- Cerita Romantis 14 Bersambung : Iblis Sungai Telag...
- Cerita Romantis 13 Pendek : Iblis Sungai Telaga
- Cerita Romantis 12 Nangis : Iblis Sungai Telaga
- Cerita Romantis 11 Happy Ending : Iblis Sungai Tel...
- Cerita Romantis 10 : Iblis Sungai Telaga
- Cerita Romantis Terbaik Sepanjang Masa : Iblis Sun...
- Cersil Hora Romantis Ke 8 Iblis Sungai Telaga
- Cerita Cinta Silat Romantis : Iblis Sungai Telaga ...
- Cersil Cerita Romantis Sedih: Iblis Sungai Telaga ...
- Cersil Cerita Romantis Sedih: Iblis Sungai Telaga ...
- Cersil Cerita Romantis Sedih: Iblis Sungai Telaga ...
- Cersil Cerita Romantis Sedih: Iblis Sungai Telaga ...
Kiauw In tidak menjawab, hanya ia menghunus pedangnya
dan memutar itu !
Ya Bie sebaliknya berkata, "Kalau kau hendak merampas
murid orang, kau mesti pertunjuki dahulu kepandaianmu yang
sebenar-benarnya !"
"Hm !" si Bajingan memperdengarkan suara dinginnya.
"Sudah, jangan kita bicara saja dari hal-hal kosong belaka
!" katanya. "Nah, mari kita mulai bertempur !"
Kiauw In tidak menjawab, dia cuma mengangguk, terus dia
maju menyerang. Serangan itu didahului dengan tangan
kirinya diluncurkan lurus.
Kapan Tok Mo melihat caranya si nona menyerang, tak
berani dia menangkis. Dengan kecepatan luar biasa, dia
mundur satu tindak, terus dia menggeser kaki kirinya ke kiri.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Dengan begitu, dengan berada disamping dia membalas
menghajar lengan kanan si nona.
Dengan satu gerakan, "Pelangi Menggaris Langit" Kiauw In
menangkis ke kanan. Dengan jalan ini, ia membikin si
penyerang membatalkan serangannya itu, setelah itu dengan
cepat dan lincah ia mengulangi serangannya.
Kembali Tok Mo menyingkirkan diri dari serangan hebat itu.
Ternyata dia sangat gesit. Setiap kali habis diserang, segera
dia dapat membalas. Dengan demikian dia mengimbangi
kecepatan si nona. Maka juga terliaht mereka berdua
seimbang sekali.
Kedua pihak tidak bermusuhan tetapi karena sama-sama
ingin merebut kemenangan pertempuran menjadi berjalan
hebat. Sama-sama mereka mengeluarkan kepandaian masingmasing.
Kiauw In tidak bermusuh dengan lawannya ini tetapi
demi It Hiong, hendak menyingkirkannya, supaya dari siangsiang
dapat disingkirkan salah satu ancaman bencana rimba
persilatan. Tok Mo sebaliknya sangat ingin menaklukan si
nona, supaya nona itu suka menjadi muridnya. Buat
berhasilnya Bu Lim Cit Cun, ia memerlukan banyak pembantu
dan kawan, dan nona itu, dengan menjadi muridnya, ia
sanggup bakal menjadi bantuan tenaga yang besar sekali.
Maka juga, tak ingin ia melepaskan Kiauw In. Begitulah, ia
terpaksa mengeluarkan kepandaian "Sam Hiauw Lok Piau
Ciang".
Khie bun Patkwa Kiam sudah terkenal sejak puluhan tahun.
Kiauw In telah mempelajari itu dengan sempurna, sekarang ia
dibantu dengan keringan tubuh dari ilmu Tangga Mega. Ia jadi
dapat bersilat dengan baik sekali. Dengan begitu, ia membuat
Tok Mo sulit lekas-lekas merobohkannya. Sekian lama itu,
mereka tetap berimbang saja, mereka sama tangguhnya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie kagum dan heran menonton pertempuran yang
hebat itu, yang ia belum pernah saksikan. Dialah nona yang
baru mulai memunculkan diri di dalam dunia Kang Ouw. Dia
pun merasa tegang sendirinya.
Sedang pertempuran berlalu itu, sekonyong-konyong
terdengar satu bentakan keras, tampak tubuhnya Tok Mo
mencelat tinggi satu tombak leibh, lalu dari atas dengan
mengibasi tangan bajunya, tubuhnya itu turun kebawah
sambil menyerang lawannya, yang diarah batok kepalanya !
Inilah akibatnya Tok Mo heran dan penasaran, sebab tak
sudi dia kena dikalahkan si nona. Maka ia mengeluarkan salah
satu jurus silatnya itu, "Hian Thian Pek Te" "Mengangkat
Langit Membelah Bumi".
Kiauw In mendapat dengar seruan orang dan melihat
tubuhnya orang itu mencelat naik, ia dapat menerka
maksudnya musuh, maka juga ia tetap tenang dan waspada
dan bersiap sedia. Kapan ia telah melihat tegas gerakan lawan
itu, ia tidak mau mundut atau berkelit ke samping, ia justru
menikam ke atas, menyambut serangan hebat itu. Itulah jurus
"Sebatang Tiang Menyangga Langit". Dan itulah pula berarti
keras lawan keras.
Tok Mo terkejut sekali. Belum lagi tangannya mengenai
sasarannya, tangannya itu sudah merasai nyerinya hawa
pedang, maka itu dia kelabakan hendak menarik pula
tangannya itu. Tapi dasar jagi, dia tidak gugup. Dia
menjejakkan kakinya yang satu dengan kaki yang lain, tenaga
dalamnya dikerahkan. Dengan begitu, tubuhnya Bisa
membalik naik terapung pula. Menyusul itu, dia terus bergerak
ke samping, hingga dia dapat turun di tanah tanpa kurang
suatu apa-apa.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Hebat !" pikirnya. Dia malu sendirinya, parasnya menjadi
suaram.
Kiauw In tidak melanjuti menyerang, ia justru menarik
pulang pedangnya. Sambil bersenyum manis, ia menghadapi
lawan itu.
"Terima kasih locianpwe, kau telah mengalah padaku."
katanya.
"Hm !" Tok Mo memperdengarkan suara dinginnya. Nyata
dia penasaran. "Tangan kosong melawan pedang, kalah
sejurus tak berarti apa-apa. Bagaimana kalau aku si orang tua
hendak mencoba-coba menggunakan ilmu pedangku Thian
Tan Kiam Hoat, guna melayani ilmu pedang kesohor dari Pay
In Nia ? Bersediakah kau melayani aku beberapa jurus ?"
Kiauw In bersikap tawar ketika ia memberikan jawaban,
"Jika locianpwe hendak main-main pula, aku minta biarlah kau
menggariskan beberapa aturan atau syarat !"
Tok Mo melengak.
"Eh, budak bau, ada apakah akal muslihatmu ?" tanyanya
heran. "Kau hendak menggariskan apa lagi ? Coba jelaskan,
buat aku dengar."
Nona Cio melirik.
"Kita mengadu pedang, caranya jalan apa yang dinamakan
sampai batas saling towel, cukuplah sudah !" sahutnya. "Atau
apakah locianpwe menghendaki ada bahaya jiwa ?"
Masih Tok Mo heran, hingga dia berdiam sejenak.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Terserah pada kau !" ia bilang akhirnya.
Kiauw In mengangguk.
"Baiklah kita tetapkan begini" katanya. "Siapa menang, dia
hidup ! Siapa kalah, dia mati ! Diantara kita tidak ada lagi
berbelas kasihan !"
Tok Mo tertawa terkekeh.
"Baiklah !" sahutnya. "Aku si tua tak takut padamu !"
Kiauw In bukannya jumawa, kalau toh ia menyebut caranya
itu, inilah sebab keinginannya menyingkirkan Tok Mo yang ia
percaya adalah seorang yang mengancam keselamatan dunia
rimba persilatan.
Tok Mo pun telah mengambil keputusannya. Kiauw In dari
pihak lurus, tak nanti dia berlaku curang. Sifat lawan itu
membuatnya berkesan baik. Tapi ia mau menjadi jago, pasti ia
hendak mengambil orang menjadi muridnya, karenanya,
karena gagal dia membujuk, terpaksa hendak ia merampas
jiwa orang....
Tepat disaat kedua orang itu mau mengadu jiwa,
mendadak Ya Bie menyela.
"Tahan !" teriaknya, suaranya nyaring bagaikan
kelenengan.
Kiauw In dan Tok Mo batal bergerak, sama-sama mereka
mengawasi si nona.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Cara kalian kurang tepat !" berkata Ya Bie. "Umpama kata,
ada bagiannya yang bocor !"
Tok Mo menjadi tidak puas.
"Budak bau !" bentaknya, "apakah yang kau maksudkan itu
?"
Ya Bie mencibirkan mulutnya. Dia kocak sekali.
"Barusan ada dikatakan siapa menang dia hidup, siapa
kalah dia mati !" katanya. "Itulah kurang jelas ! Bagaimana
kalau salah satu pihak gagal tetapi dia tak sampai dilukai ?
Apakah dengan begitu si kalah nanti lantas membunuh dirinya
sendiri ?"
Tok Mo melengak, lantas ia menatap Kiauw In.
"Budak bau, kau bilanglah !" katanya.
Seenaknya saja Tok Mo suka mengucap "budak bau" nya !
"Siapa kalah jurusnya, dia kalah jiwanya !" sahut Kiauw In
tanpa berpikir pula.
"Bagus !" berseru Tok Mo yang lantas menghunus
pedangnya bersiap buat maju.
"Tenang, locianpwe !" Ya Bie berseru pula. "Locianpwe, aku
belum bicara habis ! Buat apa tergesa-gesa tak karuan ?"
"Hmm !" Tok Mo lagi-lagi memperdengarkan suara
dinginnya mengejek. Terpaksa dia menunda menggerakkan
pedangnya. Kata dia sengit, "Eh budak liar, apa lagi tingkah
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
polahmu ? Jangan kau membuat aku si tua habis sabar, nanti
aku akan lebih dulu membekukmu !"
Kiauw In sebaliknya tertawa, ia menganggap nona itu
jenaka.
"Adik yang baik, aku ingin omong apa lagi ?" tanyanya
manis. "Lekas kau bicara !"
Ya Bie membuka matanya lebar-lebar, ia menatap si
bajingan.
"Aku tanya kau !" katanya tenang. "Bagaimana andiakata
kalian sama tangguhnya, tak ada yang kalah, seri saja ?"
Tok Mo berdiam, Kiauw In pun nampak melongo tetapi ia
dapat menerka maksud yang sebenarnya dari Ya Bie ini. Nona
itu hendak memancing bangkitnya kemendongkolan atau
kemarahannya si Bajingan yang bertabiat keras dan rada
jumawa itu. Maka itu iapun lantas menggunakan akalnya.
"Kau benar adik !" katanya tertawa. Terus dia menoleh
kepada lawannya, untuk berkata, "Di dalam hal ini aku minta
sukalah locianpwe yang memberikan kepastian !"
Tok Mo menunjuk tampang tak sabaran, tetapi ia mesti
membawa sikapnya secara jantan, maka dia tertawa lebar.
"Baiklah aku mengalah, budak bau, agar kaulah yang
membuat keputusan !" katanya. "Tak ingin aku orang nanti
tertawakan dan mengatakan aku si tua menghina dan
menindih si muda !"
Kiauw In lantas tunduk, untuk berpikir. Diam-diam ia saling
melirik dengan Ya Bie. Lewat sesaat ia kata, "Ah, aku juga tak
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
dapat memikir cara yang baik......" Tetapi lekas ia mengangkat
kepalanya untuk berkata kepada Ya Bie, "Adik yang baik, kau
menyadarkan kami, kau tentu mempunyai jalan
pemecahannya ! Adik, cobalah kau yang bicara !"
Ya Bie menoleh kepada Tok Mo.
"Kalau aku yang bicara, kau suka turut kata-kataku atau
tidak ?" dia tanya.
"Bicaralah !" jawab Tok Mo tak sabaran, tangannya pun
diulapkan, "Lekas bicara !"
Nona itu maju satu tindak. Dengan jari tangannya yang
lancip, dia menunjuk pada si Bajingan.
"Aku lihat ilmu pedang kalian sama-sama ilmu pedang
kenamaan," demikian katanya, "maka itu menurut
pandanganku, pastilah sudah kalian bakal seri, tak ada yang
menang, tak ada yang kalah! Cumalah kau, locianpwe, sebab
kau menang latihan, kau jadi menang diatas angin, jika kalian
bertempur lama, dengan menghamburkan banyak waktu,
akhirnya kakak ini yang tentu bakal kalah ! Nah, apa katamu,
benar atau tidak perkataanku ini ?"
Hebat nona dari Cenglo Ciang ini.
Tok Mo mengangguk.
"Benar benar !" sahutnya. "Lekas bilang, bagaimana
caramu ?"
"Dalam pertempuran mengadu pedang ini, orang harus
berlaku adil." kata pula Ya Bie. "Mengenai ini, aku mempunyai
dua cara....."
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Lekas bilang, apakah itu !" desak Tok Mo.
"Yang pertama ialah," menjelaskan si nona, "kalau harus
bertempur dalam batas lima puluh jurus, kalau kalian sama
tangguhnya maka kaulah yang kalah, locianpwe dan karena
itu kau harus loloskan semua senjata rahasia beracun yang
berada di dalam tubuhmu terpaksa menggoyang ekor
ngeloyor pergi."
Mendadak saja Ya Bie menghentikan kata-katanya, terus
dia mengawasi tajam si Bajingan guna mendengar suara
orang.
Tok Mo menggeleng-geleng kepala.
"Kau bicara guna pihak sana, itulah tak dapat !" bilangnya.
Ya Bie tertawa.
"Tapi cobalah kau pikir !" katanya. "Kau seorang tingkat tua
bertempur dengan seorang tingkat muda, tetapi si tingkat tua
tidak mau mengalah barang sedikit jua, kalau orang
mendengar, apakah si tua tak kuatir dia nanti ditertawakan ?
Laginya kau bukannya diminta untuk sudi mengalah atau
memberi muka sesudahnya satu pertempuran sungguhsungguh
! Andiakata kau merasa tidak unggulan, sudah saja
baik pertempuran ini dibatalkan !"
Tok Mo mesti berpikir keras. Tak dia menyangka Ya Bie
tengah mengocoknya. Dia lalu menimbang-nimbang, mustahil
di dalam waktu dua atau tiga puluh jurus tak dapat dia
mengalahkan nona itu. Bukankah ilmu pedangnya Thian Tan
Kiam Hoat, "Lari ke Langit" lihai luar biasa ! Diakhirnya dia
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
mengangguk dan kata, "Baiklah, aku terima caramu ini ! Nah,
bagaimana yang kedua itu ?"
Ya Bie tertawa.
"Yang kedua itu" katanya, "kalau kakak ini kalah, dia akan
menjadi muridmu. Sebaliknya, apabila kaulah yang kalah, kau
harus menguntungkan sebelah tanganmu dan buat selamalamanya
kau mesti keluar dari dunia Kang Ouw !"
Tok Mo berpikir keras. Ia heran nona semuda itu tetapi
pikirannya demikian bagus dan pandangannya demikian jauh.
Ia pula merasa si nona lihai sekali, caranya yang diajukan itu
sangat hebat....
Tengah orang berpikir itu, Ya Bie sudah berkata pula,
"Orang ada demikian termashur di dalam dunia Kang Ouw,
tetapi heran, di dalam urusan sekecil ini dia membawa
sikapnya yang beragu-ragu seperti caranya nenek saja..... !"
Parasnya Tok Mo berubah pucat dan merah. Tapi tak dapat
dia bergusar.
"Oh, budak liar yang licin !" katanya memaksa diri tertawa.
"Budak, aku si orang tua telah kena kau jual."
Mendengar suara orang itu, Kiauw In sengaja memasuki
pedangnya ke dalam sarungnya terus ia kata pada Ya Bie,
"Adik, mari kita pergi ! Berbicara dengan orang semacam ini
hanya membuang waktu ! Sungguh tak menggembirakan !"
