- Cerita Romantis 16 Kamis : Iblis Sungai Telaga
- Cerita Romantis 15 Pilihan : Iblis Sungai Telaga
- Cerita Romantis 14 Bersambung : Iblis Sungai Telag...
- Cerita Romantis 13 Pendek : Iblis Sungai Telaga
- Cerita Romantis 12 Nangis : Iblis Sungai Telaga
- Cerita Romantis 11 Happy Ending : Iblis Sungai Tel...
- Cerita Romantis 10 : Iblis Sungai Telaga
- Cerita Romantis Terbaik Sepanjang Masa : Iblis Sun...
- Cersil Hora Romantis Ke 8 Iblis Sungai Telaga
- Cerita Cinta Silat Romantis : Iblis Sungai Telaga ...
- Cersil Cerita Romantis Sedih: Iblis Sungai Telaga ...
- Cersil Cerita Romantis Sedih: Iblis Sungai Telaga ...
- Cersil Cerita Romantis Sedih: Iblis Sungai Telaga ...
- Cersil Cerita Romantis Sedih: Iblis Sungai Telaga ...
Kuasa ini berhenti sejenak, lantas dia menambahkan :
"Kebakaran ini cuma memusnahkan istal serta beberapa
kamar yang berhubungan. Jadi itulah kerugian yang tidak
berarti, hanya disebelah itu ada sesuatu yang penting. Itulah
nama baiknya Kui Hiang Koan selama beberapa puluh tahun.
Dengan sambil mengucap banyak berterima kasih kepada
sekalian orang gagah kaum Kang Ouw dan Bu Lim, belum
pernah kami terganggu. Sekalipun sehelai bulu ayam atau
selembar kulit bawang. Itu artinya belum pernah ada orang
yang berani melanggar aturan kami !"
Kata-kata yang terakhir ini diucapkan secara tandas. Selagi
mengucapkan itu, pengurus hotel itu mengawasi hadirin.
Setelah itu dia melanjuti dengan suaranya yang dibesarkan :
"Sekarang para tamu sudah hadir dalam ruang ini, maka itu
dengan ini jalan kami mohon bantuan berharga dari kalian
untuk mencari orang yang melepas api itu."
Kata-kata itu diakhiri dengan seluruh ruang sunyi senyap.
Ciok Peng menantikan sekian lama, dengan perlahan dia
bangkit dari kursinya. Dia menghadapi para hadirin untuk
memberi hormatnya, kemudian baru dia bicara, suaranya
dalam : "Semenjak dibangun, Kui Hiang Koan bekerja untuk
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
para tamunya yang datang dari delapan penjuru angin, dan
selama itu, segala aturannya yang dikeluarkan pasti
dilaksanakan sebagaimana layaknya. Apa lacur, tadi malam
toh ada orang yang mengacau, mengganggu kami dengan
orang itu melepas api melakukan pembakaran ! Justru itulah
perbuatan yang melanggar peraturan kami ! Maka itu
sekarang aku minta yang melepas api, sukalah dia jangan
merembet-rember lain orang, sudi apalah dia mengajukan diri,
untuk bertanggung jawab ! Kau minta sahabat itu suka
bangun berdiri, dengan begitu lohu suka sekali bersahabat
dengannya, tetapi jika dia tidak mengenal persahabatan, dia
tetap menyembunyikan kepalanya, dia cuma mampu
menonjolkan ekornya, hm! Lohu tak dapat mengatakan apaapa
lagi..."
Dengan "lohu" aku si orang tua, Ciok Peng bicara dengan
merendah diri. Selagi ia berkata itu, matanya diarahkan tajam
kepada Ciu Tong dan Couw Kong Put Lo.
Kiranya dua orang berdiam saja sebab mereka telah kena
ditawan dengan "Kak Kiong Tiam-hoat", "Dititik di antara
udara". Tegasnya mereka ditotok dari jauh, tanpa tangan
mengenakan tubuhnya. Mereka sangat mendongkol tetapi
mereka tidak dapat membuka suara, cuma air mukanya saja
menunjuki bahwa hati mereka sangat panas.
Semua mata orang lain juga diarahkan kepada dua orang
itu, hingga sikap mereka itu menambah panasnya hati Ciu
Tong dan Couw Kong Put Lo, sampai sinar matanya seperti
berapi !
Hadirin berjumlah seratus orang lebih tapi ruang sunyi
senyap.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Lewat beberapa detik, tiba-tiba terdengar beberapa kali
suara memekik yang keras, terus tampak si orang utan
bertubuh besar itu bagaikan orang habis sabar, dia
menggerakkan tubuhnya, menarik-narik ujung bajunya Ya Bie,
kemudian kedua tangannya itu digerak-geraki memberi isyarat
buat mereka berdua mengangkat kaki !
Si nona juga agaknya hilang sabarnya, dia lantas berkata
dengan suara tinggi : "Kalau tak mempunyai kepandaian
menawan si pelepas api itu, ya sudah saja ! Kenapa kalian
hendak mengganggu kami semua ? Nona kalian mau pergi !"
Benar-benar Ya Bie menarik si orang utan bertindak ke
pintu besar.
Sesosok tubuh berkelebat cepat. Lantas tampak See Sie
menghadang di depan si nona dan orang utannya. Goloknya
dilintangkan !
Segera terdengar suara berat Cio Peng : "Nona, tunggu
dulu ! Nona, lohu ingin menanyakan sesuatu !"
Ya Bie tidak mau membawa tabiatnya yang gemar
bergurau atau jail, ia menarik si orang utannya, untuk
bersama-sama menghampiri Ciok Peng. Ia berdiri tegak untuk
terus berkata : "Kau mau bicara apa dengan nonamu ?
Mustahilkah kau menyangka aku si pelepas api itu ?"
Liok Cim tidak puas mendengar pertanyaan jumawa itu.
"Hm !" dia memperdengarkan suara dinginnya. "Budak liar,
usiamu masih begini muda, kenapa mulutmu sudah belajar
nakal ?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie gusar mendengar teguran itu, alisnya terbangun,
matanya dibuka lebar.
"Si orang tua, dia toh cuma pandai memaki orang !"
katanya tajam. "Segala penjahat membakar rumah saja tak
mampu membekuknya ! Dengan kepandaian semacam itu
bagaimana urusan yang kecil begini hendak dibesar-besarkan
? Cuma itu akan membuat orang tertawa sampai mati
karenanya !"
Ciok Peng lekas mengulapkan tangannya pada Liok Cim. Ia
melihat ular hijau dipinggangnya si nona, ia percaya ular itu
beracun, sedangkan di sini nona itu berdiri si orang utan yang
setinggi dan sebesar orang. Ia menerka orang bukan
sembarang orang, hanya ia tak dapat menerka pasti orang
dari golongan mana. Karenanya sejak tadi ia mengawasi saja
nona itu.
"Harap dimaklumi nona," katanya tertawa. "Lohu sudah ada
umur, mataku sudah kurang terang lagi, maka itu lohu tidak
ketahui nona dari perguruan mana dan apakah nama atau
gelaran nona yang mulia ?"
Di tanya begitu Ya Bie tertawa geli. Ia pun mencibirkan
bibir.
"Jika kau tidak tahu, sudah !" sahutnya. "Kalau kau mau
juga aku menyebut nama guruku, aku kuatir kau kaget dan
takut....."
Ciok Peng tertawa lebar, agaknya dia gembira.
"Tak ada halangannya, tak ada halangannya, nona !"
katanya. "Silahkan nona memberitahukannya !"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Justru itu si nikouw berjubah gweepee itu, yang usianya
setengah tua, campur berbicara, kata pada Ya Bie : "Pinni
mungkin dapat menerka beberapa bagian, nona ! Bukankah
guru nona itu ialah Touw Houw Jie Touw Losicu dari Cenglo
ciang ? Benar bukan ?"
Ya Bie girang pendeta wanita itu dapat menyebut nama
gurunya, dia tertawa.
"Oh, guru benar, kenalkah kau akan guruku ?" tanyanya.
"Sungguhlah kau yang dapat disebut banyak penglihatannya,
luas pendengarannya ! Kau bukannya seperti dua orang tua
bangka itu, mereka sembrono, mereka cuma pandai mencaci
orang !"
Nikouw atau nikouw itu ialah Hay Thian Sin ni dari Hay In
Am, biara Mega Laut di pulau Poau To San, Laut Selatan Lam
Hay. Karena dia telah menyampaikan kesempurnaan, di dalam
usia tujuh puluh lebih, sekarang wajahnya seperti orang
setengah tua saja. Dia hadir di Kui Hiang Koan ini bukannya
kebetulan saja, dia hanya memenuhi suatu undangan, guna
menemui pemilik hotel yang tersohor itu, si pemilik yang hidup
menyendiri, jago rimba persilatan yang terahasia, yang umum
menyebut saja Bu Lim It Hiap. Mereka hendak membicarakan
soal suasana penting dunia rimba persilatan, perihal ancaman
berbahaya bagai kaum lurus. Karena ia kebetulan berada di
hotel, ia jadi menghadiri pertemuan para penghuni hotel itu.
Ia bermata jeli, ia melihat kepolosannya Ya Bie.
"Nona, tahukah kau siapa si pelepas api itu ?" tanyanya
pula kemudian, lembut.
Ciok Peng dan Liok Cim sementara itu berdiam saja. Hati
mereka kurang nyaman. Di luar sangkaan, mereka
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
menghadapi seorang bocah muridnya si jago kesohor dari
Cenglo ciang.
Ya Bie menggeleng kepala.
"Aku tidak tahu" sahutnya singkat. "Aku hanya tengah
mencari kakak Hiong ku itu !"
Dan ia menunjuk kepada Hong Kun.
Hay Thian Sin Ni mengangguk
"Apakah nama lengkap kakak Hiong mu itu ?" tanyanya
pula.
Mukanya si nona menjadi merah. Dia likat sekali. Tapi
matanya membelalak.
"Dialah Tio It Hiong...." sahutnya.
Hay Thian Sin Ni telah melihat Hong Kon. Pemuda itu masih
meninggalkan bekas-bekas terbakar pada rambut dan
pakaiannya. Lalu dia kata pada si nona : "Kakak Hiong mu itu
telah melepas api, kenapa kau masih membelai dia ? Kau tahu
atau tidak bahwa dengan begini kau telah merusak nama
gurumu ?"
Hong Kun sementara itu sudah sadar separuhnya. Obatnya
Peng Mo membuat pengaruhnya Thay Siang Hoan Hun Tan
punah sebagiannya. Karena tenaga ingatan taknya tak murni
sewaktu dia sehat seluruhnya. Dia seperti mengerti hal yang
lagi diperbincangkan itu itu, lantas dia mengingat-ingat
terutama halnya dia bersembunyi diatas tenda kereta. Justru
berpikir itu, dia menoleh kepada Ciu Tong, mendadak dia
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
berludah : "Cis ! Dia, dia ! Itulah dia !" Dan ia menunjuk pada
jago Hek Keng To itu, suaranya berhenti secara tiba-tiba.
Tiba-tiba tangan kanannya Hay Thian Sin Ni diangkat, terus
dilancarkan ke arah Ciu Tong dan Couw Kong Put Lo. Dengan
demikian ia melakukan penyerangan dengan ilmu "Kek Kiong
Tiam hoat," terhadap dua orang itu.
Dengan mendadak itu dua-dua Couw Kong Put Lo dan Ciu
Tong pada mengeluarkan nafas lega. Sedetik itu juga, mereka
sadar dan pulih ingatannya. Maka itu mengertilah mereka
akan lihainya si pendeta perempuan hingga di dalam sekejap
lenyaplah penasaran dan dongkolnya.
Ya Bie sebaliknya, menarik ujung bajunya Hong Kun. Dia
tak sabaran.
"Kakak Hiong, bicaralah !" katanya. "Kakak kenapa kau
diam saja ?"
Pikirannya Hong Kun kacar tapi suaranya si nona
membuatnya sadar, hatinya terus goncang. Atas kata-kata si
nona, ia lantas berkata : "Menurut apa yang aku yang muda
ketahui tidak ada orang yang sengaja membakar istal itu,
cuma benda yang ditaruh didalam keretanya saudara itu
menyala sendiri....."
Ciu Tong adalah orang yang ditunjuk Hong Kun. Dia kaget
dan menjadi gusar sekali. Maka dia berteriak : "Apakah kau
bocah yang membakar barang berharga itu ? Jika kau tidak
bicara dengan terus terang awas ! Kau harus mengganti
dengan jiwamu !"
Ciok Peng puas menyaksikan pembicaraan dua orang itu. Ia
mulai dapat menduga-duganya hal! Maka ia tertawa, terus ia
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
kata manis : "Kita semua ada orang-orang Kang Ouw,
sahabat-sahabat satu dengan lain ! Nah, silahkan duduk
supaya kita dapat bicara secara tenang !"
Dengan satu tepukan tangan Koay To membikin dua
berseragam hitam datang dengan beberapa buah kursi,
dengan begitu dia jadi mengundang Hong Kun beramai
berduduk bersama-sama.
Hong Kun masih berfikir keras, ia belum juga sadar
seluruhnya, tetapi ia ingat ingin membersihkan diri dari
tuduhan membakar istal, ada yang ia lupa waktu ia
memberikan penuturannya terlebih jauh.
Ciu Tong heran mendapat tahu barang penting yang ia
bawa itu dapat menyala sendiri. Ia melongo, memang ia
membawa itu dengan keretanya tetapi itulah barang titipannya
Im Ciu It Mo, tak berani ia membukanya, hingga ia tak tahu
juga rahasianya seperti keterangannya Hong Kun itu.
Kemudian ia ingat halnya ia sudah makan obat beracun dari
Tok Mo, bahwa setiap bula ia mesti makan obat pemunahnya,
atau kalau tidak, katanya ia bisa mati dengan tubuhnya bakal
rusan dan lodoh, darahnya bakal menjadi tanha, akan
akhirnya tinggallah kerangka atau tulang belulangnya. Bahwa
ia telah tiba di Kanglam ini, itulah sebab ia terpikat Peng Mo
hingga ia berniat berfoya-foya beberapa hari dengan nikouw
itu, sesudah itu baru ia melanjuti perjalanannya ke Hek Sek
San, siapa tahu urusan berupa sepeti onar besar ini ! Ia
menjadi bingung. Ia pikir kalau pulang ke Hek Sek San ia
bakal mati juga ! Maka ia duduk menjublak saja.......
Lewat sesaat Couw Kong Put Lo bangkit. Kata dia :
"Sekarang sudah terang sebab musababnya kebakaran,
perkenankanlah aku si orang tua memohon diri !" Ia bicara
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
terhadap tuan rumah tetapi ia melirik pada Peng Mo habis itu
ia bertindak ke pintu ruang besar itu.
Peng Mo masih memberati Hong Kun, sebenarnya belum
ada niatnya meninggalkan pemuda itu, akan tetapi keadaan
sekarang lain, terpaksa ia melegakan hatinya. Ia memang
harus segera berlalu dari Kui Hiang Koan. Maka itu ia berlalu
dengan mengikuti Couw Kong Put Lo, hanya selagi mau
memutar tubuh, ia melirik dahulu kepada si anak muda yang
ia gilai itu.
Semua hadirin lainnya menganggap urusan sudah beres,
satu demi satu mereka memohon diri meninggalkan ruang
besar itu.
Hay Thian Sin Ni diam-diam berkata dengan Ciok Peng :
"Hong Gwa Sam Mo muncul sendiri, sekarang dia agaknya
bersekongkol dengan orang yang menyamar sebagai Tok Mo
itu, mungkin ada maksudnya yang tertentu mereka datang
kesini........"
Ciok Peng terkejut.
"Su thay menganggap dia Tok Mo sendiri ?" sahutnya.
"Betul !" sahut sang nikouw. "Dialah si palsu !"
Ketika itu Ciu Tong merasakan seluruh tubuhnya kejang.
Lekas sekali keluar darah dari mulut, hidung. mata dan
telinganya. Darah hidup dan mukanya perlahan-lahan berubah
menjadi pucat kebiru-biruan.........
"Lihat ! Lihat !" berseru See Sie yang paling dulu melihat
keadaan tamu hotelnya itu yang dia tunjuk.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Semua orang heran.
Hay Thian Sin Ni segera menghampiri untuk melihat
dengan teliti muka orang serta darahnya yang mengalir keluar
itu, ia lantas menghela nafas dan kata : "Sicu ini mungkin
telah terkena racunnya Tok Mo palsu itu..... Jangan sentuh
padanya !"
Begitu tangannya berkelebat nikouw dari Lam Hay ini telah
mengeluarkan sebuah peles batu gemala dari dalam dimana ia
menuang semacam bubuk dengan jeriji tanganya, ia cipratkan
itu ke tubuhnya jago Hek Keng To itu, kepada tempat-tempat
yang mengeluarkan darah.
Selagi Ciu Tong diobati itu, mendadak dari luar Toa thia
terdengar siulan nyaring dan lama yang suaranya dapat
menggoncangkan hati. Ketika Hong Kun mendengar suara
aneh dan dahsyat itu, bagaikan orang sadar mendadak dia
berlompat sambil mencabut pedangnya, terus dia menyerang
Ciok Peng serta beberapa orang didekatnya Koay To !
Hebat serangan itu, walaupun dia lihai Ciok Peng toh kaget.
Hanya sebelum pinggangnya kena terbabat kutung maka
Trang ! Terdengar suara nyaring, tahu-tahu pedang itu sudah
terlepas dan jatuh di lantai !
Berbareng dengan itu terdengar pula suara aneh dan
dahsyat tadi. Hong Kun bagaikan disihir, dia berlompat dan
lari keluar ruang.
Hay Thian Sin Ni menyaksikan kejadian itu, dia
mengebutkan kebutannya seraya berkata : "Itulah ilmu
gaib......" Tapi belum berhenti suaranya itu, satu bayangan
orang sudah berkelebat dihadapannya, sebatang pedang
terbulang balingkan hingga mendatangkan hawa dingin yang
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
menggigilkan tubuh. Kilauannya pedang pun membikin
bayangan tak tampak tegas.
Ciok Peng semua kaget dan mundur, Hay Thian Sin Ni tidak
menjadi terkecuali tetapi Sin Ni mundur buat segera maju
pula, tangannya mengebut dengan kebutannya yang halus
dan lembut itu, yang sebaliknya mendadak kaku sebagai
tombak menghadang pedang itu !
Di dalam sekejap, pedang yang menyerang itu telah terlilit
kebutannya Sin Ni. Dengan begitu tampaklah pemiliknya
seorang nona yang cantik, tangan kirinya mengempit Ciu
Tong, tangan kanannya mencoba menarik buat meloloskan
pedangnya itu. Dia menggunakan jurus silat "Lek Poat Tay
San, Mencabut Gunung Tay San".
Hay Thian Sin Ni lantas mengenali Cio Kiauw In yang
matanya terbuka lebar tetapi mulutnya bungkam.
"Ah !" mengeluh pendeta itu terharu. Ia lantas melepaskan
libatan kebutannya pada pedangnya si nona, ia mundur satu
tindak.
Kiauw In tidak melihat siapa juga, dia menarik pedangnya
dan pergi berlalu !
Tiba-tiba terdengar pula satu suara nyaring, suara siulan
mulut. Siulan itu dimulai dengan panjang diakhiri dengan dua
yang pendek. Kapan Kiauw In mendengar itu, dia
menghentikan langkah di ambang pintu besar, dia berdiri
sebentar, dia melihat ke kiri dan kanan lalu terus dia
berlompat kembali !
Itulah Ya Bie yang menggunakan "Hoan Kak Bie Ciu" yang
lihai, membuat matanya Nona Cio bimbang hingga dia melihat
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
pintu besar itu seperti jurang yang penuh dengan kabut
hingga tak tampak jalanannya. Dia melihat ke sekitarnya, dia
bingung sekali.
Ya Bie tertawa habis ia menggunakan ilmunya itu, setelah
itu ia bersiul, menitahkan So Hua Cian Li maju membentur
pinggang kirinya Kiauw In, setelah mana dia roboh sendirinya.
Nona Cio terhuyung-huyung beberapa tindak, Ciu Tong
lepas dari kempitannya. Dia kaget, dia melihat kepada Ciu
Tong. Kiranya jago Hek Keng To itu lagi rebah disisinya.
Lekas-lekas dia menjemputnya buat dikempit kembali. Hanya
itu dia tidak tahu yang mau dia tolongi itu bukan Ciu Tong
sejati, hanya si orang utan !
Hay Thian Sie Ni menyaksikan peristiwa itu, dia memuji :
"Buddha Maha Pemurah. Nona, ilmu sihirmu lihai sekali tetapi
tak dapat kau membantu Ciu Tong ! Dia telah terkena
racunnya Im Ciu It Mo ! Dia telah membakar Kui Hiang Koan !
Biarkanlah mereka pergi !"
Lagi-lagi terdengar suara aneh dan dahsyat tadi datangnya
ke Toa thia bagaikan kilat cepatnya. Hanya kali ini di dalam
ruang yang besar itu sudah lantas tambah seorang yang
berbaju kuning dan rambutnya kusut awut-awutan, yang
matanya tajam, bengis luar biasa dan tangannya mencekal
sebatang tongkat panjang. Dialah seorang nenek-nenek yang
berdiri tegak.
Kiauw In mendengar siulan itu, mendadak dia lari ke sisinya
si nenek. Nampaknya dia seperti orang baru mendusin dari
tidur nyenyaknya. Si orang utan yang dikempitnya dia
haturkan kepada nenek itu.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Itulah Im Ciu It Mo si nenek lihai, hanya karena di Ngo Tay
San dia kalah bertempur ilmu tenaga dalam dari Pie Sie Siansu
maka perlu dia lekas-lekas pulang ke Hek Sek San untuk
beristirahat sambil mengobati diri, tetapi justru dia lagi
beristirahat ada orangnya yang mengabarkan bahwa kereta
barang yang dikendarai Ciu Tong telah menukar haluan, sudah
menuju ke Kang Lam, maka dia kaget. Terpaksa dengan
masih belum sembuh dia pergi menyusul dengan dia
mengajak Kiauw In. Di sepanjang jalan, dia mencari
keterangan sampai dia mendengar keretanya singgai di Kui
Hiang Koan.
Sebagai orang lihai Im Ciu It Mo ketahui siapa pemilik sejati
dari rumah penginapan yang tersohor itu ialah musuh besar
dari kaum sesat, maka ia kuatir Ciu Tong tak dapat lebih jauh
oleh racunnya hingga benda pentingnya itu dibawa si orang
she Ciu ke Kui Hiang Koan. Hanya dia menerka keliru, Ciu
Tong bukan berkhianat, hanya dia lalai disebabkan urusan
asmara.
Im Ciu It Mo sangat membenci Ciu Tong, dia puas yang
Kiauw In menyerahkannya kepadanya, akan tetapi sesudah
mengawasi sekian lama dia kaget dan menjadi gusar sekali.
Dia mendapati bukannya si penghianat atau pendurhaka,
hanya seekor orang utan. Maka sambil menggertak gigi, dia
menyerang dengan pukulan mautnya, Tauw lo ciang !
Hay Thian Sin Ni menyaksikan itu. Ia menyerukan sang
Buddha, seraya terus berkata : "Sicu, binatang itu tidak
bersalah dosa, kau berlakulah murah hati terhadapnya !" Dan
ia mengulur tangannya yang kanan buat terus ditarik pulang.
Karena itulah jurus silat "Ciat Im To Yang, Menyambut Im,
Memimpin Yang" (Im dan Yang ialah wanita dan pria, atau
negatif dan positif). Maka itu tubuhnya So Han Cian Li telah
terlindungkan.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Serangan kematian dari Im Ciu It Mo meleset mengenai
batu, maka hancurlah batu itu yang terbang berhamburan dan
lantai pun melesak dalam !
Sementara itu Ya Bie terkejut. Dia tidak kenal wanita itu
yang matanya tajam sekali, dia gugup. Hingga sendirinya
runtuhlah ilmu sihirnya yang biasa dipakai mengabur mata
orang ! Itulah sebabnya kenapa si orang utan berubah
sendirinya menjadi asalnya hingga Im Cio It Mo mendapati dia
terpedayakan dan murka karenanya. Karena ia kuatir binatang
piaraannya itu bercelaka, sempat ia menetapkan hatinya,
terus ia memperdengarkan siulannya untuk menggunakan Sin
Kut Kang, ilmu memperciut tubuh sendiri, dengan begitu
tubuh besar So Han Cian Li seperti manusia berubah kecil
seperti anak kera. Karena ini ilmunya itu dapat bekerja
berbareng dengan ilmunya Hay Thian Sin Ni hingga gagallah
serangannya si nenek.
So Hun Cian Li pun cerdas, dengan tubuhnya itu berubah
menjadi kecil, dia berontak melepaskan diri dari cekalannya
Kiauw In, dia berlompat minggir untuk terus lari ke sisinya Ya
Bie buat berPekik berulang-ulang.
Im Ciu It Mo berdiri melongo, dia heran yang pukulan
mautnya itu tidak memberikan hasil seperti kehendaknya. Dia
pun mendongkol sekali. Segera dia melihat kepada semua
orang di depannya. Hatinya tercekat, selekasnya dia
mengenali Hay Thian Sin Ni, Koay To Ciok Peng dan Bu Eng
Thung Liok Cim, semua orang Kang Ouw kenamaan. Cuma Ya
Bie, si nona yang memegangi ular ditangannya yang
didampingi si orang utan, sangat asing baginya tetapi sebab si
nona pandai ilmu Hoan Kak Bie Ciu dan Sin Kut Kang, ia
menerka orang mesti ada hubungannya dengan Kip Hiat Hong
Mo Touw Hwe Jie !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Biasanya Im Ciu It Mo tidak kenal kepuasan, tak suka dia
mengalah kalau dia belum mendapatkan atau mencapai
sesuatu keinginannya, tidak mau dia sudah saja. Kali ini dia
gusar sekali. Mesti Ya Bie dibekuk dan dihajar. Tetapi dia
sekarang lagi terluka di dalam, terpaksa mesti dia menyabari
diri. Di dalamnya pula ada Hay Thian Sin Ni yang tak dapat
dibuat permainan. Maka dia menghela nafas, dia mengekang
amarahnya. Kemudian dia mengawasi Ciu Tong yang rebah
dilantai tanpa berkutik. Lantas dia mengibasi tangan pada
Kiauw In.
Itulah isyarat supaya Nona Cio menjemput Ciu Tong buat
dibawa pergi dan Kiauw In segera bekerja dengan menurut
perintah. Hanya belum lagi ia mengangkat kaki, Ciok Peng
mendahuluinya lompat ke depan Im Ciu It Mo untuk memberi
hormat seraya berkata sabar : "Locianpwe, aku mohon supaya
locianpwe sudi memberi muka padaku agar locianpwe tidak
merusak aturan penginapan kami dengan sesukanya saja
menangkap dan membawa orang pergi dari sini !"
Im Ciu It Mo mengawasi tajam.
"Hm !" dia perdengarkan suara dinginnya. "Apakah ini
namanya aku si perempuan tua merusak aturan hotelmu ini,
kalau aku datang membekuk orang yang berkhianat kepadaku
buat aku membawanya pulang guna dihukum ?"
Ciok Peng terus berlaku merendah. Kata dia hormat :
"Aturan penginapan kami ini sudah diadakan sejak tiga puluh
tahun yang lampau, maka itu locianpwe sebagai seorang
tertua pasti telah mengetahuinya......"
