketimur. Dari
dahulu sehingga sekarang tidak berbeda! Zaman telah
mengalami makmur dan runtuhnya banyak kerajaan, tetapi
sungai ini tetap tak berubah! Zaman telah menyaksikan
gugurnya banyak pendekar2 dan pahlawan, maupun
tewasnya banyak wanita2 yang cantik, tetapi sungai ini
mengalir terus dengan tak menghiraukan kejadian2
disekitarnya. Ya. Manusa hidup tidak lama. Oleh karena
itu, kita harus berbuat sesuatu demi kepentingan sesama
manusia. Buah2an yang kita makan sekarang sebagian
besar hasil dari pohon2 yang ditanam oleh orang2 yang
hidup lebih dulu daripada kita, dan kita juga harus
menanam pohon2 yang hasilnya dapat dinikmati oleh
267
generasi yang akan datang. Dengan demikian hidup kita ini
tidak menjadi hampa !"
Demikianlah perahunya si kakek berlayar dengan cepat
sekali, dan kemudian memasuki Bin-kang. Ti Ciok Hie Ang
berkata: „Kita hampir tiba. Jika kita sudah sampai didesa
Ka-teng, maka pegunungan Go Bie San segera tampak
didepan mata. Aku tak dapat mengantar lebih jauh lagi.
Aku hanya doakan kau berhasil mencari obat Giok Yen
Kim Lian untuk memulihkan tenaga dalammu, dan
menunaikan sumpahmu. Tetapi setelah kau berhasil
melaksanakan tugasmu, kau harus kembali ke See-leng, dan
aku selalu menanti dengan menyediakan ikan segar lezat
untuk hidanganmu!"
Pesan Ti Ciok Hie Ang diterima Kong Sun Giok dengan
penuh perhatian. Ia insyaf bahwa setelah obat Giok Yap
Kim Lian diperolehnya, ia masih harus mendapatkan
pertolongan dari Shin It Cui dan Ban Cun Bu. Apakah Shin
It Cui seorang saja dapat menolongnya? Setelah tenaga
dalam dan semangatnya pulih, ia masih harus mencari
pedang Leng Liong Pi, lalu dengan menuruti petunjuk2
Ceng Lian Taysu, ber-sama2 kedua saudara seperguruannya
ia dapat membalas dendam terhadap Ban Cun Bu dikota
Lak Cao. Perhitungan itu membikin ia menjawab dengan
sikap yang gelisah : „Aku Kong Sun Giok telah menginsyafi
bahwa tugasku ini sangat berat. Tetapi jika berhasil, aku
tentu akan kembali menemui Bapak pula !" Lalu ia
mengangkat kedua tangannya memberi hormat dan terus
loncat kedarat menuju kedesa Ka-teng.
Perjalanannya Kong Sun Giok yang mengalami banyak
rintangan, kita tunda dulu. Sekarang kita berpaling kepada
Tee Thian Kauw, untuk dapat mengikuti kisah yang
bersangkutan dengan Kong sun Giok.
268
Semenjak berpisah dari Kong Sun Giok, untuk
mempercepat saatnya menuntut balas, Tee Thian kauw
telah berlatih silat giat sekali. Berkat bakatnya dan
kerajinannya, ditambah dengan petunjuk gurunya, dalam
hanya jangka waktu 20 hari, ia telah dapat mempelajari dan
memahami jurus ilmu , silat dari partai Siauw Lim, partai
Thiam Cong, Partai Thian Lam, dan ilmu silat pedang
(Gurunya yang terkenal sebagai ilmu silat pedang Cit Kiat
Piam Hoat - Ilmu silat pedang yang dapat menyerang dan
menggempur lawan dari tujuh jurusan). Setelah mahir
betul. ia berkata kepada gurunya : „Suhu! kini aku telah
berhasil mempelajari pedang Poa Cu Kiam, dengan jalan
meminjam dari Sim Lam Sie dalam pertandingan mengadu
silat dan dapat memahami betul ilmu silat pedang Cit Kiat
Kiam Hoat. Aku minta Suhu memberitahukan nama
daripada musuhku itu, dan mengijinkan aku turun gunung
mencari Kong Sun Giok, agar aku dapat bersama-sama dia
membalas dendam!"
Gurunya geleng2 kepalanya dan menjawab : „Musuhmu
itu tinggi sekali ilmu silatnya, mungkin pada dewasa ini
belum ada jago silat yang dapat menandinginya. Jika kau
gagal, kau akan menyesal seumur hidupmu! Betul ilmu silat
pedang Cit Kiam Kiam Hoat kau telah pahami, tetapi
menurut pendapatku, kau masih harus berlatih lagi. Jika
aku sekarang memperkenankan kau turun gunung untuk
menuntut balas, aku sama juga melepaskan seekor kambing
kedalam goa macan!"
Mendengar jawaban gurunya itu, Tee Thian Kauw
berjingkrak, dan berkata : „Suhu! Apakah Suhu anggap aku
belum dapat menggempur musuh? Percuma latihan yang
aku telah lakukan dengan giat dan rajinnya itu!"
Gurunya bersenyum, dan berkata lagi : „Latihan yang
kau telah lakukan dengan giat dan rajin banyak faedahnya,
269
dan ilmu silat pedang Cit Kiat Kiam Hoat kau telah dapat
gunakan dengan baik. Aku memperkenankan kau turun
gunung mencari Kong Sun Giok. dan membantu dia
membasmi iblis Ban Cun Bu. Setelah itu aku haru
beritahukan kau nama daripada musuhmu !"
Meskipun Tee Thian Kauw masih merasa kecewa, akan
tetapi setelah gurunya mengijinkan ia pergi mencari Kong
Sun Giok, ia bersenyum juga. la lekas2 mempersiapkan
keperluannya, dan dengan menyamar sebagai laki2, ia
berangkat setelah meminta diri dari gurunya.
Gurunya Heng Taysu berkata sambil tertawa : „Hei!
Anak bodoh, kemanakah kau hendak cari Kong Sun Giok
?"
Dengan sikap yang tabah Tee Thian Kauw menjawab :
„Suhu dalam urusan ini, aku lebih pintar daripada suhu.
Aku pergi kepuncak Sie Hong San untuk mencari Sio Yao
Sian-seng, Beng Ya Hok, lebih dulu." Lalu ia
membungkukkan tubuh memberi hormat dan turun dari
puncak gunung Te Sing Hong itu!
Heng Taysu menjadi cemas setelah Tee Thian Kauw
pergi. la mendo'a agar muridnya itu berhasil dalam
usahanya.
Tee Thian Kauw yang telah tinggal lama dipegunungan
Kauw Gie San faham betul tentang jalan dan tempat
dipropinsi Hunan, dan dengan mudah ia pergi
kepegunungan Sie Hong San untuk menemui Sio Yao Sianseng,
Beng YaHok.
Beng Ya Hok yang pernah menerima budi dari Heng
Taysu telah mengetahui riwayat hidupnya Tee Thian
Kauw, dan iapun mengetahui bahwa Heng Taysu belum
memberitahukan nama daripada musuhnya Tee Thian
Kauw. lapun insyaf bahwa Heng Taysu tidak
270
memberitahukan itu, karena suatu alasan. Oleh karena itu,
ketika mereka berjumpa, ia tidak singgung2 urusan itu. la
hanya memberitahukan bahwa Kong Sun Giok telah pergi
kepegunungan Biauw Leng. Lak Cao dan Kong San utuk
mencari kitab Ju Keng tanpa hasil. Keterangan mana ia
perlu memberitahukan kepada Tee Thian Kauw.