Dan terus ia memutar tubuhnya buat berjalan pergi.......
"Tahan !" teriak si Bajingan agak bingung. "Kiranya kalian
berdua pandai sekali menggunakan lidah kalian ! Dengan cara
kalian yang licik ini, kalian mau cari alasan buat kabur pergi !"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Kiauw In menoleh.
"Siapa yang mau kabur ?" bentaknya. "Hunuslah senjatamu
!"
Berkata begitu si nona sendiri sudah menghunus pula
pedangnya.
Wajah To Mo menjadi padam.
"Dua dua syaratmu itu aku si tua menerimanya !" katanya
sengit. "Hanya pada itu, pada yang pertama harus
ditambahkan sepatah kata ! Ialah kalau sudah lima puluh
jurus kita masih saja seri, itu harus ditambah menjadi seratus
jurus sampai ada keputusan siapa menang siapa kalah !"
Dengan kata-kata ini, Tok Mo bermaksud mengandalkan
usianya lebih tua atau latihannya terlebih lama. Ia memiliki
latihan beberapa puluh tahun dan ia percaya lama-lama si
nona akan kalah ulet.
"Baik !" Kiauw In berseru selekasnya orang baru menutup
mulutnya. "Jangan kau menyesal nanti !"
Dan si nona dengan membawa pedangnya ke dadanya
segera menikam langsung.
Tok Mo terperanjat. Tak ia sangka si nona begitu bicara
begitu menyerang. Dengan agak repot, dia menggerakkan
pedangnya menangkis tikaman itu.
Nona Cio berlaku cerdik. Tikamannya itu gertakan belaka.
Baru menikam setengah jalan, ia sudah merubahnya. Ia
menunda setengah jalan, untuk terus menikam dari sisi dan
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
begitu lekas jago tua itu menangkis pedang, kembali ia
memutar gerakannya akan melanjutkan merabu !
Di dalam sekejap, Tok Mo lantas kena terkurung sinar
pedang. Dengan ilmu pedang Khie bun Patkwa Kiam, Kiauw In
mendesak secara berantai. Ia seperti tak hendak memberi
kesempatankepada lawannya itu. Selagi pedangnya bergerak
bagaikan kilat berkeredepan tubuhnya mengikutinya bergerak
dengan lincah sekali.
Tok Mo sudah lantas kena terkurung selama dua puluh
jurus, dia dipaksa menjadi si pembela diri saja. Pernah dia
mencoba memperbaiki dirinya, dia tidak berhasil. Di dalam hati
dia kaget. Maka dia mencoba terus agar dia bisa merubah
keadaannya yang berbahaya itu. Sebegitu jauh dia dapat
menjaga diri, tetapi lama-lama ?
Lima jurus lagi telah lewat, si Bajingan tetap terkurung
sinar pedang.
"Tiga puluh jurus !" Ya Bie berseru di luar kalangan
pertempuran. Dia menonton tetapi dengan sendirinya dia
mengangkat diri menjadi wasit dan selama menonton itu dia
menghitung jurus demi jurus sampai kepada jurus yang ketiga
puluh itu !
Seruan si nona mendatangkan kesan lain di dalam hatinya
kedua orang yang lagi mengadu kepandaian itu. Yang satu
girang, yang lain berkuatir. Dan yang berkuatir adalah si
Bajingan, Celaka kalau dia yang kalah !
Kiauw In bertempur dengan mencampuri Khie bun Patkwa
Kiam dengan ilmu silatnya Pat Pie Sin Kit, ilmu Hung Liong
Hok Houw Ciang. Selagi menikam ia suka menceling itu
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
dengan pukulan tangan kosongnya. Tak ada kesempatan yang
ia lewatkan secara percuma.
Tok Mo tetap menggunakan hanya Tan Kiam serta Sam
Hauw Liok Piau Ciang yang lihai, kalau tidak, tidak nanti dia
sanggup bertahan sekian lama itu walapun dia sudah sangat
terdesak. Keuletan dan ketabahannya membuatnya berhati
mantap seterusnya dia berlaku sangat waspada, awas dan
gesit.
Tiba-tiba Kiauw In menikam lawan sambil ia membarengi
menghajar bahu lawannya itu. Ia mencari jalan darah thian
coan si lawan.
Tok Mo merasai sambaran angin pada bahunya itu, bahu
kanan. Lekas-lekas dia berkelit tetapi dia sedikit terlambat,
maka kagetlah dia tatkala dia merasai nyeri pada bahunya itu.
Tangannya si nona menowelnya seperti juga tangan itu serupa
senjata tajam. Dasar dia lihai dan telah berpengalaman, selagi
dia terserang itu, mendadak dia melayangkan sebelah kakinya
! Ia membalas pukulan tangan dengan tendangan !
Kiauw In pun kaget. Inilah diluar dugaannya. Celakalah, ia
pun sedang tanggung, mengegos tubuh sukar, menangkis
sulit. Syukur ia tabah, ia tak putus asa. Ia sudah lantas
menyerang, menebas iga lawan !
Inilah siasat terluka atau terbinasa bersama !
"Hm !" Tok Mo memperdengarkan suaranya sambil dia
berlompat mundur, menyingkir dari tebasan itu. Dia mundur
sejauh tiga tindak. Asal dia lambat, pasti tajamnya pedang
menyapanya !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Walaupun demikian, dua-duanya sama-sama mengeluarkan
peluh dingin. Itulah sebabnya si nona insyaf yang barusan ia
telah menghadapi ancaman maut.
Kiauw In baru mundur atau sinar pedang berkelebat ke
arahnya. Itulah serangannya Tok Mo, yang begitu mundur
begitu maju pula guna melakukan penyerangan, sebab dia
hendak merebut kedudukan, supaya selanjutnya dialah yang
menggantikan merabu lawan, untuk didesak dan dirobohkan.
Kiauw In menginsyafi bahaya. Ia pun tahu, tak dapat lawan
diberi ketika mendesak kepadanya. Maka itu bertentangan
dengan cara biasanya, ia bukannya berkelit dari tusukan maut
itu, ia justru menangkis ! Hingga ia melawan kuat dengan kuat
!
"Traaang !" begitu satu suara nyaring dari bentroknya
kedua pedang !
Sebagai kesudahan dari beradunya kedua senjata, Kiauw In
tertolak mundur tiga tindak, lalu dengan susah payah ia
menahan tubuhnya untuk berdiri tetap.
Di pihak Tok Mo pun mundur, hanya cuma satu tindak,
tetapi berbareng dengan itu dia merasai lengannya tergetar
nyeri, hingga dia ketahui bahwa tenaganya si nona besar
sekali.
"Tak kusangka budak ini bertenaga begini besar." kataya di
dalam hati. Terus dia tertawa dingin dan kata, "Bagus ilmu
pedangmu ! Bagaimana, beranikah kau menyambut pula satu
jurusku?" Dan tanpa menanti jawaban lagi, dia maju
menyerang ! Dia membacok !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Tak berani Kiauw In mengadu tenaga pula. Tadi pun ia
melakukannya saking terpaksa. Kalau ia paksa melawan
dengan keras, bisa-bisa ia terluka di dalam hati. Maka itu
gunanya ia menangkis. Ia justru berkelit ke samping, untuk
dari samping itu membalas dengan satu tebasan !
Tok Mo mengerti yang orang tidak mau mengadu tenaga
dengannya, ia pun lekas memutar tubuh, tetapi ia bukannya
berkelit, hanya ia menangkis tebasan itu. Ia menggunakan
tenaganya sebab ia pikir, tangkisannya pun sama hebatnya
seperti bacokannya.
Kiauw In berlaku sangat cerdik. Niatnya ia menebas tetapi
selekasnya ia melihat lawan dapat bersiap menangkisnya,
tebasan itu dijadikan gertakan belaka. Dengan cepat ia
menarik pulang, lalu dengan sama cepatnya ia menikam !
Itulah jurus "Anak Panah mencari Sasarannya".
Tok Mo terkejut, tengah ia menangkis tak dapat ia
menggunakan pedangnya itu menangkis pula. Terpaksa ia
berlompat berkelit dengan cepat sekali, hingga ia bebas dari
ancaman maut !
"Hebat" pikirnya. Maka insyaflah ia akan lihainya ilmu
pedang dari Pay In Nia.
Tentu sekali jago tua ini tidak mau mengalah. Mengalah
berarti ia bakal kehilangan muka. Maka ia menggerakkan pula
pelbagai jurus dari Thian Tan Kiam, ilmu pedangnya itu guna
melayani si nona, buat mencari ketika akan memiliki keadaan
agar ialah yang memegang pimpinan.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Sudah empat puluh jurus !" Ya Bie berseru pula sambil dia
tertawa nyaring. "Tinggal lagi sepuluh jurus ! Hendak aku lihat
bagaimana lihainya Thian Tan Kiam mu itu !"
Kalau Thian Tan Kiam digunakan oleh si Bajingan dari
empat puluh tahun yang lampau, tak nanti Kiauw In dapat
bertahan lama, tetapi kali ini Tok Mo adalah si Bajingan palsu.
Maka juga, setelah kewalahan itu, dia lantas berkelahi dengan
terus mengandal kekuatan tenaganya. Dia terus-terusan
berlaku keras !
Kiauw In sebaliknya mengandalkan keringanan tubuhnya,
maka itu di sini terlihat kekerasan melayani kelunakan.
Namanya mereka ini pin bu, mengadu kekuatan untuk
memastikan siapa menang, siapa kalah, kenyataannya
sebaliknya. Mereka ini mengadu kekuatan benar-benar bukan
menang atau kalah mati !
Terus-terusan kedua pedang berkelebatan dan sinarnya
berkilauan, dengan begitu lewat sudah lima puluh jurus, tetapi
sebab syaratnya si Bajingan, pertandingan dilanjuti tanpa
beristirahat lagi. Tok Mo toh meminta seratus jurus dan
seterusnya sampai ada keputusan siapa menang dan siapa
kalah. Dan Tok Mo pun terus menggunakan kekuatan tenaga
lahirnya, dia melotot dengan bernoat membuat si nona
akhirnya kehabisan tenaga dan letih karenanya...............
Lama-lama Ya Bie menjadi habis sabar, ia menganggap Tok
Mo tidak memegang janji, dari menggoda saja, ia menjadi
gusar. Tak lagi ia mengeluarkan kata-kata bergurau atau
mengejek, mendadak ia menghunus pedangnya dan lompat
menikam !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Tapi kemarahan si nona justru mendatangkan keuntungan
bagi Tok Mo. Dia gusar dan mendongkol dan penasaran, tetapi
dasar jago ulung, dia pun pandai berfikir. Ada saatnya yang
dia bisa berlaku sabar dan menggunakan otaknya yang jernih.
Diam-diam dia telah memancing pihak lawan, terhitung nona
diluar medan pertempuran itu.
Selekasnya Ya Bie menyerang, Tok Mo berlompat mundur
sejauh dua tindak.
"Hai !" teriaknya, "hai, mengapa kau campur tangan ?
Apakah kau hendak melanggar aturan pertempuran ini ?"
Ya Bie melotot.
"Siapakah yang tak memegang aturan ?" balasnya. "Lima
puluh jurus sudah lewat. Kalian tetap sama tangguhnya !
Apakah kau hendak menyangkal itu ?"
Tok Mo tertawa dingin.
"Budak bau, kau melupakan syarat tambahanku !" katanya.
"Toh telah aku jelaskan, habis lima puluh jurus harus
ditambah lagi lima puluh jurus pula, sampai ada yang menang
dan kalah !"
Kiauw In pun mendongkol.
"Adik yang baik !" ia menyela. "Untuk melayani orang tak
mempunyai kepercayaan ini, tak ada lain jalan daripada
menguat rasa padanya supaya dia tahu diri !" Ia terus
mengawasi lawannya untuk kata : "Kau menghendaki sampai
saatnya menang atau kalah ! Apakah kau sangka nonamu
takut ?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Dalam mendongkolnya nona Cio segera menikam dengan
jurus pedang "Cun Lui Keng Ciu" atau "Guntur Musim Semi
Mengagetkan Kutu Serangga". Pedangnya itu menikam dada
untuk diteruskan menggores perut !
Tok Mo melihat datangnya serangan, dia menangkis
dengan keras, membuat pedang si nona terpental balik, dilain
pihak tangan kirinya merogoh ke sakunya, mengeluarkan
"Giok Lauw Kip Ciauw", senjata rahasianya yang beracun
hebat itu untuk dipakai menyerang pada saatnya sebentar.
Kiauw In mengulangi serangannya. Ya Bie tidak, ia hanya
berdiri menonton hingga ia menyukai hebatnya pertempuran,
jauh terlebih hebat daripada yang semula tadi.
Ketika itu disaat tengah hari, kedua pedang bersiuran
menyilaukan mata, anginnya juga mender hebat.
Ya Bie mengajak orang utannya mundur karena kuati kena
pedang nyasar.
Sekonyong-konyong terdengar teriak nyaring merdu, "Kena
!" Dan sinar pedang meluncur mirip bianglala ! Itulah
serangan hebat dari Kiauw In yang melihat satu kesempatan !
Itulah jurus silat "Memisahkan Kupu-kupu Menikam Ikan" yang
mengarah dada."
Kembali Tok Mo kaget. Inilah serangan di luar terkaannya.
Sia-sia belaka dia mencoba menghindarkan diri, ujung pedang
telah mengenakan juga bahunya hingga kulitnya pecah dan
darahnya mengucur keluar ! Luka itu tidak berbahaya tetapi
dia toh berdarah-darah.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Kiauw In tidak puas dengan hasilnya itu, ia meneruskan
menikam lebih jauh. Ia ingin menyingkirkan kutu busuk ini
yang berbahaya buat dunia rimba persilatan.
Tok Mo gusar dan penasaran, ia menjadi nekat hingga ia
bersedia buat mati bersama. Demikian satu kali habis
menangkis pedangnya si nona, pedangnya diputar buat
dipakai meneruskan membalas menusuk lawan itu !
Ya Bie melihat ancaman bahaya bagi Kiauw In itu. Ia kaget
hingga tanpa terasa ia berseru.
Kiauw In berlompat mundur, tak urung bajunya kena
telopak ujung pedang yang menggores sedikit kulitnya.
Selekasnya ia dapat berdiri tetap, ingin ia bicara kepada
lawannya itu atau Tok Mo yang tak menghiraukan luka
dibahunya sendiri sudah berlompat menyusul guna
mengulangi serangannya.
Kali ini dia sekalian mengayun tangan kirinya melemparkan
bubuk beracunnya hingga semacam uap tertiup angin terbang
ke arah nona Cio, bubuk itu yang berwarna merah tua, dapat
meluas tiga tombak disekitarnya.
Tak ampun lagi Kiauw In kena menyedot bubuk jahat itu.
Ia kaget dan ketahui yang ia telah terkena racun. Ia masih
ingat akan obatnya It Hiong tetapi di saat dia hendak merogoh
sakunya buat mengeluarkan obat itu kepalanya sudah
mendahului pusing dan matanya kegelapan, tidak waktu lagi
tubuhnya terhuyung dan roboh tak sadarkan pula !
Tok Mo bersiul nyaring, pertanda dari kepuasan hatinya.
Selekasnya dia menyimpan obatnya, dia berjongkok akan
memondong tubuhnya nona Cio, kemudian dengan tangannya
yang lain dia menjemput tubuhnya Lek Hoat Jiu Long, akan
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
akhirnya membuka tindakan kaki lebar buat berlompat masuk
ke dalam rimba dimana ia mau melenyapkan diri.
Ya Bie kaget sekali ketika dia melihat asap luar biasa itu,
lantas Kiauw In lenyap dari pandangan matanya. Ia pun
bingung sebab ia tidak berani menyerbu uap itu. Meski begitu
selang sesaat ia sempat melihat Tok Mo keluar dari alingan
uap dan berlari pergi dengan tangan kanan dan kirinya
memondong tubuh orang.
"Tua bangka beracun, kemana kau hendak lari ?" ia
membentak sambil terus berlompat menyusul.
Si orang utan dengan berpekik beberapa kali lari menyusul
nonanya itu.