Mendengar suara orang itu, tiba-tiba Im Ciu It Mo ingat
kepada Kang Ouw In Hiap, si pemilik terahasia dari Kui Hiang
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Koan. Maka ia lantas berpikir keras. Ia pun ingat pula akan
luka tubuhnya bagian dalam. Maka mau tidak mau ia mesti
mengendalikan dirinya. Tapi ia tertawa dingin ketika ia
membuka mulutnya.
"Saudara Ciok". katanya. "Habis sekarang kau menghendaki
aku si nenek tua bagaimana harus bertindak ?" Dengan katakatanya
ini masih dia mengharap agar Koay To suka mengalah
terhadapnya.
Ciok peng tertawa. Jawabnya : "Kami minta locianpwe suka
menyerahkan orang she Ciu ini kepada kami buat itu kami
sangat berterima kasih !"
Parasnya si nenek menjadi sangat suaram, sinar matanya
berjilatan tak hentinya. Lewat sejenak dia menoleh kepada Cio
Kiauw In seraya berkata : "Kau lepaskan murid durhaka itu !
Mari kita pergi !"
Kiauw In menurut, dia meletakkan tubuhnya Ciu Tong
dilantai, tapi baru saja dia melepaskan tangannya, mendadak
Im Ciu It Mo meluncurkan tangannya terhadap orang she Ciu
itu, hingga terdengar jeritannya yang tertahan, terus tubuhnya
bergulingan beberapa kali.
Menyusul itu dua sosok bayangan orang melesar keluar dari
pintu besar itu !
See Sie terkejut, dia berseru, dia lompat mengejar, terus
terdengar bentakannya berulang-ulang, hanya suaranya makin
lama makin jauh, sampai lenyap sendirinya.......
Ya Bie menarik So Hun Cian Li, buat diajak pergi
menyusul......
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Melihat demikian, Hay Thian Sin Ni kata pada Ciok Peng
dan Lik Cim : "Mereka berdua bukan lawan dari Im Ciu It Mo.
Hendak pinni pergi menyambut mereka !"
Dan pendeta wanita ini lenyap dari ruang besar penutupnya
suaranya itu.
Kita sekarang hendak melihat dahulu kepada Bu Kie si
pendeta Siauw Lim Sie yang sebab keliru mengenali Hong Kun
sebagai It Hiong sudah menyusul ke Kui Hiang Koan tetapi
kena diserang dengan totokan kosong hingga diapun digiring
ke Toa thia dari hotel itu. Waktu Hay Thian Sin Ni
membebaskan Couw Kong Put Lo dan Ciu Tong dari totokan
istimewa itu, dia turut terbebaskan karena dia sekalian kena
terseret. Setelah itu, dia terus berdiam saja sebab dia ingin
menyaksikan si Tio It Hiong palsu. Dia pun berdiam saja sebab
dia sengaja supaya Ciok Peng tidak memperhatikannya, tetapi
sekaburnya Gak Hong Kun diam-diam dia pergi menyusul.
Sementara itu Im Ciu It Mo yang bersama Cio Kiauw In
keluar dari hotel menyangka Hong Kun bakal menantinya di
luar hotel itu. Menurut ia Hong Kun belum bebas dari
pengaruh obatnya yang lihai itu. Bukankah tadi Hong Kun
terkejut mendengar siulannya yang dahsyat ? Tapi setibanya
diluar, ia menjadi heran. Ia melihat kelilingan, Hong Kun tak
ada ! Ia pula tidak mendengar suara pertempuran apa-apa.
Karena ini ia menerka tentulah Hong Kun pergi menyingkirkan
diri ke belakang hotel, ke dalam rimba. Maka tak ayal lagi,
sambil memberi isyarat kepada Kiauw In supaya si nona
mengikutinya lari ke belakang hotel itu.
Di belakang rimba itu ada sebuah lotengnya yang banyak
batunya serta pohon-pohon yang katai, yang terkurung
pegunungan yang berlugat lagot, yang puncaknya tinggi.
Kesana Im Ciu It Mo menuju. Sekalian mencari Hong Kun, ia
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
perlu menyingkir dari wilayah hotel. Ia tak sudi ada yang
menyusulnya.
Jilid 52
Im Ciu It Mo mempunyai kepandaian ringan tubuh yang
lihai tetapi sekarang dia tak berani menggunakan itu
sekehendak hatinya. Luka di dalam melarang ia memakai
tenaga keterlaluan. Karenanya, ia lari kurang cepat, bahkan
perlahan. Di situ dia membelok ke sebuah tikungan hingga dia
lantas melihat cahaya pedang berkilauan sebab beberapa
orang tengah bertarung. Dengan mengajak Kiauw In, dia
lekas-lekas pergi ke sana. Baru jarak empat tombak, ia sudah
melihat tegas It Hiong tengah menempur Hong Gwa Sam Mo.
Ia pun lantas menjadi heran. Ia mendapat ilmu pedang It
Hiong lain dari biasanya selama dia terkekang obatnya,
sekarang ini It Hiong luar biasa lincah dan sinar matanya
sangat bercahaya. Dia lantas maju lebih dekat, hingga
timbullah rasa herannya. Ia menampak seorang Tio It Hiong
yang lainnya, yang lagi rebah ditanah dan disisi It Hiong ini
berdiri seorang pendeta dengan jubah kuning. Si pendeta
agaknya lagi menjagai It Hiong yang rebah itu.
Sama sekali Im Ciu It Mo belum pernah melihat Tio It
Hiong, ia cuma mengenal Gak Hong Kun yang menyamar
menjadi pemuda she Tio itu, tak heran kalau ia tak mengerti
kenapa sekarang ada dua Tio It Hiong dengan yang satu lagi
berkelahi, yang lainnya sedang rebah tak berdaya. Ia tua dan
berpengalaman, toh tak dapat ia memikir hal aneh itu ! Yang
mana It Hiong yang telah makan obatnya ? Maka ia berdiri
diam memandang ke depannya itu.
Kiauw In sebaliknya. Ia melihat dua Tio It Hiong itu,
mendadak ia berseru dan tubuhnya digeraki maju untuk
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
berlompat, atau segera It Mo menahannya, menarik ia
kembali.
Hal yang sebenarnya ialah yang lagi bertempur itu Tio It
Hiong dan yang rebah adalah Gak Hong Kun dan It Hiong
tengah dikepung oleh Hong Gwa Sam Mo. Walaupun
demikian, pemuda kita itu segera mendapat lihat tibanya Im
Ciu It Mo. Ia tidak kenal si nenek tetapi ia menyangka orang
adalah kaum sesat dan mungkin konco atau kenalannya Sam
Mo. Ia menempur Sam Mo guna mencegah Hong Kun nanti
dilarikan Peng Mo. Maka itu melihat ada orang datang, ia
memikir tak dapat ia berkelahi lebih lama pula. Di saat ia
henda menggunakan satu jurus istimewa dari ilmu pedangnya,
mendadak ia melihat seorang nona muncul dari belakang si
nenek, malah ia segera mengenali Kiauw In, tunangannya itu.
Tiba-tiba saja hatinya tergetal. Inilah sebab ia heran sekali.
Kenapa Kiauw In ada bersama si nenek ? Hingga ia mau
menerka, mungkinkah ada dua Kiauw In seperti ada dua It
Hiong ? Dan kenapa si nona tiu agaknya menjadi bodoh ?
Kenapa melihat dia, nona itu berdiam saja ?
Segera It Hiong memikir buat mencari kepastiannya.
Lantaran ini, ia mendongkol yang Sam Mo terus
mengurungnya. Tiba-tiba saja timbul semangatnya. Lantas ia
menggunakan "Samhong Sauw Hoat" atau "Angin puyuh
menyapu salju", salah satu jurus istimewa dari ilmu pedang
Khiebun Patkwa Kiam. Dengan memutar pedangnya, ia paksa
Sam Mo mundur dengan kaget. Dengan begitu juga, ia
mendapat peluang waktu, hingga ketika ia mencelat dengan
menggunakan ilmu pedang meluncur Gie Kiam Sut, di dalam
satu detik tiba sudah dia di depannya Kiauw In.
"Kakak !" Ia lantas memanggil.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Nona Cio terus berdiri diam, cuma matanya mengawasi
saja.
It Hiong heran dan menjadi bercuriga karenanya. Ia
menjadi bersangsi.
"Kakak !" panggilnya pula. "Kakak Kiauw In !" Ia pun maju
mendekati, guna mengulurkan tangannya mencekal tangan si
nona.
Di saat itu, hatinya It Hiong tergerak luar biasa.
Justru tangannya si anak muda diulur itu, justru ada satu
bayangan hitam yang menghajarnya, maka terkejutlah ia. Tapi
ia tak menjadi bingung. Dengan satu gerakan "Wan Te Hoan
In - Di bawah Lengan Membalik Mega", ia memutar
tangannya, berkelit dari serangan sambil berbareng mencekal
tongkat itu !
Penyerangan itu ialah penyerangannya Im Ciu It Mo, sebab
tak dapat dia mengijinkan orang meraba Kiauw In. Bukan
main herannya dia tatkala dia mendapat serangannya itu
gagal, bahkan sebaliknya ujung tongkatnya kena orang
tangkap. Dia justru menggunakan pukulan "Tauw Lo Thunghoat"
yang istimewa ! Maka luar biasalah herannya sebab dia
menyangka "Gak Hong Kun" menjadi sedemikian
lihainya.........
Habis menangkap tongkatnya si nenek lihai, It Hiong tadi
bertindak terlebih jauh. Ia justru berdiam, mendelong
mengawasi Kiauw In, yang pun tetap berdiam saja.
Juga Im Ciu It Mo berdiam sebab kagum dan herannya
buat si anak muda yang lihai itu, hingga ketiga pihak jadi
sama-sama tak berkutik......
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Sementara itu berdatanganlah beberapa orang lain. Itulah
Hay Thian Sin Ni bersama Ya Bie dan So Hun Cian Li si orang
utan raksasa.
Selekasnya Ya Bie melihat It Hiong, girangnya luar biasa.
Tidak waktu lagi, ia berkaok-kaok : "Kakak Hiong ! Kakak
Hiong !" Terus ia lari menghampiri. Akan tetapi, setelah ia
datang dekat, ia melengak sebab ia melihat ditanah ada satu
Tio It Hiong lainnya yang lagi rebah menggeletak ! Maka
berhentilah ia dengan teriakannya, dengan langkahnya, terus
ia menggunakan sapu tangannya mengucak-ucak matanya
karena ia mengira matanya itu lamur !
Hong Gwa Sam Mo juga berdiri menjublak setelah mereka
ditinggalkan It Hiong, sedangkan sebenarnya itulah
kesempatan mereka buat membawa kabur pada It Hiong yang
lagi rebah itu. Itulah disebabkan mereka pun heran akan
adanya dua It Hiong !
Peng Mo heran sekali. It Hiong yang ditempur ia bertiga
berilmu silat luar biasa lihai, beda daripada It Hiong yang
dirobohkannya dengan ditotok oleh Hiat Mo, kakak
seperguruannya. Bahkan melihat It Hiong, hatinya jadi
semakin tertarik. It Hiong lebih menggiurkan hatinya....
Im Ciu It Mo melihat tibanya Hay Thian Sin Ni, ia melirik
dan terus mengawasi dengan tampang gusar. Segera
terdengar tawa dinginnya, disusul dengan tegurannya : "Eh,
nikouw tua. Setelah kau berhasil dengan usahamu, sudah
selayaknya kau memalingkan mukamu dan pergi ! Bukankah
aku si wanita tua telah mengalah terhadapmu ? Sekarang kau
datang pula ke sini, apakah maumu?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Kapan It Hiong mendengar suaranya Im Ciu It Mo itu,
segera ia menoleh kepada Hay Thian Sin Ni. Sebenarnya ia
tidak kenal It Mo dan Sin Ni dan yang lain-lainnya lagi. Yang ia
kenal cuma Ya Bie bersama Hong Kun yang memalsukan
dirinya itu. Tentu saja, ia pun gelap mengenai segala peristiwa
di Kui Hiang Koan. Demikianlah ia berdiam saja, melainkan ia
menoleh kepada Hay Thian Sin Ni.
Nikouw tua itu tidak menjawab Im Ciu It Mo, sebaliknya ia
mengawasi It Hiong.
"Sicu, sudikah sicu memberitahukan nama besarmu padaku
?" demikian ia tanya.
Sampai disitu It Hiong melepaskan ujung tongkatnya Im
Ciu It Mo yang ia cekal terus sekian lama, ia memutar tubuh
akan menghadapi pendeta yang menyapanya itu, dengan air
muka terang ia menjawab : "Aku yang muda ialah Tio It Hiong
dari Pay In Nia ! Su-thay, dapatkah aku yang muda
menanyakan gelaran suci dari su-thay ?"
Hay Thian Sin Ni bersenyum. Ia menjawab cepat.
"Pinni ialah Hay Thian" sahutnya. "Kiranya sicu adalah
murid pandai dari sahabatku Tek Cio Toya ! Kau lihai sekali,
sicu. Sungguh, melihat padamu melebihkan daripada
pendengaran belaka!"
Mendengar pembicaraannya kedua orang itu Ya Bie lantas
saja menyela : "Kaulah Kakak Hiong dari Pay In Nia ! Habis
orang itu, siapakah dia ?" Dan dia menunjuk Hong Kun yang
tak berdaya itu. Dia pula menunjuki tampang sangat heran.
Si nona menunjuk kepada Hong Kun, tunjukannya itu
diterima So Hun Cian Li dengan salah tafsir.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Mendadak saja si orang utan berlompat kepada Hong Kun,
tubuh siapa disambar dan diangkat, dibawa kehadapan
nonanya, dibanting ke tanah !
Hong Kun ditotok Hiat Mo pada jalan darahnya yang
disebut tay-meh, ketika dia digbaruki si orang utan, jalan
darahnya itu terkena batu, maka dengan sendirinya dia bebas.
Lantas saja dia mengeluarkan nafas panjang, sesudah mana
dia berjingkrak bangun. Ketika dia menoleh kepada It Hiong,
dia berdiri melongo. Agaknya dia seperti mengenali anak
muda itu....
Selagi semua orang itu berdiam, mendadak saja Im Ciu It
Mo memperdengarkan suara dahsyat yang biasa, siulan yang
menggoncangkan hatinya Kiauw In dan Hong Kun. Habis itu,
dia berlompat lari, untuk menghilang kedalam rimba diatas
gunung. Selekasnya dia kabur itu, Kiauw In dan Hong Kun lari
menyusul !
It Hiong dan Ya Bie terperanjat saking herannya, keduanya
bergerak untuk mengejar.
"Sicu berdua, tahan !" seru Hay Thian Sin Ni mencegah.
It Hiong sudah berlompat sejauh satu tombak, dia berhenti
dan berbalik. Ya Bie, seperti dijanji atau diperintah, turut
kembali juga.
Hay Thian Sin Ni berpaling kepada Hong Gwa Sam Mo, kata
dia sabar : "Toyu bertiga, persilakan ! Disini sudah tidak ada
urusan kalian !"
Suara itu halus tetapi nadanya menyuruh pergi !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Hong Gwa Sam Mo baru saja menempur It Hiong, mereka
bertiga tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa terhadap
anak muda itu, mereka tak puas tapi mereka tak berdaya. Hiat
Mo dan Tam Mo saling mengawasi,lantas mereka memutar
tubuh, buat berjalan pergi. Peng Mo sebaliknya, si Bajingan Es
masih memberati It Hiong, dia hendak diam saja.
"Sumoay !" Hiat Mo Hweshio memanggil. "Sumoay, mari
kita pergi !"
Bu Kie berada diantara mereka, sejak tadi dia terus
membungkam, dia cuma menonton, akan tetapi menyaksikan
tingkahnya Sam Mo dia tertawa dan kata : "Kalau tikus
melihat kuCing tetapi dia tidak mau lantas pergi, dia mau
menunggu sampai kapan lagi ?"
Peng Mo mendelik terhadap pendeta itu, lalu terpaksa dia
mengangkat langkahnya, pergi mengikut kedua kakak
seperguruannya itu.
It Hiong sementara itu memberi hormat kepada Hay Thian
Sin Ni.
"Cianpwe Sin Ni, ada pengajaran apakah dari cianpwe
untukku yang muda ?" tanyanya.
"Ada pembicaraan yang pinni hendak lakukan." sahut
nikouw itu. "Mari kita cari tempat dimana kita dapat bicara
dengan menyenangkan." Dan terus ia bertindak turun gunung.
Bu Kie mendekati It Hiong, yang ia pegang ujung bajunya
sebelum si anak muda mengikuti nikouw itu. Kata dia gembira
: "Tio sicu, kiranya kaulah sicu Tio It Hiong ! Aku si pendeta
kecil, mataku kabur ! Ah, aku harus dihajar !" Dan dia
menyentil kedua telinganya !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
It Hiong menjublak menyaksikan tingkahnya pendeta yang
sarangu-dunguan itu, ia mengawasi, kemudia ia tertawa dan
menanya : "Bapak pendeta, adakah kau dari Siauw Lim Sie ?"
Bu Kie nampak girang sekali.
"Tak salah !" sahutnya mengangguk. "Tak salah, aku yang
muda ialah Bu Kie ! Aku hendak memberitahukan sicu tentang
suatu urusan yang aneh !"
It Hiong heran, dia menatap pendeta itu. Ingin dia
mendengar keterangan si pendeta, tetapi ketika dia menoleh,
Hay Thian Sin Ni sudah berjalan terus dan berhenti ditengah
jalan di depannya sebuah jurang dangkal. Nikouw itu lagi
bicara dengan seorang muda tetapi ia agaknya tengah
manantikannya.
"Bapak pendeta." katanya. "Kalau ada urusan, tak dapatkah
kita bicara sambil berjalan ?" ia tanya si pendeta kepada siapa
ia berpaling. Namun, tanpa menanti jawaban lagi, ia menarik
ujung jubah orang untuk diajak jalan bersama hingga mereka
berdua menjadi jalan berendeng.
Ya Bie bersama si orang utan jalan mengikuti si anak muda
itu.
Sambil berjalan, Bu Kie menuturkan segala sesuatu yang
dia lihat di kuil Gwan Sek Sie digunung Ngo Tay San. Kemudia
ia tertawa dan menambahkan : "Syukur Sang Buddha kami
amat bijaksana. Dia membuat hari itu aku bertemu denganmu,
Tio Sicu ! Maka tercapailah maksud hatiku !"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Rupanya si pendeta merasa puas luar biasa disebabkan dia
sudah melakukan sesuatu yang sangat menggirangkannya, dia
tertawa dan terus bersenyum berseri-seri.
It Hiong sebaliknya. Walaupun ia senang mendengar
penuturan si biksu, ia toh masgul. Kalau Gak Hong Kun kena
diracuni Im Ciu It Mo hingga ingatannya menjadi terganggu,
mungkin sekali Kiauw In pun diperlakukan demikian. Jadi, tadi
itu, wanita yang berada disisinya si nyonya tua bermata
kelabu mesti Kiauw In adanya, dia bukanlah Kiauw In yang
palsu !
Menerka demikian, si anak muda bergidik sendirinya. Kalau
benar, sungguh hebat bagi Kiauw In ! Nona itu harus
dikasihhani ! Dia pasti menderita sekali.
Habis bercerita, Bu Kie tidak memperhatikan anak muda
disisinya. Dia kelelap dalam kepuasannya, seorang diri dia
tertawa saja.
Dilain saat, tiba sudah mereka di depannya Hay Thian Sin
Ni, sejarak lima tombak. Di situ Bu Kie menghadap It Hong
dan kata : "Tio Sicu, semoga kau menjaga dirimu baik-baik !
Ijinkanlah aku meminta diri !" Dan ia bertindak pergi tanpa
menanti jawaban lagi. Dia turun gunung dengan tindakan
lebar.
It Hiong bagaikan sadar mendengar suara si pendeta.
"Bapak guru, tahan !" panggilnya.
Bu Kie kembali.
"Ada pengajaran apakah Tio sicu ?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Apakah bapak mau pulang langsung ke Siauw Lim Sie ?"
tanya si pemuda.
"Benar !" si pendeta mengangguk.
"Kalau begitu, bapak, aku mohon pertolonganmu." kata It
Hiong perlahan. "Di sana dikamar disuci ada kedua nona Pek
Giok Peng dan Tan Hong, tolong bapak....."
Tiba-tiba si anak muda memutuskan kata-katanya itu.
Bu Kie heran hingga ia mengawasi, terus ia menatap.
"Apa itu, sicu ?" tanyanya. "Kenapa sicu tidak bicara terus
?"
It Hiong berpikir, lalu dia menggeleng kepala.
"Sudah, tak usahlah........" katanya kemudian.
Bu Kie menjublak, ia sangat tidak mengerti. Ia pun tak
dapat menerka hati orang.
Hanya sebentar, It Hiong toh berkata juga. Katanya : "Aku
minta bapak sukalah memberitahukan kedua nona itu halnya
aku hendak pergi ke gunung Hek Sek San guna membantu
kakak Cio Kiauw In....."
Niatnya si anak muda ialah meminta Giok Peng dan Tan
Hong menyusulnya, buat membantu padanya atau segera ia
ingat, Siauw Lim Sie pun membutuhkan bantuannya kedua
nona itu, jadi nona-nona itu lebih tepat berdiam terus di Siauw
Lim Sie.
Bu Kie tertawa, alisnya terbangun.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Apakah cuma sebegini pesanmu, sicu ?" tanyanya,
nadanya separoh menggoda. "Kala ada apa-apa yang sukar
dipesan dengan mulut, silahkan sicu tulis surat saja, nanti aku
sampaikan sekalian........"
It Hiong menggeleng kepala.
"Sudah, tidak ada apa-apa lagi." katanya. "Cukup asal
mereka ketahui kemana aku pergi, agar mereka tak membuat
pikiran."
Si anak muda lantas memberi hormat pada pendeta itu,
yang dibalasnya, setelah mana, ia terus menghampiri Hay
Thian Sin Ni.
Ya Bie yang sudah jalan mendahului menyambut si anak
muda. Dia tertawa.
"Kakak Hiong." katanya manis. "Kenapa ada banyak sekali
yang diomongkan dengan bapak pendeta itu ? Cianpwe Sin Ni
sudah melanjuti perjalanannya dan kita disuruh menyusulnya
ke Kui Hiang Koan. Nah, mari kita lekas pergi !"
It Hiong tidak mencintai Ya Bie tetapi gerak gerik si nona
yang manis dan wajar mendatangkan kesan baiknya. Pula,
mengingat pertolongannya Kip Hiat Hong Mo terhadapnya, Ya
Bie terhitung juga saudari seperguruannya. Maka ia mau
memandang nona itu sebagai adiknya.
"Apakah Sin Ni sendiri yang menitahkan adik
menyampaikan pesannya ini padaku ?" tanya ia bersenyum,
kemudian mengusap-usap rambut yang bagus dari nona itu.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Bukan kepalang girangnya Ya Bie mendapat perlakuan
lemah lembut dari It Hiong ini. Dengan sebenarnya ia
mencintai anak muda itu hingga ia berani secara diam-diam
meninggalkan Cianglo ciang, guna mencari padanya. Ia gagah
tetapi ia hijau dalam pengalaman. Maka ia tetap bersikap
polos. Ia girang sekali yang hari itu ia dapat menemui It
Hiong, malah si anak muda telah mengusap-usap rambutnya
itu. Ia merasai manis sekali hingga air mukanya bercahaya
dengan senyumnya berulang-ulang. Ia pun nampak seperti
tambah cantik dan manis !
Lalu bertiga mereka mempercepat langkahnya guna
menyusul Hay Thian Sin Ni. Ya Bie memegangi ujung bajunya
It Hiong hingga berdua mereka menjadi jalan berendeng. So
Hun Cian Li berlari-lari mengintil di belakangnya muda mudi
itu.
Tanpa merasa It Hiong tertawa menyaksikan nona disisinya
masih saja bersenyum berseri-seri, hingga wajahnya menjadi
ramai sekali.
"Adik, kapannya kau turun gunung ?" tanyanya kemudian.
"Apakah Touw Locianpwe gurumu itu baik-baik saja ?"
Ya Bie bersenyum menatap si anak muda. "Aku turun
gunung diluar tahunya guru." sahutnya terus terang. "Aku
turun gunung buat mencari kau, Kakak Hiong. Entah sudah
berapa bulan aku merantau, entah berapa banyak lie telah aku
lalui, banyak tempat yang aku telah pergikan, bahkan aku
telah menemui orang busuk....."
It Hiong memotong kata-kata orang, karena si nona
menyerocos terus.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Kenapa kau demikian bercapek lelah mencari aku, adik ?"
demikian selanya. "Kenapa buat turun gunung kau sampai
berlaku secara diam-diam hingga kau mendustai gurumu ?"
Mukanya si nona menjadi merah. Ia polos, ia merasa malu
sendirinya. Ia jengah. Toh ia menjawab.
"Aku suka pada kau, Kakak Hiong !" begitu jawabnya polos.
"Karenanya aku mau mencari kau!"
Hatinya It Hiong tergetar. Kembali lakon asmara. Kembali
ada seorang nona yang tergila-gila terhadapnya. Maka ia
berpikir : "Apakah ini bukan kembali bencana asmara seperti
katanya guruku ? Ah, adik, kau harus dikasihhani.... Adik, kau
belum merasai apa itu asmara. Kau tahu, kadang kala itulah
penderitaan belaka........"
Tentu sekali, Ya Bie tak dapat mendengar kata-kata It
Hiong di dalam hati itu. Karena orang tidak mengatakan
sesuatu atas jawabannya itu, ia menatap si anak muda. Ia
mendapati orang berdiam seperti tengah berfikir.
"Eh, Kakak Hiong, apakah juga kau sedang pikirkan ?"
tanyanya halus, prihatin sekali.
It Hiong menghela nafas.
"Aku memikirkan halmu, adik." sahutnya. "Aku pikir sudah
waktunya buat kau pulang ke Ciang lo ciang. Kau harus
mencegah yang gurumu nanti memikirkan dan
mengawatirkanmu......."
Ya Bie melengak, hingga ia tak tertawa pula. Ia menatap si
anak muda.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Kakak Hiong" tannyanya heran. "Kenapa kakak
menghendaki kau pulang ? Kakak tahu, aku ingin selamalamanya
mengikuti kau...."
It Hiong melongo, matanya mendelong terhadap nona itu.
"Kakak Hiong" si nona melanjuti. "mari aku beritahukan kau
! Sejak itu hari kau berangkat dari Ciang lo ciang, entah
kenapa, hatiku menjadi kosong, dalam hal apa juga, aku tidak
bergembira. Setiap hari aku senantiasa ingat kau dan didalam
benak otakku, melainkan wajahmu yang membayang-bayang,
hanya wajahmu yang berseri-seri yang terbayang-bayang !
Aku menjadi berjalan salah, berduduk salah juga....... Aku jadi
suka mencari tempat yang sunyi diman aku dapat berduduk
diam seorang diri, hatiku berpikir, hingga selama ini aku lupa
dahaga dan lapar, bahkan ilmu silatku, aku malas melatihnya !
Suhu sampai mengatakan bahwa aku tersesat ! Aku tidak tahu
apa itu yang dinamakan setan penggoda ! Aku cuma tahu
bahwa aku menyukaimu dan selalu memikirkanmu, aku girang
sekali apabila aku bertemu dan melihatmu !"