Dengan keterangan itu, Tee hian Kauw lekas2 menuju
kepegunungan Biauw Leng, lalu ke Lak Cao. la seperti juga
seekor anak menjangan yang tak mengetahui sifatnya
seekor harimau, dan tidak menjadi takut menghadapinya.
Setelah ia tiba dikota Lak Cao, ia mengambil kesimpulan
bahwa Kong Sun Giok pasti pergi menjumpai Bian Leng
Jun dan berusaha menyelidiki keadaan markasnya Ban Cun
Bu. Karena dugaanya itu, setelah tiba dikota Lak Cao, ia
juga segera menuju kekuil Sun Yo Kong, markasnya Ban
Cun Bu!
Semenjak Kong Sun Giok mencuri masuk kekuil Sun Yo
Kong, membunuh Tu Leng Hang dan Tio Leng Cu, maka
Ban Cun Bu menjadi sangat murka. Ia memerintahlcan Cin
Leng Ngo dan Bian Leng Jun memimpin Goei Leng Sa,
Kouw Leng Hong. See Leng Ko dan Tu Leng San dan
murid2 lainnya menjaga kuil dengan keras siang dan
malam. Bahkan ia sendiripun sering2 datang memeriksa
tempat2 penjagaan disekitar kuil. Tetapi setelah sekian
lamanya, mereka tidak menjumpai musuh atau orang yang
dicurigai.
Pada suatu hari Ban Cun Bu membikin perhitungan
tentang lawan2nya. „Thian Lam Sha Kiam (tiga jago silat
pedang Thian Lam) telah tewas. Sin Teng Taysu berada
jauh dilautan utara Pak Hay dan menurut pendapatku, ia
tak akan keluar berkecimpungan dikalangan Kang Ouw
lagi. Bo San Shin Lo sudah lama tidak turun dari
pegunungan Bo San. Hek I Bo Im Shin It Cui (iblis baju,
271
hitam tanpa bayangan Shin It Cui) dan Hut Mo Shin Ni
Ceng Lian Taysu (Rahib wanita pembasmi iblis Ceng Lian
Taysu) tak akan nempil melawan aku meskipun mereka
menyerang aku bersama-sama. Dengan kedua tongkat besi
dan ilmu silat Sun Yo Cin Kai. aku kira pada dewasa ini
aku dapat menjagoi dikalangan Kang Ouw. Tetapi, karena
aku telah bersumpah, aku tak dapat pergi kedaerah tengah.
Sayang!”
Karena keyakinan itu, maka setelah penjagaan keras
agak lama, iapun mulai menjadi lengah, dan penjagaan
disekitar kuilnya ia serahkan kepada murid2nya saja.
Tee Thian Kauw tak mengetahui keadaan didalam kuil
Sun Yo Kong. Begitu ia masuk kedalam kuil ia segera
menuju kebangunan yang berbentuk segidelapan dan
berwarna merah, suatu tempat yang paling berbahaya bagi
musuh! Akan tetapi malam itu ia sangat beruntung, karena
malam itu justru Bian Leng Jun yang ditugaskan berjaga.
Bian Leng Jun menyangkanya orang yang menyatroni kuil
mungkin Kong Sun Giok. Bian Leng Jun pikir: „Jago2 silat
pasti tidak berani sembarangan masuk kedalam kuil ini,
karena mereka tahu betapa lihaynya Ban Cun Bu. Orang
yang telah masuk ini mungkin sekali adalah Kong Sun
Giok. Apakah dia berhasil memperoleh kitab Ju Keng dan
telah dapat mempelajari kitab itu dan kemudian berlatih
ilmu silat menurut petunjuk2 kitab tersebut dalam jangka
waktu yang singkat? Aku yakin ia tak akan bertindak
sembrono. Tetapi mengapa ia berani datang kesini lagi?"
Dengan hati berdebar-debar, ia mengisyaratkan dengan
tangannya memanggil kepada Tee Thian Kauw yang baru
saja mendekati bangunan itu.
Tee Thian Kauw berhenti. Ia mengawasi gadis yang
mengenakan pakaian putih dan mengulapkan ia dari jarak
yang lebih kurang 4-5 depa jauhnya. Ia memperhatikan
272
bahwa gadis itu hampir mirip dengan ia sendiri. Ia teringat
akan kisah dari Kong Sun Giok tentang Bian Leng Jun, ia
menduga bahwa gadis itu pasti Bian Leng Jun yang dicintai
Kong Sun Giok. Lalu ia mengikuti gadis itu pergi keluar
dari kuil menuju kesuatu lereng gunung.
Setelah tiba dilereng gunung, dari belakang ia menegur :
„Siocia ini apakah Bian cici?"
Teguran itu mengejutkan Bian Leng Jun, karena ia kira
orang itu adalah Kong Sun Giok, tetapi mengapa
membahasakan ia cici? la membalikbadan menghadapi Tee
Thian Kauw akan menjadi terpesona. Tee Thian Kauw-pun
tak terkecuali, karena masing2 bagaikan melihat dirinya
sendiri didepannya!Mereka mirip sekali!
Untuk menghindarkan salah-faham, Tee Thian Kauw
berkata lebih dulu : „Bian Cici, aku datang ingin mencari
Giok koko. Apakah dia pernah datang kesini?"
Bian Leng Jun tidak segera menjawab. la tampak
pemuda didepannya mirip sekali dengan ia (Tee Thian
Kauw menyamar sebagai pria), dan memanggil ia Cici
(kakak) demikian ramahnya. Ia mundur setindak, lalu
menanya : „Siapakah Giok koko-mu? Apakah dia itu Kong
Sun Giok, murid dari Thian Lam Sha Kiam? Dan kau ini
siapa?"
Tee Thian Kauw yang cerdik dan cerdas segera
membuka pembalut kepalanya. lalu sambil bersenyum ia
menjawah : ..Aku ini Tee Thian Kauw, saudari angkat
Giok kok......"
Bian Leng Jun menjadi bisu, tetapi ia terus mengawasi
wajahnya Tee Thian Kauw.
„Bian cici, kau jangan salah-faham," kata Tee Thian
Kauw dengan ramah, „Giok koko pernah memberitahukan
273
aku bahwa dia telah mempunyai Bian cici, dan dia pandang
aku sebagai saudari angkatnya. Aku pernah dengar bahwa
Bian cici hidup terbelenggu didalam kuil Sun Yo Kong.
Maukah dengar kisah aku mengenai Giok koko?"
Sikap yang ramah dan ucapan yang tulus hati itu telah
menghilangkan kecurigaannya Bian Leng Jun. la mengajak
Tee Thian Kauw duduk dibawah sebuah pohon yang
rindang untuk mendengarkan kisahnya Tee Thian Kauw.
Tee Thian Kauw lalu menceriterakan kisahnya mengenai
Kong Sun Giok dan hubungannya juga. Kemudian Bian
Leng Jun berkata dengan nada yang akrab sekali : „Giok
koko pernah datang kekuil Sun Yo Kong. Tetapi sekarang
aku tidak mengetahui dia berada dimana. Aku juga tidak
mengetahui apakah dia telah berhasil memperoleh kitab Ju
Keng." Iapun menceriterakan kisah Kong Sun Giok
menerobos masuk kekuil Sun Yo Kong serta kepergiannya
kepegunungan Sian Yan Leng mencari kitab Ju Keng.
„Jika demikian," jawab Tee Thian Kauw, „aku lebih baik
lantas menuju kepegunungan Sian Yan Leng mencari Giok
koko. Umpama dia sudah berlalu, mungkin dia
meninggalkan tanda2"
Sejenak kemudian, setelah melihat pakaiannya Bian
Leng Jun ia menanya : „Bian cici, apakah murid2 dari Ban
Cun Bu semuanya mengenakan pakaian putih ?"