Tok Mo menggunakan ilmu ringan tubuhnya yang lihai buat
menyingkir dari si nona. Dia tidak takut tetap dia segani ilmu
gaib si nona, ilmu Hoan Kak Bie Ciu itu, maka juga ia pikir
mengangkat kaki adalah terlebih baik buat ianya. Ia lari turun
bukit, ia tidak mengambil jalan besar hanya menuju ke arah
rimba di bagian gunung sebelah barat daya.
Kedua pihak berlari-lari dengan keras sekali, yang satu
kabur yang lain mengejar tetapi lama-lama Ya Bie kena
ditinggal di belakang sejauh tiga puluh tombak. Hebat ilmu lari
cepat dari si Bajingan.
Saking kuatirnya Bajingan itu lenyap, Ya Bie kepada si
orang utan sambil menitahkan "Lekas susul !"
Binatang itu sangat cerdas, dia membuka matanya, dia
memekik beberapa kali, lantas dia lari keras buat menyusul
Tok Mo. Dia telah dilatih oleh Kip Hiat Hong Mo, dia pun bisa
menaiki pohon dan gunung, dia ulet dan larinya keras.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Tok Mo licik dan cerdik, dia tidak hanya lari di jalan
pegunungan, tetapi dengan ilmu ringan tubuh "Ciauw Siang
Hai, Terbang di Atas Rumput", dia lari berlompatan diantara
rumput semak dan pepohonan kecil. Ketika itu dia sudah
sampai ditengah puncak dan menoleh ke belakang, tampak
olehnya Ya Bie terpisah jauh tujuh atau delapan puluh tombak
dari ianya. Hal ia membuat pikirannya tenang. Lantas dia
menikung ke suatu jalan kecil untuk berdiam disitu, guna
meluruskan nafasnya. Ia pun masih memikirkan bagaimana
caranya supaya Ya Bie letih hingga tidak berdaya, dengan
begitu barulah dia merasa puas. Maka adalah tidak disangkasangka
tahu-tahu dia telah disusul si orang utan, tetapi
binatang itu sangat cerdik. Si orang utan tidak segera muncul
di depan orang yang disusulnya itu, hanya menyembunyikan
diri di tempat lebat kira dua tombak terpisahnya. Diam-diam
dia memasang mata.
Tok Mo beristirahat sambil terus mengawasi Ya Bie, yang ia
hendak ajar adat. Sengaja ia menantikan sekian lama.
Pikirnya, setelah Ya Bie datang dekat baru dia mau lari pula.
Kalau Ya Bie mengejar terus, nona itu bakal letih luar biasa,
tenaganya akan habis sebab dia tak pernah beristirahat sama
sekali. Ia melihat Ya Bie ketinggalan masih jauh, ia
meletakkan tubuhnya orang yang ia bawa lari itu. Dengan
jailnya, ia perdengarkan tawa dinginnya beberapa kali, supaya
Ya Bie dapat mendengar dan menyusulnya ke situ.
Tepat Tok Mo sedang kegirangan itu sebab dia menerka Ya
Bie bakal dapat dipermainkan, mendadak dia menjadi kaget
sekali. Dari belakangnya orang telah menikam padanya,
walaupun dia lihai, dia toh tidak mendapat tahu sampai orang
telah menyekek belakang lehernya sampai dia sukar bernafas
dan peluhnya lantas saja mengucur keluar !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Dalam kagetnya dan sukar bernafas itu, Tok Mo toh masih
ingat buat membebaskan diri, maka dengan tangan kanannya
dia menghajar ke belakang atau mendadak dia merasa jalan
darah thian-cut dikerongkongannya kena tercekek keras,
tubuhnya terus bergemetar dan menggigil, terus tubuhnya
roboh tak sadarkan diri !
Si orang utan tak berhenti sampai disitu. Setelah berhasil
dengan membokong dan merobohkan si Bajingan, dia pun
maju, guna menjambret dada orang, untuk ditinju dengan
keras, menyusul mana, dia merobek baju orang. Saking girang
dan puas, dia terus berPekik nyaring berulang kali.
Selagi tertawa itu, si orang utan mendapat lihat tubuhnya
Kiauw In yang rebah tak berkutik ditanah. Lantas dia lari
menghampiri, dia angkat tubuh itu lalu dia bawa lari ke arah di
jurusan mana Ya Bie tengah lari mendatangi. Rupanya dia
hendak memapaki nonanya itu.
Ketika Ya Bie lari mendekati binatang piaraannya kira
sepuluh tombak lagi, ia melihat binatangnya itu telah berhasil
merampas Kiauw In. Dia girang sekali. Apa yang membuatnya
kuatir yaitu masih belum dapat diketahui bagaimana dengan
nona Cio, jiwanya telah melayang atau tidak.....
Hanya sesaat kemudian, orang utan dan nonanya sudah
datang dekat satu dengan lain.
Ya Bie girang, dia memberi isyarat kepada So Hua Cian Li,
atas mana si orang utan menyerahkan nona yang dia berhasil
merampas dari Tok Mo itu. Ia berPekik-Pekik pula dan
berjingkrakan, girangnya bukan buatan.
Ya Bie lantas menerima tubuh si nona Cio. Lega hatinya
apabila mendapati nona itu tidak terluka, kecuali dia tetap tak
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
sadarkan diri. Setelah itu ia bingung juga sebab tak tahu ia
caranya untuk membuat Kiauw In siuman. Ia tidak mempunyai
obat buat menyadarkan orang dari gangguan bubuk beracun.
Maka itu selagi memondong si nona, ia berdiam saja,
mengawasinya itu. Ia berduka hingga sepasang alisnya
berkerenyit.
Sementara itu kira semakanan nasi lamanya, Tok Mo telah
sadar sendiri dari pingsannya itu. Itulah karena tanpa tercekek
lagi, nafasnya perlahan-lahan mulai berjalan pula dan ia lekas
pulih. Nyeri pada kerongkongannya itu pun lenyap seketika.
Setelah siuman dan ingat segala apa, lantas ia mendapati
orang tawanannya Kiauw In telah lenyap. Ia terkejut dan
mendongkol. Ia panas hati kapan ia ingat yang orang telah
membokongnya dan orang tawanannya itu dirampas.
"Aku mesti bekuk binatang jahat itu !" katanya sengit.
"Akan aku besut kulitnya !"
Tiba-tiba jago tua ini mendapat dengar suara Pekikan
orang utan, lantas ia lari ke sebelah depan, untuk melihat.
Maka ia mau dapatkan di kaki puncak, si orang utan lagi
berlompatan dan Ya Bie tengah memondong Kiauw In orang
tawanannya itu.
"Bagus !" katanya dalam hati. Ia girang yang orang tak
pergi menghilang. Maka ia berlompat turun, guna lari kepada
nona itu.
Ya Bie bingung tetapi dia tak kelelap dalam kebingungan,
maka juga ia mendapat lihat ketika Tok Mo tengah lari
mendatangi ke arahnya ! Ia tahu yang ia tidak dapat melawan
si Bajingan. Syukur ia tidak menjadi putus asa. Tiba-tiba ia
ingat satu akal.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Dengan ilmunya, ia membuat sebuah batu didekatnya
berubah menjadi Kiauw In. Ia sendiri lantas kabur bersama
nona yang masih pingsan itu, sedangkan binatangnya lari
menyusul. Ia lari mendakii bukit.
Tok Mo lari turun terus. Beberapa kali ia teraling
pepohonan, maka ia tidak dapat melihat Ya Bie menghilang.
Waktu ia sudah sampai di tempat Ya Bie tadi, nona itu dan
orang utannya tidak ada, ada juga Kiauw In yang lagi rebah
tak bergerak. Hatinya lega juga sedikit. Lekas-lekas ia
menjemput Kiauw In untuk dipondong pula.
"Kau budak" katanya seorang diri, "Sekarang baru kau tahu
lihainya aku si orang tua ! Kau cerdas, kau kabur dengan
meninggalkan kawanmu ini tetapi berhati-hatilah, kau akan
aku tak lepaskan kamu berdua !"
Selagi berkata begitu di depannya si Bajingan berkelebat
dua bayangan orang mendaki bukut, waktu ia mengawasi, ia
mengenali Ya Bie dan orang utannya. Tiba-tiba ia tertawa
dingin, menandakan hatinya mendongkol puas. Mendongkol
sebab orang kabur dan puas karena ia melihat orang sedang
lari itu.
Baru saja si Bajingan mau lari menyusul atau ia merasa
heran sebab tubuhnya Kiauw In terasa dingin dan bentuknya
pun rasanya lain. Ia tunduk akan melihat atau ia kaget dan
tercengang. Itu bukannya Kiauw In, hanya sebuah batu besar
!
"Ah, aku diperdayakan !" seraya menyesal, ia lemparkan
batu itu ke bawah bukit.
Menyesal dan gusar Tok Mo masih dapat mengendalikan
diri. Ia pungut Lek Hoat Jiu Long untuk dipondong buat
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
dibawa lari ke arah mana Ya Bie menyingkir. Ia hendak
menyusul nona itu, maka ia mesti menahan sabar.
Sayang bagi Ya Bie dalam ilmu ringan tubuh, dia kalah jauh
dari Tok Mo. Ia pun memondong Kiauw In, hingga larinya
bertambah kendor. Tapi ia cerdik, selekasnya ia mendapat
tahu dan masuk masuk ke dalam rimba lebat.
Rimba itu, ditengah-tengahnya ada sebuah kali kecil, yang
lebarnya sepuluh tombak lebih. Ketika Ya Bie tiba ditepi kali, ia
sudah bermandikan keringat dan nafasnya memburu. Ia
melihat air kali bersih sekali.
Si orang utan dapat mengikuti nonanya, di sisi si nona,
berulang kali ia memperdengarkan suaranya, tangannya
menunjuk ke belakang !
Ya Bie tahu ia diberi bisikan bahwa ada orang
mengejarnya. Ketika itu ia mendapati matahari sudah turun
jauh ke barat. Sudah mendekati magrib. Ia bingung juga.
Bagaimana ia harus menyingkir lebih jauh. Kiauw In terus tak
sadar. Itulah berabe dan berbahaya buat nona itu. Ia tidak
tahu tubuhnya si nona ada obat yang mujarab.
Di sana Tok Mo lari mendatangi semakin dekat. So Hun
Cian Li kembali berbunyi tak hentinya dan tangannya terus
menunjuk ke arah Tok Mo.
Jilid 46
Dalam bingungnya, Ya Bie lari di sepanjang kali itu. Tidak
ada jalanan disitu, batu berserakan, rumput dan pohon duri
berimbunan. Hanya syukur rintangan itu tidak berarti bagi si
nona, yang biasa hidup ditanah pegunungan dan sering
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
berkeliaran. Walau demikian, waktu dia sudah lari lima lie, Tok
Mo menyusul makin dekat.........
Mulanya si nona takut sekali yang ia nanti dikejar tetapi
sekarang rasa takutnya itu lenyap dan sebaliknya diganti rasa
jemunya. Ia membenci orang jahat. Bahkan ia bertekad bulat
akan membantu Kiauw In, walaupun ia harus adu jiwa !
"Pergi kau kabur lebih dulu !" ia kata pada si orang utan
kepada siapa ia menyerahkan Kiauw In untuk dibawa kabur
kemudian ia menghunus pedangnya untuk terus lari balik
guna memapaki Tok Mo !
Kapan Ya Bie telah melihat tegas kepada Tok Mo, ia
mendapati si Bajingan tak lagi membawa-bawa Lek Hoat Jiu
Long. Mungkin si tangan buntung itu telah disembunyikan di
salah sebuah gua supaya si Bajingan leluasa bergerak.
Tok Mo heran menyaksikan Ya Bie datang dengan tampang
mukanya si nona merah karena marah, ia sampai melengak.
Ia pun mendapat kenyataan nona itu tidak lagi memondong
Kiauw In serta orang utannya lenyap bersama. Ia menanti
hingga tinggal tiga timbak dan nona itu berhenti berlari untuk
menghadapi orang seraya terus menegur, "He, budak liar !
Rupanya kau mengendali ilmunya Kip Hiat Hong Mo si siluman
bangkotan maka kau berani berlaku kurang ajar begitu rupa
terhadapku !"
"Kaulah yang kurang ajar !" Ya Bie membentak gusar.
"Kenapa kau mengejar-ngejar aku dan sekarang kau berani
menghina guruku ?"
Begitu suara berhenti, si nona lantas menikam !
Tok Mo berkelit. Dia tak segera membalas menyerang.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Mana budak piaraanmu itu ?" tanya dia perlahan. "Kau
taruh dia dimanakah ?"
"Di sana !" sahut Ya Bie, suaranya keras dan tajam dan
tangannya pun menunjuk ke tepi kali.
Tok Mo menoleh ke arah yang ditunjuk itu. Dia melihat
sesuatu yang meringkuk seperti rumput di pinggir kali. Muka
atau kepala orang tak tampak sebab tubuh itu menungging. Ia
melihat orang seperti tubuhnya Kiauw In. Maka lantas saja ia
bertindak ke sana. Tapi baru satu langkah, ia sudah
membatalkannya.
Si Bajingan mendadak ingat Ya Bie sedang menggunakan
Hoan kak Bie Ciu, ilmu silumannya itu. Maka itu ia terus
menatap si nona, lalu dengan suara dingin, dia berkata pada
nona itu, "Ilmu gaibmu itu jangan kau pertunjukan pula di
hadapanku, cuma-cuma kau bakal mempertontonkan
keburukanmu !"
Dan dia tertawa terbahak-bahak.
Ya Bie polos, kurang berpengalaman. Dia menunjuki
tampang heran, dia mengawasi si Bajingan itu, siapa
sebaliknya menatap muka orang untuk menerka hatinya.
"Hm ! Hm !" Tok Mo mengasih dengar pula suaranya yang
dingin. "Jangan kau mempermainkan pula padaku ! Awas,
akan aku membuat dan menderita hingga nanti mau mati kau
tak dapat, mau hidup kau tak bisa. Lihat siapa nanti yang akan
menolongmu." Tanpa menanti orang membuka mulutnya, ia
menambahkan pula, "Mana dia bocah she Cio itu ? Kau mau
beritahu aku atau tidak ?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Di mulut Tok Mo mengatakan demikian, sebaliknya terus
bekerja. Dia memukul ke arah yang lagi rebah melingkar itu.
Itulah pukulan tangan "Udara Kosong."
Walaupun terserang hajaran, tubuh itu tak bergeming.
Cuma rumputnya saja yang rebah bangun. Melihat itu, si
penyerang heran. Dia mengawasi tajam. Dia mau percaya
mungkin itu benar tubuhnya si nona.....
Ya Bie mengawasi saja gerak gerik orang, otaknya pun
bekerja. Selagi si Bajingan itu nampak ragu-ragu, ia tertawa
tawar dan kata dengan nada mengancam, ""Kalau kau
membinasakan kau, apakah kau tidak takut guru nanti
mencari kau buat minta ganti jiwa ?"
Kata-kata itu sederhana tetapi hatinya Tok Mo goncang.
Dia jeri.
Apakah yang sebenarnya dalam hal ini ?
Kiranya To Mo ini si Bajingan adalah si Bajingan yang palsu.
Sebetulnya dialah Couw Kong Put Lo, yang tengah memahami
kitab kewanitaan So Lie Kang yang tinggalnya di dekat Cianglo
ciang. Selama dilembah Goh Cit Kok pernah dia merasai
tangannya Kip Hiat Hong Mo hingga hampir jiwanya
melayang. Sedangkan Tok Mo yang satu lagi yang merampas
Gak Hong Kun di rimba dekat Khotiam cun dari hadapannya
Hong Gwa Sam Mo serta Ya Bie, dia juga Tok Mo palsu. Sebab
dialah Kim Lam It Tok. Hanya Ya Bie sendiri yang tak dapat
membedakan yang mana Tok Mo yang palsu dan asli.
Tak berani Tok Mo palsu ini mencelakai Ya Bie, dia cuma
ingin mendapatkan Kiauw In sebagai muridnya, sedangkan
kecantikannya nona Cio membuat hatinya goncang. Tapi dia
terus membawa aksinya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Gurumu berkepandaian apa maka kau gunakan dia buat
menggertak aku ?" demikian katanya sambil tertawa tawar.