It Hiong berdiam. Si nona bicara terus-terusan dalam
kepolosannya. Dia tidak membuat-buatnya. Dia bagaikan
kekanak-kanakan dalam kegembiraannya yang murni.
Wajahnya ketika itu mendatangkan rasa haru, sebab dia
nampak bersedih dan diujung matanya ada air mata
mengembang......Ya, dia seperti mau menangis !
It Hiong mengawasi, berkasihan berbareng merasa lucu.
"Adik." katanya menghibur. "Jika kau tidak mau pulang,
sudahlah ! Sudah, jangan kau berduka ! Hanya, bagaimana
dapat kau selalu mengikuti kakakmu ini ? Kau tahu, aku bakal
pergi entah sampai dimana ! Apakah kau tidak takut ?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Walaupun airmatanya berlinang, mendengar suaranya si
anak muda, nona itu tertawa. Lekas-lekas dia menepas
airmatanya itu.
"Kakak Hiong, benarkah kata-katamu ini?" ia mengawasi.
"Oh, sungguh bagus !"
It Hiong merasai hatinya tertekan batu besar dan berat.
Itulah cinta pertama yang bersemi di dalam hatinya Ya Bie.
Nona itu sangat polos hingga dia mengutarakan cintanya
dengan itu cara sangat wajar, tak berliku-liku, tanpa malumalu
"Bagaimana nantinya ?" si anak muda tanya dirinya sendiri.
"Bagaimana aku harus bertindak agar bebas dari
gerembengannya bocah ini ?"
Sementara itu mereka berjalan terus, Ya Bie pernah
singgah di Kui Hiang Koan, ia tahu jalan untuk pergi ke
restoran itu. Ia berjalan dengan gembira, tanganya menarik
ujung bajunya si pemuda. Senantiasa ia bersenyum berseriseri.
Ia cantik, ia nampak manis sekali. Ia pula dapat berjalan
dengan ringan dan cepat !
Jalan yang dilalui jalan batu diantara pohon-pohon yangliu.
Di dalam waktu semakanan nasi, tiba sudah mereka ditempat
yang dituju. Ketika itu tengah hari, maka juga restoran itu
penuh dengan banyak tamu-tamu. Mereka itu makan dan
minum dengan gembira, tak hentinya terdengar teriakan
kepada pelayan buat minta arak dan barang hidangan.
Memasuki ruang besar, It Hiong melihat kelilingan. Ia
belum tahu Hay Thian Sin Ni duduk dimeja yang mana, atau
mungkin di lain ruang. Segera juga, rombongannya itu
menarik perhatian para tamu. ia berdua Ya Bie berpakaian
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
seperti umumnya banyak orang lain, mereka tak menimbulkan
perhatian orang, tidak demikian dengan pengikut mereka, si
orang utan So Hun Cian Li !
Orang utan itu besar dan tampangnya bengis !
Baiknya lekas juga seorang pelayan yang pipinya terokmok
datang menghampiri It Hiong. Dia memberi hormat sambil
membungkuk seraya lantas menanya : "Tuan, apakah Tuan
Tio ?"
It Hiong mengangguk.
"Aku Tio It Hiong" sahutnya. "Apakah kau tahu Hay
Thian......"
Pelayan itu menyela, "Majikan kami memesan aku
menantikan kau, Tuan Tio. Silahkan tuan turut aku !" Dan dia
memutar tubuh buat berjalan keluar dari ruang besar itu,
terus pergi ke samping dimana ada jalanan yang terapit
pohon-pohon bunga.
It Hiong bertiga. Dari ruang yang ramai dan berisik, mereka
tiba ditempat yang sunyi dan tenang, sesudah melewati
beberapa halaman, mereka jalan disebuah lorong yang kecil
panjang, yang kedua sisinya penuh tertanamkan pohon bunga
seruni, yang warnanya kuning, putih, ungu dan merah, indah
dipandangnya. Siapa berada disitu tentu hatinya terbuka......
Ujungnya jalanan itu merupakan sebuah halaman dimana
ada sebuah bangunan rumah tak besar dan belakangnya
terbatas dengan dinding gunung. Karena letaknya, tak heran
tampang itu tenang dan nyaman.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Tiba di muka pintu Pekarangan, si pelayan menghentikan
langkahnya, untuk tangannya terus mengetuk pintu seraya
berkata pada It Hiong : "Tuan Tio, silakan masuk ! Aku
meminta diri !" Dan tanpa menanti jawaban lagi, dia ngeloyor
pergi.
It Hiong mengawasi pelayan itu dan bersenyum, kemudian
dia menghadapi pintu Pekarangan, yang terbuka sedikit,
hingga untuk memasukinya orang harus berjalan miring. Ia
menarik tangannya Ya Bie dan menyeplos masuk disitu.
"Tio Sicu, masuklah !" tiba-tiba si anak muda mendengar
satu suara halus bagaikan suara nyamuk. Sebab itulah suara
yang dikeluarkan dengan "Gie Gie Toan Seng" saluran "Bahasa
Semut". Perlahan tetapi toh sangat terang.
Pintu Pekarangan itu tertutup rapat pula selekasnya It
Hiong bertiga memasukinya, seperti juga itulah sebuah pintu
rahasia, tak ada suaranya sama sekli, seperti tadi terbuka
renggangnya.
Mereka sekarang berada didalam halaman taman bunga
yang teratur rapi, ada gunung-gunungnya yang mungil.
Halaman itu penuh dengan daun rontok, seperti juga taman
sudah lama tanpa penghuninya. Hanya keadaannya tetap
menarik hati, suasananya tenang sekali. Disitu orang tak
merasa jeri, sebaliknya menaruh hormat.
Diatas tanah penuh daun itu tak tampak tapak kaki, maka
itu untuk berjalan lebih jauh, It Hiong menggunakan "Te In
Ciong", ilmu ringan tubuh "Tangga Mega:. Ia mencekal
tangannya Ya Bie dan mengangkatnya, buat dibawa lari
bersama.
Jalanan disitu berliku-liku.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Eh, mana So Hun Cian Li ?" tanya Ya Bie rada terkejut. Ia
melihat ke belakang dan tak nampak orang utannya.
It Hiong melihat kesekelilingnya. Binatang itu benar tak
terlihat.
"Biarlah dia menanti diluar !" katanya, lalu jalan terus.
Selekasnya mereka melintasi bukit buatan itu, muda mudi
itu mendengar satu suara berkelisik di belakangnya. Lantas
mereka menoleh, atau mereka menyaksikan si orang utan
melesat lewat disisi mereka, terus binatang itu berdiri diatas
tangga di depan sebuah rumah, yang bagaikan menghadang
di depan mereka.
Itulah sebuah rumah batu dan tangganya itu berbatu
marmer.
So Hun Cian Li memekik, kaki tangannya digerak-geraki.
Agaknya dia girang sekali.
Ya Bie mengulapkan tangannya, melarang binatangnya
berisik.
Selekasnya tiba di muka undakan tangga terakhir, It Hiong
menghadapi pintu sembari menjura, ia kata perlahan : "Tio It
Hiong bersama Ya Bie telah tiba dan memohon bertemu
dengan Sin Ni Locianpwe."
Bagaikan ada angin yang meniupnya, daun pintu lantas
terbuka, maka It Hiong segera bertindak masuk, diturut oleh
Ya Bie dan So Hun Cian Li.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Di dalam terdapat tiga buah kamar, yang satu terang, yang
dua gelap. Di tengah-tengah ada sebuah ruang kecil. Dinding
tengah tergantungkan sehelai tirai. Di depan itu, sebuah
perapian kuno kaki tiga, tubuh perapiannya terang mengkilau,
entah dari bahan apa terbuatnya. Dari dalam perapian
mengepul asap dupa yang harum.
Di sebelah kiri itu, diatas sebuah kursi kayu merah, terlihat
Hay Thian Sin Ni berduduk seorang diri. Di kanannya ada
para-para buku, meja tulis serta sebuah kursi. Jendela dan
meja bersih sekali, tak ada debunya. Di situ tak ada lainnya
orang lagi. Suasana sunyi dan nikmat, seperti diluar tadi. Apa
yang toh terdengar ialah ocehannya dua ekor burung diluar
rumah.
Selekasnya dua orang itu berada didalam, dengan isyarat
tangannya, si nikouw kata : "Sengaja pinni mengundang Tio
sicu datang kemari supaya kau bertemu dengan Bu Lim
Cianpwe disini, agar kau mendapat petunjuk buat menghadapi
rombongan bajingan rimba persilatan nanti."
It Hiong dan Ya Bie memberi hormat, baru mereka
berduduk. Ia heran mendengar nikouw itu menyebut "Bu Lim
Cianpwe" yaitu orang tingkat tua dari rimba persilatan. Disitu
toh tidak ada orang lainnya.
"Boanpwe bersedia menerima petunjuk." katanya,
walaupun dia heran sekali. Matanya kembali melihat ke
sekitarnya.
Hay Thian Sin Ni melihat sikapnya si anak muda, ia tidak
berkata apa-apa hanya berkata pula : "Bu Lim Cianpwe itu ada
hubungannya sangat erat dengan Tek Cio Totiang gurumu itu,
sicu. Hanya semenjak tiga puluh tahun dahulu ia menutup diri,
dia tak mau menemui orang pula, karena dia telah
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
berkeputusan buat hidup menyendiri di dalam kesunyiannya
kaum Kang Ouw golongan sesat itu, yang mudah saja main
bunuh, dia telah memikir lain. Bertambah hebat sepak
terjangnya kaum itu hingga dia tergerak hatinya dan
semangatnya. Dia lantas mengambil sikap mencoba untuk
menumpasnya ! Dia telah ketahui perbuatanmu melindungi
gunung Siong San, sicu, maka ia pikir kaulah seorang calon
yang tepat......."
Berkata sampai disitu, Hay Thian Sin Ni berhenti, matanya
terus mengawasi ke tirai.
Melihat demikian, tahulah It Hiong bahwa si Bu Lim
Cianpwe, tertua rimba persilatan itu berada di belakang tirai
itu. Lantas dia berbangkit untuk menjura ke arah tirai sambil ia
kata hormat : "Tio It Hiong, murid Pay In Nia menghunjuk
hormat kepada Cianpwe serta bersedia menerima segala
petunjuk....."
"Jangan memakai adat peradatan, Tio Laote !" terdengar
dari balik tirai itu suara perlahan tetapi jelas sekali. "Silakan
duduk ! Selama kau merantau, laote, pernah atau tidak kau
bertemu dengan seorang yang disebut Tok Mo ?"
It Hiong menurut, ia berduduk.
"Boanpwe ketahui tentang dia tetapi belum pernah melihat
orangnya." sahutnya. "Di dalam waktu satu malam, kelima
tertua dari Siauw Lim Sie menemui ajalnya disebabkan racun,
mungkin itulah hasil perbuatannya Tok Mo. Pula boanpwe
sendiri pernah pingsan dikarenakan boanpwe kena meraba
kertas lambang pembunuhannya, lambang yang berbunyi
Giok Lauw Kip Ciauw. Sejak boanpwe turun gunung, telah
boanpwe pergi ke pelbagai tempat propinsi Sucoan, Ouwlam,
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ouwpak dan Holam, tetapi tak pernah boanpwe berhasil
mencarinya....."
"Pernah aku bertemu dengan Tok Mo dan malah pernah
juga bertempur dengannya !" tiba-tiba Ya Bie campur bicara.
Dibalik tirai itu terdengar tawa nyaring, disusul dengan
kata-kata ini : "Nona kecil, Tok Mo yang kau ketemukan itulah
Tok Mo palsu !" Kemudian kata itu ditambahkan kepada Hay
Thian Sin Ni : "Toasuhu, coba bilang, menurut kau, Tok Mo
masih hidup atau sudah mati ?"
Orang yang ditanya mengernyitkan dahinya.
"Sulit untuk mengatakannya." sahutnya. "Kalau kita melihat
kematiannya kelima tertua Siauw Lim Sie, tak mungkin itulah
perbuatannya si palsu Kim Lam It Tok atau Couw Kong Put Lo.
Mereka berdua pasti tak mempunyai kepandaian semacam
itu."
Kembali si Bu Lim Cianpwe tertawa.
"Agaknya tak tepat kalau dikatakan Tok Mo muncul pula
dalam dunia Kang Ouw." katanya pula. "Tio Laote telah
mencari dia berputaran, tak mungkin dia menyabarkan diri
dan tak muncul ! Mungkinkah dia sudi terus menyembunyikan
kepalanya saja dan cuma menongolkan ekornya ?"
Setelah kata-kata itu, dari belakang tirai terdengar satu
suara perlahan, entah si Bu Lim Cianpwe melakukan apa.
Hay Thian Sin Ni tertawa dan kata : "Ketika dulu hari itu
dilakukan penyergapan kepada Tok Mo dilembah Peng Kok,
Losicu toh turut bersama menurunkan tangan, leh karena itu
kenapa Losicu tidak hendak melukiskan wajah dan potongan
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
tubuhnya dia itu, supaya sekarang Tio sicu dapat mendengar
dan mengetahuinya ? Dengan demikian, selanjutnya Tio sicu
dapat berlaku berhati-hati terhadapnya."
Orang dibalik tirai itu menghela nafas perlahan.
"Dahulu hari itu telah tiga kali lohu pernah bertemu dengan
Tok Mo." katanya kemudian. Dia membahasakan diri lohu, si
orang tua. "Hanya selama itu belum pernah satu kali juga lohu
melihatnya berwajah atau berdandan serupa, bahkan senjata
dan gerak gerik silatnya pun berlainan ! Karena itu,
bagaimanakah lohu harus melukiskannya ?"
It Hiong merapatkan keningnya mendengar suaranya si Bu
Lim Cianpwe itu. Pikirnya : "Kenapa di dalam dunia ada
manusia jahat dan beracun yang licin itu ?" Kemudian ia kata :
"Locianpwe, baiklah locianpwe jangan memusingkan diri
memikirkan tentang dia. Selanjutnya, asal boanpwe
menemukannya, tak perduli si asli atau palsu, hendak
boanpwe membunuhnya saja ! Tidakkah itu paling sempurna
?"
"Kakak Hiong, itu benar !" Ya Bie memuji.
Tapi Hay Thian Sin Ni memuji Sang Buddha.
"Jangan kau terlalu bengis, Tio Sicu." katanya. "Di dalam
segala hal, kita jangan melupakan Thian Yang Maha Kuasa !"
Jago yang tak dikenal itu campur bicara. Kata dia : "Lohu
sudah menyembunyikan diri tiga puluh tahun, belum dapat
lohu mencapai kesempurnaan, maka itu di dalam hal ini, lohu
menyetujui sikapnya Tio laote. Hanya, biar bagaimana, bengis
itu juga ada batasnya dan pada bengis harus ditambahkan
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
kecerdasan ! Oleh karenanya Tio laote, kau bertindaklah
dengan berhati-hati !"
"Terima kasih, locianpwe !" berkata It Hiong.
Tiba-tiba tirai itu bergerak keras bagaikan dipermainkan
badai, mendadak dari celah-celahnya meluncur keluar satu
sinar putih mengkilat, juga menyilaukan mata. Menyusul itu,
terdengar suaranya si jago rimba persilatan yang tidak dikenal
itu : "Tio laote, inilah sebutir mutiara Lee-cu, harap kau terima
sebagai bingkisan pertemuan kita ini. Sambutlah !"
Dengan perlahan, benda bercahaya itu bergerak ke arah It
Hiong, tapi tanpa merasa mengulur tangannya menyambuti,
hingga ia melihat tegas dan merasa, mutiara ada sebesar telur
burung merpati, tubuhnya bening, sinarnya memancar ke
empat penjuru. Hingga bisa dimengerti yang itulah mustika
adanya. Lekas-lekas dia berkata : "Locianpwe, hadiah sangat
berharga ini tak sanggup boanpwe menerimanya. Boanpwe
biasa hidup mengembara, mana dapat boanpwe membawabawa
mustika ini yang pasti akan menarik perhatian orang
banyak, terutama kaum sesat. Mungkin mutiara dapat
membahayakan keselamatanku sedangkan boanpwe
barangkali tak dapat menjaganya. Oleh karena itu, harap
locianpwe jangan kecil hati, harap locianpwe suka
menerimanya kembali......"
Lantas It Hiong menolakkan tangannya seraya melepaskan
cekalannya, atas mana mutiara itu bergerak kembali ke arah
tirai.
Bu Lim Cianpwe itu tertawa berkakak.
"Tio Laote, sungguh kau muda dan gagah, hatimu putih
bersih !" berkata dia dengan kekaguman. "Tetapi laote, lohu
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
mengenalmu ! Kau bukanlah si kemaruk harta dunia ! Baik
laote ketahui, kalau mutiara ini mutiara belaka, tak nanti aku
menghadiahkannya kepadamu......"
Kata-kata itu dihentikan secara tiba-tiba. Ketika itu justru
dibuat pemikiran oleh It Hiong, yang memikirnya, "Oh, kiranya
mutiara ini ada faedahnya....... hanya entah khasiatnya dan
bagaimana cara menggunakannya ?" Tanpa merasa, ia
menoleh ke arah Hay Thian Sin Ni.
Nikouw itu mengangguk kepada si anak muda. Itulah
isyarat untuk anak muda itu menerimanya.
Selama itu, mutiara masih bagaikan mengambang saja di
muka celah-celah tirai, tak mau jatuh dan sinarnya terus
mencorong ke segala arah.
Menyaksikan itu, It Hiong menerka si jago tak dikenal
sengaja menahannya.
Justru itu maka terdengarlah suaranya Bu Lim Cianpwe itu :
"Tio Laote, baiklah kau ketahui tentang mutiara Leecu ini !
Inilah mutiara berasal dari dalam karang laut cui-seng-giam di
laut utara Pak Hay dan karena besarnya, dapat dimengerti
yang umurnya pasti sudah diatas seribu tahun. Ini pula
mutiaranya naga hitam Lee Liong, yang meninggalkannya di
dalam karang disaat dia hendak menukar kulit dan entah
berapa banyak bulan harus lewat sebelumnya dia bercahaya
seperti sekarang ini. Mutiara ini berkhasiat antaranya guna
melemahkan pelbagai macam racun dan mengobati rupa-rupa
penyakit. Kalau mutiara ini dimasuki ke dalam mulut dan
dikemuh, di dalam satu jam dia bisa menghidupi orang yang
telah mati keracunan dan lainnya. Kau suka merantau laote,
kau lagi menjalankan tugas perikemanusiaan, sewaktu-waktu
kau bisa menghadapi bahaya keracunan, dari itu kalau kau
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
membawa mutiara di tubuhmu, pasti itu besar faedahnya.
Inilah untuk persiagaan saja, maka itu janganlah kau tampik !"
Menyusul kata-kata itu, mutiara kembali meluncur kepada
si anak muda.
It Hiong menyambuti, kali ini untuk terus menyimpan
didalam sakunya. Ia berbangkit buat menjura, memberi
hormat sambil berkata : "Terima kasih, locianpwe ! Andiakata
cianpwe sudah tidak ada pesan lainnya, boanpwe memohon
diri !"
Orang gagah tak dikenal itu tertawa.
"Saat pertapaanku juga akan berakhir, maka itu, laote,
persilakanlah !" katanya gembira. "Di dalam hal-hal lainnya,
kau dapat meminta pengajaran dari Hay Thian Sin Ni saja !"
Habis itu sunyilah ruang tersebut.
"Mari kita pergi !" kata Hay Thian Sin Ni kemudian. Ia
berbangkit dan bertindak mendahului.
It Hiong berdua Ya Bie mengikuti.
Tiba diluar taman, Hay Thian Sin Ni baru berkata pula :
"Tio sicu, apabila kau pergi ke Hek Sek San, kau harus
waspada terhadap Im Ciu It Mo, buat jala beracunnya yang
dinamakan Hoa Hiat Thian Lo, jala langit yang melumerkan
darah. Nah, sampai nanti di dalam pertemuan besar di In Bu
San, kita akan berjumpa pula !"
Kata-kata itu diakhiri dengan orangnya lompat ke sisi
mereka, ke dalam pepohonan lebat, hingga orang tak sempat
mengatakan sesuatu.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Mari kita pun pulang !" It Hiong mengajak Ya Bie.
Nona polos itu mengikuti. Setibanya di Kui Hiang Koan,
mereka beristirahat, setelah itu dimulailah perjalanan mereka
menuju ke gunung Hek Sek San. Hatinya It Hiong tak tenang.
Ia selalu ingat Kiauw In dan mengawatirkan kakak
seperguruan itu, yang pun menjadi kekasihnya, maka itu ia
melakukan perjalanan secepat bisa. Turutnya Ya Bie dan So
Hun Cian Li membuatnya tak dapat menggunakan ilmu ringan
tubuh Tangga Mega. Pasti nona itu dan orang utannya tak
sanggup menyusulnya.
It Hiong pula pikir, Ya Bie harus diberitahukan bahwa
perjalanannya ini akan penuh dengan ancaman bencana. Di
sarangnya Im Ciu It Mo, pasti bisa akan ditemui dimanamana.
Satu kali, ia melirik nona itu. Ia mendapatkan selainnya
cantik, nona itu benar-benar polos, wajahnya sangat menarik
hati.
"Inilah sulit" pikirnya kemudian. "Dia polos tetapi dia
berasal dari tempat kaum sesat. Siapa tahu kalau hatinya
mudah berubah ? Kalau dia merasa dipersakiti, yaitu kalau aku
tinggalkan dia, mungkin dia bersakit hati. Inilah berbahaya.
Dia belum tahu apa-apa, sakit hati membuatnya sanggup
melakukan apa juga. Dia pula mudah disesatkan orang jahat.
Kalau dia menjadi sesat, itulah berbahaya. Tak mudah
menaklukan orang dengan kepandaian seperti dia....."
Anak muda kita tidak mencintai Ya Bie, walaupun nona itu
cantik manis. Ia hanya menyayangi. Ia pula menganggap, tak
dapat ia melepaskan nona itu, agar dia tak sampai terjatuh ke
dalam tangannya orang jahat. Maka ia mengambil keputusan,
sulit atau tidak, si nona dan orang utannya harus diajak
bersama !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Adik Ya Bie" kemudian katanya kepada si nona. "kau
hendak mengikuti aku ke Hek Sek San, aku pikir lebih baik kau
menyamar menjadi pria. Inilah guna menjaga agar ditengah
jalan, kau tak usah menarik perhatian orang banyak. Kau
setujukah ?"
Nona itu menatap si anak muda, matanya dibuka lebar.
Hanya sejenak, dia mengangguk.
Senang It Hiong. Syukur nona itu suka menurut.
Di kecamatan pertama, It Hiong singgah untuk membeli
pakaian buat Ya Bie dan So Hun Cian Li. Di dalam hotel, nona
itu berdandan hingga dia serupa sebagai seorang kacung. Si
orang utan juga berpakaian, mirip seorang bujang tua. Pula
selanjutnya, mereka berjalan dengan menunggang kuda,
hingga perjalanan dapat dilakukan dengan cepat tanpa si anak
muda memikirkan nona itu dan binatangnya.
Selang beberapa hari, tiba sudah mereka di Kho-tiam-cu,
sebuah dusun yang harus dilalui buat orang pergi ke Hek Sek
San. Karena sudah magrib, mereka mencari hotel. It Hiong
minta dua kamar, satu buat dia sendiri, yang satunya buat Ya
Bie dan So Hun Cian Li.
Habis bersantap, It Hiong duduk seorang diri dikamarnya.
Kembali ia ingat Kiauw In, maka ia menyesal juga di Siauw
Lim Sie mereka jalan berpencaran hingga nona itu terjatuh
kedalam tangannya Im Ciu It Mo. Ia berpikir sambil matanya
mengawasi tajam Keng Hong Kiam, pedangnya yang
digantung di tembok.
Dengan lewatnya sang waktu, tanpa merasa si anak muda
tidur kepulasan, hingga ia terasadar dengan terperanjat
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
apabila ia mendengar tanda waktu tiga kali yang
diperdengarkan dari tembok kota. Ketika ia membuka
matanya, sisa lilinnya masih menyala. Justru itu, mendadak
angin menghembus dari jendela, membuat sisa lilin padam
hingga kamar menjadi gelap seketika.
Menyusul itu ada angin bertiup perlahan, membawa bau
harus dari dupa, yang membuat otak pusing hingga orang
ingin tidur.....
Sebagai orang yang telah berpengalaman, It Hiong tahu
apa artinya bau harum itu. Ada orang mau mencelakainya.
Lantas ia lompat turun dari pembaringannya, akan
menjambret pedangnya. Adalah niatnya, akan lompat keluar,
buat menyusul orang yang menyulut hio itu. Tiba-tiba
kepalanya pusing dan tubuhnya terhuyung mau jatuh. Ia
lekas-lekas menguatkan hati dan memusatkan pikirannya. Ia
lantas merogoh sakunya buat mengambil obat kay-yoh dari si
pendeta tua dari Bie Lek Sie atau tangannya mengeluarkan
Lee-cu yang didapat di Kui Hiang Koan.
Selekasnya keluar dari saku, mutiara itu lantas
mengeluarkan cahaya terang, menerangi seluruh ruang,
hingga segala apa tampak tegas, hingga tampak juga
semacam asap beterbangan.
Lekas-lekas It Hiong memasuki mutiara mustika itu
kedalam mulutnya. Lantas ia merasai hawa dingin. Seketika itu
juga, lenyap pusingnya dan tubuhnya tak terhuyung pula. Ia
menjadi girang sekali. Inilah yang pertama kali ia
membuktikan khasiatnya mutiara mustika itu. Selekasnya ia
menyimpan mutiara, dengan membawa pedangnya, ia lompat
keluar dari jendela, terus lompat naik ke tembok Pekarangan
hingga ia sempat melihat sesosok bayangan hitam kabur
keluar dusun.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Tak perlu aku susul dia" pikirnya. Ia merasa percuma,
orang tentu takkan kecandak sebab dia bisa menyembunyikan
dirinya. Ia pun tak kurang suatu apa.
Masih sekian lama It Hiong berdiri diatas tembok, disaat dia
mau lompat turun akan kembali ke kamar, tiba-tiba ia
mendengar suara yang terbawa angin : "Anak tolol ! Pedang
Keng Hong Kiam yang mengangkat nama toh lenyap !" Itulah
suara "Gie Gie Toan Im" saluran "Bahasa Semut".
Dua kali suara itu terdengar, lantas lenyap.
Anak muda kita heran sekali. Ia mengangkat dan melihat
pedangnya, terus ia menghunusnya. Ia bukan mendengar
suara nyaring seperti biasa, hanya suara dari besi biasa.
Pedang pula bukan bersinar menyilaukan amta, cuma
mengkilat sedikit saja. Maka bukan kepalang kagetnya ! Jadi
benar pedangnya telah orang curi dengan jalan ditukar !
"Aku toh pusing hanya sejenak........"pikirnya. "Kenapa aku
tidak mendengar apa-apa san orang dapat berlalu tanpa suara
? Kalau begitu, dia telah memiliki ilmu ringan tubuh yang
sangat sempurna.....Siapakah dia ?"
It Hiong berdiri menjublak diatas tempat itu. Kemudian ia
memikiri, menerka-nerka. Siapakah pencuri pedang itu ?
Musuhkah ? Dia dari golongan manakah ? Kenapa pedangnya
dicuridengan ditukar ? Apakah maksudnya si pencuri ? Kenapa
ia dipancing mengubar ? Ia bingung sekali. Sejenak itu,
pikirannya menjadi gelap.