Bian Leng Jun mengangguk, lalu menanya : „Maksud
apakah kau menanyakan soal ini?"
“Melihat Bian cici mengenakan pakaian putih, aku
terkenang akan seorang dewi,'' jawab Tee Thian Kauw,
„Sudahlah, Bian cici, aku harus segera berlalu. Jika aku
berhasil menjumpai Giok koko, aku akan datang kembali
menjumpai kau!"
274
„Tunggu!" kata Bian Leng Jun, „aku lupa
memberitahukan kau bahwa pada beberapa hari berselang
telah datang juga Tok Pi Cai Jin dan Lang Sim Siu Si. Dan
mereka teah diterima sebagai pembantunya Ban Cun Bu.
Kau harus memberitahukan ini kepada Kong Sun Giok. la
jangan datang jika belum berlatih betul"
Tee Thian Kauw berjanji memperhatikan pesan itu, lalu
dengan ilmu meringankan tubuh ia berlalu dari tempat itu
dan menuju kepegunungan Sian Tan Hong.
Tetapi setelah ia tiba ditempat tujuannya, ia tak berhasil
menjumpai Kong Sun Giok. la menjadi kecewa. Betul ia
telah menemui patung seekor monyet, tetapi ia tak
mengetahui dimana ia harus mencari Kong Sun Giok,
karena sebegitu jauh ia tak menemui tanda2 yang dapat
memberi petunjuk kemana perginya Kong Sun Giok. la
duduk dibawah patung monyet itu dari berpikir : „Giok
koko mungkin telah mendapat rintangan2. Aku telah
berjanji setelah berlatih ilmu silat pedang, aku akan segera
turun gunung mencari padanya. Mengapa dia tidak
meninggalkan tanda2? Kini dimanakah aku harus
mencarinya?"
la teringat akan pedang Poa Cu Kiam-nya, dan tentang
sajak yang tertera diatas kulit kambing yang tersimpan
didalam gagang pedang Poa Cu Kiam. la memperhatikan
juga bahwa keadaan disekitar tempat itu serupa dengan peta
yang tertera diatas kulit kambing.
„Mungkin Giok koko telah berhasil menemui kitab Ju
Keng, dan kini sedang berlatih menurut petunjuk2 didalam
kitab itu. Tetapi jika dia tidak herhasii menemuinya,
mungkin ia telah menuju keutara atau pergi kepegunungan
Tiang Pek," pikirnya.
275
Kemudian ia berdiri dan mengawasi patung monyet itu.
Ia cabut pedang Poa Cu Kiamnya dan menabas patung
monyet yang dibuat dari batu karang gunung itu, yang
menayadi berantakan.
Sebetulnya ketika Ceng Lian Taysu berusaha membuka
kotak yang berisi kitab Ju Keng dengan telunjuk jari
tangannya, kotak itu tidak terbuka, tetapi kitab didalamnya
telah terbakar menjadi abu. Ia telah taruh kembali kotak itu
didalam lubang, dan menutup lubang itu dengan batu
karang penutup lubang itu, dan menambalnya celahcelahnya
dengan tanah. Tetapi tambalan itu meninggalkan
tanda2.
Tee Thian Kauw memperhatikan tanda2 itu. Dengan
pedang Poa Cu Kiam ia coba mencongkel batu yang
menutup lubang. Setelah batu itu tercongkel ia merogo
untuk mengambil kotak yang dibuat dari batu kristal dan
berukuran 12 cm h 20 cm. la melihat juga bahwa kitab
didalam kotak tsb. telah terbakar menjadi abu, meskipun
bentuknya kitab masih utuh, dan huruf2 diatas kulit kitab
masih terlihat samar2.
Ia segera menduga bahwa Kong Sun Giok telah
menemui kitab atau kotak itu. bahwa dia menjadi kecewa.
karena kitab Ju Keng didalam kotak telah terbakar menjadi
abu dan bahwa dia telah berlalu dan tempat itu.
Tee Thian Kauw- lalu taruh kotak itu diatas batu yang
merupakan alas daripada patung kera tersebut, dan ingin
membuka dengan paksa kotak tersebut agar ia dapat
menyelidiki lebih jauh!
Tetapi pedang Poa. Cu Kiam yang dapat menabas putus
emas atau batu Giok tak berhasil menghancurkan kotak
kristal itu. Hanya batu karang dibawah kotak menjadi
hancur!
276
Tee Thian Kauw memperhatikan bahwa dibawah batu
yang hancur itu terdapat satu lubang, dan didalamnya
tampak suatu benda. la ambil keluar benda itu, yang
ternyata adalah sebuah pedang yang disarungi dengan kulit
yang luar biasa lemasnya.
Tee Thian Kauw cabut pedang itu dari sarungnya,
terlihat olehnya bahwa pedang itu panjangnya hanya dua
kaki dari ujung gagang sampai ujungpedang. Pedang itu
tidak mirip pedang juga tidak mirip golok, dan tidak
bercahaya atau mengkilap. Pisau daripada pedang itu
berwarna hitam dan tidak rata, se-olah2 sisik ikan. Gagang
pedang berbentuk kepala seekor naga dan terukir dengan
dua huruf Leng Liong (Naga sakti ) disatu samping, dan
dua huruf Ju To (Golok ajaib) dilain samping.
Hatinya Tee Thian Kauw ber-debar2. Ia merasa gembira
sekali. Ia bermaksud mencari pedang „Leng Liong Pi",
tetapi dengan tak terduga ia telah menemui pedang tersebut
sekaligus dengan kitab Ju Keng yang ber-sama2
tersembunyi dibawah batu karang yang berada dibawah
patung monyet itu.
„Mungkin kotak batu kristal ini dapat dibuka dengan
pedang Leng Liong Pi !" pikirnya. Lalu ia gurat kotak itu
dengan ujung pedang Leng Liong Pi, dan betul saja kotak
itu terbuka menurut guratan ujung pedang! „Ai, pedang
Leng Long Pi ini lebih lihay dari pada pedang Poa Cu
Kiam!" serunya dalam hati.
Kotak telah terbuka, namun kitab didalamnya telah
menjadi abu, dan kitab itu berhamburan bila disentuh.
Tetapi ketika Tee Thian Kauw memperhatikan lagi, yang
terbakar menjadi abu hanya kulit luarnya. Rupanya kitab
itu tidak dibuat dari kertas biasa, entah dibuat dari bahan
apa. Terlihat olehnya huruf2 yang kecil dibalik tutup kotak
yang dibuat dari kristal.
277
“Ai, sungguh pedang Leng Liong Pi ini lebih lihay dari pada
pedang Poa CuKiam !" seru Tee ThianKauw dalam hatinya.
‘Tee Thian Kauw membaca huruf2 yaug kecil itu, dan
mengetahui bahwa kitab Ju Keng yang Kong Sun Giok dan
kawan2nya tidak berhasil membuka kotaknya, bahkan
melihat telah terbakar menjadi abu, sangat erat
hubungannya dengan pedang Leng Liong Pi, dan kedua
benda yang ajaib itu tersembunyi bersama disuatu tempat
dibawah batu karang itu.
278
Seterusnya Tee Thian Kauw membaca kisah dari kedua
benda itu sebagai berikut : „Pada lebih kurang seratus tahun
berselang, dikalangan Bu Lim telah muncul satu orang yang
luar biasa ganjilnya bernama „Pe Ju Totiang" yang mahir
betul dalam ilmu silat Sian Thian Bo Kit Ki Kong (ilmu
silat tenaga dalam nomor wahid dikolong langit) dan ilmu
silat Bo Kit Kiam Hoat (ilmu silat pedang tiada bandingan).