"Sudah jangan kau sebutkan gurumu itu ! Baik aku jelaskan
kepada kau tentang tabiatku. Aku lemah menghadapi yang
lunak dan kokoh berhadapan dengan yang keras ! Kau baikbaiklah,
serahkan budak she Cio itu padaku, akan aku
bebaskan sehelai nyawamu !"
Tapi Ya Bie menjadi gusar.
"Siapa takut padamu ?" bentaknya. Ia maju pula dengan
tebasannya.
Tok Mo menangkis. Kembali dia tak membalas.
Ya Bie menjadi berpikir. Ia pun ingat kepada Kiauw In.
Bukankah Tok Mo menggunakan racun ? Pasti dia mempunyai
obat pemunah racunnya ! Maka itu perlu ia mendapatkan obat
guna membantu Nona Cio. Apa jalannya ? Tiba-tiba ia
mendapat akal.
"Kau lihat kakakku yang tidak sadarkan diri itu !" katanya
kemudian pada si Bajingan. "Baik kau berikan obat padaku,
untuk aku menyadarkan dia, nanti sesudah dia siuman akan
aku bujuki dia supaya dia suka menjadi muridmu !"
Tok Mo melihat ke sekitarnya. Sang magrib tengah
mendatangi. Maka pikirnya, tak dapat dia melayani nona ini
yang cuma akan membuang-buang waktu saja. Lantas dia
merogoh sakunya dan mengeluarkan obatnya. Hanya sesaat
dia bersangsi. Bagaimana kalau nona ini mengakalinya ? Maka
dia mengulapkan obatnya itu.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Inilah obat itu !" katanya. "Bagaimana dengan kau, bicara
benar-benar atau tidak ?'
"Siapa menipu ?" sahut si nona yang justru mau
memperdayai si Bajingan. "Mari serahkan obatmu itu padaku,
lalu kau bawa nona itu kemari !"
"Jika aku si orang tua tak memberikan obat ?" tanya pula si
Bajingan.
"Kau tak dapat menyentuh tubuhnya !" kata Ya Bie keras.
Karena berbareng dengan itu ia menggunakan ilmunya, Hoan
Kak Bie Ciu buat membikin kacau pikirannya Bajingan itu.
Hatinya Tok Mo goncang. Ia berpaling ke arah Kiauw In. Ia
bertindak ke arah Ya Bie. Di saat itu, lenyaplah keraguraguannya.
Ia membuka peles obatnya dan mengeluarkan dua
butir yang ia serahkan pada si nona, habis itu ia simpan pula
pelesnya.
"Jika kau main gila terhadapku," katanya mengancam si
nona, "jangan kau sesalkan bila aku berlaku telengas
terhadapmu !" lantas ia memutar tubuhnya buat lari ke tepi
kali, untuk menghampiri tubuh yang dikatakan tubuhnya
Kiauw In itu. Segera ia mengangkatnya.
Tepat itu waktu Ya Bie menggerakkan tangannya
menyerang ke arah si Bajingan. Dia menggunakan pukulan
Udara Kosong menghajar punggung orang yang dia niat
merobohkannya kecemplung ke dalam kali !
Di saat Tok Mo mengangkat tubuhnya "Kiauw In", Ya Bie
bekerja lebih jauh. Dia menggunakan ilmu Sin Kut Kang
membuat tubuhnya menjadi ringkas, hingga ia mirip seorang
bocah umur lima atau enam tahun sesudah mana dia
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
mengerahkan tenaga dalamnya untuk lompat tinggi dua
tombak, lompat lurus ke tepi yang lain dari kali itu !
Tok Mo sendiri terkejut, selekasnya dia mengangkat
tubuhnya Kiauw In. Tubuh itu menjadi keras dan berat sekali.
Selekasnya dia mengawasi, dia menjadi kaget berbareng
gusar. Itulah bukan tubuh manusia, hanya sebuah batu besar
! Tentu sekali dia menjadi sangat gusar, sebab ternyata dia
telah diakali pula. Justru dia bergusar itu, tibalah serangan
angin dari si nona. Dia kaget tapi tak berdaya, tubuhnya
segera tertolak keras tercemplung di dalam kali !
Segera terdengarlah satu suaa nyaring dan air
bermuncratan tinggi.
Ya Bie sendiri telah tiba di lain tepi, nafasnya memburu
sebab dia berlompat dengan sekuat tenaganya. Dia
mendengar suaranya air nyaring itu serta melihat air muncrat
naik, dia girang sekali. Itu artinya Tok Mo sudah tercebur.
Lebih girang pula ialah dia telah berhasil mengakali obat
orang. Lantas dia melepaskan Sin Kut Kang, hingga tubuhnya
menjadi besar seperti biasa. Lebih dahulu ia periksa obat, ia
mencium baunya, terus ia membungkus dengan sapu
tangannya, disimpan di dalam sakunya. Akhirnya ia lari ke
tempat kemana si orang utan membawa Kiauw In.
Tok Mo sementara itu tidak mati kelelap di dalam kali. Dia
bisa berenang, maka dia cuma kaget dan pakaiannya kuyup.
Dia menyesal dan gusar dengan berbareng. Dengan berenang
dia menyampaikan tepian, untuk merayap naik. Batu yang dia
peluki, dia telah lepaskan, dibiarkan tenggelam di dalam kali.
Ketika dia memandang ke atas dia melihat satu bayangan
orang. Dia menerka itulah Ya Bie si cerdik. Dia menggertak
gigi dan lalu bersiul nyaring sekali guna melampiaskan
penasarannya !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Sementara itu tadi, So Hun Cian Li sudah berlari-lari ke hulu
sungai. Dia mengikuti tepian. Dia menjalankan perintah
nonanya membawa lari nona Cio. Dengan cepat dia tiba di
hulu sungai, tempat sumbernya. Di situ air dangkal dan batubatu
besar berserabutan. Dia berhenti disitu akan menantikan
nonanya.
Tanpa terasa sang sore telah tiba.
Duduk di tepi jalan, si orang utan menanti tetapi dia telah
terduduk sekian lama, tak juga nonanya muncul. Dia menjadi
heran terus dia berPekik berulang-ulang. Kalau nonanya
mendengar suaranya itu dia tentu akan dihampiri.
Belum lama si orang dikejutkan satu suara perlahan di
depannya, waktu ia mengawasi, kiranya itulah setangkai buah
yang baru jatuh ! Buah itu sebesar jari tangan. Melihat itu ia
mengilar sekali. Tetapi ia lagi bertugas melindungi nona Cio,
tidak berani ia memungut buah itu untuk memakannya.
Tak lama jatuh pula tangkai buah yang lainnya. Buahnya
selipat ganda besar dari buah yang pertama itu.
Orang utan itu mengawasi. Tampaknya dia sangat
mengilar. Dia menoleh ke arah darimana dia datang tadi, tetap
dia tidak melihat Ya Bie, nonanya. Dia heran. Dia menoleh
pula melihat kedua buah, lantas dia tak sanggup bertahan lagi
dari keinginannya memakannya. Maka ia meletakkan Kiauw In
ditanah dan lompat kepada buah itu. Dia menjemput dan
membawa buah itu ke hidungnya, untuk dicium atau dia
melemparkannya pula. Dia pun lompat minggir.
Sunyi suasana disekitar situ. Si orang utan melihat
kelilingan. Tetapi Ya Bie tak kelihatan. Maka ia menoleh ke
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
arah buah, lalu maju menghampiri, buat menjemputnya. Kali
ini tak sangsi pula, dia makan buah itu. Selekasnya habis buah
itu, dia lompat akan menjemput buah yang kedua. Kali ini dia
tak lompat mundur pula, dia terus makan itu.
Boleh dibilang baru habis buah yang kedua itu, jatuh pula
yang ketiga.
Tanpa sungkan-sungkan, si orang utan pungut buah itu.
Lalu terjadilah lakon buah jatuh dan tak hentinya si orang
utan memungut dan memakannya. Dengan begitu tanpa
merasa, dia telah meninggalkan Nona Kiauw In yang tetap
rebah tak sadarkan diri itu. Dia menghampiri dan menjemput
buah tanpa lompat mundur pula. Itulah sebabnya kenapa dia
jadi terpisah dari nona Cio. Baru kemudian, tanpa merasa dia
telah menyeberangi kali dangkal itu dan tiba di tepi lainnya
terus ke dalam rimba !
Justru di depannya Kiauw In yang tengah rebah pingsan itu
muncul seorang wanita tua, yang tangannya memegang
tongkat. Dengan mata bersinar, nenek itu mengawasi si nona,
terus dia tertawa tawar dan kata seorang diri, "Dasar aku si
tua besar rejeki, aku dapat pula satu bahan yang berbakat
buat dijadikan muridku !"
Terus si nenek membungkuk dan mengulur sebelah
tangannya, yang taruh di depan hidung si nona, untuk merasai
hembusan nafas, setelah mana ia pun meraba nadinya nona
itu. Kemudian ia menatap muka orang, lalu pakaiannya, akan
akhirnya mengawasi pedang di bahu si nona.
Untuk sejenak, nenek ini memperlihatkan wajah seram,
terus dia menengadah langit dan tertawa dingin, lalau dia kata
pula seorang diri, "Rupanya nona ini muridnya si rahib tua she
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Cio dari Pay In Nia, baik aku bawa pulang. Inilah kebetulan
sebab beberapa hari yang lalu, aku telah rampas si bocah she
Tio dari tangannya Tok Mo dan dia pun murid Pay In Nia !
Dua-dua anak itu berada ditanganku, dengan begitu aku akan
membuat malu pada si Cio imam tua, guna membalas sakit
hati tusukan pedangnya dahulu hari !"
Nenek itu ialah Im Ciu It Mo, orang yang merampas Gak
Hong Kun si It Hiong palsu. Dia tertawa pula dengan
girangnya. Kemudian dari sakunya dia mengeluarkan sebutir
obat pemunah racun, yang dia masukkan ke dalam mulutnya
Kiauw In sambil dia berkata, "Entah siapa yang dapat
mempelajari ilmu meracuninya Tok Mo dan dia melakukannya
terhadap anak muda. Hm, segala api kunang-kunang !"
Si nenek terus berdiam. Sambil mengawasi nona, ia
menantikan bekerjanya obatnya.
Lewat sekian lama, Kiauw In siuman. Ia bergerak untuk
terus bangun berduduk. Ketika ia membuka mata, ia melihat si
nenek di depannya.
"Kau terkena racun, nona." si nenek lantas berkata. "Sekian
lama kau tinggal tak sadarkan diri. Siapakah yang telah
meracunimu ?"
Kiauw In melegaka hatinya dengan menggerakkan kedua
tanganya, untuk diulurkan diluruskan. Setelah itu ia
mengawasi si nenek. Ia melihat sinar mata orang serta wajah
yang seram, lantas ia menerka yang ia kembali bertemu
dengan orang kaum sesat. Sendirinya, hatinya mengggigil.
Tapi menduga si neneklah yang menolong menyadarkanya, ia
lantas memberi hormat sambil berkata, "Boanpwe bertemu
Tok Mo ditengah jalan, dia merobohkan dengan racunnya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Terima kasih yang locianpwe berprihatin terhadapku.
Locianpwe, siapakah yang telah membantu aku ?"
Si nenek tertawa dingin.
"Tok Mo !" katanya. "Bajingan tak tahu malu !" Hanya
sedetik, dia menambahkan, "Obat Ceng Liang San buatanku
dapat memunahkan racun apa juga dan dalam waktu yang
singkat sekali !"
Itulah jawaban yang tak langsung terhadap pertanyaan si
nona.
Kiauw In cerdas, dapat ia menerka maksud orang itu.
Kembali ia memberi hormat, kali ini untuk mengucap terima
kasih.
"Nona, kau terkena racun hebat, mungkin racun di dalam
tubuhmu tidak segera musnah seluruhnya." kata si nenek.
"Dan itu berbahaya buat hari depanmu, karena itu, supaya
aku tak menolong kepalang tangggung, maukah kau makan
sebutir lagi ?"
Ia lantas merogoh sakunya dan mengeluarkan sebutir pil
merah dadu yang ia terus angsurkan kepada si nona.
Diam-diam Kiauw In mengatur pernafasannya. Ia merasa
sehat seluruhnya. Karena itu ia mengangsurkan kembali obat
itu sambil ia kata, "Terima kasih locianpwe. Aku merasa
tubuhku sudah sehat seluruhnya, karenanya tak berani aku
makan obat locianpwe ini."
Si nenek mengawasi. Diam-diam dia memuji kecerdasan
orang. Sebenarnya dia memberikan obat guna melemahkan
urat syaraf si nona, agar dia lupa ingatan, supaya dia dapat
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
dijadikan murid. Dia berbuat begini karena dia tahu pasti, di
dalam keadaan sehat, tak nanti Kiauw In sudi menjadi
muridnya.
"Sebutir obat tak berarti apa-apa !" katanya tertawa. "Kalau
kau makan ini, nona, besar faedahnya untuk kesehatanmu.
Baiklah kau jangan sungkan."
Kiauw In bersangsi. Tak ada alasan buat ia menampik
terus, maka terpaksa ia menyambuti pula obat itu dan terus
menelannya.
"Hahaha !" It Mo tertawa saking riang dan puas hatinya.
"Nah, nona kalau kau tidak menyela tempatku yang buruk,
maukah kau turut aku untuk bermalam di sana ? Setelah
terang tanah kau boleh pergi."
Lantas si nenek mengulur tangannya buat memegang
tangan si nona, guna dituntun. Di dalam waktu yang singkat
itu, Kiauw In tetap sadar. Ia menyingkirkan tangannya sambil
ia mundur dua tindak.
Nenek itu heran yang ia tak dapat mencekal tangan orang.
Ia insyaf itulah disebabkan si nona lihai ilmu silatnya. Tetapi ia
berpura wajar, maka ia kata, "Baiklah nona, kalau kau kuatir
tempatku buruk. Nah, kau pergilah !"
Dengan membawa tongkatnya, nenek itu memutar
tubuhnya dan berjalan dengan perlahan-lahan.
Kiauw In merasa tak enak hati. Ia mengenal budi dan
orang telah menolongnya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
"Tunggu, locianpwe" katanya seraya ia bertindak
menghampiri. "Locianpwe, dapatkah aku yang muda
mengetahui nama atau gelaran mulia dari cianpwe ?"
Im Ciu It Mo berpaling dan berdiri diam, "Tak usah tergesagesa,
sanak." katanya. "Kelak di belakang hari kau akan
ketahui namaku."
"Locianpwe." Kiauw In tanya pula, "ketika tadi Locianpwe
tiba disini apakah Locianpwe melihat seorang nona bersama
seekor orang utan ?"
"Orang utan ?" nenek itu menjawab. "Dia lari ke dalam
rimba sana dimana dia mencari makan. Tentang anak
perempuan, tak aku melihatnya."
Hatinya Kiauw In bercekat. Ia kuatir Ya Bie terbinasa
ditangannya Tok Mo sebab nona itu mau membantunya. Maka
ia kata, "Locianpwe, hendak aku mencari adikku itu. Sampai
jumpa pula !" Terus ia memutar tubuh dan berlalu.
Im Ciu It Mo mengawasi sambil menyeringai.
"Hendak aku lihat, berapa jauh kau dapat pergi." katanya.
Kiauw In baru berjalan sepuluh tombak lebih tatkala ia
merasai panas dalam tubuhnya. Ia terkejut dan heran.
Matanya segera berkunang-kunang, penglihatannya kabur dan
kepalanya pun pusing, bumi bagaikan berputar. Lekas-lekas
dia menjatuhkan diri untuk berduduk buat lantas mengatur
pernafasannya. Selama itu ia masih ingat segala apa, hingga
ia lantas menerka apa mungkin tubuhnya belum bebas dari
sisa racun........ Sama sekali ia tidak menyangka jelek pada si
nenek penolong. Hanya sesaat kemudian, pikirannya mulai
lemah, meskipun ia bisa berpikir tetapi tak dapat ia mengingat
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
sesuatu yang ia pikir itu. Matanya pun berkunangan semakin
hebat. Diakhirnya habis sudah tenaga berpikirnya. Maka ia
duduk diam bagaikan patung.