Tengah si anak muda berdiam, ia melihat dua sosok tubuh
mendatangi cepa sekali ke arahnya. Ia lantas menyangka
kepada musuh. Tidak ayal lagi ia mendahului menyerang
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
dengan satu pukulan dari Han Long Hok Houw. Atau : "Kakak
Hiong, jangan ! Inilah aku !"
Kiranya itulah Ya Bie bersama So Hun Cian Li, yang datang
menyusul. Bagus kedua-duanya dapat berkelit dari serangan
dahsyat itu. Di saat lain, keduanya sudah berdiri di depan si
anak muda.
"Malam-malam kau keluar, kakak Hiong ?" Ya Bie bertanya.
"Apakah ada musuh ?"
It Hiong menghela nafas.
"Pedangku ada yang curi......." sahutnya perlahan, tanda
kemasgulannya.
"Apa ?" tanya Ya Bie, kaget dan heran. "Pedang kakak
lenyap ? Kemana kaburnya si pencuri ?"
It Hiong menggeleng kepala, terus ia menengadah langit.
Ia membiarkan sang angin menyampok-nyampok bajunya.
Ya Bie pun berdiam. Nona ini heran dan bingung.
"Adik Ya Bie, mari kita pulang." kemudian kata si pemuda
perlahan. Dan ia mendahului lompat turun dari tembok.
Ya Bie mengikuti.
Tiba dikamarnya, It Hiong menyulut lilin. Ia memeriksa
seluruh kamarnya, tidak terlihat apa juga yang mencurigakan.
Ketika itu, asap pun telah buyar habis. Maka ia duduk
dikursinya, pikirannya kacau.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie berduka menyaksikan orang bersusah hati itu.
Karena ia turut berdiam, kamar menjadi sangat sunyi.
Kesunyian segera diganggu So Hun Cian Li, yang masuk
belakangan. Dia muncul sambil berjingkrakan dan memekikmekik,
sedangkan sebelah tangannya memegangi sehelai kain.
Ya Bie segera mengambil kain dari tangan binatang
piaraannya itu.
"Kakak Hiong, kau lihat apakah ini ?" katanya sambil
mengangsurkannya.
It Hiong menyambuti, hingga ia lantas dapat membaca :
"Di atas sungai jernih berliku sembilan,
pedang mustika akan dikembalikan sebagai adanya.”
Itulah sehelai cita tersulam, yang tersulamkan juga empat
buah huruf dengan benang sulamnya berwarna kuning muda.
Bunyinya surat ialah "Giok Lauw Kip Ciauw !"
Itulah lambang kematian !
Mulanya heran, It Hiong menjadi gusar, maka ia banting
kain itu ke lantai ! Ia kenali lambang kematian, yang pernah ia
lihat di Siauw Lim Sie. Itulah bukti ancaman dari Ie Tok Sinshe
atau Tok Mo. Itu pula keputusan kematian !
Ya Bie menjemput kain itu, untuk dilihat teliti.
"Kakak Hiong, kau melihat apakah yang mencurigakan ?"
tanyanya.
"Ada racunnya !" It Hiong berteriak, kaget. "Lepaskan lekas
!"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie tertawa dan kata : "Setelah sesuatu lewat
ditangannya So Hun Cian Li, racun apapun sudah tidak ada
lagi !"
Si nona bergembira sekali, tingkahnya jenaka.
It Hiong melongo mengawasi nona itu. Dia itu memang tak
keracunan. Lewat sesaat ia menarik nafas lega, hatinya
menjadi tenang.
Ya Bie sementara itu mengutip perlahan berulang-ulang :
"Kiu Kiok Ceng Kee... Kiu Kiok Ceng Kee...." Itulah kata-kata
yang terjemahannya adalah "sungai jernih berliku sembilan"
atau "sungai dengan sembilan tikungan". Ya, ditempat
manakah adanya sungai itu ?
Kemudian si nona mengawasi It Hiong, yang berduduk
menjublak saja. Kepalanya ditundukkan, sedangkan api lilin
bergoyang-goyang, cahayanya menyinari suaram wajah
pemuda itu.
"Kakak Hiong." kemudia si nona bertanya. "Mungkinkah
pencuri pedang itu seorang sangat kosen dan kau kuatir tak
sanggup melawannya ?"
It Hiong menggeleng kepala. Ia tak menjawab.
Ya Bie mengawasi, ia heran.
Tiba-tiba It Hiong menyambar surat ditangan si nona,
untuk dibawa ke depan pelita, untuk diperiksa dengan teliti,
dibulak balik depan belakang dan atas bawahnya, kemudian
sembari meletakkan itu di meja, ia kata seorang diri : "Tok Mo
? Ya, Tok Mo ! Aku memang mau mencari dia, dia mendahului
datang ! Dia mencoba main gila terhadapku !"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie mendengar kata-kata orang, dia menjadi bertambah
heran.
"Benarkah Tok Mo si pencuri pedang ?" tanyanya. "Tok Mo
ini manusia siapakah yang menyaruh memalsukannya ?" Dia
menanya demikian sebab meski belum berpengalaman, telah
dua kali dia menemui Tok Mo palsu - Couw Kong Put Lo dan
Kin Lam It Tok ! Dia polos, mudah saja dia menerka pada Tok
Mo palsu lagi !
Suara si nona membuat It Hiong sadar bahwa benar
dikolong langit ini ada banyak Tok Mo palsu, yang suka
bergaya licik dan telengas. Hanya empat huruf "Giok Lauw Kip
Ciauw" membuatnya menerka kepada Tok Mo yang asli.
Sinarnya pun lain, yang dahulu hijau, dan ini muda, dan
dahulu beracun, ini tidak !
"Biarlah," pikirnya kemudian. "Dia yang palsu atau bukan,
aku toh harus mencari padanya ! Pedangku harus dicari dan
dirampas pulang !" Maka terus ia mengawasi Ya Bie dan
bertanya, "Adik, apakah katamu barusan ? Bukankah kau
menanya dimana letaknya Kiu Kiok Ceng Kee ?"
"Ya" sahut si nona mengangguk.
It Hiong berfikir sebentar, lantas dia menjawab : "Kiu Kiok
Ceng Kee berada di proponsi Hokkian, diatas bukit, Bu In San,
jaraknya dari sini seribu lie lebih."
Ya Bie mengernyitkan keningnya. Ia berdiam untuk
berpikir. Hanya sejenak, ia mengangkat kepalanya, wajahnya
tampak berseri-seri saking ia bergirang.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Aku mengerti sekarang !" kata ia. "Nah, mari kita lantas
berangkat menyusulnya ke Bu Ie San, siapa tahu ditengah
jalan dapat kita menyandaknya. Hanya entahlah, dia
mengambil jalan yang mana...."
Senang It Hiong memandang nona itu, sudah cantik, dia
manis sekali, terutama dia sangat polos, segalanya wajar. Tak
mau ia mengatakan bahwa pemikiran nona itu terlalu
sederhana, agar si nona tidak menjadi kecewa. Toh ia merasa
lucu sendirinya, hingga tak dapat ia mencegah tertawanya......
Ya Bie mementang mata mengawasi pemuda itu.
"Apakah keliru apa yang aku katakan barusan ?" tanyanya.
Dia heran.
"Sebaliknya !" sahut si anak muda mengangguk.
Tiba-tiba wajahnya It Hiong suaram pula. Kembali ia ingat
Kiauw In yang berada ditangannya Im Ciu It Mo dan itulah
berbahaya. Kiauw In tak sadarkan diri, orang dapat berbuat
sesukanya terhadapnya.......
Di lain pihak, ia malu berbareng mendongkol sebab
hilangnya pedangnya. Ia boleh tak usah mengandalkan
pedang tetapi pedang itu hadiah dari ayahnya Giok Peng di
Lek Tiok Po. Maka itu, biar bagaimana, pedang itu harus dapat
dirampas pulang !
"Mana lebih dahulu ? Membantu Kiauw In atau mencari
pedang ?" demikian ia pikir dalam kesangsian. Sulitnya, tanpa
pedang, tak dapat ia menggunakan ilmu "Gie Kiam Hui Heng",
jalan terbang bareng dengan pedang. Untuk menghadapi Im
Ciu It Mo, ia pula membutuhkan pedang. Terhadap lawan
lainnya, itulah lain.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie, yang berdiri di depan si anak muda, terus
mengawasi, hingga ia melihat air muka orang berubah-ubah
saking anak muda itu berpikir keras. Ia pun tidak berani
menanya apa-apa.
Barulah It Hiong terkejut ketika percikan lilin meletik
menyambar ke tangannya.
"Ah !" serunya. "kenapa aku jadi begini tolol ? Orang toh
lebih penting daripada pedang !"
Maka ia lantas menepuk meja.
"Mari kita pergi ke Hek Sek San !" katanya keras.
Tepukan itu membuat pedang diatas meja berlempar jatuh
ke lantai. It Hiong segera menjemput itu.
Ya Bie heran.
"Kakak Hiong...." katanya, "kau mau pergi dahulu ke Hek
Sek San, bukan ? Jadinya kau mau membiarkan
pedangmu....."
Alisnya si anak muda bangkit.
"Jiwanya Kakak Kiauw In lebih penting." bilangnya. "Dalam
segala hal kita harus dapat membedakan mana yang lebih
perlu !"
Ya Bie mementang pula matanya, sinarnya memain, terus
dia mengangguk.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Kakak benar !" katanya kemudian. "Memang tak dapat
kakak membiarkan kekasihmu nanti tersiksa dan bercelaka,
tanpa kakak pergi menolongnya !"
Hebat si nona. Dia kenal asmara tetapi dia toh tetap polos.
Cuma, kalau ia memikirkan itu, sendirinya tubuhnya
menggigil......
Ya Bie menyinta, tak mau ia merampas kekasih lain orang
tetapi ia pun tak sudi kehilangan kekasihnya sendiri. Buat ia
cukup asal ia tak usah berpisah dari anak muda itu.......
"Kakak Hiong," katanya kemudian, "aku ingin supaya tetap
aku berada disisimu, agar aku dapat melakukan segala apa
untukmu ! Sudikah kau meluluskan aku ?"
Lagi-lagi si nona menatap mukanya si pemuda. Tak likat ia
mengawasi orang.
It Hiong tak memikir banyak tentang kata-katanya nona
polos itu sebab pikirannya dipusatkan pada Kiauw In, soal
caranya menyerbu Hek Sek San guna membantu Kiauw In.
Bagaimana ia harus bertindak.
"Baik, adik !" sahutnya. "Bagus kau suka membantu aku !"
Bukan main senangnya Ya Bie mendengar suara itu.
"Mari kita lekas berangkat !" dia mengajak. "Fajar bakal
lekas tiba !"
It Hiong melongok ke jendela. Memang fajar lagi
mendatangi. Terpaksa ia menggendol pedang palsu itu.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Nah, mari kita berangkat !" ajaknya. Ia padamkan lilin dan
terus bertindak keluar.
Ya Bie mengikuti. Dengan satu siulan, ia memanggil So Hun
Cian Li.
Segera perjalanan dilakukan. It Hiong nampak mirip
puteranya seorang hartawan yang diikuti kacungnya.
Angin fajar bertiup halus, rembulan masih bersisa.
Sekeluarnya dari batas dusun, langsung mereka menuju ke
Hek Sek San. Mereka mendekati kaki gunung pada jam
delapan lewat, jaraknya tinggal tujun atau delapan lie lagi.
Justru itu diarah belakang mereka, mereka mendengar
suara kuda, yang makin lama terdengarnya makin keras,
pertanda bahwa orang cepat sekali datangnya, bahkan segera
juga mereka dilewati oleh empat penunggang kuda yang
tengan menuju ke Hek Sek San sebagai mereka sendiri. Empat
orang itu berdandan sebagai orang Kang Ouw dan yang kabur
di muka mirip seorang wanita. Menarik perhatian adalah dua
orang yang ditengah, sebab masing-masing menggendol
sebuah karung besar, melendung dan tinggi kira lima kaki.
Entah benda apa isinya itu!
Penunggang kuda paling belakang tampak tegas. Dia
berkepala besar dan berjenggotan. Mulanya dia mengawasi It
Hiong bertiga, sesudah lewat, masih dia menoleh satu kali,
dari mulutnya terdengar suara tertahan, "Oh !........."
Mereka itu kabur luar biasa cepat !
It Hiong merasa aneh, hingga timbul kecurigaannya, maka
ia memberi isyarat kepada Ya Bie, terus ia melarikan kudanya
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
buat menyusul, atas mana si nona dan orang utannya lantas
menyusul, untuk dapat menguntit.
Dari jalan besar, empat orang itu mengkol memasuki jalan
kecil, akan setelah beberapa tikungan menghilang disebuah
rimba.
Jalan kecil itu bukan jalan umum, bala dan banyak durinya,
banyak batunya juga, suasananya belukar dan sunyi. Tidak
ada lain orang berlalu lintas disitu.
It Hiong memasang mata. Ia mendapat kenyataan jalan
kecil itu menjurus ke gunung, dan jalannya lugat-legot.
Puncak gunung tinggi umpama kata nempel pada mega.
Walaupun si anak muda tidak kenal tempat, tetapi dia
menerka bahwa ia sudah tiba didekat-dekat sarangnya Im Ciu
It Mo, hingga ia pun mau menerka yang empat orang tadi
menjadi murid-muridnya si bajingan.
It Hiong dan Ya Bie cepat dapat menyusul sampai di muka
rimba. Di situ So Hun Cian Li berPekik beberapa kali. Inilah
sebab banyak buah diatas pohon yang membuatnya mengilar.
Ia sampai berjingkrakan.
Kiranya ke empat orang tadi bukan menghilang kedalam
rimba hanya mereka telah turun dari atas kudanya masingmasing.
Semua binatang itu ditambat dipohon. Mereka sendiri
duduk berkumpul. Kedua bungkusan mereka itu diletaki disisi
mereka. Mereka melihat tibanya It Hiong bertiga, semua
mengawasi terutama terhadap si anak muda. Mulanya agak
heran, mereka lekas mendapat pulang ketenangannya,
bahkan si pria yang berkepala besar bagaikan menyambuti itu
lantas menegur tawar, "Saudara Gak, dimatamu benar tidak
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
ada orang lain ! Kita telah bertemu disini, kenapa kau tidak
menyapa kami ? Hm !"
Belum sempat It Hiong menjawab, si wanita sudah
menambahkan pria itu : "Kenapa kau mengatakan demikian,
Toako ? Orang itu berkepandaian silat pedang Heng San Pay !
Apakah Toako mengira dapat Toako melawan dia ?
Laginya......."
"Toako" ialah kakak paling tua.
"Laginya apa ?" si Toako menyela dan matanya mencelak.
"Tampang jumawa binatang ini membuat orang sebal ! Nanti
aku coba-coba adatnya !" Dan ia bangkit berdiri untuk
menghampiri anak muda kita.
"Tahan, Toako !" seru si nona setelah dia melirik pergipulang
pada It Hiong.
Pria itu menghentikan langkahnya. Agaknya dia jeri pada
wanita muda itu.
Mendengar panggilan "saudara Gak" itu, tahulah It Hiong
yang orang telah salah menyangka padanya. Ia juga percaya
mereka itu ada kawan atau sebawahannya Im Ciu It Mo.
Inilah kebetulan. Mereka itu dapat diikuti terus sampai ke
sarangnya si bajingan. ia berpura tidak mendengar, ia ajak Ya
Bie dan So Hun Cian Li duduk dibawah sebuah pohon untuk
mereka mengeluarkan rangsum kering dan memakannya.
Si wanita, yang kepalanya dibungkus dengan pita hijau
bertindak menghampiri dengan perlahan-lahan, setelah datang
cukup dekat, dia mengawasi, terus dia memperdengarkan
suaranya : "Oh, kiranya seekor binatang."
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie tidak puas.
"Apa katamu ?" tegurnya.
Wanita itu bersenyum ewah. Dia menengadah langit. Dia
bukannya menjawab, hanya dia kata seorang diri : "Seekor
binatang menyaru menjadi manusia, mana bisa dia
mengelabui sepasang mata nonamu ! Dan kau, kau sama
dengan aku, mengapa kau menyamar menjadi pria ?"
tegurnya kemudian.
Parasnya Ya Bie menjadi merah. Ia malu kena dikenali.
Tapi ia menyangkal.
"Ngaco belo !"tegurnya. "Kau mempunyai bukti apa ?"
Wanita itu tertawa sambil melirik.
"Mau bukti ?" katanya. Mendadak tangannya disampoki ke
arah So Hun Cian Li, anginnya keras sekali hingga kopiahnya
si orang utan terbang jatuh.
Wanita dan tiga orang kawannya tertawa berkakakan.
Sebaliknya Ya Bie, ia menjadi jengah dan mendongkol !
So Hun Cian Li juga tidak puas. Walaupun dia binatang, dia
mempunyai perasaan. Tak senang dia orang permainkan.
Matanya mencilak bengis dan tubuhnya berlompat secara tibatiba,
kedua tangannya diluncurkan guna menyambar wanita
itu yang dia arah rambut kepalanya. Dia bergerak dengan
gerakan "Bayangan Tonggeret Melewati Cabang Pohon",
gerakannya sangat cepat.
Wanita berikat kepala hijau itu kaget sekali. Tahu-tahu ia
melihat satu sosok bayangan hitam berlompat kepadanya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Segera ia berkelit. Masih ia terlambat sedikit. Ikat kepalanya
itu terasambar jatuh, tepat seperti ia menjatuhkan kopiahnya
si orang utan itu. Lantas ia berdiri diam sambil
menenteramkan hatinya.
So Hun Cian Li lompat mundur pula, akan berduduk
kembali di bawah pohon.
Tanpa ikat kepala, kusutlah rambut si wanita, apa pula itu
waktu ada angin bertiup hingga mukanya ketutupan. Terpaksa
ia menjeraput ujat kepalanya itu, untuk diambil pula. Dengan
sinar mata bengis, ia mengawasi si orang utan.
Si pria bermata gede dan berkepala harimau tutul menjadi
panas hatinya.
"Tangkap mata-mata itu !" teriaknya, tangannya menuding
It Hiong. "Jahanam itu menyamar sebagai Gak Hong Kun !
Telah aku lihat tegas penyamarannya itu !"
It Hiong mendongkol yang ia dikatakan Hong Kun palsu
dan dituduh mata-mata, tetapi ia pun merasa lucu, hingga ia
bergusar bercampur geli dihati. Ia menahan sabar, ia terus
duduk bercokol saja sambil tetap membungkam.
"Hm !" si wanita pun memperdengarkan suara tawarnya.
"Lagak mereka bagaikan lagak setan ! Mereka telah
menyelundup ke wilayah Hek Sek San ini, memang, tak
mestinya mereka orang baik-baik !"
"Benar !" seru si kepala macan tutul. "Tak mungkin mereka
orang baik-baik !" Sekonyong-konyong saja dia lompat
mencelat pada It Hiong, tangannya diluncurkan guna dipakai
menjambak dada orang !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Dengan mudah It Hiong berkelit ke sini.
"Jika kami mau bertempur, sebutkan dahulu nama kamu !"
katanya sabar.
Gagal cengkramannya, si macan tutul menyampok dengan
tangannya yang lain. Dia tak menghiraukan kata-kata orang.
Baru setelah menyampok itu, yang gagal pula, dia kata :
"Mustahil Gak Hong Kun tak tahu nama kami ? Kaulah si Gak
Hong Kun palsu, maka juga kau bagaikan orang yang tanpa
dikompas sudah mengaku sendirinya !" Baru dia menutup
kata-katanya, atau dia melengak sejenak seraya terus
bertanya : "Kau...... kau....." Inilah sebab mendadak ia ingat
keterangan muridnya Im Ciu It Mo tentang Gak Hong Kun
tengah menyamar sebagai Tio It Hiong dan dia itu sudah
menerbitkan pelbagai keonaran, hingga karenanya, Gak Hong
Kun itu telah dipengaruhi Im Ciu It Mo, buat diperintah
mengacau terlebih jauh. Belakangan Im Ciu It Mo tahu Gak
Hong Kun adalah Tio It Hiong palsu akan tetapi sudah
terlanjur, dia membiarkannya saja, melainkan murid-muridnya
dipesan untuk menyimpan rahasia.
Si kepala macan tutul itu takut nanti membeberkan
rahasianya Im Ciu It Mo tentang It Hiong palsu itu, maka
selanjutnya dia membungkam.
Si wanita kawannya si macan tutul itu berpikir lain. Dia
bahkan kata nyaring : "Tak peduli dia siapa, bekuk saja ! Kita
bicara belakangan !" Dan dia menggantikan maju, untuk
segera menyerang dengan dua-dua tangannya sebab dia
menggunakan ilmu silat "Ngo Heng Ciang" pukulan tangan -
Lima Benda Utama (itulah kelima elemen, logam, kayu, air, api
dan tanah).
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
It Hiong mendongkol kapan ia merasai sambaran angin
pedas dari wanita itu, maka ia menangkis dengan keras
diteruskan dengan serangan membalas "Hang Liong Hok
Houw Kun", guna memaksa orang mundur. Wanita itu bandel,
habis mundur, dia maju pula, bahkan dia berlaku telengas,
selanjutnya dia saban-saban mengincar nadi orang ! Dia
memiliki dua tangan yang lihai.
Heran It Hiong yang orang demikian lihai, umpama kata ia
terkurung kedua tangannya lawan, terpaksa ia melayaninya
dengan seksama. Orang cepat, ia gesit, orang merangsak, ia
mendesak. Selewatnya dua puluh jurus, ia menjadi habis
sabar.
"Apakah kau masih tidak mau berhenti menyerang ?"
tanyanya. "apakah artinya pertempuran kita ini ?" ia menolak,
lalu mencelat mundur.
Wanita itu tertawa dingin.
"Habis, kau mau bertempur dengan cara apa yang ada
artinya ?" tanyanya.
It Hiong menatap tajam.
"Kita tidak kenal satu pada lain." katanya. "Kita juga tidak
bermusuhan ! Kenapa kita mesti bertempur secara membabi
buta begini ?"
Wanita itu melengak. Pertanyaan itu benar sekali. Tapi
hanya sebentar, lantas dia memperdengarkan suara dinginnya
: "Hm ! Siapakah kau sebenarnya ? Kenapa kau datang ke Hek
Sek San ini ? Mau apa kau ?"
It Hiong tertawa.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Nona, apakah kau muridnya Im Ciu It Mo ?" ia tanya,
sebaliknya daripada menjawab.
"Su-moay !" memanggil si pria berkepala macan tutul, yang
matanya berputar. "Su-moay" ialah panggilan "adik
seperguruan".
Si wanita menoleh dan melirik, terus dia tertawa.
"Jangan khawatir, Toasuko." sahutnya. "Toasuko" ialah
kakak perguruan yang paling tua. Ia lantas mengawasi It
Hiong dan bertanya, "Kau sebut dahulu namamu buat kami
dengar !"
It Hiong menerka orang bangsa licik tetapi ia tidak takut.
"Aku Tio It Hiong !" sahutnya dengan sebenar-benarnya.
Bertepatan dengan suaranya si anak muda, di pihak sana
terdengar suara tertahan, lalau tampak dua orang pria yang
menjagai dua bungkusan besar pada roboh tak berdaya, dan
kedua bungkusannya itu telah dirampas Ya Bie dan So Hun
Cian Li yang membawanya lari ke luar rimba.
Si wanita dan pria kawannya kaget sekali, tanpa
menghiraukan kawannya yang roboh itu, mereka berlompat ke
luar rimba, untuk mengejar. Si wanita pun meninggalkan It
Hiong.
Terpaksa, anak muda kita lari menyusul. Tiba di luar rimba,
ia mendapati Ya Bie berdua lari mendaki gunung, mereka itu
sudah terpisah sejauh seratus tombak lebih. Walaupun
membawa kantung besar, nona itu dan orang utannya dapat
lari sangat cepat.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Si pria berkepala mirip kepala macan tutul berseru, dia
mengejar dengan keras.
Sembari lari mengejar, si wanita berikat kepala hijau
melepaskan panah api empat atau lima kali, anak panah mana
meluncur ke udara hingga tampak seperti bunga api yang
sinarnya Biru.
Melihat itu It Hiong menghela nafas, ia menghentikan
larinya. Ya Bie dan So Hun Cian Li di lain pihak lekas juga
lenyap diantara semak rumput tebal di pinggang gunung.
Si wanita pengejar masih saja berulang-ulang melepaskan
panah apinya, sebab rupanya itulah suatu pertanda untuk
kaumnya.
Tiba-tiba It Hiong dua orang dari pihak lawan, yang tadi
kena dirobohkan. Ia pikir, mereka itu dapat diminta
keterangannya, atau mereka boleh dijadikan petunjuk jalan.
Maka ia lari kembali ke dalam rimba.
Hari tanpa terasa mulai gelap, maka di dalam rimba,
tujuannya sudah mulai suaram. Syukur masih ada sisa sinar
matahari, yang dapat menembus rimba. Maka itu, kedua
orang tadi tampak masih rebah tak berdaya, suaranya pun
tidak terdengar.
It Hiong menghampiri dua orang itu, ia mengangkat saru
demi satu untuk diperiksa. Ia mendapati orang tak berdaya
disebabkan totokan. Lantas ia menotok, buat membikin orang
tak dapat berkutik, sesudah mana ia menotok pula,
membuatnya siuman.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Dua orang itu mendusin denan lantas mengeluarkan nafas
dalam-dalam, matanya terus dibuka, akan tetapi lantaran
tubuhnya tak dapat bergerak, mereka cuma bisa mengawasi si
anak muda musuhnya itu........
"Kau mau apa ?" tanya mereka lewat sesaat. Sebab si anak
muda cuma menatapnya.
It Hiong menunjuki sikap garang.
"Jika kamu menyayangi jiwa kamu, kamu bicaralah !"
katanya. "Satu pertanyaan aku ajukan, satu pertanyaan kamu
mesti jawab !"
"Bagaimana kalau lo-cu tak menjawab ?" tanya yang satu.
Dia menyebut dirinya "lo-cu" artinya "aku si tua". Agaknya dia
pun mau bersikap keras.
Kali ini It Hiong tertawa. Ia pun mengubah sikapnya.
"Apa yang hendak ditanyakannya olehku yang muda,"
sahutnya sabar, "ialah soal yang sangat biasa saja dan juga
sangat singkat !"
Kedua orang itu merapatkan matanya. Agaknya tak sudi
mereka bicara.
It Hiong menyambar lengan seseorang, tenaganya
dikerahkan. Segera orang itu bergemetar sekujur badannya,
sebab dia merasakan nyeri sekali. Wajahnya juga menunjuki
dia mencoba mempertahankan diri. Toh dia
memperdengarkan satu kali suara "Hm !"
It Hiong perkendor cekalannya. Ia memberi ketika akan
orang itu bernafas lega.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Saudara, kau mau bicara atau tidak ?" tanyanya, sabar.
Orang itu kembali memejamkan matanya, dadanya
dibesarkan, sedang dahinya mengucurkan peluhnya.
It Hiong mengawasi. Ia mendongkol berbareng mengagumi
keberanian orang.
"Aku yang rendah ingin tanyakan," katanya pula, tetap
sabar, "jalan mana berdiamnya Im Ciu It Mo di dalam gunung
ini. Aku minta saudara jangan terus bersikap berkepala batu
sebab itu cuma kana membuatmu menderita saja !"
Orang itu tetap tidak mengambil mumat, dia tetap
membungkam.