Pe Ju Totiang hanya menerima seorang murid, dan ia telah
turunkan semua kepandaian ilmu silatnya kepada muridnya
itu. Tetapi murid itu telah mengecewakan gurunya. Dia
berbuat se-wenang2 dikalangan Kang Ouw. Setelah murid
durhaka itu turun gunung tidak tidak lama, Pe Ju Totiang
lalu mempelajari dan menciptakan jurus2 yang dapat
memperhebat ilmu silat Sian Thiau Bo Kit Ki Kong-nya,
ilmu mana ia namakan Ci Ju Kek Kang atau dengan
kelembutan mengatasi kekerasan. Kemudian iapun turun
gunung mencari muridnya yang durhaka itu.
Tetapi rupanya nasib manusia telah ditakdirkan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun ia telah berusaha
mencarinya dimana2, ia tak berhasil menemui muridnya!
Namun, perjalanannya itu tidak hampa. Dalam
berkelananya dibanyak tempat itu ia telah memperoleh dua
benda yang sakti, yakni pedang Poa Cu Kiam seekor kera
berbulu emas yang ganjil sekali. Tetapi ketika ia berada
dipegunuugan Lak Cao, untuk membasmi dan melawan
seekor ular berbisa, kera tersebut telah mengorbankan
jiwanya. Bahkan Pe Ju Totiang juga telah kena racun ular
itu! Meskipun ilmu tenaga dalamnya telah merncapai
puncaknya, ia insyaf bahwa ia tak dapat hidup lama lagi, ia
telah memuturkan jurus2 ilmu silat Ci Ju Kek Kang dalam
sebuah buku yang dinamakan kitab „Ju Keng". Kemudian
ia ingin menyimpan kitab tersebut ber-sama2 pedang Poa
Cu Kiam dan Leng Liong Pi dibawah batu dari patung
279
keranya yang dibuat dari batu karang gunung, dengan
harapan diketemui pula oleh orang dikemudian hari!
Justru pada satu itu, seorang sahabat karibnya yang
tinggal bertapa disebelah timur dari sungai datang hendak
pinjam pedang untuk membunuh seekor naga. Pe Ju
Totiang lalu menyembunyikan suatu peta ke-gagang pedang
Poa Cu Kiam sebelum pedang tsb. dipinjamkan kepada
sahabatnya, dan memberitahukan sahabat karibnya itu
bahwa jika dia tidak menjumpai muridnya, pedang tersebut
tidak usah dikembalikan, bahwa ia harus menyebarkan
berita dikalangan Kang Ouw : „Untuk memperoleh kitab Ju
Keng, pedang Poa Cu Kiam harus diperoleh lebih dulu."
Setelah sahabat karibnya pergi dengan membawa pedang
Poa Cu Kiam, Pe Ju Totiang lalu menyembunyikan kitab
Ju Keng dan pedang Leng Liong Pi dibawah batu karang
gunung dibawah patung keranya. Untuk menjaga kitab
tersebut jangan rusak, ia telah taruh kitab itu didalam satu
kotak dari batu kristal. Demikianlah untuk mencari
letaknya kitab dan pedang Leng Liong Pi, orang harus
memperoleh pedang Poa Cu Kiam, dan mencari peta yang
disimpan didalam gagang pedang Poa Cu Kiam itu!
Setelah membaca penuturan itu, Tee Thian Kauw
mengetahui bahwa Thian Lam Sha Kiam dengan ilmu silat
pedang Bo Kit Kiam Hoat Yan ilmu silat tenaga dalam
Shian hian Bo Kit Wi Kongnya adalah murid2 dari partai
Pe Ju Totiang, dan bahwa pedang Poa Cu Kiam yang ia
dapat pinjam dari Sim Lam Sie adalah milik dari Kong Sun
Giok, karena Kong Sun Giok adalah murid dari partai
Thian Lam!
Kini, kitab Ju Keng telah terbakar menjadi abu, tetapi ia
telah memperoleh pedang Leng Liong Pi. Ia tidak percaya
bahwa ia dengan ilmu silat pedang Cit Mat Kiam Hoat
tidak dapat melawan Ban Cu Bu dengan menggunakan
280
pedang Poa Cu Kiam atau Leng Liong Pi! Bukankah Kong
Sun Giok telah menjadi kecewa setelah menyaksikan kitab
Ju Keng terbakar menjadi abu, la yakin bahwa Kong Sun
Giok akan lebih suka membunuh diri daripada tidak
menunaikan sumpah untuk membalas dendam guru dan
paman2 gurunya terhadap Ban Cun Bu. la sendiri telah
bersumpah untuk saling membantu dengan tak
menghiraukan pengorbanan apapun. Dengan keyakinannya
itu, ia bertekad pergi kekuil Sun Yo Kong untuk
menggempur. Ban Cun Bu dan bila ia berhasil membasmi
iblis yang jahat itu. ia anggap telah menunaikan
kewajibannya terhadap Kong Sun Giok, saudara
angkatnya. Lalu ia mulai merencanakan siasatnya sebelum
ia menerjang masuk kekuil Sun Yo Kong.
Tetapi ketika ia terkenang akan Bian Leng Jun, ia
bersenyum. Lalu sebelumnya ia menuju kekota Lak Cao ia
pergi kesatu kota yang berdekatan dengan kota Lak Cao
untuk membeli pakaian putih yang mirip seperti pakaian2
putih dari murid2nya Ban Cun Bu. Dengan mengenakan
pakaian putih dan membuka samarannya sebagai pria, ia
pancang pedang Poa Cu Kiam dibelakang dengan
gagangnya menonjol diatas pundak, dan menyelipkan
pedang Leng Liong Pi pada ikat pinggangnya, untuk segera
menuju kekota Lak Cao.
Sebagai saudari angkat, ia harus membela Kong Sun
Giok. la tidak mengetahui apakah Kong Sun Giok masih
hidup atau mati, tetapi sebagai saudari angkat, ia harus
menerjang masuk kekuil Sun Yo Kong dan melabrak Ban
Cun Bu, musuh besarnya Kong Sun Giok !
Dcngan menuruti jalan yang pernah dilalui, lekas juga ia
tiba disebuah tempat dilereng gunung dimana ia pernah bercakap2
dengan Bian Leng Jun. la terkejut, karena tidak jauh
dari tempat dimana ia berdiri terdengar suara orang tertawa
281
mengejek, dan segera terlihat seorang yang memakai
pakaian seperti satu pelajar berusia lebih kurang 50 tahun
tengah mendatangi. Rupanya orang itu baru keluar dari kuil
Sun Yo Kong.
Tee Thian Kauw memperhatikan juga bahwa hidungnya
orang itu mirip patuk burung elang, matanya mirip mata
rubah, kedua belah bibirnya tipis, dan wajahnya nampak
seram sekali. la berpikir : “Bukankah orang2 didalam kuil
Sun Yo Kong semuanya orang perempuan? Dan laki2 ini
keluar dari kuil itu. Siapa gerangan?"
Dari jarak yang agak jauh itu orang itu memanggil2
sambil menyengir : „Hei! Bian Siocia. Keadaan didalam
kuil Sun Yo Kong sangat indahnya. Mengapa hanya kau
seorang yang tidak menikmatinya? Kemarin dulu aku
terlampau kasar, dan kau terlalu memandang rendah
terhadap aku. Apakah kau kira aku ini, Lang Sim Siu Si,
tidak berani memaksa kau?"