Tak lama maka terdengarlah suara bentrokannya tongkat
kepada tanah. Itulah Im Ciu It Mo yang telah tiba. Dia
menghampiri si nona. Dan mengawasinya seketika. Terus ia
tertawa terkekeh. Kemudian lagi dia menarik tangannya si
nona itu sambil berkata, "Mari turut aku !"
Kiauw In tetap berdiam saja, ia jinak bagaikan kambing.
Karena ditarik ia bangun berdiri.
Si nenek tertawa pula dan kata, "Seorang terhormat tak
akan melakukan sesuatu yang gelap, maka itu aku si wanita
tua, setelah aku merampas murid orang, perlu aku
meninggalkan tanda peringatan........"
Menyusul kata-katanya itu, Im Ciu It Mo menekan pesawat
rahasia pada gagang tongkatnya. Lantas melesat sesuatu
tinggi setombak lebih terus jatuh ke tanah hingga menerbitkan
suara. Inilah lambang peringatannya yang dia namakan "Pie
Hoat Kwie Lian Kim Pay" atau pay atau lencana emas "Muka
Bajingan dengan Rambut Riap-riapan".
Demikian Kiauw In dibawa si nenek, lenyap daLam Sang
gelap petang.
Belum lama perginya si nenek, Ya Bie muncul bersama
orang utannya, yang ia berhasil mencarinya. Nona ini sia-sia
saja mencari Nona Cio. Adalah si orang utan yang berPekik tak
hentinya dan kemudian pergi ke tempat dimana Kiauw In
diletakinya. Disini dia menoleh kepada nonanya dan
menggerak-geraki kedua tangannya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Ya Bie bingung sekali. Kiauw In adalah kenalan baru tetapi
kesannya terhadap nona itu mendalam sekali. Ia berdiri diam
mengawasi gerak gerik binatang piarannya itu. Si orang utan
mencium batu, tanah dan rumput dimana Kiauw rebah dan
duduk, terus dia berjalan mengikuti jalan yang dilalui Im Ciut
It Mo dan Kiauw In. Hanya selang beberapa puluh tombak,
segera dia kembali. Dia mencari terus disekitar situ sampai
mendadak berlompat dan tangannya lantas mencekal kimpay,
lencana emas yang ditinggalkan si Bajingan wanita tua. Dia
lari membawa itu kepada nonanya.
Ya Bie menyambuti lencana itu, yang bersinar di cahayanya
air kali. Ia mendapati ukiran yang merupakan sebuah muka
bengis seperti bajingan yang rambutnya terlepas dan terurai.
Lencana itu tidak ada hurufnya.
Tak dapat Ya Bie menerka benda itu berarti apa atau siapa
pemiliknya, ia membulak baliknya dengan sia-sia belaka.
Karena ia tetap tidak berdaya mencari tahu, kimpay itu ia
memasuiki ke dalam sakunya.
Di saat itu, mendadak si nona mendengar suara apa-apa
yang terbawa angin. Ia kuatir Tok Mo datang menyusul, lekaslekas
ia mengajak orang utannya lari untuk masuk ke dalam
rimba untuk bersembunyi.
Demikianlah Ya Bie karena mencintai It Hiong telah
mengajak binatang piaraannya berputar-putar mencari si anak
muda dan kemudian Kiauw In dan nona Cio sebaliknya dalam
perjalanannya membuat penyelidikan telah terjatuh ke tangan
si nenek Im Ciu It Mo hingga selang satu bulan dia muncul di
Hek Sek San sebagai pesuruh dari Bajingan wanita tua itu
untuk mengusir pergi Hay Thian Sin Ni dari gua Lu Sian Giam !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
In Ciu It Mo telah menyembunyikan diri selama tiga puluh
tahun. Setelah berhasil melatih ilmu Sun Im Cit Sat Kang, dia
muncul pula dalam dunia Kang Ouw dan kali ini dengan citacitanya
yang besar guna menjagoi dunia persilatan ! Buat
mencapai cita-citanya itu, dia membutuhkan dan mencari
banyak pembantu yang terdiri dari muda mudi. Demikian dia
mendapati Tio It Hiong palsu dan Cio Kiauw In yang dia beri
obat menghilangi ingatan pribadinya, hingga orang dapat
dititahkan berbuat segala apa menuruti kehendaknya, tanpa
orang sadar akan perbuatannya itu. Obatnya itu yang lihai dia
beri nama Thay Siang Hoan Huo Tan - pil mustajab berubah
roh atau sifat.
Sesudah sadar habis makan Tay Siang Hoang Huo Tan,
Kiauw In cuma kenal Im Ciu It Mo seorang, yang segala
perintahnya ia turuti tak perduli ia dititahkan menyerbu api
atau air.
Sementara itu Im Ciu It Mo jeri terhadap beberapa jago Bu
Lim rimba persilatan seperti Tek Cio Siangjin dari Pay In Nia,
Pat Pie Sin Kit In Gwa Sian, Pie Sie Siansu dari kuil Gwan Sak
Sie di Ngo Tay San dan Kio Hiat Hong Mo di Cenglo Ciang juga
Ie Tok Sinshe si jago racun yang empat puluh tahun dahulu
telah terjatuh kedalam lembah es. Seorang lagi yang dia
segani ialah Hay Thian Sin Ni dari Pouw To Sie di Haylam.
Sekarang hatinya menjadi besar sebab dia dapat kenyataan
separuh dari orang-orang yang disegani itu sudah menutup
mata sedangkan kepandaiannya sendiri bertambah lihai.
Sebenarnya ia menyuruh Kiauw In mengusir Hay Thian Sin Ni
dengan maksud memancing kemarahannya si nikouw supaya
nikouw ini datang mencari padanya, agar mereka bisa
mengadu kepandaian. Tidak ia sangka halnya Sin Ni
berpandangan jauh dan dengan lunak mengajak Cukat Tan
dan Teng Hiang meninggalkan guanya itu........
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Setelah itu, Im Ciu It Mo hendak menyeterukan Pie Sie
Siansu dan Kip Hiat Hong Mo buat nanti menjagoi dalam
pertemuan Bu Lim Cit Cun. Ia percaya bahwa ia bakal dapat
mengalahkan kedua musuhnya itu ! Begitulah dengan
mengajak Gak Hong Kun dan Cio Kiauw In ia berangkat ke
Ngo Tay San. Semua muridnya yang lainnya ia tinggalkan di
gunungnya sebab ia mempunyai suatu maksud lain.
Gak Hong Kun dan Cio Kiauw In telah dikenal umum
menjadi murid-muridnya siapa. Kalau mereka melakukan
sesuatu karena diperintah Hant tua ini orang tak akan
menyangka jelek kepadanya. Dengan begitu, ia jadi seperti
memfitnah Pay In Nia sebab Hong Kun tengah menyamar
sebagai It Hiong. Sebaliknya murid-muridnya yang asli, tak
usah mereka itu menjual muka berkeliaran di tempat umum
kecuali nanti dalam pertempuran Bu Lim Cit Cun.
Satu hal lagi ialah It Mo menyerang Gwan Sek Sie secara
menggelap. Dia bersama dua orang muridnya yang mirip
boneka itu sampai di Ngo Tay San setelah perjalanan tak
kurang sepuluh hari.
Gwan Sek Sie menjadi salah satu cabang dari Siauw Lim
Sie, kuilnya besar dan agung. Tiba di depan kuil, It Mo
mengawasi dengan perhatian kiri kanannya. Ia tiba waktu
fajar, maka itu dari dalam kuil masih terdengar suara para
pendeta tengah liam keng membaca ro la seperti biasanya
setiap pagi. Ketika itu hawa nyaman dan burung-burung masih
mengoceh disarangnya.
Dengan senantiasa membawa tongkatnya, Im Ciu It Mo
mendaki tangga. Hong Kun dan Kiauw In mengikutinya. Tiba
di muka pintu gerbang, si Bajingan membisiki sesuatu kepada
kedua pengikutnya terus dia lompat naik ke tembok untuk
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
masuk ke dalam kuil. Kedua murid itu masih berdiam sekian
lama baru mereka pun turut berlompat masuk.
Selama itu disekitar situ tak ada seorang pendeta jua.
Semua tengah berkumpul di Toa tian pendopo besar, sedikit
yang berdiam di masing-masing ruang atau tempatnya. Itulah
yang menyebabkan tiga orang itu dapat memasuki kuil tanpa
rintangan.
Semasuknya Hong Kun dan Kiauw In ke dalam kuil, mereka
lantas merabu setiap pendeta yang diketemukan. Maka juga
selewatnya beberapa ruang atau pendopo, setiap pendeta
yang bertugas di semua pendopo itu telah mesti menerima
bagiannya terluka atau terbinasa. Dan teriakan-teriakannya
mereka itu sampai terdengar ke Toa-tian, hingga para pendeta
disitu menjadi terkejut.
Segera juga dari dalam Toa tian terdengar suara genta dan
nyaring mengalun sampai di luar pendopo itu. Dengan begitu
maka berhentilah suara membaca doa. Di dalam sekejap
seluruh pendopo menjadi sunyi sekali.
Di kuil Gwan Sek Sie, tak pernah terjadi disaat orang
melakukan ibadah itu orang berhenti serentak, dan semua hati
lantas menjadi tegang sendirinya.
Sebelum mereka mendapat perintah dari ketuanya, mereka
tidak berani sembarang bergerak. Semua berdiam dengan
hormat dan tenang dihadapan Sang Buddha. Semua duduk
dengan kepala tunduk dan mata dipejamkan. Tak ada seorang
juga yang berkisar dari tempatnya.
Segera setelah kesunyian itu, terdengarlah suaranya Pie Te
Siansu, ketua dari Gwan Sek Sie, yang perutnya besar, "Para
petugas, kalian kembali ke tempat masing-masing ! Para
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
murid, bersiaplah dengan senjatamu masing-masing guna
menghadapi setiap kejadian !"
Semua pendeta itu memperdengarkan penyahutan mereka
bahwa mereka sudah mengerti. Lantas semuanya memberi
hormat dan segera berlalu, pulang ke masing-masing tempat
tugasnya. Sedangkan para murid, habis bubaran, sudah lantas
kembali dengan membawa senjatanya masing-masing. Justru
itu tibalah Hong Kun berdua.
Pie Te Taysu bertindak ke depan dua orang muda-mudi itu
seraya terus memberi hormat.
"Sicu berdua," ia menegur, "kenapa sicu lancang memasuki
kuil kami serta sudah lantas melakukan penyerangan hingga
timbul korban-korban jiwa dan luka ? Apakah sicu tidak
pernah membayangkan pikiran bagaimana menderitanya
orang-orang yang roboh sebagai korban-korban itu ?"
Pendeta ini sudah lantas menerima laporan tentang
penyerbuan tak disangka itu.
Kiauw In berdua Hong Kun melongo saling mengawasi,
mereka tidak menjawab teguran itu.
"Kedua sicu," Pie Te bertanya pula. "siapakah guru sicu dan
dengan kuil kami ada permusuhan apa ?"
Kiauw In tidak menjawab, dia hanya bersenyum. Lantas dia
maju dua tindak dibarengi dengan satu serangan jurus Hang
Liong Hok Houw Ciang. Pie Te terkejut tetapi dapat dia
berkelit ke samping. Terus ia mengawasi tajam nona
penyerangnya itu. Sama sekali ia tidak mau membalas
menyeranga, sebab ia merasa aneh akan serbuan itu. Kiauw
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
In berlompat maju, ia menyerang pula, bahkan kali ini ia
menghajar terus menerus sampai tujuh kali !
Pie Te Taysu repot mengelakkan dirinya. Di sebelah itu
herannya bertambah-tambah. Ia mengenali ilmu silatnya Pat
Pie Sin Kit, yang didasarkan atas tenaga Tong Cu Kang. In
Gwa Sian manusia aneh, dia tak kenal paras elok dan dia juga
tak pernah mempunyai murid perempuan. Maka itu siapa nona
ini yang justru menggunakan ilmu silatnya si pengemis ?
Menguasai diri sendiri, Pie Te memuji Sang Buddha. Tetap
ia berlaku sabar.
"Sicu," tanyanya pula, "kau pernah apakah dengan sicu In
Gwa Sian ?"
Ditanya begitu dengan disebutnya nama In Gwa Sian,
Kiauw In berhenti menyerang, ia menggeleng kepala. Dengan
sinar mata buram ia mengawasi saja si pendeta. Sebagai
seorang pendeta tua dan banyak pengalamannya, Pie Te
lantas menerka sebabnya si nona berlaku aneh itu :
Menyerbu, menyerang dan berdiam......
Justru Kiauw In berdiam, justru Hong Kun menyerang,
bahkan dia ini menggunakan pedangnya. Dengan berkilauan
menyilaukan mata ujung pedang mencari sasaran pada perut
besar dari si pendeta ! Pie Te Taysu tak mundur atau berkelit,
dia membiarkan pedang mengenai perutnya itu.
Aneh, pedang itu melesat ke sisi dan cuma merobek
jubahnya si pendeta.
"Sicu !" Pie Te tanya penyerang itu, "Sicu, pernah apakah
kau dengan It Yap Totiang dan Heng San ?" Inilah karena dia
mengenali ilmu silatnya kaum Heng San Pay.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Hong Kun tertawa. Dia tidak menyerang pula, sambil
menarik pulang pedangnya, dia terus berdiri diam. Pie Te
Taysu mengawasi tajam anak muda itu, lalu mendadak ia
berseru keras laksana bunyi guntur di siang hari. Ia mau
mencoba menyadarkan muda mudi itu., yang ia terka
sebabnya kenapa mereka menjadi demikian rupa.
Hong Kun dan Kiauw In tampak terkejut, keduanya
melengak. Tapi cuma sebentar, mereka pulang asal seperti
semula. Mereka berdiri bengong tak berbicara, tak bergerak.
Berdua mereka berhadapan. Hanya sebentar matanya Hong
Kun mencilas lalu mendadak dia menyerang pula.
Pie Te Taysu berkelit ke samping terus ia berseru :
"Ringkus mereka ini !"
Segera muncul dua orang pendeta setengah tua, yang
jubahnya abu-abu dan senjatanya golok kaylo dan sebatang
tongkat panjang masing-masing. Dan mereka lantas
menyerang Hong Kun dan Kiauw In. Menyusul itu, tiga puluh
enam pendeta lainnya turut bergerak pula, cuma mereka
bukan membantu menyerang hanya terus mengambil sikap
mengurung. Sebab mereka telah mengatur tiu atau pasukan
istimewa, yang diberi nama Lohan Tiu atau Tiu Arhat !
Pendeta bersenjata tongkat itu menempur Gak Hong Kun.
Dia bersilat dengan Lohan Thung hoat, ilmu silat Tongkat
Arhat. Dengan menderunya anginnya tongkat, terang ternyata
itulah Gwa Kang atau Nge Gung, ilmu silat keras. Tetapi dia
menghadapi ilmu silat pedang Heng San Pay yang
mengutamakan keringanan dan kegesitan tubuh, maka
tongkatnya tak dapat berbuat banyak. Pendeta yang
bersenjata golok menggunakan ilmu silat Golok Arhat,
nampaknya dia bisa bergerak cepat dan tenaga dalamnya
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
sempurna karena mana sanggup dia melayani Kiauw In hingga
senjata mereka berdua berkelebatan bagaikan kilat, naik dan
turun ke sisi kiri dan kanan.
Pie Te Taysu menonton dengan kekaguman. Lekas juga
tiga puluh jurus telah berlalu tetapi si pendeta bergenggaman
tongkat tak dapat berbuat apa-apa terhadap lawannya. Ia
mencoba mengerahkan tenaga, tetap ia tak memperoleh hasil.
Walaupun otaknya tidak sadar, Hong Kun tak melupai ilmu
silatnya. Apa pula diapun mulai mendapat tambahan ilmu san
Im Cut Kang dari Im Ciu It Mo. Maka itu sesudah banyak jurus
itu, ia lalu mencoba kekerasan. Begitulah ketika satu kali
tongkat meluncur ke tubuhnya, ia menangkis dengan satu
tebasan !