Terpaksa, habis juga sabarnya anak muda kita.
"Kau terlalu, sahabat !" katanya, dan ia perkeras
cekalannya. Kali ini ia membuat tulang orang berbunyi
meretak, hingga orang meringis dan peluh di dahinya turun
tetes demi tetes.
Dengan paksakan diri, orang itu memperlihatkan tampang
gusar, matanya pun mendelik. Habis menggertak gigi, dia kata
keras : "Kau... kau..... mesti.... menjawab dahulu....aku !"
It Hiong menerka orang tak tahan menderita. Ia
mengendorkan pula cekalannya.
"Apa yang kau hendak tanyakan ?" tanyanya. "Sebutkanlah
!"
Orang itu menatap beberapa detik.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Kau jelaskan dahulu she dan namamu yang asli" katanya.
"Juga tentang dirimu ! Nanti baru aku pikir-pikir, dapat aku
menjawab pertanyaanmu atau tidak........"
It Hiong melengak. Itulah pertanyaan aneh. Ia pun merasa
mungkin barusan ia menerka keliru waktu ia menyangka orang
menyerah disebabkan tak sanggup menahan siksaan. Kiranya
orang tetap bernyali besar dan beradat keras.
"Aku she Tio dan namaku It Hiong." demikian ia menjawab
dengan suka mengalah.
Tiba-tiba orang itu mengangkat kepalanya menengadah
langit dan tertawa nyaring.
"Orang licik !" serunya. "Orang licin !"
Sepasang alisnya It Hiong bangkit. Sejenak itu, dia
mendongkol. Orang tida percaya padanya sedang ia sudah
berlaku jujur.
"Belum pernah aku mendusta !" katanya sengit, saking
gusar. "Apabila dalam hal she namaku ! Tak pernah aku
memalsukan diri ! Jika kau tetap main gila terhadapku, jangan
nanti kau menyesal !"
Orang itu berhenti tertawa, tetapi kedua matanya itu tetap
dipentang lebar-lebar.
"Orang dengan nama Tio It Hiong !" katanya keras. "Orang
itu telah aku lihat sampai dua orang! Kaulah Tio It Hiong
muridnya siapa ? Jangan kau menjawab sembarangan saja !"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
It Hiong menganggap pertanyaan itu beralasan. Ia tahu
tentang adanya dua Tio It Hiong disebabkan penyamarannya
Gak Hong Kun, yang sifatnya -diluar dugaannya- berubah,
menjadi rendah, hingga namanya rusak karenanya. Karena ini,
ditanya orang itu, ia mengangguk.
"Bagus pertanyaanmu !" sahutnya. "Tepat ! Akulah Tio It
Hiong murid Pay In Nia ! Aku bukannya Tio It Hiong yang
palsu !"
Orang itu mengawasi, terutama pedang di punggungnya si
anak muda. Lalu katanya : "Kalau benar kau Tio It Hiong dari
Pay In Nia, tolong kau perlihatkan dahulu pedangmu yang
kesohor itu, supaya itu menjadi bukti yang kuat ! Dapatkah ?"
Itu pula pertanyaan yang sangat beralasan, tetapi itu
membuat sulit pada It Hiong. Baru saja pedangnya kena orang
curi. Dapatkah ia membuka rahasia ? Tidakkah itu sangat
memalukan ? Maka juga ia menggigil seluruh tubuhnya, saking
menahan mendongkolnya, ia pun merasa hatinya nyeri
bagaikan ditusuk-tusuk. Tapi, tanpa memberi keterangan,
orang ini tentunya sukar mempercayainya. Maka itu ia berdiri
diam dengan likat.
Orang itu mengawasi, hatinya menerka-nerka. Sampai ia
mau menyangka bahwa inilah Tio It Hiong palsu yang ketiga !
Karena ia tidak dapat menggerakkan tangan dan kakinya, ia
cuma bisa beberapa kali memperdengarkan ejekan "Hm ! Hm
!" dan tertawa dingin. Tapi itu sudah cukup membuat si anak
muda panas hati dan malu tak berdaya.........
It Hiong mencoba menguasai diri. Akhirnya dapat ia
mengambil keputusan buat tidak membuka rahasia tentang
tercurinya pedangnya itu. Maka ia kata : "Percuma kau
melihat Keng Hong Kiam ! Kau toh belum pernah melihatnya
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
dan tak tahu palsu atau tulennya ! Bagaimana kau bisa
mengenali dan membedakannya ?"
Pertanyaan ini membuat hati orang tergerak, hingga orang
ini nampak reda kemendongkolannya. Dia pula tampak
merasa heran juga. Dengan kurang tegas, dia kata kemudian,
"Selama di Lek Tiok Po, pernah aku menyaksikan sinarnya
Keng Hong Kiam. Hanya entah bagaimana bentuk aslinya......"
Mendengar suara itu, It Hiong menanya : "Kapan kau
pernah pergi ke Lek Tiok Po ? Dimana pernah kau melihat
sinarnya Keng Hong Kiam ?"
Orang itu berdiam, tetapi terang ia tengah berpikir keras,
memikirkan pertanyaan anak muda kita. Lewat sesaat, dia
menjawab pertanyaan : "Dahulu hari itu, akulah bawahannya
Loyacu Pek Kiu Jie, oleh karena aku kemaruk sama harta dan
kedudukan lebih baik, aku terpincuk memasuki rombongan
Hek Sek San, hingga sekarang aku masuk dalam kalangan
kaum sesat, hingga aku mesti melakukan segala sesuatu yang
bertentangan dengan rasa peri-keadilan ! Ya, semuanya yang
aku lakukan, semua itu tidak serasi dengan tugas orang Kang
Ouw sejati........"
Berkata begitu, orang itu menjadi lesu. Terang dia telah
menyesal. Kemudian dia menghela nafas dan melanjuti
berkata tanpa diminta pula. Katanya : "Selama di Hek Sek
San, yang pertama kali aku melihat Tio It Hiong ialah ketika
dia dibawa datang oleh Im Ciu It Mo waktu ia pulang.
Bersama dia ada seorang nona she Cio. Sifatnya muda mudi
itu bagaikan terpengaruh sesuatu yang menganggu atau
mengekang ingatannya, hingga mereka tak tampak wajar lagi.
Ketika itu aku belum tahu siapa si pemuda, hanya menerka
Tio It Hiong dari Pay In Nia. Belakangan aku ingat bahwa Tio
It Hiong ialah calon menantu dari Lek Tiok Po, yaitu
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
tunangannya nona Pek Giok Peng. Maka aku heran, kenapa
dia ada bersama nona Cio itu. Aku pula heran Tio It Hiong
yang kesohor gagah, yang sejak peristiwa di Siong San
namanya telah naik tinggi, kenapa dia kena dipengaruhi Im Ci
It Mo ? Demikianlah aku bercuriga dan menduga-duga...."
It Hiong mendengari orang yang mengoceh bagaikan
tengah mengigau atau ngelamun itu. Tak ia memotong atau
menanya.
Sementara itu, si puteri malam mulai menyinari rimba itu.
Dengan perantaraan sinar rembulan, tampak wajah orang itu
mirip wajahnya orang gagah. Hanya entahlah hatinya, dia
tengah memikirkan apa.
Lewat sesaat, orang itu menambahkan : "Tak lama maka
tahulah aku bahwa pemuda itu bukannya Tio It Hiong, hanya
Gak Hong Kun dari Heng San Pay, yang menyaru menjadi Tio
It Hiong ! Yang aneh ialah binatang itu memakai bahan apa
maka dia dapat menyamar menjadi demikian sempurna !"
"Cukup !" It Hiong akhirnya menyela. "Tak usah kita
bicarakan lebih jauh soal itu. Cukup asal kau memberitahukan
aku dimana sarangnya Im Ciu It Mo."
Orang itu mengawasi, tampangnya sungguh-sungguh.
Katanya, "Sebelum kau membuktikan dirimu sebagai Tio It
Hiong sejati, sekalipun kau menghendaki jiwaku, tidak nanti
aku membuka mulutku."
It Hiong bingung. Kecuali Keng Hong Kiam, tidak ada jalan
lain buat membuktikan dirinya. Ia menjadi gusar karena orang
mengotot. Maka akhirnya ia kata bengis : "Kau terang sudah
lama berdiam di Lek Tiok Po, mustahil kau tidak mengenali
aku ?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Tapi tak sukar buat orang mendatangi Lek Tiok Po !" kata
orang itu, tetap bersikeras. "Tak ada larangannya akan
mendatangi dusun itu, bukan ? Sekarang mari aku tanya kau.
tahukah kau aturan di Lek Tiok Po ? Tahukah kau namanya
loteng Nona Pek Giok Peng ?"
It Hiong menatap. Ia mendongkol tetapi ia menahan sabar.
"Apakah pertanyaanmu cuma ini dua macam ?" ia
menegaskan.
Orang itu mengangguk.
"Kalau demikian, kau dengarlah biar jelas !" kata si anak
muda, nyaring. "Siapa hendak berkunjung ke Lek Tiok Po,
ditempat satu lie di muka dusun itu orang sudah harus turun
dari kudanya. Dan loteng tempat kediamannya Nona Pek Giok
Peng ialah loteng Ciat Yan Lauw ! Nah, benar atau tidak
jawabanku ini ?"
Orang itu mengangguk.
"Tak salah !" bilangnya. "Namun...."
"Namun apa lagi ?" bentak It Hiong.
"Kedua pertanyaanku itu, Gak Hong Kun pun dapat
menjawabnya." sahut orang itu.
It Hiong mendongkol dan bingung. Orang sangat
membelar. Ia melihat si puteri malam yang dengan lekas
sudah mulai miring. Mungkin ketika itu sudah jam tiga. Ia lalu
memikirkan Ya Bie. Entah nona itu telah pergi atau berada
dimana. Maka ia pikir, baik ia tak usah membuang-buang
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
waktu lebih lama pula. Ia pula tidak berniat membinasakan
orang, yang ada satu laki-laki sejati. Diakhirnya ia menghela
nafas dan kata keras : "Dengan memandang kepada poocu
dari Lek Tiok Po, suka aku memberi ampun padamu ! Nah,
kau pergilah !"
Pengusiran itu dibarengi dengan satu tepukan pada bahu
orang yang membuat orang itu bebas bebas dari totokannya
tadi, tetapi dia heran hingga dia berdiri menjublak. Dia
menarik nafas lega, bukannya dia kabur, dia justru melongo
mengawasi si anak muda. Tadinya dia menyangka bahwa
dialah sisa mati....
It Hiong tidak mau melayani lebih lama, bahkan tanpa
menoleh lagi, ia bertindak keluar dari rimba.
"Kakak Tio, tahan !" mendadak orang itu memanggil.
It Hiong mendengar akan tetapi ia berlagak tuli, ia jalan
terus tanpa berpaling.
Orang itu menggerakkan kaki tangannya, juga tubuhnya,
habis itu dia lari menyusul.
"Kakak Hiong ! Kakak Hiong !" panggilnya berulang-ulang.
"Kakak Hiong, tunggu ! Tunggu, aku mau bicara !"
Terpaksa, It Hiong menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Kau mau apa ?" ia tanya.
Habis menyusul dengan berlari keras, nafas orang itu
tersengal-sengal.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Apakah benar kau Tio It Hiong, hiapsu yang selama
hidupku aku kagumi ?" tanyanya terengah-engah.
It Hiong masih mendongkol ketika ia menjawab : "Terserah
pada kau, kau percaya aku atau tidak ! Buat apa kau menanya
melit- melit lagi ?"
"Aku percaya, ya, aku percaya...." kata orang itu kemudian.
Di depan It Hiong nafasnya masih memburu keras, hingga tak
dapat dia melanjuti kata-katanya.
It Hiong mengawasi. Biar bagaimana ia mengherani sikap
orang itu.
"Kenapa kau jadi begini tergesa-gea ?" tanyanya. "Aku
menganggap bahwa aku tak perlu bicara lagi denganmu ! Kau
pun tak perlu bicara pula denganku !"
Orang itu berdiri tegak. Nafasnya mulai reda.
"Aku ingin bicara dengan sebenar-benarnya" katanya
kemudian. "Terhadap sesama orang rimba persilatan, aku
ingin bicara secara jujur, supaya hati nuraniku tak kecewa....."
Sepasang alisnya It Hiong bangkit.
"Kau, kamu orang-orangnya Im Ciu It Mo, masihkah kau
mempunyai hati nurani ?" tegasnya. "Hati nurani, hati tulus
dan putih bersih, itulah yang disebut liangsim."
"Tio tayhiap, aku masih mempunyai hati nuraniku !" teriak
orang itu. "Inilah sebabnya kenapa aku lari menyusulmu !
Hendak aku memberitahukan kau tentang sarangnya Im Ciu It
Mo !"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
It Hiong menghela nafas.
"Jadi kau tak kuatir bahwa akulah Tio It Hiong palsu ?"
tanyanya.
Orang itu nampak jengah, tetapi hanya sejenak, dia
berwajah seperti biasa pula.
"Sekarang aku percaya kau, Tio tayhiap." sahutnya,
suaranya tetap. "Kau begini gagah dan jujur, kau tak mau
memaksa orang, kalau kau bukan Tio It Hiong asli, habis siapa
lagi ?"
Dia mengangkat tangannya, menyusuti peluh di dahinya.
Terus dia menambahkan : "Menghadapi orang semacam kau,
taruh kata kau bukannya Tio It Hiong, aku pun ingin bicara
terus terang...."
It Hiong menengadahi si puteri malam, ia bersikap tenang
dan membiarkan orang mengoceh sendirinya. Ia bagaikan tak
mendengar suara orang.
Orang itu mendekati satu langkah. Lalu katanya, perlahan
sekali. "Sarangnya Im Ciu It Mo berada disebuah gua batu
diperutnya gunung Hek Sek San ini, letaknya di lembah Kian
Gee Kiap Kok......"
Lembah itu berarti lembah sempit gigi anjing.......
Mendengar keterangan itu, It Hiong memutar tubuh cepat
sekali.
"Apa katamu ?" ia tanya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Orang itu, dengan sama perlahannya, mengulangi
keterangannya.
It Hiong girang.
"Untuk pergi ke sana, aku mesti mengambil jalan arah
mana ?" tanyanya kemudian. "Berapa jauhnya lembah itu dari
sini ? Coba kau terangkan biar jelas !"
Orang itu menunjuk ke arah gunung, ke atasnya.
"Kalau tayhiap mendaki pinggang gunung itu,"sahutnya
seraya memberikan keterangannya, "terus tayhiap menuju ke
barat. Setelah melewati beberapa punggung puncak...."
Mendadak dia berhenti, It Hiong pun memasang telinganya.
Lantas samar-samar ia mendengar suara berdebarannya ujung
baju yang terasampok-sampok angin, suara itu tercampur
suaranya dedaunan. Suara itu pun segera didengar terang
oleh orang itu tetapi dia ini terus melanjuti keterangannya :
"Di barat itu ada sebuah lembah yang dalam, yang berada
dibawah jurang. Itulah lembah Kian Gee Kiap Kok itu.
Disitu......."
Mendadak kata-kata orang terputus. Mendadak saja It
Hiong mencekal lengannya dan menariknya kaget, hingga
orang terhuyung berpindah ke belakangnya. Gerakan itu
diikuti dua sambaran cahaya putih mengkilat, yang lenyap
diantara rumput.
"Siapa ?" tanya si anak muda nyaring.
Tidak ada jawaban. Sunyi disekitar mereka. Cuma angin
bertiup perlahan diantaranya pepohonan.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Hanya, didalam kesunyian itu, menyambar pula dua sinar
putih lainnya, habis mana, suasana sunyi kembali.
It Hiong mendongkol, dia menolak keras dengan tangan
kanannya, membuat sinar putih itu terasampok jatuh ke
samping, mengenai batu hingga bersuara nyaring dua kali.
Kiranya itulah dua batang senjata rahasia sam-leng-piauw.
Menyusul itu muncullah seorang tua dengan baju panjang
gerombongan, tangannya memegang tongkat bambu,
matanya bersinar bengis. Di belakang orang itu mengintil
seorang lain ialah salah seorang yang tadi Ya Bie totok
pingsan, jadi dialah kawan dari orang yang It Hiong lagi
mintakan keterangannya.
Si orang tua segera menuding dengan tongkat bambunya
itu.
"Kawanmu telah merampas dua kantong barangku, kemana
kaburnya dia ?" tegurnya.
Belum sempat It Hiong menjawab, atau orang di
belakangnya si orang tua menuding orang di belakangnya
anak muda kita, untuk menegur bengis : "Pengkhianat !
Kemarilah kau !" Dan dia segera menghunus goloknya.
Orang di belakangnya It Hiong itu tidak takut, ia pun
menghunus goloknya dan berlompat maju.
"Apakah kau sangka aku takut padamu ?" tantangnya.
It Hiong hendak mencegah, tetapi sudah terlambat.
Dua orang itu sama-sama menjadi orang-orangnya Im Ciu
It Mo akan tetapi ketika itu bukan lagi sebagai kawan, bahkan
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
mirip musuh besar. Mereka saling menyerang dengan hebat.
Kebetulan sekali, kepandaian mereka berimbang hingga
pertempuran menjadi seru sekali.
Si orang tua tak menghiraukan pertempuran itu, agaknya
dia tak bersangkut paut sedikit juga. Dia maju setindak pada
It Hiong, dia kata tawar : "Hm ! Barang lohu juga ada yang
berani ganggu! Sungguh bernyali besar !"
Dengan jumawa dia menyebut "lo-hu", aku si orang tua.
It Hiong sebaliknya. Dia sangat memperhatikan dua orang
yang lagi mengadu jiwa itu hingga sikap dan kata-katanya si
orang tua dia seprti tak melihat dan tak mendengarnya. Ia
memperhatikan orang yang tadi ia ajak bicara itu sebab ia
menganggap orang sebagai seorang laki-laki sejati. Orang toh
berani omong terus terang dan bersedia merubah perbuatan
sesatnya. Karenanya, ia kuatir orang itu nanti mendapat luka
andiakata dia kena dikalahkan kawannya yang galak itu.
Mereka itu bertempur hebat.
Si orang tua gusar sebab It Hiong tidak menghiraukannya.
"Kau dengar tidak kata-kata lohu ?" tegurnya keras.
Suaranya mendengung bagaikan genta besar hingga dapat
membuat orang kaget dan ketuliat !
It Hiong menoleh acuh tak acuh. Ia melirik si orang tua.
Tetapi ia membungkam. Ia berpaling pula akan mengawasi
dua orang yang lagi bertarung itu.
Habis sudah sabarnya si orang tua. Janggutnya yang mirip
janggut kambing gunung sampai bangkit berdiri, bergerakgerak
diantara seliwerannya sang angin. Dia tapinya tidak
segera mengumbar hawa amarahnya terhadap si anak muda,
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
dia cuma mengawasi, tampangnya bersangsi entah dia jeri
atau berkasihan......
Tongkat di tangan si orang tua menggetar, sebab
tangannya itu bergemetaran, mungkin disebabkan dia lagi
mengekang diri.
It Hiong menonton dengan lama-lama nampak sinar
matanya sinar tak puas. Rupanya dia sebal menyaksikan
pertempuran berlarut-larut, hebat tetapi tanpa keputusan.
Mendadak si orang tua menghadapi orang yang lagi
berkelahi itu.
"Masih kamu tidak mau berhenti ?" tegurnya, keren.
Dua orang itu mendengar teriakan, tetapi mereka
bertempur terus. Itulah saat mati-hidup bagi mereka, tidak
ada yang mau sudah saja hanya karena titah itu.
Sang waktu berjalan terus. Si puteri malam sudah mulai
doyong ke barat. Mungkin ketika itu sudah mendekati jam
lima. Angin bertiup keras dan hawa sangat dingin. Di kejauhan
bahkan beberapa kali terdengar mengaumnya sang raja hutan
!
Si orang tua terperanjat mendengar suara harimau,
mukanya sampai menjadi pucat, hanya setelah itu, dia pun
bersiul lama, suaranya keras, hingga terdengar
kumandangnya. Itulah pertanda bahwa dia memiliki ilmu
tenaga dalam yang sempurna.
Selekasnya sirap siualannya itu, orang itu agaknya gusar. ia
mengibaskan tongkatnya, terus ia maju ke medan
pertempuran. Ia pun terus menyampok. Maka beruntun
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
terdengar dua kali suara berkontrang. Segera goloknya dua
orang kawan yang menjadi musuh satu dengan lain itu
terlepas dari cekalannya, masing-masing dan terpental jauh.
Yang hebat ialah telapakan tangan kanan mereka, yang tadi
memegang golok itu, pecah kulitnya dan mengeluarkan darah,
nyerinya bukan main. Keduanya lantas lompat mundur dan
bersama-sama, saling mendelong, mereka mengawasi orang
tua itu.
"Kamu semua bukannya makhluk baik-baik !" bentak si
orang tua gusar. "Hampir lohu kena ditipu kamu berdua !"
It Hiong menyaksikan lihainya si orang tua, diam-diam ia
mengagumi di dalam hati. Tapi ia berdiam terus, memasang
mata sambil memasang telinga. Dia heran mendengar dua
orang itu dikatakan memperdayakan orang tua itu. Bukankah
mereka berdua orangnya Im Ciu It Mo ? Entah dia ditipu
dalam urusan apa ? Bukankah dia maksudkan dua kantung
besar yang dibawa kabur Ya Bie berdua ?
Kembali terdengar derum harimau. Lagi-lagi si orang tua
tampak kaget. Justru dia kaget, justru dia terlihat makin
gusar. Kali ini kedua biji matanya mencorong bengis.
"Eh, apakah kamu berdua masih tidak mau bicara ?"
demikian tegurnya, garang. Dia juga menuding dengan
tongkat bambunya yang lihai itu. "Apakah benar-benar kamu
sudah bosan hidup lebih lama pula ?"
Kedua orang itu saling mengawasi, keduanya mendelong.
Mereka tetap menutup mulut.
Si orang tua terus menatap, sampai orang yang tadi datang
bersamanya Bisa juga berbicara. Kata dia : "Dengan
sebenarnya barang itu tadi telah kena dirampas di dalam
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
hutan dan yang merampas ialah konconya bocah ini !" Dia
menuding It Hiong.
Orang tua itu gusar pula.
"Apakah katamu ?" tegurnya bengis. Dia gusar terusterusan.
"Konconya dia bukankah koncomu juga ? Hm ! Tipu
daya licik Im Ciu It Mo telah dilakukan terhadap diriku si orang
tua !"
Kiranya si orang tua menyangka It Hiong adalah Gak Hong
Kun "muridnya" Im Ciu It Mo. Karenanya, terhadap It Hiong
dia tidak lantas turun tangan, dia hanya melayani kedua orang
itu, yang berseragam hitam, sampai dia mendengar
keterangan si hitam yang mengiringinya tadi. Karena ini dia
menerka makin keras yang Im Ciu It Mo sudah menggunakan
akal, menugaskan dua orangnya menipu padanya dengan
melenyapkan dua bungkusan atau kantung besar itu.
Tegasnya dia menuduh barangnya dibawa kabur oleh dua
orang itu.
Dua orang itu berdiri menjublak. Tak dapat mereka
membuat si orang tua mengerti akan duduknya hal, mereka
tidak dipercaya.
Lewat sesaat maka si hitam bekas orang Lek Tiok Po, yang
setelah bertemu It Hiong ini hendak merubah cara hidupnya,
tidak berdiam saja. Dia memberi hormat pada orang tua itu
seraya berkata : "Harap lotiang bersabar, nanti aku pergi
mencarinya......" Begitu dia berkata, begitu dia memutar
tubuh, terus dia berlari pergi, hingga dilain detik, dia sudah
lenyap ditempat gelap.
Melihat caranya orang berlalu itu, It Hiong menerka bahwa
orang hendak menggunakan ketika itu buat mengangkat kaki.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ia lantas mengherani si orang tua, apa pula dia mau mencari
kedua kantung besar itu ? Kenapa si orang tua sangat
menghargakannya ?
Tiba-tiba si anak muda kita ingat Ya Bie dan orang utannya.
Mereka sudah pergi sekian lama dan belum kembali ! Kemana
perginya mereka itu ? Apakah mereka menemui sesuatu ?
Karena ini, ingin ia menyusul, mencari mereka. Karenanya ia
memberi hormat pada si orang tua, terus ia pun pergi ! Ia
kabur turun gunung.
Orang tua itu menyaksikan orang pergi saling susul,
berulang kali dia memperdengarkan ejekannya : "Hm ! Hm !"
Kemudian dia menunjuk murkanya pada si hitam, yang masih
berdiri menjublak.
"Masih kau tidak mau pergi ?" bentaknya. Dan tongkatnya
dikasih bekerja.
Orang itu memperdengarkan teriakan tertahan, tubuhnya
terus roboh untuk tak berkutik pula.
Masih si orang tua mencaci kalang kabutan. Rupanya dia
tetap sangat mendongkol. Entah sebab hilangnya kedua
kantung itu, atau dia merasa terhina karena sudah
diperdayakan Im Ciu It Mo........
Habis mencaci, orang tua itu mengangkat kepalanya,
dongak melihat langit. Aneh ! Dia tertawa dua kali, tawanya
keras dan nyaring dan lama ! Tawa itu mengalun tinggi,
bagaikan melayang-layang di tengah udara.......
Berhenti tawa itu, deruman harimau menyambungnya.
Seperti harimau itu menyambuti suara majikannya. Dan benar
saja, lekas tampak seekor raja hutan lari mendatangi. Harimau
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
itu besar sekali. Itulah macan loreng. Dia datang bersama
angin yang berbau engas. Tiba di depan si orang tua, dia
berdiri sambil menggoyang-goyang ekornya !
"Kemana mereka itu telah pergi ?" tanya si orang tua
kepada macan itu. "Apakah kau telah berhasil mencarinya ?"
Aneh si raja hutan. Dia mengerti kata-kata orang. Dia
mengangguk. Lantas dia memutar tubuh, buat berlari pergi.
Justru itu tubuh si orang tua pun mencelat, lompat akan
duduk bercokol diatas punggungnya, hingga dilain detik
mereka berdua kabur bersama !
It Hiong kagum menyaksikan jinak dan lulutnya raja hutan
itu.
Sekarang kita melihat dahulu Ya Bie bersama So Hun Cian
Li, yang menyingkir dengan membawa dua buah bungkusan
besar itu. Mereka mendaki bukit. Sebenarnya Ya Bie tidak tahu
isinya karung. Dia berbuat begitu sebab dia sebab terhadap si
nona dengan ikat kepala hijau itu. Jadi dia mau melampiaskan
kemendongkolannya. Satu keinginannya yang lain ialah ia
berniat membekuk salah seorang dari mereka itu, guna
memaksa orang menunjuki dia sarangnya Im Ciu It Mo.
Si nona dan pria berkepala besar mirip kepala macan tutul
itu mengejar terus. Mereka mendongkol sekali. Orang lari
keras, mereka lari makin keras. Mereka ingin menyandak.
Mereka berlari-lari ke tengah atau pinggang puncak. Di situ
mereka menikung ke sebuah tikungan yang penuh dengan
rumput dan batu-batu sependirian manusia, hingga mudah
sekali akan bersembunyi disitu. Disitu pula tak ada jalan
tembusnya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie sudah lantas membalik tubuh, akan mengawasi
orang-orang yang mengejarnya. Ia melihat orang mendatangi
semakin dekat. Tidak ada jalan lolos lagi andiakata musuh
menggeledah tempat itu. Sekira orang terpisah sepuluh
tombak lagi, mendadak ia menarik tubuhnya So Hun Cian Li
buat disuruh mendak, sambil ia berseru menggunakan ilmu
Hoan Kak Bie Cin. Terus dua potong batu besar dilemparkan
keluar tempat sembunyinya, hingga kedua batu itu tampak
seperti kedua kantung besar tadi !