Ucapan „Lang Sim Siu Sie" itu membuat Tee Thian
Kauw ingat lagi akan peringatannya Bian Leng Jun, dan ia
mengetahui Lang Sim Siu Sie itu termasuk salah satu dari
10 jago2 silat yang tergolong tingkat atas, dan Lang Sim Siu
Sie itu selalu bertarung ber-damping2an dengan Tok Pik
Cai Jin.
Baru saja ia ingin menanyakan tentang kawannya Tok
Pik Cai Jin, ia ingat bahwa Lang Sim Siu Si itu mengira ia
Bian Leng Jun dan dari sikap dan ucapannya, ia
mengetahui bahwa Lang Sim Siu Si itu telah ter-gila2
terhadap Bian Leng Jun. Sebetulnya ia datang kekuil Sun
Yo Kong dengan maksud melabrak Ban Cun Bu. Kini ia
bertemu Lang Sim Siu Si, ia bertekad membasmi manusia
yang cabul dan hina itu.
282
Lalu dengan ilmu meringankan tubuh ia berlagak lari,
dengan harapan Lang Sim Siu Si mengejar. Betul saja Lang
Sim Siu Si mengejar sambil berteriak : „Bian siocia!
Mengapa kau menjauhkan diri dari aku? Gurumu sedang
beristirahat, ia tak akan mencari kau. Marilah kita duduk
ber-cakap2!”
Belum lagi selesai ucapannya, tiba2 Tee Thian Kauw
berbalik dan dengan pedang Leng Liong Pi-nya secepat kilat
ia menyabet lengan kirinya Lang Sim Siu Si.
---oo0oo---
BAGIAN 14
TERKEJUT MENDENGAR BERITA
BELASUNGKAWA
Lang Sim Siu Si yang baru diterima sebagai tamu oleh
Ban Cun Bu tidak menduga bahwa seorang muridnya
berani melukai padanya. Ketika ia mengejar dari belakang,
ia melihat dengan kepala mata sendiri pedang yang
dipancangkan dibelakang gadis itu, tidak dicabut. Lagipula
ia sedang mengejar dengan sangat bernapsu. Begitu lekas
sigadis berbalik dan menyerangnya dengan senjata tajam, ia
hanya berhasil mengegos kesamping. la tidak menduga
bahwa senjata yang digunakan oleh sigadis itu adalah
pedang sakti yang di-idam2kan oleh tiap2 jago silat, dan
bukan main tajam dan saktinya. Oleh karena itu ketika Tee
Thian Kauw berbalik dan menyabet secepat kilat lengan
kirinya, kelitannya itu hanya mempercepat tertabasnya
putus lengannya dari batas sikut! Darah muncrat
berhamburan, dan jeritan nyaring menggetarkan suasana.
283
Tee Thian Kauw yang telah mengetahui kebusukan
watak dari lawanya itu tidak memberi kesempatan kepada
lawannya. la menyerang terus dengan jurus2 Hui Hong Bu
Liu atau angin puyuh meniup daun pohon liu. Meski Lang
Sim Siu Si tinggi ilmu silatnya, dengan terluka parah, dan
serangan2 yang ber-tubi2 dari Tee Thian Kauw, ia sibuk
mengegos dan mengelit. Samasekali ia tak dapat
kesempatan untuk balas menyerang. Dengan mengeluarkan
kepandaiannya, ia berusaha menghindari serangan2 untuk
lari kabur masuk kedalam kuil lagi dengan sekujur badan
berlumuran darah!
Tee Thian Kauw berpendapat bahwa jika ia berhasil
membunuh mati iblis yang cabul dan jahat ini, ia berjasa
sekali terhadap jago2 silat yang kesatria dan mulia
dikalangan Bu Lim. la tidak mengetahui bahwa selagi Lang
Sim Siu Si melarikan diri, lawannya itu telah men-jerit2
untuk memanggil Tok Pi Cai Jin, suara jeritannya itupun
telah terdengar oleh orang2 didalam kuil Sun Yo Kong,
termasuk juga Ban Cun Bu!
Tee Thian Kauw terus mengejar Lang Sim Siu Si. Baru
saja mereka hampir tiba dipintu sebelah barat dari kuil itu,
tiba2 berkelebat bayangan2 putih, dan segera lima orang
turun dan berdiri didepan. Lang Sim Siu Si dan Tee Thian
Kauw berhenti beriari2 !
Tibanya kelima orang itu bukan main cepatnya. Tetapi
yang ganjil adalah diantara lima orang itu tidak kelihatan
Cin Long Ngo dan Bian Leng Jun. Dan Tok Pi Cai Jin,
kawan karibnya Lang Siu Si juga tidak ada diantara
mereka!
Kelima orang itu ialah Goei Leng Sa, Khouw Leng
Hong, Se Leng Ko, Tu Leng San dikedua samping, dan Ban
Cun Bu yang mengenakan baju dari kulit ikan hiu berdiri
284
ditengah dengan menggunakan kedua tongkat besinya
sebagai kaki!
Ban Cun Bu dan keempat muridnya itu mula2 mengira
gadis yang mengejar Lang Sim Siu Si dengan pedang
terhunus adalah Bian Leng Jun, dan mereka semua terkejut
melihat lengan kirinya Lang Sim Siu Si telah tertabas putus.
Mereka semuanya berdiri bengong tak bergerak.
Lang Sim Siu Si lekas2 menghampiri Ban Cun Bu dan
berseru : ”Ban Cun Sin Kun, muridmu terlampau lihay"
Ban Cun Bu yang masih mengira Tee Thian Kauw itu
Bian Leng Jun tidak menunggu ucapan itu, ia berkata
dengan mengejek : „Meskipun Bian Leng Jun adalah murid
yang aku segeni, tetapi peraturan disini sangat keras. Tiap2
murid yang bertindak melampaui batas pasti dihukum.
Nah, coba tuturkan, dia telah melanggar peraturan apakah?
Aku Ban Cun Bu segera menghukumnya dengan tongkat
besiku!"
Lam Sim Siu Si tidak menjelaskan, karena ia memang
dipihak salah. la hanya berdiri sambil menahan sakit pada
lengannya yang telah buntung itu.
Ban Cun Bu segera mengarti bahwa kesalahan berada
dipihak Lang Sim Siu Si. la berkata kepada Tee Thian
Kauw yang dianggapnya Bian Leng Jun, dan yang berdiri
agak jauh : „Jun ji, kau tak usah takut. Coba tuturkan
dengan jujur apa yang telah terjadi. Jika perbuatanmu tidak
bertanggung-jawab dan tak beralasan, tak usah aku yang
turun tangan. Kau dapat membunuh diri sendiri. Tetapi jika
kau dipihak benar, jangankan Lang Sim Siu Si, meskipun
Shin It Cui-pun aku akan bunuh mati juga untuk membela
kau, muridku!"
Ucapan itu menyakiti hatinya Lang Sim Siu Si, tetapi ia
tak dapat berbuat apa2. la bukan tandingannya Ban Cun
285
Bu. Lagipula ia merasa cemas karena ia tak tampak Tok Pit
Cai Jin datang menolong.
Tee Thian Kauwpun tak dapat menjawab. Jika ia
menjawab, maka akan ketahuan bahwa ia bukannya, Bian
Leng Jun. Betul wajah, tubuhnya dan pakaiannya mirip
Bian Leng Jun, tetapi suaranya berlainan! la berdiri dan
berpikir. Lalu ia ambil putusan melabrak jahanam yang
menjadi musuh besar saudara angkatnya. la maju beberapa
tindak untuk menjawab. Bila Ban Cun Bu mencurigai ia,
maka ia dapat segera menyerang dengan pedang Poa Cu
Kiam dan Leng Liong Pi demi kepentingan Giok koko-nya.