Berisik suara terbenturnya kedua senjata yang percik
apinya berhamburan. Melihat beradunya senjata itu, Pie Te
Taysu terperanjat. Baru sekarang ia mendapat tahu yang
pemuda yang menggunakan Kie Kwat Kiam pedang mustika.
Hingga bisa-bisa tongkat muridnya nanti terbabat kutung.
"Tahan !" ia berseru. Ia berkuatir muridnya nanti bercelaka
dan nama Gwan Sek Sie tercemar.
Pertempuran berhenti lantas. Kedua lawan sama-sama
mundur. Bahkan Kiauw In dan lawannya turut berhenti juga.
Semua lantas mengawasi si pendeta tua !
"Kedua sicu." Pie Te menanya muda mudi itu. "Sicu,
apakah kalian ingat nama atau gelaran guru kalian ? Dapatkah
sicu sekalian menyebutnya buat lolap dengar ?"
Suaranya pendeta ini perlahan dan ramah, suara itu
mendatangkan kesan baik bagi si muda mudi.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Kiauw In mengawasi, sinar matanya memain. Ia nampak
mengingat-ingat.
"Guruku ialah Im Ciu It Mo." sahutnya sejenak kemudian.
Hong Kun mengulapkan tangannya dan tertawa. Katanya,
"Baru aku ingat itu. Tetapi kau telah mendahului
menyebutnya..."
Kata-kata itu lucu, maka semua pendeta bersenyum tak
kecuali dua pendeta yang baru habis bertempur itu.
Pie Te tidak menghiraukan lagak orang, bahkan ia mencoba
menirunya.
"Guru kalian bukannya cuma satu." katanya pula, tetapi
ramah. "Mesti ada guru kalian yang lainnya ! Coba sebutkan !"
Muda mudi itu saling mengawasi, mereka tidak lantas
menjawab, mereka hanya lantas tunduk untuk berpikir. Pie Te
Taysu semua mengawasi. Terus kedua muda mudi itu berpikir.
Mereka seperti lagi mengasah otak, buat mengingat-ingat.
Mereka menggaruk-garuk belakang kepala mereka atau
memegangi dahi. Masih mereka tak dapat ingat.
"Pat Pie Sin Kit In Gwa Sian............." berkata Pie Te Taysu
perlahan. Ia mau membantu mengingati, "It Yap Totiang dari
Heng San !"
Kata-kata itu diucapkan satu demi satu dan dengan
penuturan ilmu Toan im Jip Bie. Maka juga masuknya ke
dalam telinga tajam dan tegas sekali. Muda mudi itu nampak
terkejut, mereka mengangkat kepala mereka mau mereka
membuka mulut atau di detik yang lain mereka batal. Lantas
sinar mata mereka menjadi geram dan kepala mereka
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
digoyang-goyangi ! Hal itu menunjuki hebatnya obat Toay
Siag Hoang Hun Tan dari Im Ciut It Mo.
Ketika itu mendadak terdengar seruan yang sangat nyaring
dan tajam, entah darimana datangnya. Hanya tahu-tahu telah
masuk ke dalam pendopo besar. Suara itu membuat telinga
ketulian dan hati berdebaran. Sedangnya para pendeta heran,
Hong Kun dan Kiauw In mendadak lompat menyerang
menyerbu Lohan Tiu !
Ketigapuluh enam pendeta terkejut, tetapi mereka sempat
menangkis, buat seterusnya mereka melayani kedua penyerbu
itu, hingga mereka jadi bertarung seru sekali.
Kiauw In lemah lembut tetapi setelah mendengar seruan itu
mendadak dia menjadi beringas, ia selalu menyerang dengan
bengis. Hong Kun bengis juga tetapi dialah tak aneh sebab
sejak gagal dalam urusan asmara, dia berubah sifat, dia jadi
mudah membenci dan tak segan-segan melukai dan
membunuh orang, hanya saja, seruan itu membuatnya
bertambah ganas, dia bagaikan memandang para pendeta
seperti musuh-musuh besarnya !
Sudah seratus tahun lebih Lohan Tiu menjadi Barisan
istimewa dari Siauw Liem Sie. Barisan itu dianggap sebagai
pembela dan pelindung, maka juga setiap pendeta yang
menjadi anggautanya semua telah terlatih baik. Dengan
begitu, mereka dapat bekerja sama dengan sempurna. Cepat
dan lincah mereka mengambil tempatnya masing-masing,
terutama dalam hal mengganti kedudukan atau saling mengisi
kekosongan. Diantaranya ada dua jurus utama yang
dinamakan "It Ceng Jie Hu" atau Satu lurus, dua kiri dan
kanan". Artinya saban habis menikam atau membacok, golok
tentu diteruskan dipakai menebas kedua samping.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Apa yang merugikan Hong Kun dan Kiauw In ialah
walaupun mereka sama-sama lihai, perguruan asal mereka
berlainan, jadi dalam hal bekerja sama mereka tidak
mendapatkan kecocokan. Benar mereka sudah mempelajari
Sun Im Cit Sat Kang tetapi latihannya belum lama dan
karenanya belum sempurna. Demikianlah tidak lama, dari
rapat mereka dapat dipisahkan satu dari lain.
Pie Te Taysu memuji Sang Buddha setelah dia menonton
sekian lama dan mendapatkan muda mudi itu gagah berani
dan ulet sekali. Ia cuma heran yang seperti lupa ingatan.
Justru tengah pertempuran berlangsung dan Pie Te Taysu
lagi beragu-ragu, tiba-tiba ia lihat dari ambang pintu pendopo
munculnya seorang pendeta usia setengah tua, yang jubahnya
kuning, pendeta mana bertindak masuk dengan cepat. Dia
melihat pertempuran itu tetapi dia tidak menghiraukan,
langsung dia menghampiri Pie Te, untuk terus memberi
hormat sambil menjura dan memuji San Buddha.
Pie Te Taysu membalas hormat sambil mengawasi dengan
tajam, hingga ia mengenali bahwa orang adalah pendeta dari
Siauw Lim Sie pusat di Siong San. Maka lekas-lekas ia berkata,
"Ada apakah dengan kunjungan ini ? Silahkan masuk !"
Walaupun pendeta itu ada dari tingkat lebih muda,
terhitung sebagai kemenakan murid, Pie Te toh berlaku
hormat seperti biasa.
Pendeta itu menjura pula sambil mengucap terima kasih.
Kemudian dari punggungnya dia meloloskan satu bungkusan
kuning, dari dalam mana dia mengeluarkan sejilid naskah
hoat-tia sambil mengangsurkan dengan kedua tangannya, ia
berkata, "Tecu diperintahkan Paman guru Liauw In
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
menyampaikan hoat-tiap ini dengan permintaan supaya
paman menyampaikannya kepada bapak ketua disini."
Pie Te Taysu menyambut. Ia melihat hoat-tiap diikat
dengan tali kain kuning dan dilapis dengan tali sutera merah,
maka tahulah ia artinya kiriman itu.
"Apakah pesannya kakak seperguruan Liauw In ?"
tanyanya.
Pesuruh itu menjawab dengan perlahan, "Paman guru
Liauw In berkatai bahwa hari upacara besar harus
dirahasiakan supaya pihak sesat tak dapat datang mengacau."
Pendeta tua itu mengangguk, terus ia memutar tubuh buat
berjalan dengan cepat ke dalam, tetapi baru beberapa tindak
dia sudah berhenti melangkah, dia memutar tubuh pula
sembari berkata, "Keponakan Bu Kie pergilah kau beristirahat
!" Setelah itu ia melanjuti berjalan masuk.
Pendeta pesuruh itu memang Bu Kie namanya. Dialah
murid tingkat dua dan gurunya ialah Ang Sian Siangjin,
Tianglo dari Kam Ih.
Sejak wafatnya Pek Cut taysu dan matinya Ang Sian
Siangjin disusul dengan matinya ke empat Tianglo, Siauw Lim
Sie selalu berada dalam saat-saat tegang maka juga kuil
dijaga keras. Pendeta tertua tinggal Liauw In seorang, karena
mana pendeta ini harus bekerja keras memegang tampuk
pimpinan sementara sebelum pemilihan atau pengakuan ketua
baru, kemudian dengan persetujuannya semua pendeta
pemilihan ketua dilaksanakan dan diangkat ialah seorang
murid yang usianya masih muda dari Pek Cut Siansu,
sedangkan kelima Kam Ih dipilih dari angkatan kedua. Karena
itu upacara pelantikan harus dilakukan. Biasanya upacara itu
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
dilakukan secara besar dan agung dan khidmat. Maka juga
undangan harus dikirim secara meluas terhadap semua
cabang Siauw Lim Sie. Hanya kali ini disamping kehidmatan
upacara mau dilakukan secara tertutup supaya jangan ada
pihak luar yang mendapat tahu, agar tak ada pengacauan oleh
pihak luar itu.
Hatinya Bu Kie lega setelah dia selesai menjalankan
tugasnya, maka itu sempat dia menyaksikan bentroknya
Lohan Tiu hanya tahu bahwa itulah pertempuran benar-benar
sedangkan mulanya dia menyangka kepada latihan biasa.
Selama memasuki kuil dia pula tidak melihat para pendeta
yang terbinasa dan terluka, maka dia tak tahu apa-apa. Hanya
apa yang mengherankannya ialah pihak yang diserang itu
cuma dua orang muda, sepasang muda mudi. Sendirinya dia
memasang mata tajam untuk melihat tegas terutama guna
mencari tahu dari ilmu silat mana muda mudi itu, mereka ada
rumah perguruan atau partai mana. Selekasnya dia melihat
tegas, dia heran hingga dia tercengang. Dia mengenali itulah
suami isteri Tio It Hiong dan Cio Kiauw In, dua orang
pelindung atau penolong dari Siauw Lim Sie. Hanya sedetik
itu, dia tak dapat mengenali penyamarannya Gak Hong Kun.
Maka dia hanya mengenali It Hiong.
"Aneh !" pikirnya. "Kenapa kedua penolong dari Siauw Lim
Sie justru bertempur di Gwan Sek Sie ini ?"
Tak lama Bu Kie ragu-ragu itu, sebab ia telah
terpengaruhkan perasaan hatinya sendiri yang tegang. Tibatiba
dia berseru dengan panggilannya, "Sicu Tio It Hiong !"
Sedangnya pertempuran berlangsung hebat itu, karena itu
seperti tidak ada yang dengar sebab orang bertempur terus
dengan serunya. Yang menyahuti ialah berisiknya bentrokan
pelbagai senjata tajam.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Dari heran, Bu Kie menjadi penasaran. Dia memang
bertabiat keras. Dia melihat tegas, kecuali tiga puluh enam
pendeta yang lagi berkelahi itu, yang lainnya yang berkumpul
di pinggiran tidak ada yang tidak menunjuki tampang gusar.
Kenapakah orang agaknya sangat membenci muda mudi itu ?
Segera setelah habis sabarnya, pendeta pesuruh dari Siauw
Lim Sie lantas berseru, "Tahan !" Hebat suaranya itu tetapi dia
tak dapat menghentikan Lohan Tiu. Adalah dua orang pendeta
yang tak turut bertempur yang lantas lari menghampiri
pendeta dari Siong San itu, untuk mengawasinya dengan mata
mendelik. Mereka memberi hormat tetapi keduanya menanya
dengan suara dalam, "Suheng, kalau suheng tidak punya
urusan apa-apa, silahkan istirahat di dalam pendopo samping
sana ! Buat apa suhen berseru ?"
"Su heng" ialah kakak seperguruan.
Bu Kie sedang mengawasi medan pertempuran, waktu ia
melihat dua pendeta muda itu dan mendengar suara orang
yang dalam itu.
"Hm !" ia memperdengarkan suara dingin. "Sute berdua,
apakah kalian kenal atau mengenali sepasang muda mudi
yang sedang dikepung itu ?"
"Sute" ialah adik seperguruan.
Salah seorang pendeta bukannya menjawab hanya
menanya keras, "Suheng pernah apakah dengan mereka itu ?"
Itulah kata-kata yang nadanya mengejek.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Hampir Bu Kie mendamprat pendeta itu, baiknya ia ingat
bahwa mereka adalah dari satu perguruan dan ia sendiri
berkedudukan lebih tinggi.
"Hm !" ia mengasih dengar pula suara dinginnya, sebab
saking hebatnya ia menguasai hatinya yang panas itu, sedang
wajahnya terlihat merah padam. "Kedua muda mudi itu bukan
sanak atau kadang dari kakakmu ini tetapi mereka adalah
kedua penolong dan pembela dari kuil kami !"
Kedua pendeta itu heran sampai mereka mengawasi
dengan mendelong.
"Apakah pria itu adalah Tio It Hiong yang melabrak dan
mengusir kawanan bajingan penyerbu Siauw Lim Sie ?"
mereka tegaskan.
Bu Kie membaliki dengan suara dalamnya, "Sute, apakah
kau tidak kenal tuan penolong kami itu ?"
Belum lagi si pendeta menjawab, atau dari medan
pertempuran terdengar suara bentakan dan berisikanya
beradunya senjata. Kiranya pihak Lohan Tiu telah
memperkeras serangannya. Itulah yang dinamakan perubahan
tingkat dua dan namanya ialah "Bun Had Tiauw Thian,"
Berlaksa Buddha Menghadap Ke Langit kepada Tuhan".
Pendeta yang menjadi pimpinan Barisan sudah lantas lompat
kepada Hong Kun dan Kiauw In buat mulai dengan
seranganya dahsyat. Karena desakan itu, muda mudi itu
melawan dengan sama kerasnya.
Dengan perubahan itu, para pengurung lantas berubah
menjadi dua rombongan dan pengurungan atau penyerangan
menjadi bergantian. Yang kiri dan yang kanan bergantian
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
maju, serangannya hebat sekali. Itulah yang menyebabkan
suara berisik itu.
Bu Kie terperanjat menyaksikan perubahan itu. Dan melihat
nyata bagaimana muda mudi itu didesak hebat.
Sampai disitu terlihat bedanya diantara Hong Kun dan
Kiauw In. Si anak muda ternyata kalah latihan, dia kalah ulet.
Kerja sama mereka jadi tak teratur dan berat sebelah.
Di pihak Lohan Tiu, orang tetap bersemangat dan ulet.
Kegagahan para pendeta itu tak berkurang bahkan lebih
mantap.
Bu Kie menjadi mandi peluh tanpa merasa. Dia mesti
menyaksikan suasana hebat itu. Di dalam keadaan seperti itu,
lebih-lebih tidak sempat dia meneliti Hong Kun. Dia hanya
menyangkan bahwa It Hiongsudah mulai letih, ia tidak
memikir kenapa tuan penolong dari Siauw Lim Sie itu menjadi
demikian lemah, bahwa ilmu silatnya beda dari ilmu silatnya
Kiauw In. Mereka berdua toh suci dan sute, kakak beradik
seperguruan. Kenapa bukannya mereka menang atau dapat
merobohkan keluar dari tiu tetapi justru terus terkurung.
Di saat itu tampak Hong Kun dikepung empat buah golok,
yang menyerangnya dari atas dan bawah, dari kiri dan kanan.
Dari berkelit sambl menangkis jurus "Dengan Delapan Tangan
Membunuh Naga" sebuah jurus istimewa dari Heng San Pay.
Dengan berkelit itu, dapat dia mundur tiga tindak. Tapi dia tak
luput seluruhnya. Ada golok yang menggores celananya, serta
mengenai betisnya hingga kulitnya berdarah.
"Tahan !" berteriak Bu Kie sambil dia berlompat maju,
niatnya membantu orang yang dia sangka It Hiong itu, tetapi
bukannya dia maju, dia justru tertarik balik sebab mendadak
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
ada tangan yang kuat yang membetotnya dari belakangnya.
Hingga dia menjadi heran dan lekas-lekas menoleh. Sehingga
dia melihat Pie Te Taysu dihadapannya.