"Hm, budak bau !" berseru si nona dengan ikat kepala
hijau, yang menyangka orang kabur dengan meninggalkan
barang rampasan. "Budak bau, kau masih tahu diri ! Tapi
awas kau ! Sebentar, setelah menerima barangku, akan aku
bereskan kau !"
Kata-kata itu diucapkan berbareng dengan orangnya
berlompat kepada kedua batu yang merupakan dua kantung
besar itu. Ia tunduk, akan melihat. Tak ia mendapatkan
kantungnya. Ia heran, hingga ia menerka mungkin itu
ketutupan rumput.... Maka ia membowek rumput, hingga ular
dan tikus pada kaget dan lari serabutan. Tetap karung tak
ada, kecuali batu-batu besar.
Si pria membantu mencari berputaran tanpa hasil.
Jilid 53
Diam-diam Ya Bie tertawa di dalam hati. Dari tempatnya
berdiam, ia menonton lagak orang. Mereka itu bercapek, lelah
dan heran dan bingung dan penasaran juga ! Ia dan orang
utannya tak terlihat sebab mereka merupakan batu besar
yang diam bercokol saja.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Heran, su-moay !" kata si pria. "Telah kita mencari di
seluruh sini, mereka tak tampak, juga tidak kedua bungkusan
besar itu ! Apakah tadi kau melihatnya dengan nyata ?"
"Tak salah, suheng !" sahut si wanita, si adik seperguruan
(su-moay), sedangkan pria itu Toasuhengnya, kakak
seperguruannya. "Kau toh tahu gelaranku ! Jangan kata baru
sejarak lima tombak, sekalipun lima puluh tombak, orang tak
akan lolos dari mataku ! Tak percuma aku dijuluki Sin Gan Go
Bie -Alis Lentik Bermata Malaikat !-"
Pria itu tertawa.
"Cuma malam ini Sin Gan Go Bie telah menjadi lamur !"
katanya. "Atau orang telah mempermainkannya !"
Wanita itu berdiam. Tiba-tiba saja ia ingat sesuatu. Lantas
ia menghampiri si pria sampai dekat sekali, untuk berbisik
ditelinganya : "Tak mungkinkah aku terkena Yam-gan-hoat,
ilmu sihir menutupi mata ?"
Pria itu memperlihatkan tampang heran.
"Mungkin....... mungkin.........." katanya ragu-ragu.
Wanita itu berpikir pula, atau tiba-tiba "Ya ! Ya !"serunya.
"Ya apa ?" tanya si pria, terperanjat.
"Aku rasanya ingat barusan," sahut si wanita. "Kedua
karung itu jatuh bagaikan bayangan, terus saja lenyap. Kalau
wanita itu membuangnya, dia dan binatangnya itu tak nanti
lolos dari mataku !"
Si pria tertawa.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, mereka pasti bersembunyi disini !" katanya.
"Habis dimanakah sembunyinya mereka ? Kita telah mencari
tanpa hasil...... Apakah mereka sempat bersembunyi di dekatdekat
sini ?"
Wanita itu berseru tertahan, matanya celigukan. Tidak ada
orang didekatnya, tampak hanya rumput tebal dan tinggi serta
batu-batu besar dan kecil. Di balik batu, di dalam semak
rumput, mereka itu tak tampak !
"Celaka ! Sungguh celaka !" di pria mengoceh seorang diri
saking panas hatinya. "Habis, bagaimana dapat kita
membekuknya ?"
Masih si wanita celingukan ke sekitarnya, tubuhnya turut
berputaran. Ia mementang lebar matanya, yang katanya
pandai ilmu SIn Gan Go Bie !
Tengah mereka itu berdua berdiam, tiba-tiba mereka
mendengar geraman harimau, disusul dengan siulan yang
panjang.
"Suhu datang !" sru si pria. "Suhu" ialah guru - bapak guru
mereka.
Si wanita berpikir keras.
"Suko, mari !" panggilnya. "Suko" ialah "kakak
seperguruan", mirip dengan Toa-suheng, kakak seperguruan
yang paling tua.
Pria itu, yang kebetulan memisahkan diri dua-tiga tombak,
bertindak menghampiri. Setelah dia datang dekat, si nona
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
membetot baju orang, untuk terus membisikinya. Habis itu,
keduanya memisahkan diri.
Nona itu mempunyai akal yang busuk sekali. Kewalahan
mencari Ya Bie tanpa hasil, sedangkan ia masih penasaran
dan percaya orang masih bersembunyi di dekat-dekat situ, dia
memikir menggunakan api, guna membakar hutan rumput itu.
Demikian, habis membisiki kawannya, mereka lantas melepas
api. Hingga dilain saat, rumput itu terus menyala dan apinya
mulai berkobar. Kebetulan bagi mereka, angin gunung pun
tengah meniup keras.
Orang utan paling takut pada api, apa pula ketika api mulai
menghampiri padanya. Dari jauh-jauh, hawa api sudah hangat
lalu panas, sedang asapnya mengepul berhembus-hembus.
Ya Bie pun mulai merasa panasnya api itu. Tak dapat
mereka bersembunyi lebih lama pula, apa pula So Hun Cian Li
sudah mulai berPekik-Pekik. Tidak ayal lagi, berbareng
punahnya ilmu sihir mereka, si nona menarik lengannya si
orang utan buat diajak berlompat ke tempat yang belum
dimakan api.
Si wanita, yang selalu mementang mata, melihat
berlompatnya dua sosok tubuh. Dia girang sekali. Itu berarti
akalnya sudah memberi hasil. Lantas dialompat memapaki
bahkan dia terus menyerang !
"Perempuan berkepala pria, apakah kau masih memikir
buat lolos lagi ?" dia menegur bengis. Agaknya dia puas sekali.
Serangannya pun hebat, sebab dia menggunakan dua-dua
tangannya sambil terus diulangi setelah yang pertama gagal,
begitupun yang kedua !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie berlompat sambil berkelit, ia rada lambat, walaupun
tubuhnya tak kena terhajar tetapi mukanya terasampok
anginnya hingga ia merasai kulit mukanya pedas. Hal itu
membuatnya gusar. Belum lagi ia melihat tegas siapa si
penyerang, ia sudah lantas meraba pinggangnya meloloskan
sabuk ular hijaunya.
Si wanita penasaran, dia maju terus, dia menyerang pula,
atau dia kaget waktu dia melihat senjatanya lawan bersinar
mengkilat dan berkutik-kutik. Lekas-lekas dia menahan diri
seraya terus berkelit. Dia lompat mundur tiga tindak, lantas
dia mengawasi.
So Hun Cian Li masih tetap mengenakan baju dan
celananya, pakaiannya seorang tua, hanya sekarang ini, ikat
kepalanya sudah lolos, hingga terlihat tegas muka
binatangnya. Ia telah dihadang si pria yang berkepala besar
seperti kepala macan tutul itu dan pria itu menyerang keras
sebab dia tak memandang mata pada seekor binatang.
Si orang utan tidak mau memberi hati. Dia tidak menangkis
atau berkelit, bahkan dia menyambuti tinju penyerang dengan
satu sambaran, guna menangkap tangan orang, sedang
tangan yang sebelah lagi, menjambak dada lawan itu !
Sebenarnya pria itu berkepandaian tidak rendah, kalau toh
dia kena terjambret itu, itulah disebabkan dia sembrono,
tadinya dia memandang tak mata pada si orang utan atau
mawas. Dia kaget hingga dia mundur terhuyung. Justru itu,
dia pun mesti menoleh ke arah kawannya yang lagi berkelahi
dengan si kacung - Ya Bie, yang menyamar menjadi pria itu.
Dia mendapati adik seperguruannya itu lagi berdiri diam
mengawasi lawannya, hingga dia menjadi heran. Biasanya sumoay
yang jumawa itu tak mudah memberi ampun kepada
lawan, maka aneh akan menyaksikan ia tak bertindak terus.....
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Mungkinkah ia gagal ?" pikirnya. Karenanya ia lantas
memandang Ya Bie. Ia mendapati nona dalam penyamaran itu
lagi berdiri sambil bersenyum, tangannya memegang seekor
ular hijau yang kecil, yang tubuhnya bergerak melingkarlingkar
dan tubuhnya itu berkilauan. Ular itu mempunyai mata
yang tajam dan lidah merah seperti darah dan lidahnya lagi
diulur memain !
Semua kejadian barusan terjadi dalam sekejap. Ialah habis
si wanita menyulut rumput, dan Ya Bie berdua lompat keluar
dan mereka segera diserang. Menyusul itu, api berkobar-kobar
dan dengan cepat merembet kesana kemari, hingga
cahayanya menjadi terang, hingga berempat mereka terlihat
nyata.
Selagi api mulai mendekati mereka itu, terlihat diantara
rumput suatu sinar hijau berkilau, menyusul itu tak sedikit
bayangan hitam yang bergerak-gerak mengikuti angin, angin
mana pun menyiarkan bau baCin.
Si wanita dapat menguasai dirinya. Dia menghadapi Ya Bie
dan kata dingin : "Mana dia dua kantung kami yang kau bawa
lari tadi ? Dimana kau sembunyikannya ? Jika kau masih
menyayangi jiwa, lekas kau keluarkan dan bayar pulang
kepada kami !"
"Lekas bicara !" si pria nimbrung, tak kurang galaknya.
"Dimana barang kami itu ?"
Parasnya Ya Bie menunjuki dia likat. Dia pun merasa,
merampas milik orang bukanlah perbuatan benar. Tapi ia tak
puas yang orang berlaku kasar sekali. Lalu ia pun ingat
dimana barang ditinggalkannya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Itu di sana !" sahutnya sambil ia menunjuk.
Si pria dan wanita menoleh ke arah ditunjuk itu. Mereka
melihat sinar hijau samar-samar serta sesuatu yang berbayang
hitam bergerak-gerak.
"Celaka !" mendadak si wanita menjerit tajam.
"Celaka !" si pria pun menjerit sama. Bahkan dia ini terus
menghela nafas.
Keduanya melongo mengawasi sinar hijau samar-samar itu
serta bayangan hitam yang seperti berlompatan dan dari situ
pun bertiup bau yang busuk, yang dapat membuat orang mual
hendak tumpah-tumpah.
Ya Bie heran. Tak tahu ia barang apa itu. Ia hanya menerka
bahwa kedua orang itu pastilah orang-orang kaum sesat.
Justru itu si pria berpaling, untuk terus membentak :
"Budak bau, kau merusakkan dua kantung kami ! Bagaimana
kami harus bertanggung jawab terhadap guru kami ?"
Ya Bie tertawa, mulutnya dicibirkan.
"Kau aneh !" sahutnya. "Kamu sendiri yang melepas api
dan membakar barangmu itu ! Kenapa kamu menyalahkan
aku ?"
Si wanita sebaliknya, gusar sekali. Matanya mendelik.
"Awas kau !" teriaknya. "Kalau tetap kau bicara seenaknya
saja, nanti nonamu membunuhmu !" Terus dia melirik kepada
si pria, guna mengasi isyarat, setelah mana keduanya
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
bergerak, mengambil sikap mengepung si nona. Karena
mereka cuma berdua, mereka berdiri di kiri dan kanan orang.
Tiba-tiba terasa deburan angin keras. Belum lagi kedua
orang itu menyerang si nona, atau seekor harimau loreng dan
besar sekali sudah tiba didekat mereka, sejarak tiga tombak.
Dari atas punggung binatang liar itu lantas lompat turun si
orang tua dan dia terus bertindak ke arah api.
"Suhu !" si wanita dan pria berseru dengan berbareng.
Orang tua itu mengawasi api, hidungnya dipakai menciumcium.
Api hampir padam tetapi cahaya hijaunya masih tampak
tipis-tipis. Bayangan hitam tadi sudah lenyap. Api pun, karena
tiupan angin, menjurus ke arah lain.
Akhirnya orang tua itu menoleh kepada Ya Bie, untuk
mengawasi tajam.
"Hm !" dia bersuara dingin. "Apakah ini si bangsat yang
merampas kantung kita ?" Dia pun menuding.
"Benar dia !" menjawab si murid wanita.
Si orang tua maju dua langkah kepada nona kita. Dia
mengawasi dari atas ke bawah dan sebaliknya. Mendadak
wajahnya kelihatan suaram, matanya pun bercahaya sangat
bengis.
"Siapa kamu ?" mendadak dia bertanya keras dan keren.
Ya Bie mengawasi tampang orang yag sangat bengis itu,
diam-diam ia merasa rada jeri.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Aku Ya Bie dan ini So Hun Cian Li." ia menjawab, suaranya
sedikit bergetar.
"Siapakah guru kamu ?" si orang tua tanya pula, sama
bengisnya. "Bicaralah sejujurnya !"
Ya Bie mempunyai sifat aneh. Ialah, ia paling senang kalau
orang menanyakan perihal gurunya. Demikian kali ini,
pertanyaannya si orang tua membuat lenyap rasa jerinya.
Sebaliknya, ia menjadi girang sekali. Hingga ia mendadak
seperti sudah lupa akan urusan itu. Ia menjadi girang sekali
hingga ia lantas tertawa.
"Guruku ialah Kip Hiat Hong Mo Touw Hwe Jie !" sahutnya
terus terang. "Kip Hiat Hong Mo dari Cianglo ciang ! Apakah
Lojinkee kenal guruku itu ?"
Sambil balik bertanya itu, ia membahasakan orang
Lojinkee, artinya orang tua yang dihormati.
Air mukanya si orang tua berubah selekasnya dia
mendengar nama Kip Hiat Hong Mo Touw Hwe Jie, hingga ia
menatap tajam, menyusul mana, wajahnya tak lagi sesuaram
dan sebengis tadi. Dia lantas berwajah ramah tamah. Perlahan
sekali terdengar suaranya, bagaikan orang mendumel.....
Orang tua ini bukan lain daripada Gwa To Sin Mo, jago dari
Houw Tauw Gay, jurang kepala harimau, dari gunung Tiam
Cong San. Sudah selama tiga puluh tahun dia memahamkan
ilmu sesat kaum kiri, yaitu Co To Pang-bun, hingga di dalam
ilmu sesat atau kepandaiannya itu, dia merupakan suatu
golongan tersendiri. Dia pandai menangkap segala macam
binatang berkaki dua atau berkaki empat, teristimewa dalam
hal menangkap ular. Pria dan wanita itu menjadi murid-murid
kesayangannya. Atas anjurannya Im Ciu It Mo, dia hendak
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
membuat jala hijau "Hoan Hiat Thian Lo - Jala Mencairkan
Darah". Maksud utamanya dibuat senjata rahasia itu ialah
guna membasmi semua jago pelbagai partai persilatan yang
tersohor.
Buat banyak tahun, Sin Mo sudah menangkap dan
membinasakan banyak macam ular beracun yang dicampur
menjadi satu dengan lain-lain macam benda beracun, hingga
merupakan semacam pupur, yang ia taruh didalam dua
kantung besar itu. Racun itu mau diserahkan kepada Im Ciu It
Mo di Hek Sek San. Kedua muridnya itu yang diperintah
mengantarkannya dengan diikuti dua orang muridnya Im Ciu
It Mo sendiri. Dia sendiri masih hendak mengurus sesuatu,
maka dia pergi menunggang harimaunya. Secara kebetulan,
mereka berempat bertemu Ya Bie dan barangnya kena
dirampas si nona, sedangkan kedua muridnya Im Ciu It Mo itu
ditotok nona itu, hingga, kalau yang satu kena dibawa oleh It
Hiong, yang lainnya ketolongan oleh Sin Mo sendiri. Setelah
memperoleh keterangan dari muridnya It Mo itu, Sin Mo lantas
menyusul kedua muridnya. Bertemu sama It Hiong, ia
menyangka It Hiong adalah Hong Kun muridnya It Mo. Karena
ini, dia sampai mau menyangka It Mo hendak
memperdayakannya. Sekarang, menghadapi Ya Bie, baru dia
ketahui duduknya kejadian. Lantas dia menjadi serba salah.
Dia mengenal namanya Hong Mo dan jeri terhadapnya. Dia
pun segani ilmu Hoan Kek Bie Cin dari Hong Mo hingga tak
berani dia sembarang turun tangan terhadap Ya Bie. Demikian
dia membawa sikap sabar.......
Melihat sisa sinar hijau serta baunya barang yang terbakar,
Gwa To Sin Mo tahu yang dua karung racunnya sudah
terbakar habis. Dia pula melihat dua muridnya berdiam saja
terhadap Ya Bie. Mengertilah dia yang dua orang murid itu
pasti tak dapat berbuat sesuatu terhadap muridnya Hong Mo
itu. Dia sebenarnya sangat nyeri dihati dan gusar sekali.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Bubuk racunnya, yang dikumpulkan dan dibuat begitu lama
dengan susah payah, sekarang ludas didalam sekejap !
Menuruti hatinya, hendak dia membinasakan Ya Bie, tetapi dia
segani Kip Hiat Hong Mo.......
Selama keadaan sunyi diantara mereka kedua belah pihak,
mendadak kesitu datang seseorang lain, yang segera ternyata
Tio It Hiong adanya. Inilah sebab anak muda itu lagi menyusul
dan mencari Ya Bie berdua.
"Kakak Hiong ! Kakak Hiong !" Ya Bie berseru-seru dengan
kegirangan selekasnya ia melihat pemuda itu, bahkan
setibanya si anak muda, ia lompat menubruk hingga It Hiong
mesti merangkulnya supaya orang tidak sampai terjatuh. Nona
itu berkelakuan mirip bocah cilik, saking polosnya, dia tak
kenal malu atau likat.
It Hiong mengusap-usap rambut orang, ia memperlakukan
dengan lemah lembut seperti juga nona itu adalah adiknya
sendiri.
"Ada apakah ?" tanyanya kemudian, karena ia melihat sikap
aneh dari Gwa To Sin Mo dan pria dan wanita muridnya si
Bajingan dari Houw Tauw Gay. Perlahan-lahan, ia menolak
tubuh si nona.
"Oh, kiranya kalian dari satu rombongan !" kemudian kata
Sin Mo, sesudah dia mengawasi orang sekian lama.
It Hiong tak puas menyaksikan lagak orang takabur.
"Kiranya kau juga rombongan Im Ciu It Mo ?" tanyanya
tawar.
"Apa katamu ?" Sin Mo tegaskan.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie yang bersender pada bahunya si anak muda,
seenaknya saja, menalangi si anak muda itu menjawab.
Katanya : "Kakak Hiong ku ini menanya kau, kau satu
gerombolan dengan Im Ciu It Mo atau tidak ?"
Gwa To Sin Mo gusar sekali, kedua matanya sampai
bersinar mencorong.
"Kalau benar bagaimana ?" tanyanya, bengis. "Kalau tidak
benar, bagaimana ?"
It Hiong tertawa dan mendahului si nona menjawab.
"Aku dengan kau, lotiang, tidak bermusuhan." katanya
sabar. "Adalah dengan murid-muridmu ini kami terlibat selama
satu malam...."
Sin Mo membentak sambil menuding Ya Bie : "Kalau
bukannya budak itu merampas barangku, aku si tua, tak akan
aku memandang kau walaupun satu kali lirik saja !"
Si wanita dengan ikat kepala hijau campur bicara.
"Dia bukannya laki-laki !" dia memberitahukan gurunya.
"Dia seorang budak perempuan ! Suhu salah mata !" Dan dia
mencibir pada Ya Bie, agaknya dia memandang sangat
rendah. Dia menambahkan : "Wanita menyamar menjadi pria,
mana dia dapat menjadi orang baik-baik !"
Mendengar kata-kata orang, Ya Bie baru sadar bahwa ia
sedang menyamar. Ia tunduk melihat pakaiannya dan
mukanya menjadi merah. Hanya sejenak, mendadak ia
mengangkat kepalanya dan membentak : "Jika kembali kau
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
enteng mulut dan mengoceh tidak karuan, awas, di depan
gurumu ini nanti aku mengajar adat padamu !"
"Tutup bacotmu !" Sin Mo mewakili muridnya.
Hebat bentakan itu, telinga ketulian bagaikan mendengar
guntur. Dua-dua Ya Bie dan si wanita berikat kepala hijau
berdiam.
Sejenak itu, mereka semua membungkam.
Sin Mo mengawasi ke satu arah, entah apa yang dia lagi
pikirkan.
Diam-diam It Hiong berbisik pada Ya Bie : "Baik kau
kembalikan barang orang itu. Kalau kita berkata terus dengan
mereka, urusan kita sendiri bisa gagal karenanya....."
Mulutnya si nona dimonyongkan.
"Dia sendiri yang telah menyalakan api membakarnya...."
sahutnya.
Mendengar demikian, It Hiong lantas berpaling kepada si
orang tua.
"Lotiang," sapanya, "apabila sudah tidak ada pesan lain,
aku memohon diri !" Dan ia menarik tangannya Ya Bie, buat
diajak bertindak pergi.
"Tahan dulu !" seru Gwa To Sin Mo, keren.
"Ada apa, lotiang ?" tanya It Hiong. Dia menghentikan
langkahnya dan menoleh.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Silakan bicara !"
Si kepala macan dan wanita berikat kepala hijau bertindak
maju, guna menghadang.
Dengan satu gerakan tubuh pesat, Sin Mo maju mendekati.
Lantas dia menuding si muda mudi dan kata keras : "Kalian
telah merusak bahan obatku ! Tak mudah buat kalian berlalu
dari sini dengan masih hidup !"
"Nonamu tidak percaya kau !" bentak Ya Bie, menyela.
"Apakah kau sangka kau dapat menempur kakak Hiong ku ini
? Hm !"
Sin Mo melirik nona jumawa itu.
"Kalian harus mengerti, lohu adalah orang yang mengerti
segala apa," kata dia. "Lohu dapat membedakan mana yang
benar mana yang salah !" Dia batuk-batuk. Terang dia
menahan hawa amarahnya. Kata dia pula : "Bukankah benar
barangku itu kau yang bawa lari dan yang membakar ialah
muridku ?"
Mendengar orang bicara dari hal yang pantas, reda
kejumawaannya Ya Bie.
"Kau benar, lotiang !" sahutnya.
"Walaupun demikian," kata pula si orang tua. "Siapa
merampas barangku maka kedua tangannya harus
dikutungkan !" Tiba-tiba saja dia berubah sikap pula dan
suaranya pun tegas sekali.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie panas hati, hendak dia menegur atau It Hiong
mengutiknya. Maka ia terus berdiam, melainkan sinar matanya
serta wajahnya yang berubah menjadi suaram.
Sin Mo tertawa beberapa kali. Lalu kembali dia menjadi
sabar, suaranya menjadi ramah pula ketiak ia berkata : "Suka
aku memandang mukanya sahabat Touw si Kip Hiat Hong Mo
! Kali ini suka aku melanggar aturanku sendiri ! Aku memberi
ampun kepada sepasang lenganmu !"
It Hiong mengerti bahwa orang tengah menindak turun dari
tangga, ia lantas kata dengan tawar : "Lotiang, selesai
sudahkah kau bicara ? Aku yang muda hendak melanjuti
perjalanan kami!"
"Eh, nanti dulu !" kata Sin Mo, cepat. "Masih ada lagi !"
"Silahkan bicara !" kata It Hiong, terang dan jelas, bahkan
agak lantang. Ia mulai sebal akan lagak orang.
Sin Mo seperti tak menghiraukan itu. Dia justru tertawa.
"Beginilah tabiat anak muda, keras dan bandel !" katanya.
"Sama denganku semasa aku muda ! Sungguh itulah sifat
yang harus disayangi !"
"Lotiang !" kata It Hiong tak sabaran, "kalau ada bicara,
bicaralah. Kami perlu sekali hendak pergi ke Kian Gee Kiap
Kok dimana kami mempunyai urusan penting !"
"Baik, baik !" sahut si orang tua. "Lohu justru mau pergi ke
Kian Gee Kiap Kok itu ! Nah, mari kita pergi bersama !"
It Hiong heran hingga ia melengak.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Kenapa lotiang mau pergi bersama kami ?" tanyanya.
Gwa To Sin Mo tertawa.
"Bersama-sama kau, lohu hendak menemui Im Ciu It Mo !"
sahutnya terus terang. "Di depan dia itu hendak aku jelaskan
dan buktikan bahwa kedua kantung obat itu telah dirusak oleh
kalian ! Dengan begitu lohu hendak membuat bahwa lohu
tidak merusak kepercayaanku disebabkan salah janji !"
It Hiong takut orang terlalu licik dan ia nanti kena
diperdayakan. Tak sudi ia nanti kena perangkap. Maka ia
memberi hormat dan kata : "Aku yang muda masih hendak
mencari seorang kawanku, dari itu silakan lotiang berjalan
lebih dahulu ! Kita bertemu saja nanti di Kian Gee Kiap Kok !
Bagaimana ?"
Alisnya si orang tua bangkit berdiri. Dia tertawa bergelak.
"Lohu bukan orang dari golongan ternama kaum rimba
persilatan yang lurus," kata dia, "walaupun demikian, dalam
dunia Kang Ouw, lohu mempunyai juga namaku sebagai lakilaki
! Tak nanti lohu menurunkan tangan hina dina terhadap
kalian kaum muda ! Apakah yang kau khawatirkan ?"
It Hiong jengah sebab rahasia hatinya dibeber orang tua
itu. Tapi ia kata, "Seorang bujang tuaku telah pergi entah
kemana, dari itu tidak dapat aku meninggalkan dia pergi tanpa
memperhatikannya......."
Masih si tua mengotot.
"Aku si tua bermaksud baik !" demikian katanya. "Aku
khawatir kamu tidak tahu dimana letaknya Kian Gee Kiap Kok !
Karenanya lohu suka menemani kalian jalan bersama-sama !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Janganlah kita menyia-nyiakan waktu. Tapi baiklah, akan lohu
berdiam disini menantikanmu, pergi kau lekas mencari
orangmu itu !"
Hatinya It Hiong tercekat juga, memang tak tahu dia
dimana letaknya lembah Gigi Anjing itu. Di lain pihak, dia
memikirkan So Hun Cian Li. Barusan itu si kera telah pergi
mengeleos entah kemana....
"Kakak Hiong," Ya Bie berbisik, "kau jeri pergi bersamanya
?"
"Bukan begitu," sahut si anak muda. "Mana So Hun Cian Li
?"
Ya Bie melihat kelilingnya. Ia tidak melihat binatang
piaraannya itu. Lantas dia bersiul nyaring beberapa kali.
Tiba-tiba muncullah sesosok tubuh yang mulanya tampak
sebagai sebuah batu besar. Itulah si orang utan.
Gwa To Sin Mo heran. Dia melihat seorang tua, tetapi
setelah diawasi, itulah seekor orang utan yang mengenakan
pakaian orang tua. Diam-diam hatinya bercekat. Heran seekor
orang utan dapat merubah diri dengan ilmu Hoan Kak Bie Cin.
Selekasnya menengok si orang utan, It Hiong mengajak,
"Lotiang, mari kita berangkat !"
Sin Mo mengangguk.
Maka berangkatlah mereka dalam rupa satu rombongan.