Bian Leng Jun adalah murid kesayangan Ban Cu Bu dan
sudah lama bernaung didalam kuilnya. Dari jarak agak jauh
ia masih dapat ditipu, tetapi ketika Tee Thian Kauw
bertindak maju, cara dan sikap jalannya segera kelihatan,
dan mulai menimbulkan kecurigaannya Ban Cun Bu.
Melihat pedang Leng Liong Pi ditangannya Tee Thian
Kauw, Ban Cun Bu menanya : „Hei, Jun ji! Pedang pendek
ditanganmu itu dari mana?"
Sebetulnya niatnya semula bila sudah dekat Ban Cun Bu,
Tee Thian Kauw ingin segera menyerang, tetapi entah
mengapa, mungkin karena kewibawaannya iblis itu, ia
menjadi mundur-maju. la menjawab sambil menundukkan
kepalania : „Suhu, pedang ini adalah pedang Leng Liong
Pi. Jun ji kebetulan dapat menemuinya. Sudilah suhu
melihatnya!"
Perkataan itu ia barengi dengan tusukan pedang Leng
Liong Pi kemukanya Ban Cun Bu!
Ban Cun Bu yang tertarik dengan pedang Leng Liong Pi
itu, tidak memperhatikan bahwa suaranya Bian Leng Jun
tetiron itu berlainan daripada suaranya Bian Leng Jun yang
tulen. la hanya perhatikan sikap „Bian Leng Jun"
286
mempertunjukkan pedangnya agak ganjil. la mengawasi
wajahnya Tee Thian Kauw, dan ketika itu ia melihat
pedang Leng Liong Pi menyambar!
Bagi lawan yang biasa, Tee Thian Kauw mungkin
berhasil membunuh mati lawannya; tetapi Ban Cun Bu
dengan ilmu silatnya yang tinggi, se-olah2 seorang dewa,
ketika pedang Leng Liong Pi menyambar, dan ia
mengetahui sukar mengegos, ia buka mulutnya dan
menyembur pedang itu! Aneh sekali! Pedang Leng Liong Pi
yang kena semburan itu segera tertahan dan jatuh dilantai!
Tee Thian Kauw menyerang lagi dengan tusukan pedang
Poa Cu Kiamnya. Serangan itupun Ban Cun Bu dapat
menangkisnya dengan mudah sekali oleh satu kemplangan
tongkat besinya, dan dengan tenaga dalam, ia menotok
lantai dengan tongkat besi lainnya untuk memindahkan
tubuhnya dua depa jauhnya! Ban Cun Bu masih juga belum
dapat membedakan apakah yang menyerang ia itu betul2
Bian Leng Jun. la membentak : „Hei ! Jun ji! Mengapa kau
begitu kurang ajar berani melawan aku? Siapakah yang
telah membikin kau demikian kurang ajar terhadap aku!"
Lang Sim Siu Si mulai insyaf bahwa semua keributan ini
terbit karena perbuatannya, tetapi gadis yang lain sudah
mulai melihat cara „Bian Leng Jun" melawan gurunya, dan
masing2 memperhatikan jawaban apakah yang akan
diberikan oleh ,,Bian Leng Jun." Tee Thian Kauw setelah
gagal membunuh Ban Cun Bu tidak ingin mencelakakan
Bian Leng Jun karena penyamarannya itu. Dengan pedang
Poa Tiu Kiam-nya menjaga badannya, ia menuding Ban
Cun Bu dan membentak : „Ban Cun Bu! Kau iblis yang
kejam. Betul2 matamu buta! Aku bukan Bian Leng Jun.
Aku bernama Tee Thian Kauw, dan aku datang mencari
saudara angkatku, Kong Sun Giok, dan juga hendak
287
membunuh kau untuk membalas dendam guru dan paman2
guru saudara angkatku!"
„Suhu pedang ini adalah pedang Leng Liong Pi, Jun ji
kebetulan dapat menemuinya. Sudilah suhu melihatnya !"
Perkataan itu Tee Thian Kauw barengi dengan tusukan pedang
Leng Piong Pi kemuka Ban Cun Bu!
Ban Cun Bu terkejut dan merasa kagum akan
keberaniannya gadis itu. Ia menanya : „Siapakah gurumu?
288
Jika dia ada hubungan dengan aku, Ban Cun Bu, aku dapat
memberi ampun kepadamu."
Tee Thian Kauw tetap teguh dan tidak gentar. Dengan
congkak ia berkata : „Ha! Siapa ingin diberi ampun olehmu.
Guruku bernamaHeng Taysu. Apakah kau mengenalnya?"
Nama „Heng Taysu" itu tidak terkenal oleh banyak
orang, tetapi melihat keberanian dan ilmu silat muridnya
membikin Ban Cun Bu menaruh penghargaan. Ia berpikir
sambil mengawasi Tee Thian Kauw.
Pada saat itu Lang Sim Siu Si menuding Tee Thian Kau
dan memakai : „Hei! Kau ini sundel yang rendah. Kau
datang melukai aku! Anjing kecil Kong Sun Giok telah aku
bunuh mati, dan mayatnya telah berada didasar sungai bersama2
perahu yang aku telah hancurkan dengan sambitan
batu besar! Ban Cun Bu dapat mengampuni kau, tetapi aku
tak akan diam jika tidak membikin pembalasan!"
Ban Cun Bu melirik kearah Lang Sim Siu Si. Berita
tentang tewasnya Kong Sun Giok itu membikin Tee Thian
Kauw terkejut. Ia bertindak mundur satu langkah untuk
mengumpulkan semangatnya. Timbullah kemurkaannya
untuk membunuh mati Lang Sim Siu Si. Baru saja ia ingin
menusuk jahanam itu dengan pedang Poa Cu Kiam, terlihat
asap hijau mengepul tidak jauh dari tempat tersebut!
Goei Leng Sa lalu membungkukkan tubuhnya memberi
hormat kepada Ban Cun Bu sambil berkata : „Suhu, Suci
Cin Leng Ngo yang menjaga ruang Tin-kung memberi
isyarat bahaya!"
Ban Cun Bu mengerutkan keningnya sejenak, lam
berkata : „Bian Leng Jun menjaga pintu disebelah timur,
ruang Tin-kung dijaga oleh Cin Leng Ngo, dan Tok Pik Cai
Jin berada didalam kuil Sun Yo Kong. Untuk sementara
waktu, kita tidak usah kuatir. Aku harus bereskan soal ini
289
dulu!" Lalu ia berkata lagi kepada Tee Thian Kauw :
„Apakah gurumu telah kehilangan kedua lengannya?"
Tee Thian Kauw terperanjat mendengar pertanyaan itu,
karena gurunya betul telah kehilangan kedua lengannya.
Lagipula caranya Ban Cun Bu menanya mengandung nada
yang simpathi terhadap gurunya itu. la baru saja ingin
menjawab, sekonyong2 terbang datang bayangan putih
yang pesat sekali!
Bayangan putih yang datang itu adalah Bian Leng Jun
yang mirip seka!i dengan Tee Thian Kauw. Bian Leng Jun
terkejut melihat The Thian Kauw lalu ia melaporkan
kepada Ban Cun Bu dengan tergesa2 : „Suhu! Tok Pik Cai
Jin telah mengambil kesempatan ketika Suhu keluar, dia
telah menerobos masuk keruang Tin-kung! la telah labrak
Cin Leng Ngo Suci, dan membawa lari kitab Sun Yo Tim
Kai!"