"Susiok !" panggilnya sambil dia lekas-lekas memberi
hormat. Di saat itu mukanya masih merah sebab gusar dan
mendongkol.
Pie Te Taysu mrengulapkan tangan terus ia tertawa.
"Sutit, selesailah tugasmu !" katanya. "Pergilah kau pulang
!"
Bu Kie sang kemenakan murid melengak.
"Susiok," katanya pada paman guru itu, "orang didalam itu
ialah........"
Belum habis ia berkata tubuhnya Bu Kie sudah terpental
keundakan tangga Toa tian. Tapinya dia tak jatuh, dapat dia
berdiri tegak. Lantas dia mendengar suara yang disalurkan
dengan ilmu Toan Im Jip Bit : "Dua orang ini sudah menyerbu
kuil, dia telah membinasakan dan melukai beberapa anggauta
kita, maka itu mereka berdua hendak ditawan untuk diperiksa.
Sutit, baik jangan campur tangan hanya lekas-lekas kau
pulang membawa laporan."
Bu Kie bingung, ia bersangsi. Tetapi ia mempunyai tugas, ia
pun mesti percaya paman gurunya itu. Maka itu dengan hati
tak karuan rasa lantas ia melakukan perjalanan pulang.
Hong Kun sementara itu letih sekali, kecuali luka dibetisnya
itu, ia terluka parah sebab ia masih dapat memaksa bergerak
dengan cepat dan cepat.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Kiauw In tidak terluka, tapi sia-sia saja percobaannya akan
menerobos keluar. Beberapa kali ia mencoba selalu gagal
hingga ia kembali terdesak ke dalam tiu dan terkurung.
"Kedua sicu !" terdengar Pie Te Taysu berkata nyaring,
"jika kalian sudi meletakkan senjata kalian dan manda
ditangkap, pinceng akan memberi ampun kepada kalian !"
Suara itu mendapat jawaban tidak diperhatikan sama
sekali. Sekalipun telah diulang dan diulangi beberapa kali.
Muda-mudi itu berkelahi terus. Mereka tampak seperti tak
mendengar apa-apa.
Pie Te Taysu telah melihat keadaan orang, ia menduga
muda mudi itu menjadi korban racun maka ia merasa kasihan
terhadap mereka dan tak ingin segera membinasakannya.
Tidaklah demikian dengan para pendeta yang bersakit hati
dan membenci hingga memikir menuntu balas bagi sekalian
saudara mereka. Demikianlah, habis seruan Pie Te berseruseru
itu, pemimpin tiu berseru nyaring goloknya diangkat naik
digeraki sebagai aba-bab, maka lagi sekali tiu bergerak secara
luar biasa gesit dan bengis. Bayangan orang dan sinar golok
bergerak makin cepat.
Di dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba dari pojok kiri
pendopo terlihatnya berkelebat satu bayangan terus tampak
munculnya seorang seebie, kacung pendeta. Dia lari
menghampiri Pie Te Taysu untuk memberi hormat dan
berkata, "Di houw tian terdapat musuh, maka itu Ciang bun Su
sun menitahkan Susiok pergi menghadangnya !"
Ciang bun Su Cun ialah ketua kuil dan houw tian pendopo
belakang. Di pendopo belakang itu terdapat banyak kamat,
satu diantaranya menjadi "Ceng sit" kamar istirahat dari Sie
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Siansu, ketua dari Gwan Sek Sie. Kamar dipisahkan sendiri
dengan sebuah taman.
Pie Te Taysu kaget sekali.
"Baiklah !" bilangnya sambil memberi isyarat.
Selagi kacung ini mengundurkan diri, Pie Te sudah
berlompat ke gang yang menuju ke belakang.
Semua pendeta di kiri dan kanan heran melihat Pie Te
Taysu berlalu secara demikian tergesa-gesa, tetapi karena
aturan kuil keras sekali, tanpa ijin atau perintah, mereka tidak
berani meninggalkan tempat.
Jilid 47
Mendadak ada terdengar sesuatu suara diatas penglari
Toa-tain disusul dengan terlihatnya beberapa titik hitam
menyambar ke arah
Lohan Tiu. Berbareng juga mendengung siulan keras dan
nyaring, seperti tangisan iblis, sangat menusuk telinga dan
menembusi hati hingga tubuh orang menggigil karenanya.
Bukan itu saja, titik-titik hitam itu telah membentur beberapa
buah golok hingga goloknya tiga orang pendeta terlepas dari
cekalannya dan terpental jatuh, habis mana titik-titik hitam itu
lantas terbang pergi.
Karena itulah beberapa ekor kampret.
Heran bahwa kampret dapat membuat golok terpental,
maka itu pada itu pastilah ada sebabnya dan sebab itu bukan
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
lain bahwa kampret itu telah ditimpukkan oleh seseorang yang
tenaga dalamnya mahir sekali.
Seterbangnya beberapa ekor kampret itu, lagi ada titik-titik
hitam seperti tadi yang menyambar kedalam tiu. Kembali ada
tiga buah golok yang jatuh ke lantai sedang si pendetanya
berkaok kesakitan dan tangannya yang kiri memegang
lengannya yang kanan yang memegang golok itu !
Kembali tiga ekor kampret terbang pergi.
Kejadian itu hebat bekerjanya, Lohan Tiu menjadi kacau
seketika, apa pula ketika terdengar pula siulan nyaring dan
menyeramkan, mendengar mana sebaliknya, Hong Kun dan
Kiauw In seperti mendapat semangat lantas keduanya
menyerang dengan hebat hingga dilain saat mereka berhasil
menerobos kurungan, tak perduli lowongannya tiu itu sudah
lantas ditambal oleh kawan-kawannya yang diluar kalangan.
Pemimpin Lohan Tiu yang merasa heran segera
memperdengarkan suaranya, "Orang pandai dari mana telah
datang kemari ? Kenapa kau menyembunyikan kepala
menonjolkan ekor ? Kenapa kau menyerang secara menggelap
? Bagaimana andiakata kau memperlihatkan dirimu ?"
Pertanyaan itu tidak mendapat jawaban, hanya setelah
diulangi dengan terlebih keras, barulah terdengar jawabannya
yang berupa tawa dingin berulang-ulang. Kemudian barulah
terdengar kata-katanya, "Muridku, jangan libatkan diri dengan
ini rombongan keledia gundul ! Lekas kalian menyerbu ke
dalam kamar pertapaan, gurumu hendak menempur si keledia
tua Pie Sie !"
Hong Kun dan Kiauw In melengak, tetapi segera mereka
menjawab, lantas mereka berlompat pergi menuju ke
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
belakang, memasuki gang untuk ke Houw tian. Kawanan
pendeta hendak menghadang, sayang mereka terlambat.
Itulah karyanya Im Ciu It Mo yang mula-mulanya terus
main menyembunyikan diri karena sifatnya ialah
menggunakan tenaga kedua murid istimewa itu, guna
mengacau pendeta-pendeta dari Gwan Sek Sie. Dengan begitu
dia juga main perang urat syaraf. Sebab aneh Kiauw In dan
"Tio It Hiong" menyerbu kuil Gwan Sek Sie yang menjadi
cabang dari Siauw Lim Sie. Dia girang melihat kedua murid itu
bisa mengacau dengan baik, sampai ia mendapatkan mereka
itu terkurung. Maka juga, sampai disitu, ia menolong
meloloskan mereka itu, yang terus diberi tugas lain.
Lebih dahulu daripada itu Im Ciu It Mo telah menghajar
mati beberapa pendeta houw tian. Dengan begitu dia
menggunakan akal mengacaukan kedua belah pihak hingga
saatnya Pie Te Taysu meninggalkan Toa-tian. Ia sengaja
memperdengarkan suara nyaring buat mengejutkan orang.
See bie yaitu kacung pendeta yang menjaga Ceng sit
menjadi murid termuda dari Pie Sie Siansu. Ketika dia
mendengar suara itu, dia keluar untuk melihat. Dia membekal
pedang. Dia muda tetapi cerdas. Dengan mengira-ngira dari
mana suara datang dia menuju ke arah suara itu lalu tiba
ditaman. Di sini dia tidak melihat musuh. Maka dia lantas
mendekam, bersembunyi diantara pepohonan bunga.
Belum lama maka muncullah Im Ciu It Mo di dalam taman
itu. Dia heran yang dia tidak melihat orang. Dia menghentikan
tindakannya sambil berpikir. Lalu dia bersiul pula terus tertawa
dingin.
Dari tempat sembunyinya, si siebie melihat orang itu,
seorang wanita tua dengan pakaian kuning, matanya tajam,
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
tangannya memegang tongkat panjang. Wanita itu celinguk ke
empat penjuru. Dengan tangan memegang golok kaylo, ia
lantas menyiapkan biji thie-liam-cu, mutiara besi yang
dijadikan senjata rahasia, kemudian dengan berlompatan dia
pergi ke tempat lebat di depan wanita itu, jaraknya lima atau
enam kaki. Ia menanti si wanita justru melihat ke arah lain,
mendadak dengan cepatnya, ia mencelat tinggi melewati
semak, untuk menyerang dengan senjata rahasianya itu
dengan sasarannya ialah tu-tong, jiu-tong dan thian-cut,
ketiga jalan darah yang berbahaya. Ketika tubuhnya turun, dia
terus berjumpalitan menghampiri si wanita, buat melanjuti
menyerang dengan goloknya !
Siebie itu lihai tetapi ia masih terlalu muda bagi si nenek
yang lihai itu.
Nenek itu terkejut tapi dia dapat segera berkelit mundur,
hingga dia bebas dari senjata rahasia, sebab tongkatnya
segera diputar dipakai melindungi tubuhnya sedang serangan
golok ditangkis keras sampai siebie itu kaget sebab tangannya
nyeri sebagai akibat beradunya kedua senjata tongkat kontra
golok, dan goloknya terbang pergi !
Ketika si siebie menginjak tanah, dia memisahkan diri
setombak lebih.
Sebenarnya Im Ciu It Mo masih hendak menyembunyikan
dirinya, sekarang dia terpegok. Dia jadi benci si bocah dan
berniat membinasakannya. Itulah jalan membungkam mulut
orang. Maka juga dengan tak sudi memberi kesempatan
beristirahat kepada bocah itu, dia lompat menghantam dengan
tongkatnya !
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Bocah itu kaget, dia lantas menjerit minta tolong, meski
begitu dia tidak diam saja, dengan cepat dia menjatuhkan diri
terus berguling sejauh empat kaki.
Hebat serangan si wanita, tongkatnya sampai nancap tiga
kaki dan tanah muncrat ke empat penjuru !
Im Ciu It Mo melengak sedetik. Adalah diluar dugaannya,
yang serangannya gagal. Hal itu menambah kegusarannya. Ia
mencabut tongkatnya dengan niat menghajar pula. Ia melihat
orang terpisah satu tombak dari ianya.
Siebie itu melihat sinar mata si nenek, ia memutar tubuh
dan lari pergi. Nenek itu penasaran, dia berlompat menyusul
terus dia menyerang !
Bocah itu sangat lincah, dia tersusul dan dihajar, tetapi dia
masih dapat berkelit. Maka dia terus diserang lagi, tetapi
sampai tiga kali, tetap dia selamat.
Si nenek heran hingga ia berdiam sampai ia melihat ujung
tongkatnya tercantelkan sebatang gelang emas.
"Ah !" serunya kemudian.
Itulah gelang, yang merintangi tongkatnya hingga ujung
tongkat gagal mengenakan si bocah. Pantas tadi dia merasa
tongkatnya tertahan sesuatu. Maka ia sekarang berpikir
menerka-nerka, siapa pemiliknya gelang emas itu. Ya,
siapakah ?
"Ah, mestinya ini gelang emasnya Pie Sie Siansu ketua
Gwan Sek Sie....." pikirnya kemudian. Karena ini, tidak
bersangsi pula, dia membentak, "Pie Sie si kepala gundul
bangkotan, kapannya kau pelajari ini kepandaian hina dina,
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
menyembunyikan kepala menongolkan ekor ? Kenapa kau tak
berani menemui orang ?"
Tepat si nenek membuka suara jumawa itu, mendadak di
depan matanya muncul dua orang pendeta setengah tua,
jubahnya seragam dengan warna kuning, mukanya lebar,
tangannya sama-sama bersenjatakan sepasang Liong Houw
Kim Hoan, gelang emas naga-nagaan dan harimau-harimauan.
Melihat gelang emas itu maka mengertilah It Mo siapa
pelepasnya tadi. Hanya berbareng dengan ini, dia menjadi
heran sekali.
Gelang emas pada tongkatnya lenyap secara tiba-tiba tanpa
dia merasakannya, hingga dia menjadi bingung. Dia juga
heran yang si siebie tadi pun hilang tak karuan. Dia tidak tahu,
justru Liong Houw Sian Ceng muncul justru siebie itu lari
menghilang kedalam semak pohon bunga.
Kedua pendeta lantas memberi hormat kepada wanita itu.
"Sicu," kata yang satu, "Sicu sudah langsung memasuki kuil
dan juga telah membinasakan dan melukai beberapa saudara
kami, sekarang sicu berkaok-kaok mengatai guru kami,
apakah artinya itu ? Apakah sicu sangka Gwan Sek Sie dapat
membiarkan orang berbuat begitu kurang ajar dan kejam,
main membunuh orang ?"
Im Ciu It Mo sedang heran dan gusar, teguran itu
membuatnya naik darah.
"Kamu mempunyai kepandaian apa maka kamu berani
begini kurang ajar terhaap aku si wanita tua ?" demikian
tegurnya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Bu Sek terbangun sepasang alisnya. Kata dia, "Aku yang
muda memang berkepandaian rendah sekali, itulah aku
ketahui maka itu aku bukanlah lawan sicu, akan tetapi walau
demikian gelang ditangan kami hendak mengajar adat kepada
orang yang tidak tahu aturan sopan santun !"
It Mo mengangkat tongkatnya, dia tertawa.
"Aku si wanita tua tidak memikir menempur segala anak
muda !" katanya menghina. "Maka itu lekas kamu suruh Pie
Sie si gundul bangkotan supaya dia muncul menemui aku,
supaya dia iseng-iseng mencoba kedua rupa kepandaianku,
Sun Im Lu San Kang dan tongkat Tuowlo Thung Hoat !"
Bu Sek tertawa.
"Buat apa kau berjumawa begini rupa, sicu ?" katanya.
"Baiklah, dengan sepasang gelang emas Naga dan Harimau
kami, siauwseng akan mencoba melayani kedua rupa
kepandaian yang istimewa itu ! Tak usahlah sicu menganggu
ketenangan guruku !"
Pendeta ini bukan cuma berkata, dia malah segera
mengeluarkan senjatanya dengan apa dia mendahului
menyerang ! Tanpa bergerak tubuh dan kakinya, Im Ciu It Mo
menyambut serangan itu dengan tongkat. Sengaja ia
membuat ujung tongkat terkutungkan sepasang gelang lawan.
Bu Sek terkejut buat keberaniannya musuh itu, sampai
pucat. Tak ayal lagi dia mengerahkan tenaga Tay Poan liak
Sian Kang, Prajna besar. Dia menggerakkan kedua tangannya
menarik pulang gelangnya itu.
Im Ciu It Mo bersenyum dan kata, "Murid ajarannya Pie Sie
si gundul tua ada juga kepandaiannya !" Dia memuji tetapi dia
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
pun mengejek. Tiba-tiba dia ingat bahwa datangnya ini ada
guna membantu kedua muridnya lolos dari Lohan Tiu, supaya
Pie Tie Taysu dapat dipancing pergi dari tin-nya itu, maka ia
lantas merubah sikapnya dari takabur menjadi sabar sekali.
Kata dia dengan tenang,
"Akulah si wanita tua sengaja datang kemari buat dengan
ilmuku Sun Im Cit San Kang belajar kenal dengan ilmu silat
lihai Siauw Lim Sie, karena itu kalau ketua Pie Sie sedang
bertapa, baiklah sekarang kau bolah titahkan orang
memanggil Pie Te Taysu datang menemui aku."