Cahayanya matahari pagi masih lemah.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Lembah Kian Gee Kiap Kok itu berada di sebelah barat Hek
Sek San, mukanya terapit dengan dua batu karang besar
bagaikan dinding, renggangnya kecil sekali hingga cuma muat
satu orang berlalu lintas disitu. Jalanan itu, sudah sempit, juga
berliku-liku dan tidak rata, sebentar mendaki, sebentar mudun
ke bawah. Jalannya sendiri tak rata dengan batu koral sebesar
telur ayam. Bisa-bisa orang kesandung atau terpeleset. Jalan
sulit itu cuma sepuluh tombak lebih, habis itu, tampak jalanan
lebar setombak lebih dan tertumbuhkan banyak rumput.
Dinding kiri dan kanan tinggi dan lamping, licin, tanpa
pepohonan. Rumput pun tidak.
Kapan Gwa To Sin Mo, beramai tiba di mulut gua, hari
sudah mulai tengah hari. Diantara rombongan Sin Mo, cuma si
pria dengan kepala macan tutul itu yang pernah datang ke
guanya It Mo dan mengenalinya.
"Sudah sampai !" kata si kepala macan tutul itu, yang
berjalan di muka. Terus dia menghentikan tindakannya. Dia
mengangkat kepalanya, dongak melihat ke atas.
It Hiong semua dongak tetapi mereka tidak melihat mulut
gua. Semuanya heran.
"Bo Pa, mana dia mulutnya gua ?" tanya Sin Mo, sang guru.
Bu Pa, si kepala macan tutul, menunjuk ke atas.
"Nanti, tecu memanggil !" katanya.
Bu Pa ini sebenarnya bergelar Tok Jiauw Bu Pa, si Macan
Tutul Berkabut Berkuku Beracun dan si wanita bernama In Go
gelar SIn Gan Go Bie, si Alis Lentik Bermata Sakti. Merekalah
muridnya Sin Mi.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Lantas Bu Pa mengulur sebelah tangannya, menekan
sebuah ujung batu pada dinding gunung, hingga terdengar
beberapa kali suara nyaring tingtong, menyusul mana
terbukalah sebuah mulut gua yang kecil sekali, dari mana
segera terdengar suara orang : "Siapa ?"
"Bu Pa dari Houw Tauw Gay !" sahut Bu Pa.
"Tunggu sebentar !" kata pula suara di mulut lubang kecil
itu, sedangkan pintunya tertutup pula, hingga kembali tak
tampak bekas-bekasnya.
Tak usah lama orang berdiri menanti.
"Silahkan masuk !" tiba-tiba terdengar suara mengundang.
Kali ini dinding bergerak dan bersuara, terus terbuka
sebuah pintu rahasia, bergeraknya sangat perlahan, besarnya
pintu lima kaki kira-kira, lebar dibawah, ciut diatas. Di sebelah
dalam tampak gelap, cuma terasa angin bertiup.
Pintu itu merupakan sebuah batu besar.
Bu Pa mengajak rombongannya bertindak masuk. Tanpa
bersuara, pintu rahasia itu lantas tertutup pula seperti
sediakala.
Di belakang gua itu terdapat jalan pegunungan semacam
gang atau terowongan, di kiri dan kanannya, diatasnya, juga
terdapat batu, seperti dibawahnya, batu injakannya. Rupanya
itulah terowongan buatan manusia. Di atas tampak cahaya
suaram, yang membuat orang melihat jalanan dengan samarsamar.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Sembari jalan diam-diam It Hiong kata di dalam hati :
"Tanpa bersama Gwa To Sin Mo, tak nanti aku sanggup
mencari sarangnya Im Ciu It Mo ini. Itulah lembah, atau lebih
benar gua, yang sangat istimewa."
Berjalan tak lama, habis sudah terowongan itu dilewati,
maka mereka lantas berada di sebuah tempat terbuka, sebuah
lembah yang mirip mangkuk lebar, luasnya dua sampai tiga
puluh bahu sekitarnya. Di sekitar itu, semuanya dinding bukit
yang lamping, batunya hitam-hitam. Sinar matahari
menembusi uap. Dari suatu bagian dinding terdapat air
mengalir keluar, berupa sebuah sumber atau kali kecil,
merintangi lembah itu, nyeplos di sebuah liang diseberang,
atau hadapannya. Di atas kali kecil itu melintang sebuah
jembatan kayu, yang buatannya indah, hingga indah juga
pemandangan disitu.
Menyeberangi kali itu terdapat semacam taman bunga
serta sebuah rumah batu dengan beberapa wuwungannya.
Tiba di muka rumah batu itu, selagi Bu Pa hendak memanggil
orang, atau mereka lantas mendengar tawa terkekeh yang
keluar dari dalam rumah dan kata-kata ini : "Sahabat Sin Mo,
kau telah datang ! Maaf, maaf, aku gagal menyambut siangsiang
!"
Suara itu berhenti berbareng dengan terpentangnya daun
pintu, maka diambang pintu itu lantas tampak Im Ciu It Mo,
muncul dengan air muka berseri-seri, tangannya memegang
tongkatnya.
"Wanita tua, kau sungkan sekali !" berkata Sin Mo, yang
pun tertawa. Dan ia bertindak memasuki rumah batu itu,
diturut murid-muridnya serta It Hiong dan Ya Bie bertiga.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Rumah batu itu katai tetapi ruang dalamnya lebar sekali.
Rupanya itulah perut gunung yang digali dibuat menjadi ruang
rumah.
Dengan ramah It Mo mengundang para tetamunya
berduduk dan seorang kacung wanita yang kecil segera
datang dengan air teh dengan cangkirnya yang lima hijau dan
sebuah merah.
Habis suguhan teh itu, Im Ciu It Mo tertawa dan kata manis
: "Aku membuat Sin Mo bercapek lelah datang sendiri
membawa baarng, pastilah barang-barang itu bukan
sembarang bahan ! Sahabatku, aku si perempuan tua, lebih
dahulu aku menghaturkan terima kasihku !"
It Mo telah menyuguhkan teh yang dicampuri racun,
maksudnya supaya ia memperoleh bahan obat atau racun
dengan gratis, sekalian ia hendak menguasai dirinya Sin Mo,
seperti dia telah mengekang Hong Kun dan Kiauw In.
Sin Mo, sebaliknya menghela nafas.
"Sayang, bahan obat itu telah hilang ditengah jalan......."
kata dia, lesu.
It Mo heran, hingga air mukanya berubah. Inilah diluar
sangkaan ia. Sendirinya ia tertawa dingin.
"Bagaimana, sahabat Sin," ia lantas tanya. "Adakah ini akal
untuk memperdayakan bocah umur tiga tahun ?"
"Lohu tidak pernah bicara dusta, sahabatku !" kata Sin Mo,
sungguh-sungguh. Dia jengah tetapi dia penasaran sebab dia
tidak dipercaya. "Dengan sebenarnya bahan obat itu hilang
ditangannya ketiga orang itu !"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Dan dia menunjuk It Hiong bertiga Ya Bie dan So Hun Cian
Li.
Im Ciu It Mo mengawasi It Hiong. Dia tertawa lebar.
"Dialah muridku si perempuan tua !" katanya. "Cara
bagaimana dia membuat obatmu hilang ?"
Mendadak Sin Mo menjadi gusar.
"Dia ini muridmu ?" tanyanya gusar.
It Mo mengangguk.
"Buat apa disebutkan pula," sahutnya. "Dia bernama Gak
Hong Kun !"
Gwa To Sin Mo penasaran dan mendongkol.
"Barangku itu dirampas mereka !" katanya keras. "Kalau
mereka benar muridmu, perempuan tua, kau pun harus
memberi keadilan padaku !"
"Memang barang itu dirampas mereka ini !" In Go turut
bicara seraya terus dia menuturkan duduknya kejadian.
Im Ciu It Mo putus asa berbareng murka sekali. Musnahnya
bahan obat itu membuat ia gagal membikin obat racunnya
yang lihai --Hoa Hiat Thian-lo itu. Dia gusar hingga tubuhnya
menggigil. Dengan tongkatnya, dia lantas menuding anak
muda kita.
"Hong Kun, sudah gilakah kau ?" tegurnya, bengis.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
It Hiong tahu yang orang telah keliru mengenali padanya.
Dia dikirakan Gak Hong Kun. Dia berdiam saja ditegur keras
itu. Dia cuma mengawasi wanita tua itu. Dengan berdiam saja
itu, dia jadi sama dengan gerak geriknya Hong Kun yang telah
dikasih makan obat Thay-siang Hoan Hun Tan.
It Mo tidak gusar yang "muridnya" itu berdiam saja. Dia
menyangka orang tolol karena pengaruh obatnya. Maka dia
kembali berpaling kepada Sin Mo. Dia menghendaki
mendapatkan obat yang baru. Dia pula tak bergusar pula pada
sahabat atau tamunya itu. Sebaliknya, dia tertawa.
"Beginilah memang kelakuannya muridku, otaknya mirip
orang tak beres," kata dia. "Dia telah membakar bahan obat
itu, biarlah, kali ini suka aku memberi ampun padanya."
Sin Mo tertawa dingin.
"Tetapi, perempuan tua, bagaimana dengan janji kita ?"
tanyanya. "Janji itu berlaku atau tidak?"
It Mo berdiam sebentar, baru dia menjawab.
"Kenapa tak berlaku?" jawabnya, membaliki. "Namun,
sahabat Sin Mo, aku minta kau sukalah membawakan aku pula
obatmu itu."
Gwa To Sin Mo menggeleng kepala.
"Perempuan tua, janganlah kau bicara secara mudah
begini." katanya. "Kalau lohu mesti mengumpul pula bahan
obat itu, sekalipun dalam waktu satu tahun, aku masih belum
tahu akan dapat mengumpulnya lengkap atau tidak....."
It Mo terkejut, parasnya pucat.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, mana itu keburu untuk tanggal harinya Bu
Lim Cit Cun ?" katanya, bingung. "Aku hendak membuat Hoa
Hiat Thianlo justru guna menjagoi di dalam rapat persilatan
besar itu !"
"Itulah karena terpaksa," sahut Sin Mo wajar. "Aku tak
dapat berbuat apa-apa !"
Hatinya It Mo bercekat, terus wajahnya menjadi dingin.
"Sebenarnya itu ada hubungannya sangat besar denganmu
!" katanya kemudian. "Kau tahu air teh harum barusan ?"
Air teh yang disuguhkan itu, yang diminum Gwa To Sin Mo,
telah dicampurkan racun.
Sin Mo dapat menerka dari lagu suara orang bahwa air teh
itu mesti telah diracunkan, bahwa ia dan kedua muridnya
sudah kena minum racun itu, tetapi dia sendiri adalah ahli
racun, dia tak menghiraukan itu. Maka itu, mendengar suara
orang, yang seperti mengancam secara diam-diam itu, dia
tenang-tenang saja. Bahkan dia tertawa dan kata : "Kiranya,
perempuan tua, kau telah main gila dengan air tehmu itu !
Kiranya perut lohu sudah keracunan ! Ha ha ha ha !"
Im Ciu It Mo berlaku tawar. Kata dia dingin : "Racun itu
ada banyak macamnya dan di depan kau, sahabat Sin Mo,
kalau aku menggunakan racun yang umum, aku bagaikan jual
lagak di depan ahli ! Tapi racun di dalam air tehku ini racun
lain macam ! Kau tahu, itulah racun serangga Toh-hoa-ciang
asal dari tanah Biauw-kiang !"
Jago Hek Sek San berhenti sebentar, selagi tamunya belum
mengatakan sesuatu, dengan tampang bangga, dia
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
menambahkan : "Racun Toh-hoa-ciang sangat jahat tetapi
masih ada obat untuk memunahkannya, cuma itu harus
dipunahkan oleh orang yang membuat racun itu sendiri, tidak
oleh orang lain. Sahabat Sin Mo, aku tahu kaulah seorang ahli
racun, karenanya tak usah aku si perempuan tua menjelaskan
lagi !"
Kali ini Sin Mo kaget berbareng gusar sekali. Dia berdiri
menjublak bagaikan patung. Sebab dia menyesal yang dia
kurang berhati-hati hingga dia kalah licin dari sahabatnya yang
licik ini. Sedangkan kedua murid, Bu Pa dan In Go, mendengar
suaranya It Mo, mereka menjadi takut tak terhingga, tubuh
mereka menggigil !
Bukan main puasnya It Mo akan mengawasi ketiga orang
itu, guru dan murid-muridnya. Ia tertawa perlahan, tertawa
dingin atau mengejek. Kemudian ia berkata pula : "Sin Mo,
kita adalah orang-orang dari satu kalangan, sahabat-sahabat
baik ! Percaya aku si perempuan tua, tidak nanti aku
mencelakai kau, asal saja kau suka mendengar kataku !
Sekarang aku suka menjanjikan kau setiap kali kau melakukan
sesuatu padaku, setiap kali aku memberikan kau sedikit obat
pemunah racunku itu, nanti, sesudah kau menyelesaikan tiga
rupa Pekerjaan maka kau akan mendapatkan obat yang
terakhir yang membuatmu bebas dari racun dan menjadi
sehat walafiat seperti sedia kala !"
Sin Mo seorang berpengalaman, apa yang dikatakan It Mo
itu, tak sepatah kata yang dia jawab, sebaliknya dengan diamdiam,
dia mencoba mengerahkan tenaga dalamnya. Dia mau
mencoba mengusir racun yang maha dahsyat itu. Asal dia
berhasil, dia akan bebas dan tak nanti kena orang kekang dan
pengaruhkan.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Begitulah mulanya jago tua ini merasai seluruh jalan
darahnya berjalan lurus, adalah apa yang dinamakan otot "Kie
Keng Pat Meh," yang rada tak wajar, agaknya lamban. Tapi ini
saja sudah cukup menginsafkan padanya bahwa racun musuh
nyata sudah bekerja dan tak lagi berdiam disuatu anggota
tubuhnya itu. Ia jadi berpikir keras. Tiba-tiba ia tertawa lebar
dan kata : "Lohu telah berusia lanjut, karenanya buat apa aku
takuti segala racun serangga ? Lohu tidak membenci atau
bersakit hati terhadapmu, aku tidak penasaran, hanya itu aku
benci yang kau telah menurunkan tangan jahat kepada ini
anak-anak muda !'
Im Ciu It Mo tertawa.
"Sahabat Sin Mo !" katanya gembira. "Nyata kau terlalu
memandang ringan pada aku si perempuan tua ! Silahkan kau
tengok warnanya teh itu, dari situ kau akan ketahui sendiri !"
Memang, diantara enam cawan teh itu, lima berwarna hijau
dan yang satunya merah. Di situ ada tiga cawan, yang air
tehnya belum terminum. Itu artinya, It Hiong bertiga tidak
turut minum bersama, hingga mereka tak usah keracunan !
Mendengar keterangannya Im Ciu It Mo, In Go dan Bu Pa
beranggapan yang telah minum racun adalah Gwa To Sin Mo,
guru mereka sendiri, sebab itu adalah teh yang airnya merah.
Mereka kaget tetapi taklah kaget sebagai semula.
In Go licik, ia hendak mencari kepastian. Ia tertawa dan
kata pada Im Ciu It Mo : "Terima kasih locianpwe Im Ciu,
yang kau berkenan menaruh belas kasihan atas diriku......."
Im Ciu memperlihatkan tampang si tua agung-agungan. Dia
mengeluarkan suara ejekan dari hidungnya dan kata : "Kalian
bangsa orang muda dan dari tingkat rendah, mana aku si
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
orang memandang mata pada kalian ! Kalau aku berbuat
busuk terhadap kalian, bukankah orang bakal mentertawakan
aku ?"
Selagi orang berkata jumawa itu, In Go pun turut tertawa,
hanya sembari tertawa diam-diam ia menggunakan kedua
tangannya untuk mengulapkannya perlahan, tetapi berbareng
dengan itu, segumpal jarumnya yang halus sekali, telah
terluncurkan ke mukanya si wanita tua, sembari berbuat
begitu, ia membarengi berkata : "Segala kepandaian tidak
berarti, pastilah locianpwe tidak menaruh di mata locianpwe !"
Hebat bokongan itu, Im Ciu It Mo bermata jeli dan cepat,
tetapi hampir dia kena terhajar. Satu kibasan tangan
kanannya membuat jarum beracun itu terkebut runtuh jatuh
ke tanah !
Akan tetapi In Go tidak berhenti dengan satu kali
menyerang saja, dia menyerang saling susul, segumpal demi
segumpal. Bahkan bukan si nona, malah Bu Pa turut turun
tangan bersama, hingga mereka menyerang bergantian
beruntun-runtun tak hentinya.
Gwa To Sin Mo menyaksikan penyerangan kedua muridnya
itu, yang membuat Im Ciu It Mo menjadi repot, ia puas
berbareng mendapat pikiran. Bukankah ia telah kena minum
racun yang sangat jahat itu ? Tidakkah hal itu membuatnya
sangat bersakit hati ? Maka juga, justru murid-muridnya
menyerang, dia turut menyerang juga ! Secara tiba-tiba dia
menggunakan pukulan kedua tangannya, Siang-wie-ciang !
Hebat serangannya Sin Mo ini, angin serangannya saja
telah membuat jarum-jarum yang runtuh berbalik menyerang
pula pada sasarannya tadi !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Dalam repotnya Im Ciu It Mo menggunakan dua-dua
tongkat dan tangan kosongnya menangkis setiap serangan
ketiga orang lawan itu, dan dia membuat jarum-jarum mundar
mandir diantara pelbagai serangan mereka kedua belah pihak.
Dia pun memiliki serangan yang dahsyat.
Dalam tenaga dalam, Im Ciu It Mo menang jauh dari pada
In Go dan Bu Pa, kalau toh dia menjadi repot, ialah mulanya
dia memandang tak mata pada mereka berdua, siapa
sebaliknya menyerang dengan semangat penuh, sebab
mereka hendak membantu guru mereka. Setiap serangan,
jarum yang menyambar terdiri dari lima sampai enam batang,
begitu pun jarumnya Bu Pa.
Biasanya jarum itu mengarah kerongkongan orang, siapa
terkena, dia jangan harap selamat lagi. Tapi Im Ciu It Mo
sangat lihai, dia menggunakan Tauw-lo thung, tongkatnya
yang lihai itu, secara lihai sekali. Di samping itu, ada
sampokan-sampokannya dengan tangan kirinya...........
Sampai di situ, Gwa To Sin Mo tidak menghiraukan pula
derajatnya. Dia turun tangan, membantui kedua muridnya
yang lihai itu. Dia mendesak hebat, saban-saban dia
menyampok balik semua jarum beracun itu yang dikembalikan
It Mo ! Dia bermaksud, kalau It Mo terkena jarum, hendak dia
memaksa dia itu membuat perjanjian akan saling menukar
kay-yoh, yaitu obat pemunah racun masing-masing.
Demikian berempat mereka bertempur, satu melawan tiga,
atau tiga mengepung satu. Dan dua-dua pihak, karena
digunakannya jarum beracun, sama-sama memperhatikan
jarum itu saja.
Pertempuran itu memberikan satu kesempatan baik bagi It
Hiong. Ia datang buat mencari Kiauw In. Sejak mulai
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
memasuki gua, ia selalu memasang mata, mengharap dapat
melihat bakal istrinya itu. Hanya, seperti telah diketahui,
selama itu ia selalu berpura-pura tolol, hingga ia mirip dengan
Gak Hong Kun, si It Hiong palsu yang dipengaruhkan obatnya
It Mo. Selama itu juga, diam-diam ia memperhatikan seluruh
ruang dan formasinya. Ia menerka-nerka dimana Kiauw In
dikurung.
Mendengar It Mo halnya air teh dicampuri racun, di dalam
hati, anak muda kita ini terkejut. Syukur ia dan Ya Bie berdua
tidak minum air teh itu. Ia dapat bersabar sampai tiba saatnya
pertempuran disebabkan In Go habis sabar. Di saat In Go
menyerang dengan jarum dan It Mo menangkis, mengertilah
dia yang ketika baiknya pun telah tiba.
Begitulah selagi orang bertarung seru, diam-diam It Hiong
menarik Ya Bie, buat menyelinap ke pojok dimana terdapat
sebuah pintu batu. So Hun Cian Li cerdik, dia segera bergerak
mengikuti. Dengan demikian, bertiga mereka memasuki pintu
pojok itu dan menghilang di baliknya.
Empat orang yang lagi mengadu jiwa itu tidak sempat
melihat mereka bertiga.
Pertempuran berjalan cepat tetapi saking serunya, sang
waktu berlalu dengan tak kurang cepatnya. Im Ciu It Mo
menjadi repot sekali. Dia nampak seperti kehabisan nafas.
Memangnya lukanya disebabkan melawan Pie Sie Siansu di
Gwan Sek Sie belum sembuh seluruhnya. Mungkin dia tak
akan bertahan lebih lama lagi.
Di lain pihak, Gwa To Sin Mo ingin pertempuran disudahi
dengan lekas. Dia seperti lupa yang dia telah kena minum
racun, dia berkelahi dengan keras sekali. Dia mendesak terusterusan.
Karenanya, diluar tahunya, dia menyebabkan
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
racunnya It Mo bekerja lebih cepat dari biasanya. Dengan
mengerahkan tenaga dalam terlalu keras, dia bagaikan
menyebabkan tubuhnya lebih cepat lelah dan lemah. Demikian
sudah terjadi, selagi hatinya ingin lekas-lekas merebut
kemenangan, selagi dia mendesak sekeras-kerasnya,
tenaganya berkurang sendirinya, hingga sendirinya pula
desakannya menjadi kendor.......
It Mo sendiri, kedudukannya tak menjadi lebih baik
walaupun Sin Mo sudah letih itu. Inilah karena ia sudah
menjadi lelah terlebih dahulu. Nafasnya menjadi tersengalsengal,
gerak-gerik tongkatnya menjadi lamban. Maka satu
kali telah terjadi, satu kali dia lambat menangkis, sebatang
jarum mampir dan nancap dibahunya. Mendadak saja dia
merasai nyeri yang sangat. Dengan begitu, ia jadi mendapat
luka diluar dan didalam. Ia insaf yang ia menghadapi bencana,
lantas ia mencoba mengerahkan tenaga dalamnya, guna
mencegah racun jarum menjalar ke lain bagian dari tubuhnya.
Berbareng dengan itu, segera ia memperdengarkan suaranya
yang nyaring dan tajam, guna memanggil murid-muridnya. Ia
merasa bahwa ia perlu memperoleh bantuan. Sedangkan
tadinya ia merasa sendiri saja ia akan sanggup bertahan.
Selekasnya It Mo berseru itu, selekasnya juga buyarlah
tenaga dalamnya, maka itu racun pun bekerja, menyerang ke
lain-lain bagian tubuhnya itu. Sekarang tak dapat ia bertahan
lama lagi, di dalam waktu satu detik, tubuhnya bergemetar
dan menggigil, segera robohlah ia !
In Go tertawa melihat orang roboh itu.
"Nah, lihatlah sekarang !" katanya mengejek. "Kau masih
menaruh mata pada kami atau tidak?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Justru itu, racun di dalam tubuhnya Sin Mo pun bekerja
keras sekali, dia mulai tak dapat bertahan. Syukur untuk
dianya, ialah otaknya masih tetap jernih hingga dapat dia
berpikir. Selekasnya It Mo roboh, dia khawatir orang lantas
mati. Lantas dia mengeluarkan dua butir obat pulungnya.
"In Go, lekas jejalkan sebutir pil merah ke dalam mulutnya
!" Ia menitahkan muridnya yang wanita. "Ini obatnya !" Ketika
ia menyerahkan obat itu, tangannya bergemetar.
In Go menyambut obat itu tetapi ia sembari menanya :
"Suhu, buat apa membantu dia ? Nenek-nenek ini sangat jahat
dan tidak kenal malu !"
"Supaya dia jangan segera mati," sahutnya nafasnya
mendesak. "Supaya dia masih hidup dan suka mengeluarkan
obat pemunah racunnya, guna mengobati aku. Racunnya dia
itu sudah... be... bekerja....di.... di.... dalam..... tubuhku...."
Baru habis mengucap itu, Sin Mo roboh tak tertahan pula,
malah terus dia mengeluh meringis-ringis sebab dia merasa
sangat nyeri di dalam tubuhnya......
In Go tahu khasiat obat gurunya, yang sebenarnya terdiri
dari tiga macam dan warnanya merah, hitam dan putih. Obat
merah guna bertahan sedikit waktu, agar racun tidak menjalar
ke nadi. Racun menyerang nadi berarti jiwa si kurban tak
tertolong pula. Obat hitam memperlambat menjalarnya racun.
Dan obat putih buat menyembuhkan seluruhnya. Karena ini,
segera ia menjejalkan obat merah ke mulutnya It Mo
sebagaimana perintah gurunya, ia bantu obat itu dengan
secawan air teh.
Bu Pa sudah lantas membantu gurunya, yang ia pondong
dan dudukan di atas kursi. Hanya, sebab guru itu lemah dan
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
terus merintih, ia bingung sekali. Ia tidak tahu caranya guna
membantu.
In Go tidak memperhatikan gurunya, ia hanya menjagai It
Mo.
Dengan demikian, ruang gua yang luas itu menjadi sunyi
kecuali dengan rintihannya Sin Mo, yang makin lama menjadi
makin lemah, mulutnya bagaikan sukar bernafas.
Lewat sesaat, tiba-tiba saja tampak dua sosok tubuh
berlompat muncul, cepat bagaikan bayangan, keduanya
lompat langsung ke arah Im Ciu It Mo.
"Sumoay, awas !" teriak Bu Pa yang awas matanya.
In Go segera menoleh, hingga ia melihat tibanya dua orang
perempuan. Tanpa mengatakan sesuatu, ia menyerang
kepada mereka itu, guna mencegah mereka datang mendekati
It Mo.
"Duk !" demikian satu suara nyaring, dan nona yang baru
datang itu, yang maju paling muka, kena terhajar. Sebab dia
tidak sempat menangkis atau berkelit. Di lain pihak, nona yang
lainnya sudah lantas mendukung bangun pada It Mo, guna
memeriksa lukanya.
Kiranya kedua nona itu adalah murid-muridnya Im Ciu It
Mo, yang termasuk dalam Cit Biauw Yauw-ni, Tujuh Siluman
Wanita. Yang dua ini ialah Ek Sam Biauw dan Ek Su Biauw.
Ek Sam Biauw menyaksikan gurunya pingsan, lantas dia
menoleh ke sekitarnya, hingga dia dapat melihat Sin Mo
bertiga. Dia pun segera mengenali mereka itu.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Bagus !" serunya dingin. "Kalian datang dengan alasan
membawa bahan obat lantas kalian menggunakan
kesempatan kalian menyerang secara menggelap kepada guru
kami ini ! Hm ! Kalau guru kami ini tidak siuman lagi, awas,
jangan harap kalian dapat keluar dari sini dengan masih hidup
!"
In Go menjawab ancaman itu sambil tertawa.
"Budak, tak dapatkah kau mengurangkan kata-katamu
yang tak sedap ini ?" tanyanya. "Kau harus ketahui yang guru
kamu itu roboh oleh jarumku !"
Ek Su Biauw gusar sekali, matanya melotot. Lantas
tangannya diayun, hingga melesatlah pisau belati yang
disembunyikan di dalam tangan bajunya, sinarnya itu
berkelebat menikam ke arah dada atau perutnya nona di
hadapannya ! Dan dia menggunakan dua-dua tangannya,
menyerang dengan dua pisau belati, disusul dengan tikaman
yang ketiga !