Mendengar laporan itu Ban Cun Bu menjadi pucat bahna
gusarnya. la menanya Bian Leng Jun sambil mengawani
Yang Sim Siu Si : „Apakah Cin Leng Ngo luka parah?
Sudah berapa lama Tok Pik Cai Jin kabur?"
„Cin Suci menderita luka parah! Tapi aku kira ia tak
akan mati. Tok Pik Cai Jin telah kabur kira2 10 menit!"
Ban Cun Bu mengetahui ia tak dapat mengejar. la
tertawa gelak2 dan berkata : „Biarlah ia baca kitab Sun Yo
Cin Kai itu. Aku harus memenuhi janjiku terhadap Thian
Lam Sha Kiam untuk berdiam didalam kota Lak Cao
selama 10 tahun. Setelah itu, dimanapun ia lari, aku akan
kejar dan memukul hancur tulang2 dan dagingnya dengan
tongkat besiku!" Lalu ia perintahkan muridnya : „Bian Leng
Jun, Goei Leng Sa, Khouw Leng Hong! Kalian bertiga
lekas2 pergi ke ruang Tin-kung mengurus Cin Leng Ngo.
290
Aku hendak membereskan soal ini dulu, nanti aku datang
mengobati luka2nya!"
Mendengar perintah itu, Bian Leng Jun tak berani
membangkang. Tapi ia kuatir akan keselamatannya Tee
Thian Kauw. Ia mengawasi Tee Thian Kauw se-olah2
memberi isyarat agar lekas2 kabur dari labrakan Ban Cun
Bu.
Tee Thian Kauw telah memperhatikan sikap Bian Leng
Jun itu, dan ia mengarti bahwa ia berada dalam bahaya. la
harus bertindak waspada!
Ketiga gadis itu segera berlalu untuk mengurus Cin Leng
Ngo yang menderita luka parah.
Ketika itu Ban Cun Bu lebih memperhatikan Lang Sim
Siu Si daripada Tee Thian Kauw. Lang Sim Siu Si menjadi
sangat ketakutan setelah mengetahui bahwa kawannya, Tok
Pik Cai Jin telah membawa lari kitab Sun Yo Cin Kai.
Dengan sikap yang tenang Ban Cun Bu menanya Lang
Sim Siu Si : „Hei! Apa katamu tentang kawan karibmu Tok
Pik Cai Jin!"
Seperti juga seorang tawanan menghadapi algojo, Lang
Sim Siu Si menjawab : „Perbuatan Tok Pik Cai Jin sangat
rendah. Tapi aku sanggup mencari dia, dan aku berjanji
akan membawa kembali kitab Sun Yo Cin Kai dalam waktu
10 hari, dan aku juga akan suruh dia minta maaf terhadap
Ban Cun Bu Shin Kun."
Dengan secepat kilat Ban Cun Bu menotokkan kedua
tongkat besinya ditanah untuk loncat mundur lebih kurang
lima depa. Lang Sim Siu Si merasa agak lega melihat Ban
Cun Bu loncat mundur, karena dengan ilmu meringankan
tubuhnya, ia dapat segera lari jika perlu! Maka iapun ingin
loncat mundur dua tiga depa. Baru saja ia hendak
291
melompat mundur, terdengar hembusan angin, dan secepat
kilat Ban Cun Bu sudah berada lagi dihadapannya, hanya 7-
8 kaki jauhnya!
Lang Sim Siu Si menyengir dan berkata :„Ban Cun Shin
Kun, apakah kau juga mencurigai aku?"
Dengan kalem Ban T.iun Bu berkata :„Ketika kalian
berdua datang kesini untuk bernaung, aku menerimanya
dengan tangan terbuka. Tetapi ternyata kalian datang
dengan maksud yang keji ! Satu telah mencuri dan
membawa lari kitab Sun Yo Cin Kai-kii. dan kau berlaku
sangat ceriwis terhadap murid2ku. Tok Pik Cai Jin telah
melarikan diri. Biarlah ia hidup beberapa tahun lagi. Tetap
kau tak akan kulepaskan begitu saja !"
Lang Sim Siu Si segera mengarti bahwa ia tak dapat
menyingkirkan diri dari labrakannya Ban Cun Bu. Dengan
tabah ia menjawab :
„Ban Cun Bu! Aku tak dapat membela diri. Tetapi nama
„Lang Sim Siu Si" telah terkenal dikalangan Bu Lim. Betul
aku bukan tandinganmu. tetapi dengan lengan yang
buntung, aku ingin coba2 ilmu silat Sun Yo Cin Kai-mu
dengan tangan kananku !"
Ban Cun Bu tertawa gelak2, dan berkata :„Nyatalah kau
satu laki2! Tetapi aku tidak percaya kau termasuk hitungan
10 jago2 silat tingkat satu dikalangan Bu Lim dewasa ini!"
la berhenti sejenak untuk mengawasi lengan kiri lawannya
yang telah buntung ditabas Tee Thian Kauw. Lalu ia
berkata lagi : ,,Ban Cun Bu tidak ingin bertarung dengan
diganda. Karena kau baru saja kehilangan sebelah
lenganmu, kita tak usah bertarung. Kita hanya mengadu
tenaga dalam saja. Aku memberi keringanan kepadamu.
Kita akan menghadapi tinju kita masing2, dan jika kau
dapat menahan tenaga dalam Sun Yo Cin Kai-ku selama 5
292
menit, hari ini kau dapat berlalu dari sini dengan tidak
dapat gangguan dan hutang hari ini, kita akan bereskan
setelah aku memenuhi janjiku berdiam dikuil selama 10
tahun !"
Tawaran tersebut menggirangkan Lang Sim Siu Si. la
percaya bahwa Ban Cun Bu senantiasa memegang janji. la
hanya harus menahan tenaga da]amnya selama 5 menit,
dan ia segera dapat berlalu dengan selamat, atau menusuk
Ban Cun Bu dengan baja beracun berbentuk kuku yang
dipasang diujung kedua jari tangan kanannya. dengan
akibat kedua2nya kalah dan kedua2nya tewas! Demikian
pikirnya.
Lalu ia. menjawab sambil menyengir : „Baiklah, Ban
Cun Shin Kun beri petunjuk!"
Lalu Ban Cun Bu tancapkan tongkat besinya kedalam
tanah sedalam tiga inci (10 cm), dan seluruh tubuhnya yang
tak berbetis berdiri tegak diatas satu tongkat besi dengan
teguh. Ia, lonjorkan keluar tinju kirinya untuk menghadapi
tinju kananya Lang Sim Siu Si!
Ban Cun Bu terkenal karena ilmu silat Sun Yo Cin
Kainya, tapi ilmu silat tinju „Tay Yo Shin Ciang" (tinju
surya) yang telah difahami oleh Lang Sim Siu Si juga tak
dapat dipandang rerdah. Betul kedua ilmu berlainan
namanya, tetapi sifatnya serupa. Setelah kedua tinju berhadap2an,
maka terlihatlah Ban Cun Bu dan Lang Sim Siu
Si mengerahkan tenaga dalamnya disalurkan kepada
tinjunya masing2, dan mukanya kedua orang itu laksana
jambu air yang merahnya.