Bu Sek dan Bu Siang saling mengawasi. Itulah pertanda
bahwa sekalipun mereka berdua bukannya lawan setimpal
nenek ini, dari itu baiklah permintaan si nenek diterima baik.
Dengan demikian Bu Sek lantas berpaling ke semak pohon
bunga untuk berkata dengan perintahnya, "Sute, lekas
mengundang paman guru datang kemari !'
Dari dalam pepohonan itu terdengar jawaban yang
mengiyakan lalu tampak satu bayangan orang kecil berlompat
lari ke jalan yang menjurus ke depan.
Im Ciu It Mo mendapat lihat kepergiannya bayangan kecil
itu. Ia kuatir sebelum Pie Te datang, Bu Sek dan Bu Siang
juga nanti pergi ke Toa-tian, maka itu ia lantas perdengarkan
siulannya yang nyaring itu guna memberi isyarat kepada Hong
Kun dan Kiauw In, setelah mana ia kata kepada kedua
pendeta di depannya itu, "Aku si wanita tua juga ingin belajar
kenal dengan kepandaian lihai dari Liong Houw Siang Ceng."
Itulah tantangan kepada kedua pendeta itu, supaya mereka
berdua bersama menyerangnya. Tapi dia juga bukan cuma
menantang, dia lantas mulai menyerang supaya si kedua
pendeta tak sempat memikir lainnya.
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Kedua pendeta itu tak menyangka orang menantang sambil
terus menyerang. Terpaksa, terpaksa mereka harus
menyambut serangan itu, terutama pertama-tama untuk
mengelakan diri dari hajaran orang. Akan tetapi belum sampai
mereka bergerak lebih dahulu, mendadak Im Ciu It Mo sudah
berlompat pergi terus menghilang ! Sebaliknya yang tampak
ialah Pie Te Taysu, paman guru mereka ! Mereka heran
hingga mereka melengak. Lekas-lekas mereka memberi
hormat kepada paman guru mereka itu kemudian ketika
mereka mau bicara mereka didahului si paman guru !
Pie Te Taysu mengernyitkan alisnya dan berkata : "Sutit,
kita kena diakali si jahat dan licik itu ! Si bajingan tua sungguh
cerdik !"
"Paman, apakah paman tak melihat Im Ciu It Mo ?" Bu
Siang tanya.
"Rupanya dia sudah kembali ke pendopo besar," menyahut
sang paman guru, yang lebih dahulu memuji sang Buddha.
"Mungkin dia hendak membantu sepasang muda mudi yang
terkurung di dalam Barisan rahasia Lohan Tiu itu...."
Liong Houw Siang Ceng melengak.
"Bagaimana kalau kami berdua pergi ke pendopo besar ?"
tanyanya.
Pie Te Taysu menggeleng kepala.
"Sudah, tak usah !" jawabnya.
Memang tepat terkaan Pie Te Taysu. Im Ciu It Mo sudah
menyingkir ke pendopo besar dimana ia membantu kedua
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
muridnya, sepasang muda mudi itu. Dan justru Pie Te Taysu
itu berbicara, muncullah Cio Kiauw In dan Gak Hong Kun yang
nampak sudah sangat letih sebab mereka masih bersiap
dengan pedangnya masing-masing.
Melihat orang muncul tanpa Im Ciu It Mo, Pie Te Taysu
kata kepada kedua kemenakan muridnya, "Kamu layani
mereka secara main-main, supaya mereka dapat terlibat. Aku
sendiri, hendak mencari si bajingan bangkotan itu !"
Belum berhenti suara pendeta ini, tubuhnya sudah
berlompat pergi, keluar dari taman bunga itu.
Liong Houw Siang Ceng tidak sempat memikir apa-apa.
Kiauw In dan Hong Kun sudah tiba di depan mereka dan
muda mudi itu sudah lantas menyerang pada mereka, yang
diarah dadanya. Mereka menangkis sambil berlompat mundur.
Bu Sek Hweshio heran, kapan ia melihat si pemuda yang ia
kenali sebagai murid dari Pay In Nia ialah Tio It Hiong. Sama
sekali ia tak dapat membedakan It Hiong tulen dari It Hiong
palsu, hingga ia tidak tahu bahwa pemuda ini sebenarnya
Hong Kun adanya.
Lantas ia menjadi memikiri peristiwa baru-baru ini di luar
kota Gakyang, ditengah jalan dimana "Tio It Hiong" ini sudah
menggunakan bubuk beracun membinasakan dua muridnya, ia
pun lantas ingat keterangannya Koiy To Ciok Peng halnya ada
Tio It Hiong palsu. Dan sekarang It Hiong menyerang kemari !
Justru itu Bu Siang membentak si pemuda, "Murid licik dari
Pay In Nia, apakah sekarang kau masih hendak menipu orang
dengan wajah palsumu ?"
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Mendengar suara saudaranya itu, Bu Sek menyangka pasti
kepada It Hiong palsu. Maka berdua mereka menyambuti
penyerangannya muda mudi itu, hingga sepasang pedang jadi
bentrok dengan gelang-gelang yang berkilauan hingga
terdengarlah suaranya yang berisik, sedang percikan apinya
pun berpeletikan, suara nyaring memekakkan telinga, percikan
yang menyilaukan mata.
Yang mengagetkan ialah mereka harus mundur satu tindak
saking kerasnya bentrokan itu.
Kiauw In dan Hong Kun mundur juga, dengan sinar mata
lalu berdua mereka saling mengawasi. Jelas dari tampangnya
hal muda mudi itu sudah letih sekali. Toh mereka tetap gagah
!
Sepasang pendeta Naga dan Harimau itu penasaran.
Dengan muka merah mereka maju pula, diwaktu mereka
menyerang mereka menggunakan silat gelang mereka yang
diberi nama Liong Houw Hong In - Angin dan Mega Naga dan
Harimau.
Sebaliknya kedua pendeta yang sedang panas hati, telah
bergerak dengan keras dan lincah. Memangnya merekalah
tenaga-tenaga baru.
Tengah muda mudi itu terdesak demikian hebat, tiba-tiba
dari kejauhan terdengar satu suara nyaring dan tajam. Mudamudi
itu mendapat dengar suara itu, sambil membela diri
mereka memasang telinga.
Segera terdengar suara ulangan dari suara nyaring itu. Kali
ini suara itu sangat berpengaruh bagi si muda mudi.
Mendadak sontak lenyaplah keletihan mereka, secara tiba-tiba
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
mereka menjadi gagah pula, bahkan mata mereka juga lantas
berubah menjadi bersinar sangat tajam dan bengis.
Habis dua kali suara nyaring itu, tibalah gilirannya kedua
pendeta mendengar seperti suara laler. Itulah bukannya suara
dari orang yang pertama tadi hanya puji Sang Buddha dan
suara itu ialah isyarat dari Pie Sie Siansu yang menggunakan
ilmu saluran suara Thian Liong Sian Ciang "Nyanyian Suci
Naga langit".
Kalau suara nyaring tadi menakuti, suara yang belakang ini
lembut dan membangunkan semangat dan suara ini
menentang suara yang pertama itu. Dengan demikian Thian
Liong Siang Ceng jadi tengah menempur suara iblis Sun Im Cit
Sat Kang dari Im Ciu It Mo.
Aneh pengaruhnya kedua suara itu. Kedua pendeta dan
sepasang muda mudi sudah lantas berhenti bertarung.
Sendirinya mereka pada mengundurkan diri, yang pertama
berwajah keren, yang kedua tampak tenang. Kedua belah
pihak sama-sama bungkam.
Beberapa kali mereka maju pula, untuk bertempur lagi,
terus mereka mundur kembali. Hingga mereka seperti
bermain-main.
Mereka bergerak mengikuti nada atau iramanya kedua rupa
suara keras dan lembut itu.
Secara demikian diam-diam Pie Sie Siansu dan Gwasn Sek
Sie tengah menempur ilmunya Im Ciu It Mo yang dilatih
selama empat puluh tahun. Mereka mengadu tenaga dalam
yang berupa suara, tanpa tangan-tangan mereka bentrok satu
dengan lain. Walaupun demikian, mereka bertempur jauh
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
terlebih hebat daripada Liong Houw Siang Ceng kontra
sepasang muda mudi itu.
Im Ciu It Mo datang ke Gwan Sek Sie dengan berniat
melakukan penyerangan dan pembunuhan, buat memancing
munculnya Pie Sie Siansu, supaya nanti mereka bertemu dan
bertarung selama pertemuan di Bu Lim Cit Cun. Siapa tahu
disini mereka sudah mengadu kepandaian lebih dahulu. Hanya
kali ini, dia tak dapat sembarang mengundurkan diri. Siapa
mundur secara sepihak, dia bisa celaka sendiri.
Sesudah berlangsung sekian lama, suara keras dari Im Ciu
It Mo terdengar menjadi kendor dan kendor, hingga akhirnya
dia seperti tertindih puji sang Buddha.
Menghadapi Ceng-sit, kamar suci dari pendeta kepala,
terdapat sebuah taman, disitu tumbuh sebuah pohon cemara
yang besar dan tua, banyak dahannya dan lebat daunnya.
Justru selagi pertempuran luar biasa itu berlangsung, di atas
pohon itu terdapat seorang yang rambutnya terlepas terurai,
yang kedua biji matanya bersinar sangat tajam, sinarnya
kebiru-biruan.
Itulah dia Im Ciu It Mo yang lagi menggunakan ilmunya,
San Im Cit Sut Kang. Sinar matanya itu sekarang tampak
kurang tenang.
Sembari menongolkan sedikit kepala, kembali ia
memperdengarkan suaranya yang nyaring itu, yang
menyeramkan lebih hebat daripada yang semula. Terang ia
sudah mengerahkan tenaga dalamnya secara dahsyat sekali.
Tengah kedua gelombang suara yang keras dan lunak
bertempur seru itu, tiba-tiba saja keduanya berhenti di dalam
sekejap, menyusul mana sinar mencorong dari kedua matanya
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
Im Ciu It Mo pun menjadi suaram dan lenyap disusul dengan
berhentinya juga suara puji Buddha. Hanya berbareng dengan
itu, satu bayangan hitam kecil tujuh atau delapan kaki
panjangnya terlihat berkelebat
ke arah Cengsitu, kamar semedhi dari kuil, akan tetapi
belum lagi bayangan itu dapat masuk, dia sudah berhenti
setengah jalan bagaikan ada yang merintanginya, terus jatuh
ke tanah sambil memperdengarkan suara nyaring. Kiranya
itulah sebatang tongkat panjang.
Dari dalam kamar semadhi segera terdengar suara tawa
disusul kata-kata ini : "Kau berbelas kasihan sicu tua, terima
kasih !
Telah aku menerima pengajaranmu. Sicu, kesesatan itu
datangnya dari diri sendiri maka juga baiklah sicu jangan lupa
memuji."
Apakah yang sebenarnya sudah terjadi ?
Itulah pertanda bahwa pertarungan mengadu tenaga dalam
sudah sampai diakhirnya dan Sun Im Cit Sat Kang diperdalam
empat puluh tahun dari It Mo kalah dari Tay Poanjiak Sin Kang
dari Pie Sie Siansu, tenaga dalam yang diberi nama "Sian
Liong Ciang Im"
Nyanyian Naga Langit itu. It Mo tidak sampai terluka atau
terbinasa, tetapi tenaga dalamnya telah terkuras habis
delapan atau sembilan bagian. Pie Sie Siansu masih berbelas
kasihan, kalau tidak It Mo tentu telah dihajar hingga dia
kehilangan nyawanya. Ia masih mengharap lawannya itu
sadar dan merubah kekuatannya untuk menjadi orang baikbaik.
Tapi It Mo bertabiat keras. Dia selalu mau menang
sendiri, sesudah kalah mengadu suara, dia masih penasaran,
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
dia menyerang dengan tongkatnya itu, tongkat mana kena
disampok jatuh oleh orang yang dibokongnya.
Menyusul berhentinya pertempuran kedua jago itu,
berhenti juga perkelahian diantara dua rombongan orang di
dalam taman karena herannya, mereka itu jadi saling
mengawasi.
Im Ciu It Mo berlompat turun dari atas pohon, berdiri
ditanah, dia terhuyung-huyung dahulu, nafasnya pun
memburu. Masih dia penasaran, maka juga sambil menuding
ke arah Cengsit dia berkata termoga-moga : "Pie Sie tua
bangka gundul. Jangan kau bergirang dahulu ! Lain tahun di
ini hari, aku si wanita tua, akan aku datang pula guna
membalas dan membayarkan penasaranku ini !"
Ancaman itu diakhiri dengan satu suara seperti bersuit
perlahan, atas mana Cio Kiauw In dan Gak Hong Kun segera
bertindak menghampiri ke depan Bajingan itu.
Liong Houw Siang Ceng tak terbengong terlebih lama pula.
Mereka melihat kedua lawannya bertindak pergi, mereka
berlompat akan menyusul atau mereka terus merandak tubuh,
mereka mendengar ini suara yang halus sekali, "Muridku,
berikanlah mereka satu jalan hidup......"
Maka merekapun segera menyimpan gelang mereka.
Bu Sek Hweshio berpaling ke arah kuil, kata dia, "Suhu,
membinasakan orang jahat berarti berbuat kebaikan untuk
umum, kenapa mereka harus diberi hidup ?"
Dari dalam kamar bersemadhi terdengar pula suara halus
ini : "Amida Buddha ! Kau mengertilah muridku, baik atau
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
jahat semua itu tak akan lolos dari takdirnya. Karena itu buat
apa kau menambah kejahatan ? Biarkan mereka pergi......"
Selagi si pendeta berkata-kata itu, Im Ciu It Mo telah
mengerahkan sisa tenaganya untuk berlompat keluar dari
taman kuil buat pergi mengangkat kaki dengan diikuti Hong
Kun dan Kiauw In.
Liong Houw Siang Ceng mengawasi ketiga orang itu pergi
berlalu, hati mereka nyeri sekali. Mereka bersakit hati buat
beberapa adik seperguruannya yang berbinasa dan terluka
yang sakit hatinya tak terbalaskan. Tak dapat mereka
menentang guru mereka itu yang hatinya mulia hingga
kemudian mereka hanya dapat berdiam dan bertunduk saja.
Im Ciu It Mo keluar dari tembok tengah dengan terus
menuju ke gunung belakang. Selekasnya dia tiba diatas,
terang di dalam hati dia terkejut tak terkira. Itulah sebab dia
melihat lima tombak di depan dia, Pie Te Taysu lagi berdiri
sambil mengawasinya.
Walaupun dia sudah tidak mempunyai tenaga lagi, dia toh
berlaku tenang, bahkan sembari tertawa dingin dia kata :
"Sungguh diluar dugaanku yang diluar kuil Gwan Sek Sie ini
aku dapat bertemu dengan bapak pendeta yang mulia !
Selamat bertemu !"
Habis mengucap demikian kembali jago wanita ini
memperdengarkan suara perlahan terhadap Kiauw In dan
Hong Kun guna mengisiki kedua muda mudi yang berada
dibawah pengaruhnya itu buat segera menyerang si pendeta
tua.
Sepasang muda mudi itu masih sangat letih akan tetapi
mendengar perintah itu tiba-tiba mereka bersemangat pula,
Kang Zusi website http://cerita-silat.co.cc/
http://kang-zusi.info/ http://kangzusi.com/
mendadak saja mereka seraya terus berlompat maju, hendak
menyerang pendeta di depannya itu.
Pie Te Taysu tertawa.
"Sicu, jangan kau salah paham !" katanya sabar. "Datangku
kemari bukannya buat menempur kalian bertiga guru dan
murid."
Kiauw In berpaling pada It Mo, terus dia menyerang Pie Te
Taysu.
Sungguh pendeta menangkis dengan satu kebutan ujung
jubahnya yang gerombongan.
Ditulis Oleh : ali afif ~ Ali Afif Hora Keren
Tulisan Cerita Romantis 15 Pilihan : Iblis Sungai Telaga ini diposting oleh ali afif pada hari Kamis, 27 April 2017. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca Tulisan ini di Blog Ali Afif, Bukan Blogger terbaik Indonesia ataupun Legenda Blogger Tegal, Blogger keren ya Bukan. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.