Dengan lincah In Go berkelit, menyusul itu, ia mengayun
tangan kirinya sambil ia tertawa dan kata nyaring : "Kau juga
boleh coba merasai jarumku yang beracun !"
Tetapi itu hanya itu gertakan belaka, sebab jarumnya tidak
melesat !
In Go cerdas. Ia tahu bagaimana harus bersiasat. Ia
membutuhkan obatnya Im Ciu It Mo guna membantu
gurunya, maka itu ia harus menggunakan tipu daya. Tak
berfaedah akan berkutat dengan Su Biauw atau Sam
Biauw......
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Su Biauw tidak melihat datangnya jarum, maka dia maju
pula.
"Su-moay, tahan !" Sam Biauw mencegah.
Saudara itu menunda majunya.
"Apa ?" tanyanya seraya menoleh kepada kakaknya.
Belum lagi Sam Biauw menjawab, In Go yang cerdik sudah
mendahului : "Budak, kalau kau mau bertempur terus, kau
tunggu dulu sampai siumannya gurumu ! Waktunya masih
belum kasip..."
Ek Su Biauw mengawasi musuh itu, lalu dia kata : "Jika kau
tahu selatan, lekas kau keluarkan obat pemunahmu ! Dengan
demikian, akan aku ampuni jiwamu !"
In Go balik mengawasi dengan mata melotot.
"Nona, aku tak segalak kau !" katanya, sabar. "Mudah saja
kau mengancam jiwa orang ! Kau tahu, gurumu telah diberi
obat pemunahnya, segera dia bakal terasadar ! Buat apa kau
galak tidak karuan ?"
Tengah dua orang itu mengadu lidah, tubuhnya It Mo
tampak berkutik, terus saja dia mengeluarkan nafas panjang.
Ketika dia membuka matanya, penglihatannya masih lemah,
masih kabur. Dia pula sangat lesu.
In Go maju dua tindak.
"Locianpwe !" panggilnya. "Locianpwe, tahukah kau siapa
yang menolong menghidupkan pula padamu ?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Baru siuman itu, otaknya It Mo masih butek. Karenan
lemahnya, ia merapatkan pula matanya dan tidak menjawab.
"Mau apa kau membuat banyak berisik ?" Su Biauw
menegur bengis.
Bu Pa memimpin bangun gurunya. Dia merasa tubuh sang
guru panas sekali. Dia bingung sekali. Selekasnya dia melihat
It Mo siuman, dia teriaki saudara seperguruannya : "Su-moay,
masih kau tidak mau minta obat ?"
Mendengar suara orang, Sam Biauw dan Su Biauw segera
sadar. Su Biauw cerdik. Dia pikir pihaknya yang lebih unggul.
Maka ia berbisik pada kakak : "Sam-cie, guru kita sudah sadar,
kita jangan berikan obat pada musuh ! Kita lihat, apa budak
itu bisa bikin terhadap kita !"
Su Biauw lain daripada adik seperguruannya itu. Dia teliti
dan dapat berfikir. Lekas dia mengasah otaknya, terus dia
berkata : "Soal pergaulan dalam dunia Kang Ouw tak semudah
pikiranmu, anak tolol !"
Sam Biauw heran, dia mengawasi kakak itu. Tapi karena
dia tahu sang kakak cerdas, dia terus berdiam.
Im Ciu It Mo menjadi terlebih sadar, sambil dibantu Sam
Biauw, dia mencoba bangun berdiri, untuk terus duduk dikursi.
In Go mengawasi orang, lantas dia berkata nyaring :
"Locianpwe sudah mendusin ! Nah, mari kita bicarakan urusan
perdagangan kita !'
It Mo berpengalaman puluhan tahun, begitu mendengar
suara orang, dapat ia mengerti maksudnya itu. Orang
mengajaknya menukar kayyoh, obat pemunah racun. Hanya ia
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
cerdik, ia tidak lantas menjawab. Diam-diam ia mencoba
mengerahkan tenaga dalamnya. Jalan darah dibahunya
mandek, bahkan terasakan sedikit nyeri. Itu artinya racun
lawan belum bersih dari tubuhnya. Lebih tegas lagi, ia belum
bebas dari kekangan lawan. Jadi, tak dapat ia bersikeras.
Maka ia menarik nafas dalam.
"Sam Biauw, muridku," kemudian ia kata pada muridnya,
sedang matanya dipentang lebar, "pergi lekas kau mengambil
kayyoh !"
Sam Biauw berbangkit.
"Baik, suhu" katanya. Terus dia keluar dari rumah batu itu.
Ia kembali dengan cepat, tanganya membawa sebuah peles
kecil. Lantas dia menyerahkan itu pada gurunya.
It Mo menyambuti, terus ia menggapai terhadap In Go.
"Mari !" katanya. "Ini obatnya !"
In Go menghampiri, ia menyambuti peles obat itu.
"Terima kasih, locianpwe," katanya hormat. Toh sembari
berkata itu, ia mengawasi tajam pula pada It Mo sambil ia
tertawa dingin.
It Mo keras kepala, dia mendongkol sekali ! Toh dia harus
bersabar. Seumurnya belum pernah dia menerima penghinaan
semacam itu, hingga dia gusar salah, tertawa tak bisa. Maka
dia lantas katanya : "Obat itu campurkan arak, lantas kasih
minum pada gurumu !"
In Go mengawasi peles obat itu.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Mana araknya ?" tanyanya kemudian.
Ek Su Biauw menunjuk ke pojok dimana ada sebuah almari.
"Itulah arak beracun," katanya. "Maukah kau menyaksikan
kami meminumnya ?"
In Go tidak menghiraukan kata-kata orang. Ia tahu bahwa
ia tengah diejek. Ia segera pergi mengambil arak itu, terus ia
mengaduki obatnya, yang pun terus ia kasih gurunya minum,
sesudah mana, ia menantikan sang waktu seraya ia
mengawasi gurunya itu.
"Hm ! Hm !" It Mo tertawa dingin, "Budak, kau terlalu
sembrono !" Dia pula memperlihatkan wajah suaram.
In Go mendengar suara itu, ia menoleh dengan sabar dan
mengawasi dengan tenang. Kemudian ia kata tertawa :
"Locianpwe, mengapa locianpwe memandang jiwa locianpwe
ringan sekali ? Laginya, bukankah diantara kita tidak ada
permusuhan besar ? Kenapa kita mesti mengadu jiwa hingga
dua-duanya terluka parah atau terbinasa bersama ?"
Tajam kata-kata itu. Mendengar demikian, wajahnya Im Ciu
It Mo menjadi merah padam. Ia insaf, nona di depannya itu
cerdas dan berpikiran panjang, dia tak mudah kena diakali.
"Bukankah aku si perempuan tua telah memberikan kayyoh
kepada gurumu ?" katanya kemudian. "Apakah kau belum
mau memberikan kayyoh padaku ?"
In Go bersenyum, terus dia tertawa manis.
"Locianpwe, kau dan kami memiliki kepandaian yang sama
!" sahutnya sabar. "Kita baru sama-sama memberikan obat
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
separuh ! Bagaimana kalau kita bicara pula sebentar setelah
guruku siuman ?"
Dua orang itu saling mengawasi, hati mereka sama-sama
bekerja.
It Mo berdiam. Ia kewalahan terhadap nona cerdik itu.
Tak lama maka Gwa To Sin Mo terlihat bergerak terus dia
menghela nafas lega. Selekasnya dia sadar, terdengar
suaranya dalam : "Teh !..... air teh !"
Menyusul itu, jago ini membuka matanya dan terus ia
berduduk tegak.
Bu Pa lantas lari ke meja, guna mengambil air teh. Di
antara enam cawan, ia mengambil yang merah.
"Suheng !" In Go berseru melihat perbuatan tergesa-gesa
kakak seperguruan itu.
Bu Pa melengak. Segera ia insyaf. Lekas-lekas ia menukar
cawan itu dengan air teh yang hijau. Ia lantas memberikan
gurunya minum.
Cepat sekali, Gwa To Sin Mo sadar seluruhnya. Lantas ia
mementang mata mengawasi sekitarnya, terutama terhadap
pihak lawan. Sambil mengawasi Im Ciu It Mo, ia tertawa dan
kat : "Eh, perempuan tua, aku kagum sekali atas
kepandaianmu !"
It Mo jengah sekali.
"Sudahlah !" katanya, memaksakan diri tertawa, "Mari kita
saling menukar kayyoh, supaya kita tak usah mengobrol tak
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
karuan, jadi membuang-buang waktu saja !" Ia terus menoleh
kepada Sam Biauw, akan melirik, memberi isyarat buat
muridnya mengambil obat.
Kedua pihak sama cerdiknya, masing-masing cuma
memberikan obat sebagian, baru setelah itu, menukar obat
selengkapnya. Sam Biauw memberikan In Go arak dengan
warna merah yang kental, dan In Go menyerahkan sebutir pil
hitam.
Habis makan obat, kedua bajingan berduduk diam masingmasing,
akan mengerahkan tenaga dalam mereka, guna
mencari tahu kesehatan mereka sudah pulih seluruhnya atau
belum. Sementara itu, meskipun sudah sembuh, terasa darah
mereka belum terasalurkan sempurna. Tanpa perhatian
seksama, hal itu tak akan terasakan.
Im Ciu It Mo jauh terlebih jumawa dari pada Gwa To Sin
Mo. Walaupun ia merasa yang sisa racun belum terusir semua,
ia sudah beraksi pula. Inilah sebab ia percaya habis akan
ketangguhan tenaga dalamnya yang sempurna sekali. Ia pula
telah membuat banyak kayyoh, hingga ia menjadi tak
berkhawatir sama sekali. Sekarang ia mau mempuaskan
kemendongkolannya. Ia mau mendapat pulang muka
terangnya. Habis mengerahkan tenaga dalam itu, lantas ia
tertawa terkekeh-kekeh !
"Sahabat Sin Mo !" demikian, ia kata jumawa. "Sahabat,
jiwamu tinggal satu tahun lagi ! Di dalam waktu satu tahun,
jika kau tidak mendapat obat dari aku si nenek-nenek,
tubuhmu akan berubah hancur menjadi darah semuanya ! Ha
ha ha !"
Sin Mo berlagak tidak mengerti, hingga tampak dia ketololtololan.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Eh, eh," sahutnya kemudian, "apakah obat yang kau
berikan padaku bukan obat seluruhnya ? Jadinya kau menipu
aku si tua ?"
It Mo sangat puas, dia tertawa pula sangat girangnya.
"Di mulut kau memuji aku si perempuan tua !" katanya.
"Kau pandai pura-pura ! Baik, aku terangkan padamu, obatku
barusan obat yang asli, bukannya aku menipu kau ! Hanya
obat itu bekerjanya sangat perlahan, obat yang cuma
memperpanjang waktu saja ! Satu tahun selewatnya hari ni,
racunku masih harus bekerja pula, maka itu, tua bangka,
hendak aku melihat kepandaianmu !"
Sin Mo menjadi sangat mendongkol. Orang benar-benar
sangat licik. Tapi dapat ia mengekang dirinya. Hanya, sengaja
ia memperlihatkan wajah gusar. Kata dia nyaring : "Di dalam
dunia Kang Ouw, orang sebenarnya harus paling menghargai
kehormatan diri ! Maka itu, kalau kau benar tidak memberikan
obat yang membersihkan diriku seluruhnya, lohu hendak
mengadu jiwa denganmu !"
It Mo mengawasi, ia tertawa dan tertawa pula. Ia merasa
puas sekali sudah mempermainkan musuh itu. Habis tertawa,
ia berhenti dengan memperlihatkan sikap sungguh-sungguh.
Kata ia dingin : "Kalau kau menghendaki tubuhmu bersih
seluruhnya dari racunku, kau mesti berjanji di dalam waktu
satu tahun kau mesti mendengar segala kata-kataku ! Kau
mesti bersedia diperintah olehku ! Kau mengerti ?"
Mendengar itu, tampang gusar sekali dari Sin Mo bertukar
menjadi wajah dingin menghina.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Kiranya demikian kehendakmu !" katanya. "Hanya baiklah
kau ketahui, peristiwa kita hari ini adalah apa yang dibilang si
buaya darat bertemu si penipu."
It Mo heran menyaksikan tampangnya Sin Mo, yang
berganti air muka tak hentinya itu. Lenyaplah rasa puasnya
tadi. Sekarang ia merasa bahwa ia benar-benar menemui
lawan yang tangguh. Habis berpikir, ia berpura tertawa dan
kata : "Sahabat, jangan menggertak aku buat mendapati
obatku ! Memangnya kau masih belum puas ?"
Gwa To Sin Mo memperlihatkan tampang sungguhsungguh.
Ia pun kata : "Im Ciu It Mo, jangan kau puas
terlebih dahulu ! Kau juga hidup senangmu tinggal setengah
tahun lagi ! Bukankah kita masing-masing masih
meninggalkan separuh dari obat kehidupan kita ? Obat yang
terakhir ? Aku bakal hidup lebih lama setengah tahun dari
pada kau, maka aku masih mempunyai kesempatan
menyaksikan bagaimana kau nanti merasai penderitaan
siksaan racunku ! Ha ha ha !"
Di dalam hati It Mo kaget. Ia memang tahu, tubuhnya
belum bersih seluruhnya dari racun lawan itu. Ia gusar,
menggertak gigi. Tapi, apa ia bisa bikin ? Lawan
menggunakan siasat, dengan gigi membayar gigi. Tak dapat ia
mengumbar hawa amarahnya ! Bahkan ia menyesal yang ia
kalah cerdik, hingga ia kalah unggul ! Bahkan sejenak itu, tak
dapat ia menjawab orang.
Ek Su Biauw bertabiat keras. Mendengar gurunya kena
terpedayakan, dia bangkit berdiri, sambil menuding Gwa To
Sin Mo, dia kata bengis : "Kau juga jangan bergirang dahulu !
Jika kau tidak menyerahkan kayyoh, apakah kau sangka kau
dapat keluar dari tempat kami ini ?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Budak tidak tahu adat !" In Go menegur, gusar. "Jika kau
bicara, jangan kau bermuka tebal ! Apakah kau mau berkelahi
?" Lantas dia berlompat maju, tangan kanannya yang
menggenggam jarumnya diluncurkan, sedang tangan kirinya
menolak pingang, hingga dia tampak keren sekali.
Tepat itu waktu ada datang seorang yang dandanannya
sama seperti Sam Biauw dan Su Biauw. Dia pula seorang nona
muda. Tanpa menoleh kepada siapa juga, dia lari langsung
kepada Im Ciu It Mo. Setibanya, dia membungkuk memberi
hormatnya, untuk seterusnya berbisik di telinga si bajingan
nenek. Setelah itu, tanpa menanti perintah atau pesan, dia lari
kembali. Dapat diterka bahwa dia membawa berita dari suatu
kejadian penting sekali.
Im Ciu It Mo nampak terkejut akan tetapi dia sengaja
bersikap tenang saja. Di sisi dia sebaliknya Sam Biauw dan Su
Biauw nampak bingung sendirinya ! Wajah mereka nyata tak
tenang lagi !
Gwa To Sin Mo dan murid-muridnya menonton lagak oang,
lalu Sin Mo kata dengan suaranya dalam : "Eh, perempuan
tua, bukankah kita asalnya sahabat kekal satu dengan lain ?
Maka itu, mari kita bicara secara terus terang ! Bagaimana
dengan kayyoh kita yang terakhir ini, kau mau tukar atau tidak
?"
Im Ciu It Mo seperti juga tidak mendengar kata-kata orang.
Seterimanya laporan dari nona tadi, pikirannya menjadi kacau
sekali. Saking kuatnya hatinya, dia masih dapat bersikap
tenang. Toh dia berdiam saja. Sebenarnya dia lagi berpikir
keras bagaimana harus mengambil tindakan.......
In Go tidak sabaran. Melihat pihak sana berdiam saja, dia
kata dengan suara keras pada gurunya, "Suhu, orang tidak
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
memperdulikan kita ! Buat apa suhu menanya dia lebih jauh ?
Di dalam keadaan kedua belah pihak bakal rusak bersama,
belum tentu suhu yang bakal menampak kerugian lebih hebat
! Suhu, kau lihai sekali, kaulah ahli racun, mustahil dalam
waktu satu tahun kau tidak sanggup mengobati dan
menyembuhkan dirimu sendiri. Aku tak percaya ! Suhu, mari
kita pergi !"
Berkata begitu, nona ini membuat main matanya, melirik
sana melirik sini, untuk kemudian dia membuka tindakan
kakinya, akan melangkah ke arah pintu.
Ek Su Biauw terkejut. Dia menyangka benar-benar orang
hendak mengangkat kaki sebelum orang menyerahkan
kayyoh. Dengan satu gerakan tubuh yang ringan, ia berlompat
maju untuk menghadang In Go.
"Kalian mau pergi, ya ?" tanyanya, mengejek. "Tak mudah,
sahabat !"
Kata-kata itu diiringi dengan satu sambaran tangan Tauwlo-
ciang, ilmu silat istimewa dari Im Ciu It Mo. Itulah justru
yang membuat It Mo mengangkat namanya !
In Go tidak takut. Ia memang sudah siap sedia. Bahkan
semenjak tadi, tangannya sudah mengenggam jarum
beracunnya. Begitulah atas tibanya serangan mendadak itu, ia
tidak berkelit atau menangkis, ia justru menyambuti tangan
lawan dengan tangannya yang berjarum itu !
"Aduh !" Su Biauw menjerit seraya dia lompat mundur.
Karena ketika tangannya bentrok dengan tangannya In Go, ia
merasakan sesuatu yang menusuk yang mendatangkan rasa
sangat nyeri. Ketika ia sudah berdiri tetap dan membawa
tangannya ke depan mukanya, ia mendapati beberapa titik
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
merah dan ditengah-tengah titik-titik itu ada titik hitam yang
halus sekali ! Titik merah-hitam itu seperti menjalar ke arah
nadinya !
Tiba-tiba saja titik-titik itu mendatangkan rasa nyeri yang
terlebih hebat, nyeri hampir sukar tertahankan, maka dengan
tangan kirinya memegangi tangan kanannya itu, tubuhnya
terus limbung dan mundur terhuyung-huyung.....
Sam Biauw kaget sekali. Dia lompat kepada saudaranya itu,
untuk memegangi tubuhnya agar jangan roboh. Ia lantas saja
ketahui bahwa kembali pihaknya kena dirugikan ! Sudah
gurunya, sekarang saudari seperguruan ini terkena racun
lawan !
Selama detik-detik lewat, mendadak Su Biauw roboh untuk
tak sadarkan diri !
"Kau kejam !" teriak Sam Biauw pada In Go, matanya
menyala saking gusar.
Orang yang ditegur sebaliknya tertawa.
"Budak itu sangat bermulut besar !" sahutnya, seenaknya
saja. "Aku beri rasa sedikit padanya ! Inilah tepat sebagai
ganjaran !"
Im Ciu It Mo bingung tak kepalang. Kembali roboh korban
dipihaknya. Mana dapat ia bertahan lebih lama ? Maka ia
harus memutar haluan, buat memutar arah layar !
"Sin Mo !" lalu katanya terpaksa pada lawannya itu, "benar
apa katamu barusan ! Kita memang asal satu golongan ! Kalau
kita bertempur terus, itu cuma-cuma akan merusak kerukunan
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
kita ! Ya, paling benar mari kita saling menukar obat
kita.........."
Gwa To Sin Mo tertawa nyaring.
"Jika kau masih mempunyai kepandaian yang lainnya, tak
ada halangannya buat kau pertunjukan terlebih jauh !"
katanya, tawar. "Lohu selalu bersedia untuk menontonnya !"
Sengaja dia menggunakan kata-kata "lohu" sebagai
penggantiannya "aku".
Im Ciu It Mo mengendalikan dirinya. Dia tidak menjawab,
hanya dari sakunya dia menarik keluar sebungkus obat bubuk,
selekasnya dia sudah memeriksanya teliti, dia melemparkan
itu kepada lawannya. Tapi dia tidak mau kalah aksi. Sembari
menyerahkan obatnya itu, dia kata seenaknya : "Aku si
perempuan tua, aku bersedia berlaku murah hati, lebih dahulu
aku menyerahkan obatku padamu !"
Sin Mo sudah lantas menjambret bungkusan obat itu, akan
dengan sama cepatnya membukanya. Tanpa ragu pula,
sebungkus obat itu ia masuki ke dalam mulutnya, buat segera
dikunyah dan ditelan !
Habis itu, ia pun merogoh sakunya, akan mengeluarkan
obatnya, sembari melemparkan itu pada Ek Sam Biauw, ia
kata : "Lekas kau kasih makan obat ini pada bocah itu !"
Kemudian ia kembali duduk, akan berdiam saja, buat
beristirahat sambil menyalurkan tenaga dalamnya. Dengan
demikian, ia belum memberikan obatnya yang terakhir pada It
Mo.
Sam Biauw menyambuti sebutir obat merah, terus ia
jejalkan itu ke dalam mulut adik seperguruannya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Selama itu, It Mo terus diam menonton saja. Ia tahu diri, ia
membungkam. Ia kalah unggul, terpaksa ia mesti menyerah.
Ia membiarkan Sin Mo mempermainkannya. Ia tahu sengaja
Sin Mo berbuat demikian, kesatu buat menggoda atau
mempermainkannya, kedua agar dia memiliki ketika akan
menyembuhkan diri dahulu. Sin Mo berpatokan : "Lebih baik
aku mencelakai orang, jangan orang mencelakai aku !" Sebab
dia ingin selamat.
It Mo duduk berdiam terus, pikirannya tetap kacau.
Sebelum mendapat obat tak sanggup ia menentramkan
hatinya. Ia juga memikirkan laporan muridnya tadi, murid itu
sebenarnya mengabarkan hal adanya orang mengacau di
dalam guanya itu. Ia sudah pikir, begitu ia mendapat obat dari
Sin Mo, baru ia mau meninggalkan guanya itu.
Maka itu, selama itu seluruh ruang menjadi sangat sunyi.
Tidak lama, Su Biauw sudah siuman. Dia berdiam
menyender pada bahu Sam Biauw, kakak seperguruannya itu.
Dia perlu beristirahat.
Bu Pa dan In Go menempati diri di kiri dan kanan gurunya,
guna melindungi guru itu. Mata mereka dipasang tajam, buat
sesuatu kejadian yang tak diingini.
Belum terlalu lama maka ruang yang sunyi itu telah
kedatangan sesosok bayang hitam, yang mulanya berloncat
masuk dalam rupa segumpal cahaya terang. Bayangan itu
lantas berdiri tegak ditengah ruang besar itu, matanya lantas
menatap semua hadirin. Di akhirnya, dia menghadapi Im Ciu
It Mo dan tertawa gembira.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Eh, Im Ciu, perempuan tua !" demikian tegurnya
kemudian, "perempuan tua, apakah kau tak menyesalkan aku
yang aku datang secara tiba-tiba ini, tanpa melaporkan dan
meminta perkenan lagi dari kau ? Apakah aku tidak lancang ?"
Orang asing itu tertawa geli, agaknya dia jenaka.
Segera juga semua orang melihat tegas pada tetamu yang
tidak diundang itu. Dia kiranya seorang ni-kouw atau pendeta
wanita kaum agama Hud Kauw, yang usianya baru tiga puluh
tahun. Dia mengenakan jubah suci tetapi dipinggangnya
tergantung sepasang pedang, alisnya lentik. Maka dialah
seorang pendeta yang cantik, yang nampak rada centil.....
Im Ciu It Mo mengawasi dengan melongo. Ia mencoba
mengerahkan tenaga dalamnya. Setelah itu ia tertawa dingin
berulang-ulang : "Hm ! Hm !" Terus dia berkata : "Oh, kiranya
Peng Mo Nikouw yang terhormat yang datang berkunjung !
Ah, kenapakah muridku yang mengawal pintu lalai sekali ?
Kenapa dia tidak terlebih dahulu datang melaporkan padaku ?
Maafkan aku si perempuan tua, aku jadi tak dapat menyambut
sebagaimana mestinya, aku menjadi kurang hormat !"
Im Ciu It Mo bukannya jeri terhadap Peng Mo si Bajingan
Es, kalau toh dia berlaku demikian merendah, ini disebabkan
keadaannya yang sulit itu. Selagi tubuhnya belum bersih dari
sisa racun, Sin Mo pun belum berlalu dari guanya itu. Ia pun
heran yang Peng Mo bisa masuk secara demikian mudah ke
guanya yang sangat terahasia itu. Pula Peng Mo bukanlah
tamu yang disukai olehnya !
Peng Mo tertawa dan kata : "Pengawal pintumu itu
bukannya gemar memain dan lalai, dia hanya si kantung nasi !
Dia terlalu tolol !"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
It Mo tidak lantas menjawab, dia hanya berpikir : "Hong
Gwa Sam Mo belum pernah berpisah satu dari lain, sekarang
Peng Mo muncul seorang diri, mestinya Hiat Mo dan Tam Mo
Tosu lagi bersembunyi atau menantikan diluar......" Tapi tak
dapat ia berdiam saja, apa pula terlalu lama, maka ia lantas
berkata : "Peng Mo, kalau kau ada urusan, kau bicaralah !"
Peng Mo tertawa geli.
"Apakah aku mesti mengatakannya pula ?" dia balik
bertanya. "Pinni datang kemari guna mencari dan menyusul
Gak Hong Kun !"
Gak Hong Kun belum pulang ke Kian Gee Kiap Kok, yang
datang bersama Sin Mo ialah Tio It Hiong, akan tetapi si
Bajingan Es ini keliru mengenalinya. Mendengar itu, It Mo
mengerti akan kekeliruannya kenalan itu. Tapi sengaja ia kata
: "Peng Mo, kenapa kau begini menggilai orang laki-laki ?
Dengan perilakumu ini, mana dapat kau menuntut
penghidupan sucimu, untuk menghadap San Buddha nanti ?"
Matanya Peng Mo mendelik.
"Jangan ngoceh tidak karuan !" bentaknya. "Itulah bukan
urusanmu ! Mana dia Gak Hong Kun?"
Dari dalam ruang itu, dari arah sebuah kursi, terdengar ini
suara nyaring : "Suhu sekalian bukankah orang sesama
golongan ? Ada urusan apakah maka kalian sampai berselisih
begini ?"
Itulah suaranya Sin Mo, yang setelah lewat sekian waktu itu
merasa kesehatannya sudah pulih. Ia kurang puas sebab Peng
Mo garang sekali. Ia tidak tahu yang It Mo dan Peng Mo
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
bukannya bermusuh hanya mereka lagi memperebuti seorang
pria !
Peng Mo berpaling mengikuti suara pertanyaan itu, maka ia
melihat seorang tua yang tampangnya bersih tetapi matanya
tajam, yang lagi duduk dengan diapit dua orang pria dan
wanita, yang ketiga-tiganya asing baginya.
"Siapakah kau, lo-sicu ?" ia tanya Sin Mo. "Cara bagaimana
kau berani usil urusannya Peng Mo?"
Ditulis Oleh : ali afif ~ Ali Afif Hora Keren
Tulisan Cerita Romantis 17 Terbaik : Iblis Sungai Telaga ini diposting oleh ali afif pada hari Kamis, 27 April 2017. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca Tulisan ini di Blog Ali Afif, Bukan Blogger terbaik Indonesia ataupun Legenda Blogger Tegal, Blogger keren ya Bukan. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.