Tee Thian Kauw menjadi tertarik menyaksikan cara
mereka membereskan persoalannya. Pedang Leng Liong Pi,
yang telah dibikin jatuh oleh tiupan Ban Cun Bu, telah
berada ditangan Tu Leng San. Ia dapat lawan Tu Leng San
293
dan Se Leng Ko karena Ban Cun Bu sedang sibuk mengadu
tenaga dalam. Kesempatannya merampas kembali
pedangnya dan melarikan diri telah tiba! Tetapi Tee Thian
Kauw telah dibikin terkejut oleh berita bahwa Kong Sun
Giok telah tewas disungai, ia sedang memikirkan membalas
dendamnya Kong Sun Giok meski ia akan berkorban jiwa!
la masih bersikap ragu2, karena ia belum mengambil
keputusan. Dengan pedang Poa Cun Kiam ditangan ia
mengawasi kedua iblis kejam (Ban Cun Bu dan Lang Sim
Siu Si) sedang mengadu tenaga dalam.
Ban Cun Bu masih bersikap tenang, tetapi seluruh
tubuhnya Lang Sim Siu Si gemetar !
Semula Lang Sim Siu Si tidak merasakan apa2 dari
tenaga dalam lawannya, tetapi sejenak kemudian, ia merasa
seluruh tubuhnya menjadi panas. Pipa darahnya ia rasakan
panas dan sakit, seluruh tulang2nya se-olah2 menjadi
remuk, dan ia tak dapat bertahan lagi! la insyaf jiwanya
berada didalam tangan Ban Cun Bu. Akan tetapi karena
ingin hidup, ia bermaksud menyerang Ban Cun Bu dengan
baja beracun diujung jari2 tangan kanannya.
Maksud khianat diri Lang Sim Siu Si itu telah diketahui
oleh Ban Cun Bu. Ia keluarkan seluruh tenaga dalamnya
menurut petunjuk kitab Sun Yo Cin Kai, dan Lang Sim Siu
Si segera merasa seluruh tubuhnya se-olah2 dibakar!
Lang Sim Siu Si tak dapat melawan, pun tidak dapat
melarikan diri. Dengan kedua mata terbelalak, ia menjerit :
„Ban Cun Bu! Aku Lang Sim Siu Si...... kini tewas di Lak
Cao..... tetapi...... kau juga harus...... menyertai aku....pergi
keakherat! " Belum lagi perkataannya itu selesai, dengan
seluruh tenaga ia loncat menyeruduk dan berusaha
menusuk dadanya Ban Cun Bu dengan baja beracun
diujung jari2 tangan kanannya itu!
294
Ban Cun Bu merasa satu jarinya sakit, dan ia segera
mengetahui bahwa lawannya melakukan serangan yang
keji. la tidak segan2 lagi! Dengan tinju kirinya ia menjotos
jatuh terlentang Lang Sim Siu Si, lalu ia gigit putus jarinya
sendiri yang ia rasakan sangat sakit itu. Kemudian ia
semprot keluar dari mulutnya jarinya sendiri yang ia telah
gigit putus kemukanya Lang Sim Siu Si!
„Clek!" terdengar suara jari itu menghantam muka Lang
Sim Siu Si, dan „Prat" terdengar lagi suara batok kepala dan
otaknya Lang Sim Siu Si hancur berantakan!
Lalu Ban Cun Bu panggil seorang muridnya : „Tu Leng
San! Ambilkan aku sebutir obat Sun Yo Tan, dan balut
jariku yang putus ini!"
Tu Leng San segera memberikan pil obat Sun Yo Tan
dan membalut jari gurunya yang telah digigit putus itu.
Peristiwa itu berlangsung didalam waktu lima menit! Tee
Thian Kauw menyaksikan dengan kepala mata sendiri
dengan terperanjat. la mengagumi, betul kepandaiannya
Ban Cun Bu, ia berdiri terpaku ditempatnya.
Ban Cun Bu berpaling kepada Tee Thian Kauw, dan
berkata sambil tersenyum : „Kau telah tidak menggunakan
kesempatan baik untuk melarikan diri ketika aku sedang
mengadu tenaga dalam. Kau betul2 berani. Aku hargai
orang2 yang berani. Oleh karena itu, akupun suka
memberikan keringanan..."
Tee Thian Kauw tidak menunggu ucapan itu selesai, ia
membentak : „Hei! Ban Cun Bu! Jangan anggap dirimu
seorang jago tiada tandingan! Dengan mudah saja
memberikan kelonggaran...... keringanan......ini itu! Aku
Tee Thian Kauw bukan Lang Sim Siu Si! Aku tidak sudi
terima kelonggaran! Aku telah masuk kedalam daerah kuil
Sun Yo Kong. Jika aku tidak dapat membalas dendamnya
295
Kong Sun Giok, aku tidak akan berlalu dari sini! Kau boleh
beristirahat dua jam sebelum kau bertempur melawan aku!"
Ban Cun Bu menjawab dengan kedua mata terbelalak :
„Mengapa kau suruh aku beristirahat begitu lama sampai
dua jam?"
”Akupun tidak mau diganda!" jawab Tee Thian Kauw,
„Tadi kau melawan Lang Sim Siu Si dan telah
mengeluarkan banyak tenaga, serta telah kehilangan satu
jari tanganmu. Kau harus beristirahat !"
Jawaban itu membikin Ban Cun Bu tertawa ter-bahak2.
Ia mengawasi gadis didepannya dengan kekaguman dan
tidak bicara.
Tee Thian Kauw menjadi heran. la menegur : „Hei! Ban
Cun Bu! Apakah yang kau tertawakan?"
Ban Cun Bu masih terus bersenyum. la congkel pedang
Leng Liong Pi dari tangannya Tu Leng San. Lalu ia berkata
: „Tee Thian Kauw, sambutlah pedang Leng Liong Pi-mu.
Kau jangan bersikap congkak. Kau jangan mengigau
dengan kedua pedang Poa Cu Kiam dan Leng Liong Pi kau
dapat melawan aku!" la berkata sambil mencongkel pedang
Leng Liong Pi kearah Tee Thian Kauw.
Tee hian Kauw merasa heran mengapa Ban Cun Bu
mengembalikan pedangnya. Tetapi ia menjawab juga :
„Aku dapat melawan dan membunuh kau dalam 100
jurus!"
Ban Cun Bu tertawa gelak2 lagi, dan berkata : „Hai!
Tempo hari, dilembah pegunungan Kwat Cong San tiga
jago silat pedang Thian Lam melawan aku sendiri dan
mengaku kalah dalam 101 jurus. Mustahil kau lebih lihay
daripada ketiga Thian Lam Sha hiam itu ? Ha! Ha! a!"
296
Tee Thian Kauw membentak : „Ban Cun Bu! Kau
jangan angap dirimu jago! Betul aku tidak lebih lihay
daripada Thian Lam Sha Kiam, tetapi ketika itu kau
melawan mereka dengan dua tongkat besi, dan sekarang
kau harus melawan aku dengan satu tongkat. Aku pasti
dapat membunuh mati kau dalam 100 jurus!"
Ban Cun Bu mengangguk dan berkata lagi : „Jika. kau
dapat mengalahkan aku dengan satu tongkat besi ditangan
kiriku dalam 100 jurus, aku Ban Cun Bu akan membunuh
diri! Tetapi satu pertanyaanku kau belum memberi
jawabannya. Apakah gurumu, Heng Taysu kehilangan
kedua tangannya?"
Ditulis Oleh : ali afif ~ Ali Afif Hora Keren
Tulisan Cerita Silat Online Pedang Pusaka Buntung 3 ini diposting oleh ali afif pada hari Senin, 03 April 2017. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca Tulisan ini di Blog Ali Afif, Bukan Blogger terbaik Indonesia ataupun Legenda Blogger Tegal, Blogger keren ya Bukan. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.